• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2.2. Morfologi Lamun

Lamun memiliki organ dan jaringan yang sama dengan tumbuhan berbunga yang umum dijumpai di daratan. Hampir semua tumbuhan berbunga yang telah dewasa, memiliki morfologi tersendiri untuk bagian di atas tanah (above ground) dan bagian di bawah tanah (below ground). Bagian di bawah tanah, umumnya terdiri atas akar untuk penjangkaran dan rhizome sebagai struktur penyangga. Bagian di atas tanah biasanya merupakan tunas yang berkembang menjadi beberapa daun. Selembar daun biasanya memiliki pelepah/seludang daun yang berfungsi untuk melindungi apikal meristem dan perkembangan daun (Kuo dan den Hartog, 2006; Azkab, 2006).

Lamun sebagian besar merupakan tumbuhan berumah dua, artinya dalam satu individu atau tegakan hanya ada bunga betina saja atau bunga jantan saja. Sistem penyerbukan lamun berlangsung secara khas, yaitu terjadi di dalam air dan buahnya terendam air (Azkab, 2006). Morfologi lamun secara umum seperti yang tersaji pada Gambar 3.

2.2.1. Akar lamun

Akar lamun terbentuk mulai dari bawah permukaan rhizome dan pada umumnya tepat berada di setiap ruas (Kuo dan den Hartog, 2006; Azkab, 2006). Morfologi luar akar memiliki ciri-ciri yang berbeda pada setiap genera yang berbeda, namun tidak sepenuhnya berhubungan dengan tipe substrat secara spesifik. Misalnya pada Enhalus spp memiliki akar yang beberapa kasar, lembut, tidak bercabang dengan sedikit rambut akar, dan hidup pada substrat berlumpur. Kelompok Cymodoceaceae meliputi Syringodium, Cymodocea, dan Halodule memiliki akar bercabang dan berambut pada setiap ruas rhizome (Hemminga dan Duarte, 2000; Kuo dan den Hartog, 2006). Kelompok ini umumnya hidup pada tipe substrat pasir karang (Kuo dan den Hartog, 2006).

2.2.2. Rhizome dan stem lamun

Rhizome merupakan sistem pertumbuhan lamun secara horizontal yang biasa disebut dengan horizontal rhizome (Hogarth, 2007). Lamun memiliki sistem perakaran atau sistem rhizome yang luas sehingga dapat terbentuk padang lamun. Rhizome merupakan sistem reproduksi lamun secara vegetatif yaitu dengan fragmentasi rhizome (Hall et al., 2006 in Hogarth, 2007). Rhizome

memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyeimbang antara hasil fosintesis maksimum (Pmax

Rhizome dan akar merupakan faktor yang sangat menentukan

pertumbuhan lamun karena berfungsi sebagai penahan vegetasi dan penyerap unsur hara dalam sedimen (Arber, 1920 in den Hartog, 1970). Jenis lamun yang kecil atau halus memiliki rhizome yang lentur sedangkan jenis lamun yang berukuran lebih besar, seperti Enhalus acoroides dan Posidonia oceanica

memiliki rhizome yang relatif lebih kaku dan keras, bahkan ada yang mengandung lignin dan menyerupai kayu (den Hartog, 1970 in Hemminga dan Duarte, 2000). Tingkat lignifikasi rhizome lebih dikaitkan terhadap umur rhizome, bukan dengan ukurannya (cf. Klap et al., 2000 in Hemminga dan Duarte, 2000).

Rhizome lamun terdiri dari internoda atau ruas, yang terdapat titik sisipan tempat tumbuhnya daun pada fragmen diantara dua ruas. Sebagian jenis lamun memiliki dua jenis rhizome, yaitu rhizome vertikal (stem) yang ukuran

internodanya lebih pendek dan rhizome horizontal yang internodanya lebih panjang. Bila jaringan meristem yang memproduksi daun telah mati, rhizome vertikal akan tetap ada dan meninggalkan bekas berupa kumpulan ruas yang disebut bekas luka daun (leaf scar) seperti yang terlihat pada Gambar 3 (Hemminga dan Duarte, 2000).

2.2.3. Daun lamun

Sebagian besar spesies lamun memiliki bentuk daun panjang dan relatif sempit seperti umumnya daun tumbuhan monokotil. Beberapa genus memiliki bentuk daun yang berbeda, seperti Halophila yang memiliki bentuk daun

membulat dan Syringodium daunnya yang silindris. Daun lamun memiliki kisaran panjang yang lebar mulai dari 1 cm, pada beberapa spesies Halophila, hingga mencapai 1 m untuk Zostera asiatica dan Enhalus acoroides (Hemminga dan Duarte, 2000).

Daun lamun dihasilkan dari node rhizome (Hemminga dan Duarte, 2000), yang biasanya berawal dari puncak samping node seperti pada Enhalus,

Halophila, Posidonia, dan Zosteraceae. Pada kelompok Thalassia dan

Hartog, 2006). Daun lamun umumnya muncul pada setiap node rhizome sebagai tunas lamun (Azkab, 2006). Setiap jenis lamun memiliki jumlah daun yang berbeda-beda, mulai dari hanya satu helai daun per tunas seperti pada Syringodium, hingga 10 daun per tunas pada Amphibolis (Hemminga dan Duarte, 2000).

2.3. Pertumbuhan Lamun

Pertumbuhan lamun dapat dilihat dari pertambahan panjang bagian-bagian tertentu seperti daun dan rhizoma dalam kurun waktu tertentu. Dibandingkan pertumbuhan daun, pertumbuhan rhizome lebih sulit diukur khususnya untuk jenis-jenis lamun tertentu. Hal tersebut mempengaruhi lebih maraknya kajian pertumbuhan daun lamun (Hemminga dan Duarte, 2000).

Pertumbuhan rhizome mempengaruhi pertumbuhan lamun secara ekstensif, baik horizontal mapun vertikal, untuk membentuk padang lamun. Rhizome horizontal merupakan penentu pertumbuhan lamun secara horizontal. Rhizome vertikal dapat memproduksi rhizome horizontal bila jaringan meristem apikal asli dari rhizome horizontal telah mati (dari cabang rhizome vertikal), sehingga rhizome horizontal yang baru memiliki kapasitas untuk melanjutkan pertumbuhan lamun secara horizontal (Hemminga dan Duarte, 2000). Rhizome vertikal mampu untuk menembus hingga permukaan substrat. Bahkan pada beberapa jenis lamun dapat menembus hingga kolom perairan, misalnya pada Cymodocea, Thalassodendron, Amphibolis, Halodule dan Syringodium (Marba dan Duarte, 1994 in Hemminga dan Duarte, 2000).

Pengukuran pertumbuhan lamun dapat mengacu bagian akar, rhizome, daun, maupun pada keseluruhan tumbuhan ataupun populasinya. Pengukuran

pertumbuhan rhizome lamun dengan mengukur pertambahan internoda pada rhizome atau leaf scar. Internoda ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan umur dari tunas lamun (Patriquin, 1973 in Hemminga dan Duarte, 2000).

Kemampuan untuk memperkirakan usia lamun ini juga merupakan cara sederhana untuk mengestimasi pertumbuhan rhizome. Rasio antara rhizome dengan panjang tunas dan perbedaan umur keduanya, merupakan representasi dari jangka waktu terbentuknya potongan rhizome, serta memberikan perkiraan laju pertumbuhan horizontal lamun (Duarte et al., 1994 in Hemminga dan Duarte, 2000).

Tingkat pertumbuhan lamun sangat bervariasi, mulai dari hanya beberapa sentimeter per tahun seperti pada Posidonia oceanica, hingga lebih dari 5 meter per tahun pada Halophila ovalis (Marba dan Duarte, 1998; Duarte, 1991 in Hemminga dan Duarte 2000). Pertumbuhan lamun akan terhenti sementara pada saat musim yang merugikan untuk pertumbuhan, yang ditandai oleh adanya internoda yang sangat pendek dan leaf scar yang terlalu padat (Bell, 1991 in Hemminga dan Duarte, 2000).

2.4. Produksi Lamun

Produktivitas yaitu kecepatan produksi yang merupakan hasil dari produksi per satuan waktu, biasanya digunakan rata-rata kecepatan pada waktu tertentu misalnya satuan hari atau tahun. Produktivitas lamun sering dinyatakan dalam gram berat kering per m2 per hari (gbk/m2/hari). Produktivitas merupakan salah satu aspek ekologi lamun. Lamun memiliki produksi primer yang tinggi yang berfungsi sebagai stabilisator daerah pantai pesisir dan estuaria. Hal ini menunjukkan bahwa lamun merupakan unsur utama dalam proses-proses siklus yang rumit serta memelihara tingginya produktivitas di daerah pantai dan estuari

(Azkab, 2000). Wood et al. (1969) in Azkab (2000) menyimpulkan tentang peranan lamun sebagai produsen primer antara lain yaitu: lamun mempunyai produktivitas dan kecepatan tumbuh yang tinggi, daun lamun menyumbangkan sejumlah besar organisme epifit yang biomassanya setara biomassa daun lamun, beberapa organisme memakan langsung daun lamun dan beberapa memakan langsung epifit serta serasah lamun yang dikonsumsi sebagai detritus.

Keberadaan lamun hanya sekitar 0,15% dari permukaan laut (Charpy- Roubaud dan Sournia, 1990 in Duarte dan Chiscano, 1999) dan memberikan produksi primer sedikitnya 1% dari laut secara global (Duarte dan Cebrian, 1996 in Duarte dan Chiscano, 1999). Produksi lamun umumnya dipisahkan menjadi produksi di atas substrat (daun dan stem) dan produksi di bawah substrat (akar dan rhizome) (Short dan Duarte, 2001), yang berkorelasi secara signifikan antara produksi dengan produksi di atas substrat dan produksi di bawah substrat

(Hemminga dan Duarte, 2000). Produktivitas rata-rata baik bagian atas maupun bagian bawah lamun memiliki perbedaan nyata antar setiap spesies (Duarte dan Chiscano, 1999; Hemminga dan Duarte, 2000).

2.5. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Lamun

Dokumen terkait