• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Penyajian Data

4.3.1 Motif yang Mendorong Pelaku Usaha Kecil dan Menengah dalam

Dari wawancara penulis kepada 10 UKM di kota Medan, diperoleh motif atau alasan yang mendasari UKM dalam menerapkan e-commerce. Kesemua jawaban mengenai motif yang di berikan pemilik UKM tersebut penulis rangkum dalam 7 motif yaitu :

1. Mempromosikan produk.

2. Mendapatkan pelanggan baru melalui akses ke pasar global yang lebih luas. 3. Membangun merk sehingga menciptakan citra positif terhadap perusahaan. 4. Meningkatkan daya saing dengan sesama UKM.

5. Menghemat biaya dalam penggunaan tenaga kerja.

7. Memuaskan pelanggan dengan memberikan pelayanan tanpa batas waktu dan jangkauan yang luas.

Hasil selengkapnya tentang motif yang mendasari 10 UKM di Kota Medan dalam menerapkan e-commerce dapat dilihat pada gambar 4.10

Gambar 4.10

Motif yang Mendorong Pelaku UKM dalam Menerapkan e-commerce

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari gambar di atas dapat diketahui seberapa besar motif UKM untuk menerapkan e-commerce. Dengan presentasi terbesar yaitu 100 % mempromosikan produk, motif membangun merk 92%, menghemat biaya dan memuaskan pelanggan berada pada persentasi yang sama yaitu 82 %, meningkatkan daya saing dengan

100% 92% 78% 72% 82% 66% 82% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Motif yang Mendorong Pelaku Usaha kecil

dan Menengah dalam Menggunakan

e-commerce

Motif yang Mendorong Pelaku Usaha kecil dan Menengah dalam Menggunakan e-commerce

UKM sejenis 78%, yang terakhir memperluas jaringan bisnis untuk mendapat agen dan distributor sebesar 66 %.

4.3.2 Manfaat dan Hambatan dalam Penerapan e-commerce bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah

Manfaat Penerapan E-commerce

Dari wawancara penulis kepada 10 UKM di kota Medan, diperoleh manfaat yang dirasakan dalam menerapkan e-commerce. Kesemua jawaban mengenai manfaat yang di berikan pemilik UKM tersebut penulis rangkum dalam 7 manfaat yaitu :

1. Meningkatan Omzet Penjualan 2. Peningkatan jumlah Pelanggan 3. Perluasan jangkauan Bisnis 4. Sarana Promosi

5. Peluang Terbukanya Bisnis Baru 6. Kepuasan pelanggan

7. Kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen

Hasil selengkapnya tentang manfaat yang dirasakan 10 UKM di Kota Medan dalam menerapkan e-commerce dapat dilihat pada gambar 4.11

Gambar 4.11

Manfaat Penerapan E-commerce bagi UKM

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari gambar di atas dapat diketahui manfaat terbesar yang dirasakan UKM adalah kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen 96%, sarana promosi 92%, meningkatkan omzet penjualan 88%, peningkatan jumlah pelanggan 86%, kepuasan pelanggan 80%, peluang terbukanya bisnis baru 76%, dan terakhir perluasan jangkauan bisnis 74%.

Hambatan Penerapan E-commerce

Dari wawancara penulis kepada 10 UKM di kota Medan, diperoleh hambatan yang dirasakan UKM dalam menerapkan e-commerce. Kesemua jawaban mengenai hambatan yang di berikan pemilik UKM tersebut penulis rangkum dalam 4 hambatan yaitu : 88% 86% 74% 92% 76% 80% 96% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Manfaat Penerapan E-commerce

Manfaat Penerapan E-commerce

1. Sumber daya manusia yang terbatas

2. Kurangnya Informasi mengenai e-commerce

3. Biaya ISP (internet service provider) yang masih mahal 4. Cara memasarkan produk

Hasil selengkapnya tentang hambatan yang dirasakan 10 UKM di Kota Medan dalam menerapkan e-commerce dapat dilihat pada gambar 4.12

Gambar 4.12

Hambatan Penerapan E-commerce bagi UKM

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari gambar diatas, dapat diketahui hambatan terbesar yang dirasakan UKM adalah cara memasarkan produk 72%, biaya internet service provider yang mahal 60%, kurangnya informasi mengenai e-commerce 58% dan yang terakhir SDM yang terbatas 56%. 56% 58% 60% 72% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

SDM yang terbatas Kurangnya informasi e-commerce

Biaya ISP yang mahal Cara Memasarkan Produk

4.3.3 Peranan / Penerapan e-commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha kecil dan Menengah

Lama Penerapan E-commerce

Lama penerapan e-commerce dihitung sejak UKM pertama kali menerapkan e-commerce dalam usahanya. Hasil selengkapnya tenang lama penggunaan e-commerce oleh UKM dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Lama Penerapan E-commerce Lama Penerapan Jumlah %

< 1 tahun 3 30 %

1 – 5 tahun 7 70 %

> 5 tahun 0 0

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa sebanyak 3 UKM menerapkan atau menggunaka e-commerce kurang dari satu tahun. 7 UKM menerapkan atau menggunaka e-commerce antara 1 sampai dengan 5 tahun. Dan tidak ada UKM yang sudah menerapkan e-commerce lebih dari 5 tahun.

Omzet Penjualan UKM

Omzet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah omzet penjualan yang berhasil diperoleh UKM per bulan. Hasil selengkapnya tentang omzet penjualan dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Omzet Penjualan UKM

Omzet penjualan / bulan Jumlah %

< Rp. 5.000.000 1 10 %

Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000 6 60 %

> Rp. 10.000.000 2 20 %

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Presentase tertinggi adalah UKM yang omzet penjualannya berkisar antara 5.000.000 sampai dengan 10.000.000 yaitu 60 % sedangkan presentase yang terendah adalah dengan omzet penjualan dibawah Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 10% sedangkan 20 % lainnya beromzet diatas Rp. 10.000.000.

Penggunaan E-Commerce dalam Mempengaruhi Omzet UKM

Yang dimaksud penggunaan e-commerce dalam mempengaruhi omzet UKM adalah seberapa besar pengaruh penerapan e-commerce dalam pendapatan UKM (omzet). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel. 4.14

Penggunaan E-Commerce dalam Mempengaruhi Omzet UKM

Keterangan Jumlah % Omzet meningkat > 100% 7 70 % Omzet meningkat < 100% 3 30 % Omzet Tetap 0 0 % Omzet Menurun 0 0 10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 7 UKM mengaku setelah menggunakan e-commerce omzet usahanya meningkat diatas 100 %, 3 UKM lainnya mengaku omzet nya meningkat diatas 100% dan tidak ada satupun UKM yang mengaku omzetnya tetap maupun turun.

Biaya yang Dikeluarkan untuk E-Commerce

Biaya yang dimksudkan disini adalah biaya yang dikeluarkan dalam menerapkan e-commerce meliputi biaya pulsa, paket internet, pengelolaan web dan lain-lain.

Tabel 4.15

Biaya yang Dikeluarkan untuk E-Commerce

Biaya Jumlah %

< Rp. 1.000.000 9 90 % = Rp. 1.000.000 1 10 % > Rp. 1.000.000 0 0

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari tabel diatas dapat diketahui, 9 UKM mengeluarkan biaya kurang dari Rp. 1.000.000 untuk e-commerce, dan satu UKM mengaku mengeluarkan uang sebesar Rp. 1000.000 untuk e-commerce.

Jumlah Pelanggan Tetap dalam 6 Bulan Terakhir

Jumlah pelanggan yang dimaksud adalah jumlah pelanggan yang telah membeli produk ukm lebih dari satu kali. Hasil selengkapnya tentang jumlah pelanggan tetap dalam 6 bulan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.16

Tabel 4.16

Jumlah Pelanggan Tetap dalam 6 Bulan Terakhir

Pelanggan Jumlah %

> 100 pelanggan 5 50 % 50 – 100 pelanggan 4 40 % < 50 pelanggan 1 10 %

10 100 %

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa 5 UKM memiliki 100 pelanggan tetap dalam 6 bulan terakhir, 4 UKM memilik 50 sampai dengan 100 pelanggan dan 1 UKM memilik kurang dari 50 pelanggan dalam 6 bulan terakhir.

Tempat Asal Pelanggan

Ditinjau dari tempat asal pelanggan UKM, dapat diketahui bahwa pelanggan yang berasal dari kota medan sekitarnya sebesar 80%, Pelanggan yang berasal dari luar provinsi sumatera utara sebesar 10 % , dan pelanggan yang berasal dari luar pulau sumatera sebesar 10% sedangkan pelanggan yang berasal dari luar indonesia sebesar 0 %. Tempat asal pelanggan selengkapnya disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.17

Tempat Asal Pelanggan

Asal Jumlah %

Kota Medan dan Sekitarnya 8 80 % Luar Provinsi Sumatera Utara 1 10 %

Luar Pulau Sumatera 1 10%

Luar Indonesia 0 0

10 100 %

4.4Analisis Data

Pada analisis data, penulis akan menjabarkan data yang telah diperoleh melalui wawancara dan observasi kepada objek penelitian yaitu 10 UKM di kota Medan sesuai dengan kerangka teori yang telah di buat sebelumnya.

Dari 10 UKM yang menjadi objek penelitian ini kesemuanya masuk dalam kelompok e-commerce Business-to-consumere (B2C). Dimana produk dari objek penelitian ini sudah dapat langsung dipakai atau dikonsumsi oleh konsumen. Dan system penjualannya langsung kepada konsumen akhir tanpa melalui perantara.. Hal ini sesuai dengan tiga kelompok besar e-commerce menurut Laudon (2005:163) yaitu: Business-to-consumere (B2C), Business-to-business (B2B), Consumer-to-consumer (C2C).

Dalam penerapannya 10 UKM yang menjadi objek dalam penelitian ini memliki komponen standar e-commerce sesuai dengan yang dikemukakan Hidayat (2008:7) yaitu:

1. Produk : Produk yang dijual oleh objek dalam penelitian ini berupa miniature clay, makanan, pakaian, dan pomade.

2. Tempat menjual produk (a place to sell) : tempat menjual produk dalam objek penelitian ini selain toko konvensional adalah website, blog, media sosial (instagram, twitter, facebook).

3. Cara menerima pesanan : Pesanan di terima melalui aplikasi chat line, line @, whatsapp dan bbm.

5. Metode pengiriman dilakukan dengan system kurir seperti JNE, TIKI, POS, GO-JEK dan lain-lain.

6. Customer service atau pelayanan konsumen dilakukan melalui e-mail, chat bbm, line, line @, dan whatsapp.

Proses transaksi e-commerce yang dilakukan oleh objek dalam penelitian ini sesuai dengan proses transaksi e-commerce dalam buku Strategi Periklanan Pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia (Suyanto, 2003:46) yaitu : produk ditunjukkan kepada konsumen melalui web, blog dan media sosial lainnya (show). Kemudian konsumen melakukan register atau menghubungi pemilik untuk melakukan pemesanan. Setelah pemesanan dilakukan, langkah selanjutnya adalah pembayaran (payment) melalui transfer atau pembayaran cash ke toko konvensional. Selanjutnya akan di tanyakan identitas konsumen untuk proses verifikasi, dan yang terakhir barang akan dikirim kepada konsumen (deliver)

Motif atau alasan dengan persentasi paling besar yaitu 100% (sangat diharapkan) yang mendasari 10 UKM yang menjadi objek dalam penelitian adalah mempromosikan produk. E-commerce dianggap sebagai cara terbaik untuk melakukan promosi melihat kecendrungan masyarakat yang kini senang berbelanja dengan proses cepat dan mudah.

Motif selanjutnya adalah membangun merk 92% (sangat diharapkan), dengan menerapkan e-commerce pemilik UKM berharap dapat membangun merk dan melekat di benak masyarakat. Motif menghemat biaya 82% (sangat diharapkan) yaitu pemilik UKM berharap dapat menghemat biaya tenaga kerja karena dalam penerapan e-commerce tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Motif memuaskan pelanggan

82% (sangat diharapkan), dengan penerapan e-commerce pemilik UKM berharap dapat memuaskan keinginan pelanggan untuk berbelanja kapanpun dan dimanapun.

Kemudian meningkatkan daya saing 72% (diharapkan), pemilik UKM berharap dengan menerapkan e-commerce dapat menjadi salah satu kekuatan dalam bersaing dengan UKM lain yang sejenis. Motif Memperluas jaringan, yaitu pemilik UKM berharap dapat menemukan pemasok baru atau agen baru untuk menyuplai kebutuhan produksi usahanaya tetapi hal ini bukan menjadi harapan tertinggi UKM dengan hanya mendapat presentasi 60% (netral).

Hal yang sangat bermanfaat dengan presentasi 96% yaitu kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen. E-commerce membuktikan bahwa untuk berhubungan dengan konsumen bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja yang tentu saja berbeda dengan toko konvensional yang mempunyai batas waktu pelayanan.

Kemudian menurut objek dalam penelitian ini, e-commerce sangat bermanfaat sebagai sarana promosi dengan presentasi 92%, disusul dengan peningkatan omzet penjualan 88%, peningkatan jumlah pelanggan 86%, kepuasan pelanggan 80%. Peluang terbukanya bisnis baru 76% dan perluasan jangkauan bisnis 74% dianggap biasa saja bagi pemilik UKM.

Hal yang menghambat dalam penerapan e-commerce bagi 10 UKM dalam penelitian ini adalah cara memasarkan produk dengan persentasi 72%. Pemilik UKM mengaku masih mencari cara yang pas untuk memasarkan produknya melalui e-commerce, mengingat banyaknya usaha sejenis yang juga memiliki produk yang sama.

Kemudian biaya internet service provider ditanggapi pemilik UKM masih wajar dengan persentasi 60% (netral). Harga ISP dianggap masih wajar mengingat banyaknya manfaat yang didapat melalui penerapan e-commerce. Kurangnya informasi mengenai e-commerce juga ditanggapi netral oleh pemilik UKM karena penggunaan e-commerce masih bisa dipelajari melalui buku dan sumber informasi internet. Dan yang terakhir Sumber daya manusia yang terbatas 56% juga ditanggapi netral karena beberapa pemilik UKM dalam penelitian ini mengelola situs e-commerce nya sendiri dan sebagian yang lain mempekerjakan karyawan khusus (admin).

Dalam hal meningkatkan daya saing 10 UKM yang menjadi objek dalam penelitian ini sudah memanfaatkan tekhnologi dalam menjalankan usahanya. Tekhnologi merupakan salah satu prasyarat utama dalam meningkatkan daya saing menurut tambunan (2009:105). Tekhnologi yang dimaksud adalah penerapan system jual beli online dimana pada awalnya objek dalam penelitian ini hanya membuka toko konvensional. Dapat dilihat pada tabel 4.10, 3 UKM sudah menerapkan e-commerce kurang dari satu tahun dan 7 lainnya menerapkan e-commerce selama 1 sampai dengan 5 tahun. Dalam penerapan e-commerce, 9 UKM mengeluarkan biaya kurang dari Rp. 1.000.000 dalam sebulan dan 1 UKM mengeluarkan biaya Rp.1.000.000.

Peningkatan daya saing dapat dilihat pada jumlah pelanggan tetap dalam 6 bulan terahir. 5 UKM memiliki lebih dari 100 pelanggan tetap, 4 UKM memiliki 50-100 pelanggan tetap dan 1 UKM memiliki kurang dari 50 pelanggan tetap dalam 6 bulan terakhir. Peningkatan daya saing juga dapa dilihat pada omzet yang meningkat. Pada tabel 4.12 Dapat diketahui bahwa setelah mengunakan e-commerce, tidak ada

UKM yang omzetnya tetap atau menurun.3 UKM mengaku omzetnya meningkat kurang dari 100% dan 7 lainnya mengaku omzetnya meningkat lebih dari 100%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penulis yaitu untuk mengetahui motif, manfaat dan hambatan yang dirasakan UKM serta mengetahui sejauh mana penerapan E-commerce dalam meningkatkan daya saing UKM, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Motif atau alasan yang mendasari UKM menerapkan E-commerce adalah sebagai berikut mempromosikan produk 100%, membangun merk 92%, menghemat biaya dan memuaskan pelanggan berada pada persentasi yang sama yaitu 82 %, meningkatkan daya saing dengan UKM sejenis 78%, yang terakhir memperluas jaringan bisnis untuk mendapat agen dan distributor sebesar 66 %.

2. Manfaat paling besar yang dirasakan UKM adalah kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen 96%, sarana promosi 92%, meningkatkan omzet penjualan 88%, peningkatan jumlah pelanggan 86%, kepuasan pelanggan 80%, peluang terbukanya bisnis baru 76%, dan terakhir perluasan jangkauan bisnis 74%..

3. Hal yang dirasa paling menghambat UKM dalam menerapkan E-commerce adalah cara memasarkan produk 72%, biaya internet service provider yang mahal 60%, kurangnya informasi mengenai E-commerce 58% dan yang terakhir SDM yang terbatas 56%.

4. Peningkatan daya saing dapat dilihat pada omzet yang meningkat. Setelah mengunakan E-commerce, tidak ada UKM yang omzetnya tetap atau

5. menurun. 3 UKM mengaku omzetnya meningkat kurang dari 100% dan 7 lainnya mengaku omzetnya meningkat lebih dari 100%.

6. Dalam penerapan E-commerce, objek dalam penelitian ini menerima pesanan melalui aplikasi chat Line, Line @, Whatsapp dan BBM. Menjual produk melalui Website, Blog, media sosial (Instagram, Twitter, Facebook). Serta cara pembayaran dilakukan dengan CoD (Cash on Delivery) dan transfer.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap 10 UKM di Kota Medan, Penulis memiliki beberapa saran yaitu :

1. Pengelolaan media sosial yang khusus menerima pesanan seperti Whatsapp, Line dan BBM agar lebih dioptimalkan dengan membuat akun khusus usaha dan tidak dicampurkan dengan akun pribadi.

2. Memperbaharui tampilan media social yang khusus untuk mempromosikan produk seperti Facebook, Instagram, Twitter, Blog dan Website secara berkala agar konsumen selalu mendapat hal-hal baru saat berkunjung.

3. Memperbaharui informasi produk dan harga pada media social yang khusus untuk mempromosikan produk seperti Facebook, Instagram, Twitter, Blog dan Website secara berkala untuk memenuhi rasa ingin tahu konsumen yang ingin berbelanja.

4. Meningkatkan pelayanan dengan merespon secara cepat pertanyaan yang diajukan konsumen demi kenyamanan konsumen dalam berbelanja.

5. Menanyakan kembali kesan konsumen setelah berbelanja sehingga konsumen merasa lebih dekat. Dan mengumpan kembali kesan konsumen (testimony) tersebut ke media social seperti Facebook, Instagram, Twitter, Blog dan Website agar calon konsumen lain merasa percaya untuk melakukan transakasi jual beli.

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 E-Commerce

2.1.1 Pengertian E-Commerce

E-commerce adalah bagian dari ruang yang dikenal dengan e-business. Dalam hal ini e-commerce dipandang sebagai penerapan dari e-business, dalam kaitannya dengan proses penjualan dan pembelian produk serta layanan. Aspek ini mencakup pertukaran data (data exchange) selama proses transaksi yang berhubungan dengan pengelolaan aktifitas pembayaran.

Menurut Jullian Ding dalam Halim (2005;11), e-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan, atau peralihan hak dimana komersial ini terdapat didalam media elektronik (media digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan para pihak dan keberadaan media ini dalam public network (sistem tertutup). Jadi dapat disimpulkan bahwa e-commerce adalah kegiatan jual beli di dunia maya tanpa perlu berhubungan secara langsung

Pengertian dari e-commerce menurut Kalakota dan Whinston (Suyanto, 2003:11) dapat ditinjau dalam 4 perspektif berikut yaitu :

1. Dari perspektif komunikasi, e-commerce adalah pengiriman barang, layanan, informasi atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui peralatan elektronik lainnya.

2. Dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari teknologi yang menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.

3. Dari perspektif layanan, e-commerce merupakan suatu alat yang memenuhi keinginan perusahaan, konsumen dan manajemen untuk memangkas biaya layanan (service cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan layanan pengiriman.

4. Dari perspektif online, e-commerce menyediakan kemampuan untuk membeli dan menjual barang ataupun informasi melalui internet dan sarana online berikutnya.

Seluruh definisi yang dijelaskan di atas pada dasarnya memiliki kesamaan yang mencakup komponen transaksi (pembeli, penjual, barang, jasa dan informasi), subyek dan obyek yang terlibat, serta media yang digunakan (dalam hal ini adalah internet).

2.1.2 Manfaat E-commerce

Manfaat yang di dapat melalui penerapan e-commerce antara lain : 1. Bagi Penjual :

a) Memperluas pangsa pasar (market place) hingga ke pasar nasional dan internasional.

b) Dengan biaya operasi yang minim, sebuah perusahaaan dapat dengan mudah menemukan lebih banyak pelanggan, pemasok (supplier) yang lebih baik dan partner bisnis yang paling cocok dari seluruh dunia.

c) Penjual tidak memerlukan modal besar untuk mencari lokasi, membangun tempat usaha ataupun menyewa toko.

d) Efisiensi tenaga kerja, bisnis online hanya memerlukan beberapa tenaga kerja dengan kemampuan yang dapat diandalkan.

e) E-commerce menurunkan biaya pembuatan, pemrosesan, pendistribusian, penyimpanan, dan pencarian informasi yang menggunakan kertas.

2. Bagi Konsumen :

a) E-commerce memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan transaksi selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi. b) E-commerce memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan, mereka

bisa memilih berbagai produk dari banyak vendor.

c) E-commerce menyediakan produk dan jasa yang tidak mahal kepada pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat dan melakukan perbandingan secara cepat.

d) Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detil dalam hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu.

2.1.3 Pengelompokkan E-Commerce

Ada beberapa cara pengelompokan transaksi e-commerce. Salah satunya adalah dengan melihat sifat partisipan dalam transaksi e-commerce. Menurut Laudon (2005:163) tiga kelompok besar e-commerce adalah :

1. Business-to-consumere (B2C).

Mencakup penjualan barang-barang dan jasa antar bisnis. Transaksi bisnis ini meliputi produk yang diperjualbelikan mulai dari produk barang dan jasa baik dalam bentuk berwujud maupun dalam bentuk elektronik atau digital yang telah siap untuk digunakan oleh konsumen.

2. Business-to-business (B2B).

Bisnis ke bisnis merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku bisnis atau dengan kata lain transaksi secara elektronik antar perusahaan (dalam hal ini pelaku bisnis) yang dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas atau volume produk yang besar

3. Consumer-to-consumer (C2C).

Konsumen ke konsumen merupakan transaksi bisnis secara elektronik yang dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu pula.

2.1.4 Komponen E-Commerce

E-commerce memiliki beberapa komponen standar yang dimiliki dan tidak dimiliki transaksi bisnis yang dilakukan secara offline, yaitu (Hidayat, 2008:7):

1. Produk: Banyak jenis produk yang bisa dijual melalui internet seperti komputer, buku, musik, pakaian, mainan, dan lain-lain.

2. Tempat menjual produk (a place to sell): tempat menjual adalah internet yang berarti harus memiliki domain dan hosting.

3. Cara menerima pesanan: email, telpon, sms dan lain-lain.

4. Cara pembayaran: Cash, cek, bank draft, kartu kredit, internet payment (misalnya paypal).

5. Metode pengiriman: pengiriman bisa dilakukan melalui paket, salesman, atau didownload jika produk yang dijual memungkinkan untuk itu (misalnya software).

6. Customer service: email, formulir on-line, FAQ, telpon, chatting, dan lain-lain.

2.1.5 Proses Transaksi E-Commerce

Agar sebuah perdagangan antar pembeli dan penjual dapat dilakukan, maka harus ada satu proses tertentu. Proses transaksi e-commerce bisa mencakup tahap-tahap sebagai berikut (Suyanto, 2003:46):

1. Show

Penjual menunjukkan produk atau layanannya di situs yang dimiliki, lengkap dengan detail spesifikasi produk dan harganya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam menerima informasi atas barang yang ingin dibeli.

2. Register

Konsumen melakukan register atau mendaftar untuk memasukkan data-data identitas, alamat pengiriman dan lain-lain.

3. Order

Setelah konsumen memutuskan produk apa yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah melakukan order pembelian. Dapat dilakukan dengan menghubungi si penjual melalui kontak yang tertera atau jika mengorder dari situs web dapat mengikuti langkah-langkah pembelian pada situs tersebut. 4. Payment

Konsumen melakukan pembayaran dengan cara transfer ke nomor rekening penjual.

5. Verification

Verifikasi data konsumen adalah konsumen diminta untuk mengisi kembali data-data pembayaran seperti, nomer rekening atau kartu kredit.

6. Deliver

Produk yang dipesan dan sudah di bayar oleh konsumen (transfer) maka kemudian akan dikirimkan oleh penjual melalui kurir ke alamat konsumen.

2.1.6 Hambatan E-Commerce di Indonesia

Penerapan e-commerce di Indonesia masih menghadapi banyak kendala. Kendala-kendala yang dihadapi bangsa Indonesia dalam penerapan e-commerce adalah sebagai berikut :

1. Pemahaman Dunia Teknologi Informasi yang Masih Kurang.

Harus diakui bahwa masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya memahami teknologi informasi. Sejauh ini, masih dikenal sebatas masyarakat kota dan umumnya baru dinikmati oleh generasi muda.

2. Tingginya Cybercrime

Cybercrime dapat diartikan sebagai tindak pelanggaran hukum di lingkup teknologi informasi. Jenis dari cybercrime yaitu kasus carding, penipuan, pembajakan situs, menyebarkan virus dan worm, pembajakan software, serta mencoba menjadi cracker, hacker, dan lain-lain.

3. Ketegasan Peraturan dan Perundang-undangan

Semua kasus yang terjadi di dunia maya membutuhkan ketegasan aturan yang jelas dan didukung oleh aparat penegak hukum yang memiliki kemampuan

andal. Dapat dikatakan bahwa saat ini kemampuan aparat penegak hukum di

Dokumen terkait