• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Corak Beragama Umat Islam di Indonesia

5.1.2. Modern

Umat Islam Modern adalah lawan atau kebalikan dari Islam Tradisional. Kelompok ini lebih cenderung terbuka dan mengikuti perkembangan zaman. Baik dari sisi pemikiran maupun persentuhan mereka dengan kebudayaan, mereka tidak termasuk orang-orang yang jumud (statis). Corak modernisme dalam kehidupan umat Islam di Indonesia sangat dipengaruhi gerakan revivalismme Islam pada abad ke 19.

Munculnya tokoh-tokoh Pan Islamisme seperti Jamaludin Al-Afghani, yang dibarengi dengan beberapa tokoh yang menginginkan cakrawala umat Islam lebih terbuka, seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha banyak memberikan inspirasi bagi tokoh-tokoh nasional.

Kata modern dekat dengan katapembaruan atau tajdid dalam bahasa Arab. Dalam masyarakat Barat modernisasimengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham,adat-istiadat, dan institusi-institusi lama untuk disesuaikan dengan suasana baru yangditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern (Nasution, 1975: 9).

Gagasan-gagasan pembaruan yang muncul mulai abad ke-19 itu terusberkembang dan mengantarkan kondisi awal abad ke-20 yang dapat dikatakansebagai kesadaran mewujudkan pemikiran-pemikiran yang masih abstrak ke dalambentuk usaha yang konkret. Penyebaran pemikiran dan gagasan baru ini pun sampaike Indonesia. Aktivitas Haji, forum ilmiah, dan surat kabar menjadi perantara yangGagasan-gagasan pembaruan yang muncul mulai abad ke- 19 itu terusberkembang dan mengantarkan kondisi awal abad ke-20 yang dapat dikatakansebagai kesadaran mewujudkan pemikiran-pemikiran yang masih abstrak ke dalambentuk usaha yang konkret. Penyebaran pemikiran dan gagasan baru ini pun sampaike Indonesia. Aktivitas Haji, forum ilmiah, dan surat kabar menjadi perantara yangmembawa gagasan tersebut.(Van Bruinessen, 1990: 47).

Dalamkonteks Islam, modernisasi adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk melakukanre-interpretasi terhadap pemahaman, pemikiran dan pendapat tentang masalah keislamanyang dilakukan oleh pemikir terdahulu untuk

disesuaikan denganperkembangan zaman. Artinya,

pembaharuan dalam Islam masih menyandarkan pendapat- pendapatnya dari Al-Quran dan Al-Hadits, bukan kemudan merevisi Al-Quran dan Al-Hadits itu sendiri.Islam modernis memiliki pemikiran yangdinamis, progressif dan mengalami penyesuaian dengan ilmu pengetahuan.

Islam modernis timbul di periode sejarah Islam yang disebut modern danmempunyai tujuan untuk membawa umat Islam kepada kemajuan. Gerakan Islammodernis timbul dalam rangka menyesuaikan paham-paham keagamaan Islamdengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu

pengetahuan.Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern mengharapkan akan dapatmelepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepadakemajuan (Nasution, 1975: 10).

Gerakan Islam modern di Indonesia muncul pada awal abad kedua puluh.Pada tahun 1906 kelompok muda di wilayah Sumatera Barat yang dipelopori olehHaji Abdul Karim Amrullah, Haji Abdullah Ahmad, dan Syaikh Daud Rasyidimelakukan protes terhadap struktur kekuasaan adat yang tidak memberikan ruangbagi mereka untuk bergerak. Kelompok yang terdiri dari ulama dan cendekiawan inibermaksud untuk merubah beberapa hal pada ketentuan adat yang tidak sesuai dengansyariat Islam yang mereka pahami. Minangkabau adalah daerah yang mempunyaiperanan penting dalam penyebaran cita-cita pembaruan ke daerah-daerah lain. Didaerah inilah pertama kali muncul tanda-tanda pembaruan (Deliar Noer, 1982: 37).

Berbeda dengankelompok tradisi pada saat itu, golongan pembaru beranggapan bahwa pembaruanIslam ialah penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yangdapat mengatasi ruang dan waktu. Golongan pembaru berusaha untukmengembalikan ajaran dasar dengan menghilangkan segala macam tambahan yangdatang kemudian dalam agama (Kemala, 2008: 61).

Kemala juga melanjutkan bahwa Sejak kemunculan kelompok ini, pembicaraan mengenai Islam tidak hanya dipesantren, langgar, dan masjid, melainkan dibawa ke tengah- tengah masyarakatsecara terbuka melalui surat kabar, majalah, serta tabligh di gedung-gedung besar.Islam pun mulai masuk ke pelajaran di sekolah-sekolah yang didirikan pemerintahBelanda. Melalui organisasi kalangan modern ini Islam menjadi kekuatan sosial yangterorganisir dan bergerak pada tingkat nasional.Beberapa organisasi Islam Modern di Indonesia di

antaranya adalah Persis, Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dan menyusul kemudian Hidayatullah.

Persis berusaha mengamalkan ajaran Islam dalam segala segi kehidupan danbertujuan menempatkan kaum muslimin pada ajaran akidah dan syariah yang murni berdasarkan Al- Quran dan As-Sunnah.Sebagai salah satu organisasi yang mengusung modernisasi dalam pemikiranIslam, Persis memiliki fokus gerakan dalam bidang pendidikan, dakwah, dankemasyarakatan. Ketua umum Persis 1983-1997 A.Latief Muchtar (1998)mengatakanbahwa dalam pembaruan pemikiran Islam harus dibangun diatas hal-hal berikut:

1. Pembaruan pemikiran merupakan upaya untuk memahami Islam dari kedua sumbernya, Al-Quran dan As-Sunnah, tanpa harus apriori pada khazanahsosial-budaya lokal. 2. Pembaruan pemikiran dimaksudkan untuk mengaplikasikan

ajaran Islamdalam kehidupan masyarakat tanpa mengabaikan realitas sosial-budaya yangada.

3. Pembaruan pemikiran diarahkan untuk membangun satu peradaban baru yangditegakkan atas dasar sintesis nilai ideal Islam dan nilai-nilai sosial budaya lokal tanpa mengorbankan As-Sunnah yang sudah jelas.

Ciri-ciri gerakan modernis yang muncul pada organisasi Persis adalah idenya mengenai pembaruan pemikiran Islam danmensejahterakan umat melalui konsep baru berdasarkan pembaruan tersebut. Padagerakan modern, ijtihad mudah dilakukan selama tidak melanggar Al-Quran dan As-Sunnah dan bertujuan untuk mensejahterakan umat (Kemala, 2008: 68).

Sedangkan Muhamamadiyah, pada saat pembentukannya memilikiciri yang khas, yakni kaidah-kaidahnya yang mengikuti organisasi modern.Kegiatan Muhammadiyah tidak semata tumbuh dari buah pemikiran pemimpinnya saja. Pengaruh- pengaruh luar juga masuk dalam struktur Muhammadiyah

sepertipembentukan Kepanduan yang disebut dengan Hizbul Wathan dan Aisiah. Pengaruhluar yang masuk ke pulau Jawa dianggap sebagai tantangan sekaligus contoh bagipemimpin- pemimpin Muslim tersebut. Pada saat itu banyak misionaris kristen yangmemasuki wilayah Jawa, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para misionarisinilah yang banyak dicontoh oeh Muhammadiyah (Noer, 1982: 91).

Deliar Noer (1982: 91) juga menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah salah satu gerakan Islam modernis yang mengusungpembaruan dan peningkatan kesejateraan umat Islam melalui pendidikan dankesehatan. Muhammadiyah menginginkan agar umat Islam kembali kepada Al-Quran dan As- Sunnah secara murni tanpa terkontaminasi hal-hal yang bersifat tradisi yangbertentangan dengan ajaran Islam.

Sebagai organisasi yang mengusung pembaruan dalam Islam, Muhammadiyahadalah salah satu gerakan Islam modern yang berkembang hingga saat ini. Dalamperjalanannya, Muhammadiyah memperluas geraknya dalam bidang politik, namuntetap memegang prinsip gerakannya yang berada pada jalur mengupayakankesejahteraan masyarakat Islam. Muhammadiyah adalah salah satu contoh gerakanmodern yang membuka dirinya terhadap perubahan dan berdinamisasi dengan kondisimasyarakat Islam sejak ide awal pembentukannya (Kemala, 2008: 63).

DDII yang merupakan buah dari qaul jadiid Moh. Natsir banyak berkiprah di dunia pendidikan dan dakwah. Setelah menyadari kesulitannya memperjuangkan nilai-nilai Islam melalui sistem pemerintahan, maka Natsir kemudian berusaha mengembangkan ide-idenya melalui DDII. Corak pemikiran Natsir lebih terbuka dibandingkan dengan para tokoh Muhammadiyah dan Persis. Walaupun Natsir sendiri tercatat sebagai anggota Persis, namun DDII memiliki kekhasan, yakni warna transnasional

yang cukup kental. Pemikiran para tokoh revivalis seperti Hasan Al-Banna, Sayid Qutb, dan Abul A’la Al-Maududi lebih kental mewarnai DDII. Hal ini pula yang kemudian menjadi jembatan masuknya Ikhwanul Muslimin ke Indonesia.

Adapun Hidayatullah, salah satu kesuksesan terbesarnya adalah program dakwah pedalaman. Setiap tahun para da’i Hidayatullah yang bekerjasama dengan beberapa ormas Islam, termasuk juga DDII –melalui STID Moh. Natsir- selalu dikirimkan ke pelosok-pelosok Nusantara dan wilayah perbatasan. Bila selama ini para modernis banyak bergerak di wilayah perkotaan, maka Hidayatullah berusaha menyebarkan ide dan gagasannya dari Sabang sampai Merauke. Beberapa kisah keberhasilan para da’i Hidayatullah dapat menjadi sumber inspirasi bagi aktivis dakwah yang cukup konsen dalam menjalankan aktivitas dakwahnya.

Beberapa partai politik Islam, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Bulan Bintang (PBB), juga dapat digolongkan ke dalam Islam Modern. Mereka tidak sekedar berpikir bahwa Islam adalah hanya mengatur urusan ibadah ritual semata. Lebih dari itu, bahwa Islam mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun bila kita telisik lebih jauh lagi, PKS yang merupakan “kepanjangan tangan” Ikhwanul Muslimin juga terlihat warna puritannya.

Dalam dokumen Diferensiasi Umat Islam Indonesia Klik R (Halaman 68-73)

Dokumen terkait