BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN
3.1 Mortalitas
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen proses demografi yang
berpengaruh terhadap struktur penduduk selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat (Budi Utomo, 1985).
Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita sebagian besar disebabkan oleh BBLR dan Asfiksia. Faktor gizi buruk juga
Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2013 18
menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan kematian. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga yang mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat.
Angka kematian dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan serta menggambarkan perkembangan derajat kesehatan masyarakat. Berikut yang akan dijabarkan meliputi Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu Maternal. 3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi, dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal yaitu kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan. Umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka kematian bayi merupakan indikator penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat karena bayi yang baru lahir sangat sensitif dengan keadaan lingkungan tempat tinggal orang tua si bayi dan sangat erat kaitannya dengan keadaan sosial ekonomi orang tuanya. Angka kematian bayi selain berguna untuk memantau dan mengevaluasi keberhasilan program di bidang kesehatan, juga dapat dimanfaatkan sebagai alat
Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2013 19
ukur situasi demografi dan sebagai masukan dalam melakukan perhitungan proyeksi penduduk. Juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perencanaan program.
Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan Angka Kematian Bayi sebesar dua per tiga dari angka di tahun 1990 atau menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai instansi terkait, mulai dari pemerintah pusat maupun daerah, LSM dan masyarakat pada umumnya. Pada tahun 2013, jumlah kelahiran di Kota Tanjungpinang sebanyak 6.367 kelahiran. Dari kelahiran tersebut terjadi kelahiran mati sebanyak 41 kasus. Sedangkan dari yang lahir hidup dilaporkan bahwa sebanyak 40 bayi meninggal. Jika dikonversikan secara langsung dengan perhitungan angka kematian bayi di Kota Tanjungpinang tahun 2013 sebesar 6,32 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2012 dapat dilihat bahwa jumlah kematian bayi secara angka absolut sama yaitu dari 40 bayi pada tahun 2012 menjadi 40 bayi pada tahun 2013, tetapi secara persentase mengalami penurunan yaitu 6,83 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 6,32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Penyebab utama kematian bayi di Kota Tanjungpinang yaitu BBLR dan Aspiksia.
Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2013 20 8 5,6 6,14 6,82 6,83 6,32 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010 2011 2012 2013
3.1.2 Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0 - 4 tahun selama satu tahun tertentu per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penyuluhan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah 5 tahun.
Kejadian kematian anak balita di Kota Tanjungpinang secara absolut menunjukkan adanya peningkatan yaitu 3 kematian pada tahun 2012 menjadi 7 kematian pada tahun 2013, namun secara persentase juga terjadi peningkatan yang signifikan dimana pada tahun 2012 angka kematian anak balita sebesar 0,51 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 1,11 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Sedangkan untuk kejadian kematian balita di Kota Tanjungpinang secara absolut menunjukkan adanya peningkatan yaitu 43 kematian pada tahun 2012 menjadi 47 kematian pada tahun 2013 dan secara persentase juga mengalami peningkatan.
TAHUN P er 1.000 p dd k
Grafik : 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2013
Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2013 21 9,07 6,17 6,8 7,58 7,34 7,43 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pada tahun 2012 angka kematian balita sebesar 7.34 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 7.43 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Jika dibandingkan dengan SDKI 2012 dimana secara nasional angka kematian balita sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup, maka kondisi Angka Kematian Balita di Kota Tanjungpinang sudah jauh dibawah angka nasional. Kondisi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan lebih baik lagi mengingat masa balita merupakan masa pertumbuhan emas (golden age growth) karena pada masa ini pertumbuhan dan pembentukan organ-organ vital anak mengalami pertumbuhan yang pesat termasuk pertumbuhan otak. Jika kondisi kesehatan anak pada masa balita ini dapat terpelihara dengan baik maka kemungkinan besar generasi yang akan dihasilkan adalah generasi bangsa yang kuat secara fisik dan intelegensia.
P
er
1.000 p
dd
k
Grafik : 3.2 Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2013
TAHUN
Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2013 22
3.1.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) maternal adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu Maternal merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu daerah atau negara. Hal ini didasarkan bahwa kondisi kesehatan ibu pada waktu hamil akan menjadi faktor penentu keselamatan ibu pada proses persalinan dan masa nifas. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan ibu hamil antara lain tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu waktu melahirkan dan masa nifas.
Penghitungan AKI sulit dilakukan karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar. Angka Kematian Ibu sampai saat ini baru diperoleh dari survey-survey terbatas seperti penelitian dan pencatatan. Dari beberapa hasil survey dan penelitian terlihat bahwa angka kematian ibu maternal secara nasional menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu. Menurut hasil SKRT tahun 1992 angka kematian ibu sebesar 425 per 100.000 kelahiran hidup, hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 menunjukkan angka 390 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada hasil SKRT 1995 angka kematian ibu maternal menurun menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup. Dari hasil SDKI pada tahun 2002 - 2003 kejadian AKI menurun lagi menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 turun lagi 259 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 naik 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2013 23 52 82,68 116,09 121,29 85,4 126,46 0 20 40 60 80 100 120 140 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pada tahun 2013 berdasarkan data yang diperoleh diketahui jumlah kematian ibu maternal di Kota Tanjungpinang sebanyak 8 orang dari 6.326 kelahiran hidup. Angka ini jika dikonversikan langsung dengan rumus perhitungan AKI maka diperoleh angka 126,46 per 100.000 kelahiran hidup. Secara absolut terjadi kenaikan jumlah kasus dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan setelah dikonversi dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang signifikan yaitu 85,40 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 126,46 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Penyebab utama Kematian adalah Pendarahan dan Preeklamsi.
3.1.4 Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) dapat digunakan untuk menilai status derajat kesehatan. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan dalam menilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Gambaran AHH di Tanjungpinang selama tahun 2006 – 2013 menunjukkan peningkatan.
Per 1.000 p
d
d
k
Grafik : 3.3 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2013
TAHUN
Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2013 24
Data BPS, menunjukkan bahwa AHH di Tanjungpinang pada tahun 2006 sebesar 68,5 tahun , 2007 sebesar 68,5 tahun , 2008 sebesar 69,51 tahun, tahun 2009 sebesar 69,56 tahun dan tahun 2010 sebesar 69,62 tahun. Tahun 2011, AHH Kota Tanjungpinang kembali naik menjadi 69,67 tahun.
Grafik: 3.4
Angka Harapan Hidup di Kota Tanjungpinang Tahun 2009 -2013 69,56 69,62 69,67 69,72 69,75 69,45 69,5 69,55 69,6 69,65 69,7 69,75 69,8 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : BPS Kota Tanjungpinang