BAB III METODOLOGI
3.1 Umum
BAB III
METODOLOGI
3.1 Umum
Beton pracetak tidak jauh berbeda dengan beton biasa. Perbedaan antara dua
metode ini terletak pada sambungan struktur dan tahapan pekerjaan dari struktur
tersebut. Karena itu beton pracetak tetap mengacu pada literature standar yang
berlaku di Indonesia, yaitu: SNI 03-2847-2002, SNI 03-1726-2002, SNI
03-1727-2002, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, PCI Design Handbook dan
literature lainnya yang mendukung.
3.2 Pengumpulan Data
Data-data perencanaan secara keseluruhan mencakup data umum bangunan
dan data bahan.
1. Data umum bangunan:
- Site Plan
- Denah lantai
- Gambar tampak dan potongan dari gedung
- Data-data teknis berupa data bangunan, yaitu:
1. Nama Gedung : Rumah Susun Sederhana Sewa Mahasiswa
2. Lokasi : Jl. Kampus Unair Surabaya
3. Zona Gempa : 6 ( zona kuat )
4. Jumlah lantai : 6 lantai
5. Lebar gedung : 16,8 m
6. Panjang gedung : 59,7 m
7. Tinggi gedung : 17,7 m
8. Fungsi tiap lantai : Rumah tinggal
9. Struktur gedung modifikasi : Beton pracetak untuk pelat lantai.
3.3Metode Perencanaan
3.3.1 Pembebanan
Dalam merencanakan pembebanan gedung ini, semua beban dan kombinasi
pembebanan yang akan digunakan mengacu kepada Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 198361 dan SNI 03-1727-200222 tentang tata cara
perhitungan pembebanan untuk bangunan rumah dan gedung.
Adapun kombinasi pembebanan yang akan digunakan dalam perencanaan
ini adalah sebagai berikut:
1. 1,4 DL ... (3.1) 2. 1,2 DL + 1,6 LL ... (3.2) 3. 1,2 DL + 1 LL ± 1 EX ... (3.3) 4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 EY ... (3.4) 5. 0,9 DL ± 1 EX ... (3.5) 6. 0,9 DL ± 1 EY ... (3.6) 2
Badan Standardisasi Nasional. “Tata Cara Perhitungan Pembebanan Untuk Bangunan Gedung ”. BSN: Bandung. (SNI 03-1727-2002).
6
32
3.3.2 Half Slab Precast
Pelat pracetak memiliki dua tahapan yaitu tahap perencanaan yang meliputi
perhitungan dimensi pelat, perhitungan pembebanan dan perhitungan penulangan
serta tahap pelaksanaan. Adapun penjelasan dari tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut.
A. Tahap Per encanaan
1. Perencanaan Dimensi Pelat
Tebal minimum untuk pelat dua arah adalah sebagai berikut :
- hmin =
,
m , ……... (3.7)
tidak boleh kurang dari:
- hmin =
,
………... (3.8)
Dalam segala hal tebal pelat minimum tidak boleh kurang dari:
- α m < 2 ………. 120 mm - α m > 2 ………. 90 mm - α = cb b cs s………... (3.9) - Ib = k bw h3 ………... (3.10) - Is = 12 bs h3 …….………... (3.11) - k = [ …...... (3.12)
2. Beban yang Bekerja pada Pelat
Beban yang bekerja pada tahapan-tahapan perencanaan pelat sisitem half
slab precast yang nantinya akan digunakan dalam perencanaan sesuai dengan SNI
03-1727-200223 dan PPI 198364adalah sebagai berikut:
a. Saat pengangkatan
- Berat sendiri beton bertulang x impact factor:
23,52 x 1,5 =35,28 KN/m3
b. Saat pemasangan
- Berat sendiri beton bertulang = 23,52 KN/m3
c. Saat pengecoran topping
1. Berat sendiri beton bertulang = 23,52 KN/m3
2. Tambahan beban yang terjadi
- Berat Pelat tooping (5 cm) 0.05 x 23,52 = 1,18 KN/m2
- Beban hidup (alat dan pekerja) = 1 KN/m2
d. Saat komposit
1. Berat sendiri beton bertulang = 23,52 KN/m3
2. Tambahan beban yang terjadi
- Plafon dan penggantung 0,011 + 0,007 = 0,18 KN/m2
- Tembok batako = 2 KN/m2
- Tegel dan spesi (4 cm) 0,04 x 2,2 = 0,88 KN/m2
q = 3,06 KN/m2
3. Beban hidup (gedung asrama) = 2,5 KN/m2
2
Badan Standardisasi Nasional. “Tata Cara Perhitungan Pembebanan Untuk Bangunan Gedung ”. BSN: Bandung. (SNI 03-1727-2002).
6
34
3. Perhitungan Penulangan Pelat
Seluruh perhitungan perencanaan pelat sistem half slab precast didasarkan
pada SNI 03-2847-2002 dan referensi lain yang mendukung serta dengan bantuan
program SAP. Oleh karena berat total pelat pracetak diharuskan kurang dari
kapasitas angkat crane.
Perhitungan daya kontrol pelat sistem half slab precast melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Saat pengangkatan
1. Kebutuhan tulangan lentur
Saat umur beton 3 hari, kemudian mencari:
fci' = kuat tekan beton saat berumur 3 hari
b = lebar pelat
h = tebal pelat pracetak (7cm)
d = h – decking – 0,5 Øtulangan
W = berat sendiri beton bertulang x 1,2 x impact factor
Kemudian dari perhitungan SAP2000 diperoleh hasil momen dan
dilanjutkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Hitungan ρ perlu dengan rumus yang diturunkan dari keadaan berimbang,
yaitu:
- ρ =
1 − 1 −
n…..
... (3.13) Dimana:- m =
,
……...
... (3.14)- Rn =
²
………...
...... (3.15) - ρ min = ,………...
...... (3.16) - Hitungan As = ρ b d………...
... (3.17)2. Tegangan di tumpuan
Pelat dimodelkan terletak di atas sendi-sendi yang sama letaknya dengan
titik angkat (looped strand). Adapun hasilnya pengambilan asumsi sendi sebagai
titik angkat karena saat pengangkatan pelat mengalami translasi arah x, arah y
serta mengalami rotasi arah z.
Adapun titik-titik pengangkatan pada pelat seperti disyaratkan PCI
Design Handbook Precast and Prestressed Concrete bab 5 halaman 8155 yang nantinya akan digunakan dalam perencanaan ini adalah delapan titik angkat. Hal
ini dikarenakan dimensi pelat yang cukup besar yaitu panjang 369 cm dan lebar
232 cm, serta dilihat dari sisi keamanan yang lebih jika terjadi hal yang tidak
diinginkan saat pelaksanaan.
15
Widen, Helmuth, P.E. Chairperson. 2008. “Precast and Prestressed Concrete, PCI Design Handbook”. Chicago.
36 0,2 07 L 0,5 86 L 0,207 L Mmax 0,104 L 0,292 L 0,208 L 0,292 L 0,104 L Mmax
Gambar 3.1 : Model Pengangkatan Pelat dengan Delapan Titik Angkat
Dari momen maksimum yang ada diambil momen maksimum yang
terbesar untuk kontrol terhadap momen retak akibat pengangkatan. Momen retak
yang disyaratkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5(3) adalah sebagai berikut:
Mcr = r Ig
t
………...
...... (3.18) Dimana : fr : 0,7 ′ adalah modulus runtuh betonIg : inersia penampang
yt : jarak dari garis netral terhadap serat tarik
Momen maksimum yang terjadi saat pengangkatan harus lebih kecil dari
momen retak yang disyaratkan. Saat precast slab diangkat, diperlukan titik
angkat pada proyek ini menggunakan sistem looped strand.
looped strand
tulangan pokok
precast slab
12 ø
Gambar 3.2 Detail Looped Strand
Untuk menghitung diameter tulangan yang diperlukan looped strand, jika
titik angkatnya delapan:
Gambar 3.3 Looped Strand Delapan Titik Angkat
P = W x B x L x t...... (3.19) P’ = P x 0,5...... (3.20) P” = P’ x 0,25...... (3.21) P”’ = P” x 0,5...... (3.22) Dengan W = berat sendiri beton bertulang x 1,2 x impact factor
B = lebar pelat L = panjang pelat t = tebal pelat B L B L P' P' P" P" P" P" W P " P" P" P" t 0,345 P 0,345 P 0,345 P 0,345 P 0,345 P 0,345 P 0,345 P 0,345 P
38 0,345 P = 0,172 P 0,172 P α 0,172 P T = 0.172 P / sin α α α = ...... (3.23) dimana: σ = tegangan yang terjadi
A = luas tulangan yang digunakan
b. Saat pemasangan
Saat pemasangan, umur beton tiga hari dan ditumpu disisinya. Pelat
dimodelkan dengan tumpuan sendi di sekelilingnya.
Dari hasil SAP2000, diperoleh Mu serta lendutan yang terjadi dapat
diketahui dan dilanjutkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Hitungan ρ perlu dengan rumus yang diturunkan dari keadaan berimbang,
yaitu: - ρ =
1 − 1 −
n ... (3.13) - Dimana: - m = , ... (3.14) - Rn = ² ...... (3.15)- ρ min = , ...... (3.16) - Hitungan As = ρ b d ... (3.17)
c. Saat pengecoran tooping 5 cm (umur beton pelat tiga hari)
Sehingga tebal pelat keseluruhan menjadi 12 cm dan dimasukan dalam
data define shell section pada SAP2000 dan hasil perhitungan SAP2000
diperolah Mu serta lendutan yang terjadi dapat diketahui dan dilanjutkan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
- Hitungan ρ perlu dengan rumus yang diturunkan dari keadaan berimbang,
yaitu: - ρ =
1 − 1 −
n ... (3.13) - Dimana: - m = , ... (3.14) - Rn = ...... (3.15) - ρ min = , ...... (3.16) - Hitungan As = ρ b d ... (3.17) d. Saat kompositPelat dimodelkan terjepit elastis di sisinya, setelah perhitungan
40
lendutan yang terjadi dapat diketahui dan dilanjutkan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
- Hitungan ρ perlu dengan rumus yang diturunkan dari keadaan berimbang,
yaitu: - ρ =
1 − 1 −
n ... (3.13) - Dimana: - m = , ... (3.14) - Rn = ² ...... (3.15) - ρ min = , ...... (3.16) - Hitungan As = ρ b d ... (3.17)Semua perhitungan tersebut nanatinya akan mendapatkan nilai luas
penampang tulangan (As) yang diperlukan dan nantinya menjadi acuan untuk
dipilihnya luas penampang tulangan yang dipasang dari Tabel Grafik dan Diagram
Interaksi untuk Perhitungan Struktur Beton106.
10
Labolatorium Beton dan Bahan Bangunan. “Tabel Grafik dan Diagram Interaksi Untuk Perhitungan Struktur
Beton Berdasarkan SNI 1992”. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
4. Kontr ol Hasil Perhitungan
a. Lendutan jangka panjang
Pada komponen struktur beton bertulang, disamping terjadi lendutan
seketika juga akan mengalami lendutan yang timbul secara berangsur-angsur
dalam jangka waktu cukup lama.
Faktor konstanta ketergantungan waktu untuk beban dijelaskan di SNI
03-2847-200237 pasal 11.5(2(5)) dimana:
ξ = 2 untuk 5 tahunan atau lebih
λ = ... (3.24) Lendutan jangka panjang yang terjadi dapat diketahui dan lendutan
tersebut harus dikontrol terhadap izin lendutan izin maksimum SNI
03-2847-20023 pasal 11.5(3(2))
b. Kontrol geser beton lama dengan beton baru
Dijelaskan pada SNI 03-2847-20023 pasal 13.1, perencanaan penampang
terhadap geser harus didasarkan pada :
ØVn ≥ Vu...... (3.25) dengan Vu = gaya geser terfaktor pada penampang
Vn = kuat geser
Ø = faktor reduksi kekuatan geser (0,6)
3
Badan Standardisasi Nasional. “Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung”. (SNI 03-2847-2002).
42
Jika semua kontrol dapat terpenuhi, maka pelat pracetak mampu
menahan semua beban yang bekerja.