• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha (Studi pada UKM di Kota Medan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha (Studi pada UKM di Kota Medan )"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Sumber : Twitter @teribajakmedan, dan instagram : @teribajakmedan

Tampilan Blog Teri Bajak

(2)

Sumber : Instagram : @anggitaclay

Tampilan Instagram Labella Outlet

(3)

Sumber : Instagram : @superbigtwin, twitter : @superbigtwin

Tampilan Instagram Allco Pomade

(4)

Sumber : Instagram : @maccaronirin

Tampilan Instagram 061 Store

(5)

Sumber : Facebook : Molen Arab

Tampilan Instagram Molen Arab

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

Buku :

Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan

Usaha Kecil. Jakarta : Rineka Cipta.

Barakatullah, Abdul Halim, Teguh Prasetyo. 2005. Bisnis E-commerce (Studi

Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

C. Laudon, Kenneth & P. Laudon, Jane. 2005. Sistem Informasi Manajemen Mengelola Perusahaan Digital. Edisi 8. Yogyakarta: Andi Offset.

Hartono, Bambang. 2013. Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer.

Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat, Taufik, 2008. Panduan Membuat Toko Online dengan OSCommerce,

Jakarta: Mediakita.

Hubeis, Musa. 2009. Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.

MADCOMS. 2009. Bisnis Sukses Lewat Internet. Yogyakarta: Andi Offset.

Moleong, Maxy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyanto, Agus. 2009. Sistem Informasi Konsep & Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka

(18)

Strange, Carol Anne. 2010. Berani Memulai & Menjalankan Bisnis Internet.

Jakarta: Tiga Kelana.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Sumihardjo, Tumar. 2008. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Melalui Pengembangan Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Bandung: Penerbit

Fokusme.

Sunyoto, Danang. 2015. Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage). Jakarta :

CAPS (Center for Academic Publishing Service).

Sunarto, Andi. 2009. Seluk Beluk E-Commerce (Panduan Bagi Pemula Untuk

Menjual Produknya Melalui Internet). Jogjakarta: Garai Ilmu.

Suyanto, M. 2003. Strategi Periklanan Pada E-Commerce Perusahaan Top

Dunia. Yogyakarta: Andi Offset.

Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu

Penting. Salemba Empat: Jakarta.

Tambunan, Tulus. 2009. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Salemba

Empat: Jakarta.

Turban, Effraim, Lee, King, dan Chung, 2000. Electronic Commerce : A

Managerial Perspective. Person Education Inc., Upper Saddle River

(19)

Jurnal :

Almilia, Luciana Spica dan Lidia Robahi. 2007. “Penerapan E-commerce Sebagai Upaya Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan”.

Surabaya : STIE Perbanas.

Maryama, Siti.2013. “ Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha”. Jakarta : STIE Ahmad Dahlan.

Prabandari, Sri Palupi dan Misbahuddin Azzuhri. 2011. dengan judul “efektivitas penggunaan e-commerce sebagai penunjang aktifitas bisnis pada usaha kecil menengah (UKM) di malang raya”. Malang : Universitas

Brawijaya.

Skripsi

Khasanah, Siti Nur.2007. “Efektivitas Penerapan E-commerce pada Perhotelan Studi Pada Hotel Sahid Surabaya”. Malang : Universitas Islam Negeri (UIN).

Situs Internet :

Jackslabs, 2015. “Pengguna Sosial Media “. Diakses tanggal 30 Maret 2016 dari

(20)

indonesia-tahun-2015/

Pratiwi, Hesti. 2013. “Peluang E-Commerce di Indonesia”. Diakses tanggal 15

maret 2016 dari https://dailysocial.id/post/andi-s-boediman-peluang-e-commerce-di-indonesia-luar-biasa/

Wikipedia, 2016. “Internet”. Diakses tanggal 16 maret 2016 dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Internet

Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia 2016. “Kriteria UKM”.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Analisis data dilakukan secara

kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan jawaban responden yang kemudia

disajikan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi dan grafik. Dalam penelitian

kualitatif deskriptif, peneliti berusaha menguraikan secara detail kebenaran dan

fakta-fakta berdasarkan data-data yang diperoleh.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori,

tetapi dipandu oleh fakta yang ditemukan dilapangan. Analisis data yang

dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta yang ditemukan kemudian dapat

dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Analisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal, melaksanakan

pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti mendapatkan seluruh data

(Sugiyono, 2014).

Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya penelitian

menggunakan pola deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang

dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang siapa, apa, kapan dan bagaimana

yang berkaitan dengan objek penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 10 UKM yang berada di kota Medan.

Penelitian akan dimulai pada bulan april 2016 dan lama penelitian sesuai dengan

(22)

3.3 Sumber Data

Objek penelitian ini adalah 10 unit UKM yang berbasis di kota Medan,

dan telah menggunakan metode e-commerce dalam operasional usahanya, yaitu :

1. Teri Bajak

2. Anggita Clay

3. Labella outlet

4. Super Big Twin Pizza

5. Allco Pomade

sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara

langsung mengenai objek penelitian. Sumber data diperoleh dari informan dan

kegiatan observasi partisipatif yang dilakukan peneliti bersama dengan subjek

penelitian.

Informan yang dimaksudkan berasal dari subjek penelitian langsung yaitu

pelaku UKM. Dalam penelitian ini informan diperoleh melalui key person karena

(23)

informan penelitian. Sehingga dengan menggali data dari key person dirasa lebih efektif dan efisien dalam proses pengumpulan data.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk dapat menguraikan dengan jelas tujuan penelitian yang telah

dirumuskan, maka kegiatan pengumpulan data sangat penting. Artinya penekanan

objek/subjek dan muatan data yang diperoleh memerlukan langkah-langkah yang

akurat dan sistematis guna dijadikan acuan dalam mengelola data/informasi yang

berhubungan dengan penelitian.

Berkaitan dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

1. Studi Lapangan (Data Primer)

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan

informasi langsung dari objek penelitian dengan menggunakan metode khusus

yaitu :

A. Wawancara, yaitu wawancara dimana peneliti menetapkan sendiri masalah

dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan tujuan untuk

mencari jawaban atas permasalahan yang dirumuskan. Data didapat

langsung dari sumber informan yang berkenaan dengan masalah penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan langsung

dari subjek/objek atau sumber informasi yang dicari.

B. Observasi, adalah melakukan pengamatan secara langsung, meliputi

kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu subjek/objek dengan

(24)

2. Studi Kepustakaan (Data Sekunder)

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari sumber-sumber baku

seperti buku, jurnal, karya ilmiah, situs internet, dan sebagainya yang

berhubungan dengan materi penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014) analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangung secara terus-menerus sampai tuntas

sehingga datanya sudah jenuh.Aktifitas dalam analisis data yaitu:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting,dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

2. Penyajian Data

Melalui penyajian data, maka data dapat terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan sehingga akan mudah difahami.Penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

dan sejenisnya namun yang paling sering adalah dengan teks yang bersifat

naratif.

3. Verifikasi

Verifikasi atau penarikan kesimpulan adalah merupakan temuan baru

berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

(25)

3.6 Definisi Konsep

Definisi konsep yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

1. E-commerce

Merupakan kosep baru dalam dunia bisnis dimana bisnis dijalankan

melalui media internet. E-commerce membuat aktifitas bisnis lebih praktis

karena dapat menghubungkan penjual dan pembeli tanpa harus bertemu.

2. Daya Saing

Merupakan hasil dari segala usaha yang dilakukan perusahaan untuk

mecapai keunggulan dibidang harga, kualitas pelayanan dan lain-lain.

Perusahaan berlomba-lomba untuk lebih unggul dibandingkan perusahaan

(26)

HASIL PENELITIAN

082273690722 - / @anggitaclay /

@anggitaclayart Ridaardila 73cd456 -

3 Thalita Eka Labella

@Labellaoutlet 76588c2 -

(27)

5 Juan Utama

rin Jl. Keladi no. 37 082160790004

- / @maccaronirin /

Perdamaian no. 1 0811600771

molenarab/ @

(28)

4.2 Deskripsi Objek Penelitian 4.2.1 Teri Bajak

Gambar 4.1 Logo Teri Bajak

Sumber : Teri bajak (2016)

Teri bajak merupakan UKM yang menjual oleh-oleh khas medan berupa

olahan ikan teri yang diolah dengan sambal atau biasa disebut sambal teri kacang.

Teri Bajak mengangkat makanan tradisional ke dalam kemasan modern yang praktis,

mudah dibawa dan disimpan kembali serta tahan hingga satu bulan. Toko Teri bajak

terletak di area strategis yaitu Merdeka walk dan bandara kualanamu, selain itu

produk teri bajak dapat juga dibeli di beberapa swalayan di kota medan.

Tabel 4.2

Jenis-jenis Produk dan Harga Teri Bajak

Jenis Produk Harga Satuan

Teri medan sambal merah /rawit 150 gram Rp. 40.000

(29)

Teri belah sambel merah/rawit 150 gram Rp. 40.000

Teri belah kacang sambal merah/rawit 150 gram Rp. 40.000

Teri Mentah 200 gram Rp. 25.000

Teri Medan 500 gram Rp. 70.000

Teri Medan 1 kg Rp. 130.000

Kue Bawang Teri 200 gram Rp. 20.000

Kue Bawang Teri 1 kg Rp. 95.000

Orong-orong Bajak 500 gram Rp. 25.000

Sumber : Teri bajak (2016)

Menurut pemilik, target pasar teri bajak adalah orang-orang di luar kota

medan yang berkunjung ke medan dan mencari makanan khas untuk dijadikan

oleh-oleh. Karena itu, pemilik usaha ini memilih menggunakan e-commerce sebagai senjata utama dalam menarik perhatian konsumen.

Awalnya pemilik memanfaatkan aplikasi twitter untuk memasarkan produk dengan membuat tweet menarik tentang produknya. Pemilik juga membuat akun

facebook karena dirasa lebih dapat menampilkan gambar produk teri bajak. Kemudian disusul dengan dibuatnya blog dan website, dan yang terakhir adalah membuat akun instagram khusus teri bajak.

Dalam menerima pesanan, pemilik menggunakan blackberry masangger (bbm), line, dan whatsapp untuk memudahkan konsumen yang memiliki keterbatasan

(30)

Melalui wawancara dengan pemilik, di awal penggunaan e-commerce dianggap mampu meningkatkan omzet penjualan sebanyak 30% dari omzet yang

didapat sebelum menggunakan e-commerce dimana omzet yang didapat lebih dari 10

juta rupiah per bulannya. Dengan menggunakan e-commerce pemilik mengaku dapat menghemat waktu untuk melakukan transaksi jual beli sehingga dapat mengerjakan

hal lain di waktu yang sama. Pemilik mengungkapkan dengan penggunaan

e-commerce, konsumen terus bertambah dengan semakin mudahnya akses jual beli

yang dilakukan.

“Sekarang orang luar medan yang pernah di bawain oleh-oleh dari

keluarganya yang beli di kami mulai banyak yang mesan dari line. Mereka tau kontak teri bajak dari kemasan yang ada di cantumkan media social dan line. Tapi sering salah pahamlah soalnya kan mesannya dari chat gak sejelas kalo ngomong langsung ” (wawancara pada 7 juni 2016)

Dengan memanfaatkan e-commerce, pemilik juga berusaha meyakinkan pelanggan bahwa teri bajak adalah oleh-oleh khas medan yang terpercaya dengan

mengendorse artis untuk mempromosikan produknya. Ini dapat di lihat pada blog yang menampilkan pelawak tukul arwana yang sedang memegang kemasan teri

(31)

4.2.2 Anggita Clay

Anggita clay art adalah salah satu usaha yang bergerak dibidang kerjainan

clay yang dibingkai yaitu miniature clay in frame. Clay adalah keterampilan tangan

yang menggunakan beberapa bahan tepung dan lem kayu, yang diolah menjadi

adonan dan diberi warna sesuai keinginan. Dari adonan tersebut, dapat dibentuk pola

sesuai dengan pesanan seperti halnya minatur.

Usaha yang berdiri pada februari 2013 ini menawarkan berbagai tema clay

frame yaitu tema birthday, anniversary, wedding, graduation, kelahiran bayi, dan lain-lain sehingga sangat cocok untuk dijadikan kado atau souvenir. Tujuan utama

produk anggita clay adalah membuat konsumen menyimpan kenangan dalam sebuah

bingkai berbentuk miniature clay.

Tabel 4.3

Jenis-jenis Produk dan Harga Anggita Clay

Produk Ukuran Harga

Mini 16 x 21 cm Rp. 150.000

Small 28 x 33 cm Rp. 200.000

Medium 33 x 38 cm Rp. 250.000

Large 38 x 43 cm Rp. 300.000

Clay dengan Frame Ukir - Rp. 220.000

Mini Lovelyclay 30 x 30 cm Rp. 275.000

Lovelyclay 20 inch Rp. 500.000

(32)

Dalam usaha mengenalkan produknya secara luas, pemilik sering mengikuti

event yang diadakan oleh dinas umkm kota medan juga event yang diadakan di kampus-kampus. Pemilik juga memasarkan produknya melalui penggunaan

e-commerce dengan membuat akun instagram dan twitter khusus anggita clay.

Dalam wawancara, pemilik mengungkapkan penggunaan instagram dan

twitter sangat efektif membantu pemasaran produk ini. Miniature clay sangat jarang ditemui karena pembuatannya yang sulit dan proses pengerjaan yang lama. Dalam

setiap promosinya anggita clay selalu menekankan produknya murah dan berkualitas.

Harga menjadi keunggulan tersendiri bagi anggita clay untuk bersaing dengan usaha

sejenis karena usaha lain yang sejenis biasanya mematok harga yang lebih mahal.

“Setelah buka instagram ada aja yang kontak kami dari line. Katanya liat di

instagram trus nanya harga. Jarang ada kerajinan clay yang promosi

dinstagram di medan. Apalagi kami sering ikut acara-acara ukm gitu jadi kalo minat langsung chat kami atau liat instagram” (wawancara pada 17 mei

2016)

Proses pemesanan dapat dilakukan melalui line dan bbm yang saat ini masih dikelola oleh pemilik sendiri. Calon konsumen yang tertarik cukup menginvite salah satu kontak pemilik kemudian pemilik akan mengirimkan contoh gambar clay yang

sudah jadi disertai dengan price list (daftar harga). Selanjutnya calon konsumen akan

(33)

produksi dilakukan setelah konsumen melakukan pembayaran melalui rekening

pemilik.

Produk anggita clay adalah handmade dan hasilnya tidak bisa 100% sama

dengan konsep yang telah dibuat sebelumnya maka hambatan yang dirasakan paling

sering adalah salah paham antara pemilik dan konsumen dalam hal desain. Karena

pendeskripsian konsep yang diinginkan konsumen melalui chat line atau bbm kadang

tidak sejelas apabila berbicara secara langsung.

4.2.3 Labella outlet

Gambar 4.2 Logo Labella Outlet

Sumber : Labella Outlet (2016)

Labella outlet adalah salah satu jenis UKM yang bergerak di bidang fashion, yang menjual produk-produk kebutuhan sandang wanita yang berlokasi di JL Karya

Bakti No. 4, Medan. Lokasi Labella outlet dekat dengan pemukiman penduduk dan

berada persis di depan kampus UISU Medan. Karena itu, target pasar utama dari

(34)

Awalnya, Labella outlet hanya menjual pakaian yang berasal dari Jakarta dan

bandung. Pemilik kemudian mengikuti trend yang sedang berkembang saat itu yaitu

trend baju impor. Maka beralihlah Labella Outlet menjadi toko yang menjual

berbagai pakaian wanita impor dari Bangkok, Thailand.

Tabel 4.4

Jenis-jenis Produk dan Harga di Labella Outlet

Jenis Produk Harga

Blouse dan Blazer Rp 95.000 s/d Rp 250.000

Dress Rp 95.000 s/d Rp 250.000

Pashmina & Jilbab Rp 35.000 s/d Rp 45.000

Celana Rp 95.000 s/d Rp 155.000

Tas Rp 75.000 s/d Rp 150.000

Aksesoris Rp 50.000 s/d Rp 100.000

Sepatu & Sendal Rp 100.000 s/d Rp 200.000

Sumber : Labella Outlet (2016)

Sistem yang ada pada toko ini berawal dari system penjualan PO (Pre Order).

Pre Order adalah sistem penjualan secara berkala dimana pelanggan atau konsumen

membayar dahulu lalu barang datang pada saat yang ditentukan. Pre Order ini

merupakan suatu sistem penjualan yang membutuhkan kepercayaan antara penjual

dan pembeli. Pembeli memberikan kepercayaan sepenuhnya pada penjualan untuk

barang yang dipesan.

Oleh karena itu pemilik mulai menerapkan e-commerce dalam menjalankan

(35)

adalah instagram kemudian menerima pesanan melalui blackberry masangger (bbm)

dan line. Dalam wawancara, pemilik merasa bahwa semenjak menggunakan e-commerce pada tahun 2013 jumlah orderan meningkat sampai 2 kali lipat hingga

pemiliki harus merekrut pegawai sebagai admin yang bertanggung jawab menerima

pesanan dari bbm dan line.

Pemilik juga mengungkapkan bahwa tidak menjadi masalah memiliki banyak

pesaing yang menjual produk yang sama karena pemilik selalu melakukan strategi

pemasaran online yang menarik konsumen.

“Pesaing memang banyak apalagi kami masih lumayan baru jual bau

Bangkok. Tapi Alhamdulillah orderan selalu ada aja. Harga yang kami tawarkan masi wajar , kalau beli banyak kami kasi diskon, apalagi kami uda punya toko jadi konsumen lebih percaya belanja di kami “ (wawancara pada

(36)

4.2.4 Super Big Twin Pizza

Gambar 4.3

Logo Super Big Twin Pizza

Sumber : Super Big Twin Pizza (2016)

Usaha ini diawali dari kedua pemilik yang ingin berlibur tapi tidak

mempunyai cukup uang. Alhasil mereka mencoba untuk berjualan pizza dengan

ukuran standart. Usai mendapatkan uang yang mencukupi untuk kebutuhan berlibur,

pemilik memutuskan untuk berhenti berjualan. Sepulang dari berlibur keduanya

kemudian mendapatkan pekerjaan di dua perusahaan yang berbeda. Namun mereka

merasa tak nyaman atas pekerjaannya, dan akhirnya memutuskan untuk berhenti..

Setelahnya pada 2012, mereka kembali membuka usaha pizza dengan konsep yang

berbeda. Hingga akhirnya mereka sepakat untuk menjalankan usaha Pizza yang

(37)

Tabel 4.5

Jenis-jenis Produk dan Harga di Super Big Twin Pizza

Produk Harga Produk Harga

Medium Large

Supreme Rp. 160.000 Rp. 215.000 Tropical Garden Rp. 280.000

Supreme Super Spicy Rp. 165.000 Rp. 220.000 Retro Burger 24pc Rp. 120.000

Fat Lovers Rp. 155.000 Rp. 200.000 Retro Burger 30pc Rp. 145.000

Fat Lovers Super Spicy Rp. 160.000 Rp. 205.000 Double Bad Rp. 100.000

Chick and Beef Rp. 170.000 Rp. 215.000 Calzone Rp. 85.000

Mozza Corn Rp. 175.000 - Rolling Tempura Rp. 90.000

Supertown ( 6 Taste) Rp. 185.000 Rp. 245.000

3 Taste Rp. 165.000 Rp. 220.000

Superman (8 Taste) Rp. 200.000 Rp. 260.000

Chicken Rawr Rp. 185.000 -

2 Taste Budha Rp. 185.000 -

March Meat Rp. 205.000 Rp. 275.000

Tuna Kingdom Rp. 185.000 Rp. 245.000

Sumber :Super Big Twin Pizza (2016)

Dalam hal pemasaran, kedua pemilik sangat mengandalkan e-commerce. Mereka mengakui bahwa dengan dibuatnya akun facebook, twitter dan instagram

khusus Super Big Twin Pizza, Jumlah pesanan meningkat. Banyak yang tertarik

(38)

Pizza juga menawarkan menu khusus yang hanya bisa dipesan dalam satu hari. Inilah

yang membuat konsumen setia selalu melihat ulang akun instagram Super Big Twin Pizza. Untuk memudahkan konsumen yang ingin memesan, pemilik juga membuat

blog khusus.

“Di instagram banyak di upload testimony dari orang yang beli supaya jadi

pancingan buat orang lain. Jadi biasanya mereka tertarik beli karna lihat kawannya yang upload poto megang pizza besar. Di blog cuma khusus

menampilkan gambar dan harga. Karena menu nya kan banyak jadi biar gampang mereka pilih.” (wawancara pada 20 mei 2016)

Untuk memudahkan pemesanan, pemilik juga membuat akun line khusus.

Konsumen yang ingin membeli cukup menyebutkan menu dan ukuran yang

(39)

4.2.5 Allco Pomade

Gambar 4.4 Logo Allco Pomade

Sumber : Allco Pomade (2016)

Berawal dari ketertarikannya memakai pomade, pemiliki mulai membuat

usaha sampingan yaitu kaka pomade. Kaka pomade seperti halnya supermarket yang

menjual berbagai macam merk pomade mulai dari produksi dalam dan luar negeri.

Saat itu, pemilik masih menjadi agen yang mengambil barang dari distributor untuk

dijual kembali. Melihat tinggiinya minat beli konsumen terhadap produk pomade di

kaka pomade, kemudian pemilik berfikir untuk menciptakan merk pomade produksi

sendiri dan menjadi distributor resmi sebuah produk. Tak butuh waktu lama, pemilik

akhirnya memproduksi allco pomade.

Tabel 4.6

Jenis-jenis Produk dan Harga di Allco Pomade

Produk Ukuran Harga

Pomade all variant 50 gram Rp. 50.000

Pomade all variant 120 gram Rp. 130.000

(40)

Allco pomade resmi didirikan pada tahun 2015. Pemilik menyadari bahwa

pemasaran pomade harus menggunakan srategi yang tepat. Apalagi sekarang banyak

merk pomade yang sudah lebih dulu terkenal. Maka itu, pemilik memilih menerapkan

e-commerce dalam bisnisnya.

“E-Commerce itu kan modalnya kepercayaan. Gimana caranya konsumen

percaya kalo allco pomade itu bagus. Sekarang kami juga memposisikan diri jadi distributor dan berkat pemasaran dari e-commerce ini kami uda punya 7 agen di seluruh wilayah Indonesia” (wawancara pada 2 juni 2016)

Dengan menerapkan e-commerce kini agen allco pomade sudah tersebar di 7 wilayah di Indonesia yaitu Medan, Surabaya, Padang, Pekanbaru, Riau, Sibolga,

Jambi, Kisaran dan Palembang. Omzet penjualan pun meningkat lebih dari 100%

dengan pendapatan 9 sampai 10 juta per bulan.

Untuk melayani pembelian eceran, pemilik membuat akun line @ yang di

kelola oleh admin. Sedangkan untuk pembelian dalam jumlah besar, pemilik memilih

untuk menggunakan aplikasi bbm. Serta untuk melayani pertanyaan seputar keagenan

(41)

4.2.6 Macaronirin

Gambar 4.5 Logo Maccaronirin

Sumber : Maccaronirin (2016)

Berawal dari hobi dibidang tata boga, ririn selaku pemilik macaronirin mulai

serius menekuni usaha makanan ringan rumahan. Dengan modal seadanya, pada

tahun 2012 ririn mulai membuka usaha yang fokus awalnya hanya menjual macaroni

panggang atau biasa disebut macaroni schotel saja. Promosi yang dilakukan hanya

sebatas menawarkan kepada saudara dan teman-teman terdekat. Ririn juga sering

mengikuti event-event yang diadakan oleh dinas umkm kota medan untuk mempromosikan produknya. Sejak itu, usaha macaronirin mulai dikenal secara luas.

Macaronirin terus berinovasi dalam hal menarik konsumen. Salah satunya

adalah dengan menambah variasi menu yang ditawarkan. Harga yang relatif murah

(42)

itu. Pesanan tidak hanya datang dari orang-orang terdekat saja, tetapi sudah sampai

pada kantor-kantor yang sedang mengadakan acara.

Tabel 4.7

Jenis-jenis Produk dan Harga di Maccaronirin

Produk Harga Produk Harga

Maccaroni Schotel small Rp. 25.000 Beef lasagna medium Rp. 80.000

Maccaroni Schotel oval Rp. 55.000 Puding Roti + toping Rp. 15.000 –

Rp. 18.000

Maccaroni Schotel medium Rp. 70.000 Tortilla Bolognaise Rp. 15.0000

Beef lasagna small Rp. 30.000 Tortilla Barbeque Rp. 25.000

Beef lasagna oval Rp. 65.000

Sumber : Maccaronirin (2016)

Pada tahun 2013, macaronirin mulai menerapkan e-commerce dalam usaha

meningkatkan volume penjualannya. Dimulai dengan membuat akun bbm khusus maccaronirin dan mengundang pelanggan nya bergabung dalam grup bbm. Kemudian

membuat akun instagram khusus maccaronirin serta akun line.

Melalui wawancara yang dilakukan, pemilik menuturkan bahwa semenjak

membuka akun instagram, omzet meningkat sampai dua kali lipat dikarenakan

jumlah pesanan mulai meningkat pula.

„‟Pesanan gak cuma datang dari orang-orang sekitar medan tapi sampai

(43)

belum aman dan takut basi, kami belum berani kirim ke luar kota”.

(wawancara pada 7 mei 2016)

Dengan adanya akun line dan bbm kini maccaronirin dapat menerima orderan

kapan saja. Konsumen yang ingin memesan dapat menghubungi via chat line atau

bbm dan akan di kerjakan keesokan harinya. Untuk memudahkan distribusi pesanan dan menjaga kualitas produk tetap baik, maccaronirin juga bekerjasama dengan agen

delivery medan untuk mengantar pesanan konsumen sampai di tujuan.

4.2.7 061 Store

Gambar 4.6 Logo 061 Store

(44)

061 Store merupakan salah satu toko yang menjual kebutuhan sandang pria.

Didirikan pada awal tahun 2015 dengan konsep toko sederhana yang terletak persis di

halaman rumah pemilik. Produk yang ditawarkan bervariasi, mulai dari baju, kemeja,

tas, sepatu, hingga kebutuhan pria yang popular saat ini, pomade.

Letak toko yang terletak di dalam komplek perumahan dan kurang strategis di

pahami pemilik sebagai hambatan dalam menjual produk. Konsumen yang datang

hanya berasal dari sekitar area toko. Untuk itu, pemilik segera beralih membuat toko

online di instagram atau dengan kata lain pemilik mulai menerapkan e-commerce dalam menjalankan usahanya. Instagram dianggap bisa mempromosikan produk 061

store, karena menurut pemilik instagram dapat menampilkan foto-foto produk secara

jelas lengkap dengan informasi produk tersebut.

Tabel 4.8

Jenis-jenis Produk dan Harga di 061 Store

Produk Harga

Sepatu Rp 195.000

Kemeja Rp 125.000

Celana Rp 140.000

Tas Rp 70.000

Pomade Rp 70.000

Kaos Rp 80.000

(45)

Melalui instagram, pemilik secara rutin mengupload foto yang terlebih dahulu

diedit pencahayaannya agar terlihat lebih menarik. Juga disertai dengan informasi

mengenai produk, seperti harga, ukuran, warna dan lain-lain. Pemilik juga

menginformasikan format pemesanan untuk memudahkan konsumen dalam memesan

barang. Pemesanan barang di lakukan melalui line dan bbm.

Dalam wawancara, pemilik mengakui bahwa manfaat terbesar e-commerce bagi 061 Store adalah konsumen dapat membeli produk tanpa harus mendatangi toko

secara langsung. Hanya dengan melihat produk saja konsumen dapat melakukan

pembelian dengan mudah. Dalam segi persaingan dengan usaha sejenis, pemilik

mengaku dapat lebih menunjukan keberadaan tokonya.

4.2.8 Molen Arab

Gambar 4.7 Logo Molen Arab

(46)

Usaha molen arab mulai dirintis sejak tahun 2013, dengan modal 2,5 juta.

Usaha ini berawal dari kesulitan pemilik untuk membayar uang kontrakan rumah

kemudian berfikir untuk mencari penghasilan sendiri walaupun saat itu pemilik masih

berstatus sebagai mahasiswa. Moleh arab merupakan olahan pisang modern yang

diselimuti adonan tepung.

Resep yang digunakan didapat dari internet yang kemudian dimodifikasi oleh

pemilik. Pemilik mengakui sempat gagal sampai 5 kali tapi karena usaha pantang

menyerah akhirnya jadilah resep molen arab seperti sekarang ini. Rasanya sama

seperti molen pisang biasanya yang membedakan hanyalah ukurannya yang lebih

besar dan rasa yang bevariasi.

Awalnya pemilik hanya membawa 50 potong molen yang rencananya akan

dijual kepada teman-teman kampus. Ternyata respon konsumen sangat bagus, hanay

dalam satu jam molen arab telah habis terjual. Dari hanya 50 potong molen

diproduksi setiap harinya, kemudian berkembang menjadi 400 potong. Hingga saat

ini kapasitas produksi mencapai 2000 potong perharinya.

Tabel 4.9

Jenis-jenis Produk dan Harga Molen Arab

Produk Harga

Molen Arab original Rp. 4.000

Molen Arab coklat Rp. 5.000

Molen Arab keju Rp. 6.000

(47)

Molen Arab durian Rp. 6.000

Molen Arab kacang Rp. 6.000

Sumber : Molen Arab (2016)

Target pasar utama molen arab pada awalnya adalah mahasiswa USU.

Penjualan dilakukan dengan system reseller. Molen arab di jual di beberapa fakultas di USU dengan ciri khas penjualnya membawa keranjang dengan logo molen arab.

Pada awal kemunculannya pemilik memang sudah berfikir untuk menerapkan

e-commerce dengan membuat akun web, facebook, instagram dan twitter, tetapi hanya sebagai identitas saja. kemudian pada tahun 2015, ketika krisis ekonomi mulai

mempengaruhi daya beli mahasiswa, pemilik mulai berfikir cara baru untuk

mengembangkan usahanya.

“Pas tahun 2015 itu omset kami menurun drastis, bisa dibilang sampai minus

karena mahasiswa lebih milih beli makan (nasi) daripada beli snack.

Disitulah kami berfikir untuk serius menggunakan e-commerce. Dan ga sampe 3 bulan, usaha kami mulai naik lagi dan kerugian tertutupi”

(wawancara pada 9 juni 2016)

Pemilik mengakui setelah menerapkan e-commerce omset yang diperoleh

meningkat hingga 100%. Tampilan web diperbaharui, Instagram, twitter dan

facebook dikelola secara rutin, akun bbm dan line kini sudah dikelola oleh admin

(48)

datang dari kalangan mahasiswa USU saja, tetapi juga warga kota medan. Bahkan,

orang-orang dari luar kota yang berkunjung ke medan menyempatkan diri untuk

membeli molen arab sebagai buah tangan.

“Ada orderan dari luar medan tapi kami gak berani kirim karena molen arab

ini kan gorengan. Memang gak basi tapi rasanya udah pasti berubah, jadi kami batasi pemesanan cuma dari daerah medan aja untuk sekarang ini.”

(wawancara pada 9 juni 2016)

4.2.9 Rittykett_

Gambar 4.8 Logo Rittykett

(49)

Rittykett merupakan singkatan dari 3 produk terlaris yaitu risol, roti, dan

kroket. Usaha ini berawal dari hobby ibu dari pemilik yang senang membuat kue

untuk acara arisan keluarga. Karena rasanya yang enak dan bentuknya yang menarik,

akhirnya banyak pesanan yang datang dari orang-orang terdekat. Dari sinilah pemilik

mencoba untuk serius dalam mengelola usaha toko kuenya.

Pada tahun 2013 rittykett mulai di buka tepat didepan rumah si pemilik

dengan hanya menjual 4 jenis kue tetap yaitu risol, roti goreng isi ayam, kue sus dan

kroket. Respon dari masyarakat sekitar ternyata cukup bagus terbukti dengan makin

banyaknya pesanan untuk acara-acara kecil seperti acara ulang tahun, arisan, buka

puasa dan lain-lain.

Tabel 4.10

Jenis-jenis Produk dan Harga di Rittykett

Produk Harga Produk Harga

Risol Rogut Ayam Rp. 2.000 Pie Buah Rp. 3.500

Risol Ayam Rp. 2.000 Dadar Gula Putih Rp. 1.500

Risol Burger Rp. 3.000 Dadar Gula Merah Rp. 1.500

Risol mayones Rp. 4.000 Dadar Vla Rp. 1.500

Risol sayur/jagung Rp. 1.500 Lapis Rp. 1.500

Kroket kentang ayam Rp. 2.000 Putu Ayu Rp. 1.500

Kroket ketan ayam Rp. 2.500 Klepon/malaka Rp. 1.500

(50)

Roti Gulung Sosis Rp. 3.500 Angku/kueku Rp. 3.000

Lemper ayam Rp. 2.500 Brownis Kukus Rp. 2.500

Semar Mendem Rp. 3.000 Brownis Panggang Rp. 2.500

Sus Coklat Rp. 2.500 Bika Ambon Rp. 3.000

Elair Rp. 3.000 Bolu Kukus Rp. 3.000

Pie Susu Rp. 2.500 Donat mini toping

kacang/seres/coklat

Rp. 2.000

Sumber : Rittykett (2016)

Melihat respon yang positif, pemilik mulai memasarkan produknya melalui

penggunaan e-commerce. Dimulai dengan membuat akun instagram dan facebook. Kemudian untuk memudahkan konsumen mengenali produknya, pemilik memberikan

logo pada kotak kue dengan mencantumkan akun media sosialnya.

Dalam wawancara yang dilakukan, pemilik mengaku jumlah pelanggannya

terus bertambah sejak menerapkan e-commerce. Pesanan mulai datang dari berbagai

macam kalangan, mulai dari acara seminar, sidang, acara pembukaan kantor,

pernikahan dan lain-lain. Pesanan yang datang tidak hanya dari masayarakat sekitar

medan saja, tetapi juga dari luar kota.

Kalau untuk pesanan dari luar kota saya kirim risol mentah jadi tinggal

goreng saja. Biasanya mereka tau rittykett_ dari kawannya juga yang tinggal di medan dan udah pernah rasa jadi mau beli lagi”(wawancara pada 18 mei

(51)

4.2.10 Barnes Food

Gambar 4.9 Logo Barnes Food

Sumber : Barnes Food (2016)

Barnes food merupakan usaha di bidang kuliner. Awalnya barnes food

bernama barnes tumpeng yang khusus menjual aneka tumpeng. Tetapi seiring

berjalannya waktu barnesfood juga menjual kue tradisional, maka pemilik mengganti

nama usahanya menjadi barnes food. Menurut pemilik, barnes food berarti pekerja

keras dalam bahasa primbon jawa.

Pemilik mengakui bahwa awalnya sama sekali tidak memiliki keahlian dan

pengalaman membuat tumpeng. Satu waktu, organisasi yang diikuti pemilik

menantangnya untuk membuat tumpeng ulang tahun., langsung saja pemilik berani

(52)

dan mendapat sambutan positif dari orang-orang sekitarnya. Hal itulah yang menjadi

latar belakang berdirinya barnes food.

Tabel 4.11

Jenis-jenis Produk dan Harga di Barnes Food

Produk Harga Produk Harga

Mini Tumpeng 1 orang Rp. 35.000 Midi Tumpeng 7 orang Rp. 250.000

Mini Tumpeng 2 orang Rp. 80.000 Midi Tumpeng 8 orang Rp. 285.000

Mini Tumpeng 3 orang Rp. 100.000 Midi Tumpeng 9 orang Rp. 320.000

Mini Tumpeng 4 orang Rp. 135.000 Midi Tumpeng 10 orang Rp. 350.000

Midi Tumpeng 5 orang Rp. 180.000 Big Size Tumpeng Tampah Rp. 550.000

Midi Tumpeng 6 orang Rp. 210.000

Sumber : Barnes Food (2016)

Pemilik barnes food menyadari bahwa bisnis tumpeng dan kue tradisional

sudah banyak di lakoni para pesaingnya. Tetapi itu tidak menyurutkan langkah

pemilik barnes food untuk terus mengembangkan usahanya. Pada akhir tahun 2014

pemilik mulai menggunakan e-commerce dalam usahanya. Dimulai dengan mempromosikan produk tumpeng di facebook pribadinya kemudian membuka akun

khusus barnes food di facebook dan instagram.

awalnya saya upload foto-foto tumpeng pesanan orang di facebook saya.

Karena kan facebook saya sudah punya banyak teman dan banyak yang nanya akhirnya saya bikin akun khusus barnesfood di instagram dengan email yang sama jadi kawan di facebook bisa langsung add saya di

(53)

Untuk menerima pesanan dan mempermudah hubungan komunikasi dengan

konsumen, pemilik barnes food juga membuat akun bbm dan line. Proses pengantaran

produk sampai ke konsumen dilakukan sendiri oleh pemilik, tetapi terkadang juga

mengandalkan ojek online (go-jek).

“Line @ itu sangat membantu sekali kak. Dalam sekali klik konsumen bisa

lihat menu dan harga. Jadi konsumen tinggal pilih, gak perlu nanya harga

lagi. Trus kalo ada informasi kayak buat menu baru bisa langsung di share dari line @ dan konsumen bisa langsung dapat informasinya”

4.3 Penyajian Data

4.3.1 Motif yang Mendorong Pelaku Usaha kecil dan Menengah dalam Menerapkan e-commerce

Dari wawancara penulis kepada 10 UKM di kota Medan, diperoleh motif atau

alasan yang mendasari UKM dalam menerapkan e-commerce. Kesemua jawaban mengenai motif yang di berikan pemilik UKM tersebut penulis rangkum dalam 7

motif yaitu :

1. Mempromosikan produk.

2. Mendapatkan pelanggan baru melalui akses ke pasar global yang lebih luas.

3. Membangun merk sehingga menciptakan citra positif terhadap perusahaan.

4. Meningkatkan daya saing dengan sesama UKM.

5. Menghemat biaya dalam penggunaan tenaga kerja.

(54)

7. Memuaskan pelanggan dengan memberikan pelayanan tanpa batas waktu dan

jangkauan yang luas.

Hasil selengkapnya tentang motif yang mendasari 10 UKM di Kota Medan

dalam menerapkan e-commerce dapat dilihat pada gambar 4.10

Gambar 4.10

Motif yang Mendorong Pelaku UKM dalam Menerapkan e-commerce

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari gambar di atas dapat diketahui seberapa besar motif UKM untuk

menerapkan e-commerce. Dengan presentasi terbesar yaitu 100 % mempromosikan produk, motif membangun merk 92%, menghemat biaya dan memuaskan pelanggan

berada pada persentasi yang sama yaitu 82 %, meningkatkan daya saing dengan

(55)

e-UKM sejenis 78%, yang terakhir memperluas jaringan bisnis untuk mendapat agen

dan distributor sebesar 66 %.

4.3.2 Manfaat dan Hambatan dalam Penerapan e-commerce bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah

Manfaat Penerapan E-commerce

Dari wawancara penulis kepada 10 UKM di kota Medan, diperoleh manfaat

yang dirasakan dalam menerapkan e-commerce. Kesemua jawaban mengenai manfaat

yang di berikan pemilik UKM tersebut penulis rangkum dalam 7 manfaat yaitu :

1. Meningkatan Omzet Penjualan

2. Peningkatan jumlah Pelanggan

3. Perluasan jangkauan Bisnis

4. Sarana Promosi

5. Peluang Terbukanya Bisnis Baru

6. Kepuasan pelanggan

7. Kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen

Hasil selengkapnya tentang manfaat yang dirasakan 10 UKM di Kota Medan

(56)

Gambar 4.11

Manfaat Penerapan E-commerce bagi UKM

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari gambar di atas dapat diketahui manfaat terbesar yang dirasakan UKM

adalah kemudahan dalam berhubungan dengan konsumen 96%, sarana promosi 92%,

meningkatkan omzet penjualan 88%, peningkatan jumlah pelanggan 86%, kepuasan

pelanggan 80%, peluang terbukanya bisnis baru 76%, dan terakhir perluasan

jangkauan bisnis 74%.

Hambatan Penerapan E-commerce

Dari wawancara penulis kepada 10 UKM di kota Medan, diperoleh hambatan

yang dirasakan UKM dalam menerapkan e-commerce. Kesemua jawaban mengenai

hambatan yang di berikan pemilik UKM tersebut penulis rangkum dalam 4 hambatan

(57)

1. Sumber daya manusia yang terbatas

2. Kurangnya Informasi mengenai e-commerce

3. Biaya ISP (internet service provider) yang masih mahal

4. Cara memasarkan produk

Hasil selengkapnya tentang hambatan yang dirasakan 10 UKM di Kota Medan

dalam menerapkan e-commerce dapat dilihat pada gambar 4.12

Gambar 4.12

Hambatan Penerapan E-commerce bagi UKM

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari gambar diatas, dapat diketahui hambatan terbesar yang dirasakan UKM

adalah cara memasarkan produk 72%, biaya internet service provider yang mahal

60%, kurangnya informasi mengenai e-commerce 58% dan yang terakhir SDM yang

terbatas 56%.

Biaya ISP yang mahal Cara Memasarkan Produk

(58)

4.3.3 Peranan / Penerapan e-commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha kecil dan Menengah

Lama Penerapan E-commerce

Lama penerapan e-commerce dihitung sejak UKM pertama kali menerapkan e-commerce dalam usahanya. Hasil selengkapnya tenang lama penggunaan

e-commerce oleh UKM dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Lama Penerapan E-commerce Lama Penerapan Jumlah %

< 1 tahun 3 30 %

1 – 5 tahun 7 70 %

> 5 tahun 0 0

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa sebanyak 3 UKM menerapkan atau

menggunaka e-commerce kurang dari satu tahun. 7 UKM menerapkan atau

menggunaka e-commerce antara 1 sampai dengan 5 tahun. Dan tidak ada UKM yang

(59)

Omzet Penjualan UKM

Omzet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah omzet penjualan yang

berhasil diperoleh UKM per bulan. Hasil selengkapnya tentang omzet penjualan

dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Omzet Penjualan UKM

Omzet penjualan / bulan Jumlah %

< Rp. 5.000.000 1 10 %

Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000 6 60 %

> Rp. 10.000.000 2 20 %

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Presentase tertinggi adalah UKM yang omzet penjualannya berkisar antara

5.000.000 sampai dengan 10.000.000 yaitu 60 % sedangkan presentase yang terendah

adalah dengan omzet penjualan dibawah Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 10% sedangkan

20 % lainnya beromzet diatas Rp. 10.000.000.

Penggunaan E-Commerce dalam Mempengaruhi Omzet UKM

Yang dimaksud penggunaan e-commerce dalam mempengaruhi omzet UKM

adalah seberapa besar pengaruh penerapan e-commerce dalam pendapatan UKM

(60)

Tabel. 4.14

Penggunaan E-Commerce dalam Mempengaruhi Omzet UKM

Keterangan Jumlah %

Omzet meningkat > 100% 7 70 %

Omzet meningkat < 100% 3 30 %

Omzet Tetap 0 0 %

Omzet Menurun 0 0

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 7 UKM mengaku setelah

menggunakan e-commerce omzet usahanya meningkat diatas 100 %, 3 UKM lainnya

mengaku omzet nya meningkat diatas 100% dan tidak ada satupun UKM yang

mengaku omzetnya tetap maupun turun.

Biaya yang Dikeluarkan untuk E-Commerce

Biaya yang dimksudkan disini adalah biaya yang dikeluarkan dalam

menerapkan e-commerce meliputi biaya pulsa, paket internet, pengelolaan web dan

(61)

Tabel 4.15

Biaya yang Dikeluarkan untuk E-Commerce

Biaya Jumlah %

< Rp. 1.000.000 9 90 %

= Rp. 1.000.000 1 10 %

> Rp. 1.000.000 0 0

10 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah (2016)

Dari tabel diatas dapat diketahui, 9 UKM mengeluarkan biaya kurang dari Rp.

1.000.000 untuk e-commerce, dan satu UKM mengaku mengeluarkan uang sebesar Rp. 1000.000 untuk e-commerce.

Jumlah Pelanggan Tetap dalam 6 Bulan Terakhir

Jumlah pelanggan yang dimaksud adalah jumlah pelanggan yang telah

membeli produk ukm lebih dari satu kali. Hasil selengkapnya tentang jumlah

pelanggan tetap dalam 6 bulan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.16

Tabel 4.16

Jumlah Pelanggan Tetap dalam 6 Bulan Terakhir

Pelanggan Jumlah %

> 100 pelanggan 5 50 %

50 – 100 pelanggan 4 40 %

< 50 pelanggan 1 10 %

10 100 %

(62)

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa 5 UKM memiliki 100 pelanggan

tetap dalam 6 bulan terakhir, 4 UKM memilik 50 sampai dengan 100 pelanggan dan

1 UKM memilik kurang dari 50 pelanggan dalam 6 bulan terakhir.

Tempat Asal Pelanggan

Ditinjau dari tempat asal pelanggan UKM, dapat diketahui bahwa pelanggan

yang berasal dari kota medan sekitarnya sebesar 80%, Pelanggan yang berasal dari

luar provinsi sumatera utara sebesar 10 % , dan pelanggan yang berasal dari luar

pulau sumatera sebesar 10% sedangkan pelanggan yang berasal dari luar indonesia

sebesar 0 %. Tempat asal pelanggan selengkapnya disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.17

Tempat Asal Pelanggan

Asal Jumlah %

Kota Medan dan Sekitarnya 8 80 %

Luar Provinsi Sumatera Utara 1 10 %

Luar Pulau Sumatera 1 10%

Luar Indonesia 0 0

10 100 %

(63)

4.4Analisis Data

Pada analisis data, penulis akan menjabarkan data yang telah diperoleh

melalui wawancara dan observasi kepada objek penelitian yaitu 10 UKM di kota

Medan sesuai dengan kerangka teori yang telah di buat sebelumnya.

Dari 10 UKM yang menjadi objek penelitian ini kesemuanya masuk dalam

kelompok e-commerce Business-to-consumere (B2C). Dimana produk dari objek

penelitian ini sudah dapat langsung dipakai atau dikonsumsi oleh konsumen. Dan

system penjualannya langsung kepada konsumen akhir tanpa melalui perantara.. Hal

ini sesuai dengan tiga kelompok besar e-commerce menurut Laudon (2005:163)

yaitu: Business-to-consumere (B2C), Business-to-business (B2B),

Consumer-to-consumer (C2C).

Dalam penerapannya 10 UKM yang menjadi objek dalam penelitian ini

memliki komponen standar e-commerce sesuai dengan yang dikemukakan Hidayat (2008:7) yaitu:

1. Produk : Produk yang dijual oleh objek dalam penelitian ini berupa

miniature clay, makanan, pakaian, dan pomade.

2. Tempat menjual produk (a place to sell) : tempat menjual produk dalam

objek penelitian ini selain toko konvensional adalah website, blog, media sosial (instagram, twitter, facebook).

3. Cara menerima pesanan : Pesanan di terima melalui aplikasi chat line, line

@, whatsapp dan bbm.

(64)

5. Metode pengiriman dilakukan dengan system kurir seperti JNE, TIKI,

POS, GO-JEK dan lain-lain.

6. Customer service atau pelayanan konsumen dilakukan melalui e-mail,

chat bbm, line, line @, dan whatsapp.

Proses transaksi e-commerce yang dilakukan oleh objek dalam penelitian ini

sesuai dengan proses transaksi e-commerce dalam buku Strategi Periklanan Pada

E-Commerce Perusahaan Top Dunia (Suyanto, 2003:46) yaitu : produk ditunjukkan kepada konsumen melalui web, blog dan media sosial lainnya (show). Kemudian konsumen melakukan register atau menghubungi pemilik untuk melakukan pemesanan. Setelah pemesanan dilakukan, langkah selanjutnya adalah pembayaran

(payment) melalui transfer atau pembayaran cash ke toko konvensional. Selanjutnya akan di tanyakan identitas konsumen untuk proses verifikasi, dan yang terakhir

barang akan dikirim kepada konsumen (deliver)

Motif atau alasan dengan persentasi paling besar yaitu 100% (sangat

diharapkan) yang mendasari 10 UKM yang menjadi objek dalam penelitian adalah

mempromosikan produk. E-commerce dianggap sebagai cara terbaik untuk melakukan promosi melihat kecendrungan masyarakat yang kini senang berbelanja

dengan proses cepat dan mudah.

Motif selanjutnya adalah membangun merk 92% (sangat diharapkan), dengan

menerapkan e-commerce pemilik UKM berharap dapat membangun merk dan

melekat di benak masyarakat. Motif menghemat biaya 82% (sangat diharapkan) yaitu

pemilik UKM berharap dapat menghemat biaya tenaga kerja karena dalam penerapan

(65)

82% (sangat diharapkan), dengan penerapan e-commerce pemilik UKM berharap dapat memuaskan keinginan pelanggan untuk berbelanja kapanpun dan dimanapun.

Kemudian meningkatkan daya saing 72% (diharapkan), pemilik UKM

berharap dengan menerapkan e-commerce dapat menjadi salah satu kekuatan dalam bersaing dengan UKM lain yang sejenis. Motif Memperluas jaringan, yaitu pemilik

UKM berharap dapat menemukan pemasok baru atau agen baru untuk menyuplai

kebutuhan produksi usahanaya tetapi hal ini bukan menjadi harapan tertinggi UKM

dengan hanya mendapat presentasi 60% (netral).

Hal yang sangat bermanfaat dengan presentasi 96% yaitu kemudahan dalam

berhubungan dengan konsumen. E-commerce membuktikan bahwa untuk

berhubungan dengan konsumen bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja yang tentu

saja berbeda dengan toko konvensional yang mempunyai batas waktu pelayanan.

Kemudian menurut objek dalam penelitian ini, e-commerce sangat bermanfaat

sebagai sarana promosi dengan presentasi 92%, disusul dengan peningkatan omzet

penjualan 88%, peningkatan jumlah pelanggan 86%, kepuasan pelanggan 80%.

Peluang terbukanya bisnis baru 76% dan perluasan jangkauan bisnis 74% dianggap

biasa saja bagi pemilik UKM.

Hal yang menghambat dalam penerapan e-commerce bagi 10 UKM dalam penelitian ini adalah cara memasarkan produk dengan persentasi 72%. Pemilik UKM

mengaku masih mencari cara yang pas untuk memasarkan produknya melalui

(66)

Kemudian biaya internet service provider ditanggapi pemilik UKM masih wajar dengan persentasi 60% (netral). Harga ISP dianggap masih wajar mengingat

banyaknya manfaat yang didapat melalui penerapan e-commerce. Kurangnya

informasi mengenai e-commerce juga ditanggapi netral oleh pemilik UKM karena penggunaan e-commerce masih bisa dipelajari melalui buku dan sumber informasi

internet. Dan yang terakhir Sumber daya manusia yang terbatas 56% juga ditanggapi

netral karena beberapa pemilik UKM dalam penelitian ini mengelola situs

e-commerce nya sendiri dan sebagian yang lain mempekerjakan karyawan khusus (admin).

Dalam hal meningkatkan daya saing 10 UKM yang menjadi objek dalam

penelitian ini sudah memanfaatkan tekhnologi dalam menjalankan usahanya.

Tekhnologi merupakan salah satu prasyarat utama dalam meningkatkan daya saing

menurut tambunan (2009:105). Tekhnologi yang dimaksud adalah penerapan system

jual beli online dimana pada awalnya objek dalam penelitian ini hanya membuka toko

konvensional. Dapat dilihat pada tabel 4.10, 3 UKM sudah menerapkan e-commerce

kurang dari satu tahun dan 7 lainnya menerapkan e-commerce selama 1 sampai dengan 5 tahun. Dalam penerapan e-commerce, 9 UKM mengeluarkan biaya kurang

dari Rp. 1.000.000 dalam sebulan dan 1 UKM mengeluarkan biaya Rp.1.000.000.

Peningkatan daya saing dapat dilihat pada jumlah pelanggan tetap dalam 6

bulan terahir. 5 UKM memiliki lebih dari 100 pelanggan tetap, 4 UKM memiliki

50-100 pelanggan tetap dan 1 UKM memiliki kurang dari 50 pelanggan tetap dalam 6

bulan terakhir. Peningkatan daya saing juga dapa dilihat pada omzet yang meningkat.

(67)

UKM yang omzetnya tetap atau menurun.3 UKM mengaku omzetnya meningkat

(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penulis yaitu untuk mengetahui motif, manfaat dan

hambatan yang dirasakan UKM serta mengetahui sejauh mana penerapan

E-commerce dalam meningkatkan daya saing UKM, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Motif atau alasan yang mendasari UKM menerapkan E-commerce adalah

sebagai berikut mempromosikan produk 100%, membangun merk 92%,

menghemat biaya dan memuaskan pelanggan berada pada persentasi yang

sama yaitu 82 %, meningkatkan daya saing dengan UKM sejenis 78%,

yang terakhir memperluas jaringan bisnis untuk mendapat agen dan

distributor sebesar 66 %.

2. Manfaat paling besar yang dirasakan UKM adalah kemudahan dalam

berhubungan dengan konsumen 96%, sarana promosi 92%, meningkatkan

omzet penjualan 88%, peningkatan jumlah pelanggan 86%, kepuasan

pelanggan 80%, peluang terbukanya bisnis baru 76%, dan terakhir

perluasan jangkauan bisnis 74%..

3. Hal yang dirasa paling menghambat UKM dalam menerapkan E-commerce adalah cara memasarkan produk 72%, biaya internet service

provider yang mahal 60%, kurangnya informasi mengenai E-commerce 58% dan yang terakhir SDM yang terbatas 56%.

4. Peningkatan daya saing dapat dilihat pada omzet yang meningkat. Setelah

(69)

5. menurun. 3 UKM mengaku omzetnya meningkat kurang dari 100% dan 7

lainnya mengaku omzetnya meningkat lebih dari 100%.

6. Dalam penerapan E-commerce, objek dalam penelitian ini menerima

pesanan melalui aplikasi chat Line, Line @, Whatsapp dan BBM. Menjual

produk melalui Website, Blog, media sosial (Instagram, Twitter,

Facebook). Serta cara pembayaran dilakukan dengan CoD (Cash on Delivery) dan transfer.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap 10 UKM di Kota Medan, Penulis

memiliki beberapa saran yaitu :

1. Pengelolaan media sosial yang khusus menerima pesanan seperti

Whatsapp, Line dan BBM agar lebih dioptimalkan dengan membuat akun khusus usaha dan tidak dicampurkan dengan akun pribadi.

2. Memperbaharui tampilan media social yang khusus untuk

mempromosikan produk seperti Facebook, Instagram, Twitter, Blog dan

Website secara berkala agar konsumen selalu mendapat hal-hal baru saat berkunjung.

3. Memperbaharui informasi produk dan harga pada media social yang

khusus untuk mempromosikan produk seperti Facebook, Instagram, Twitter, Blog dan Website secara berkala untuk memenuhi rasa ingin tahu

konsumen yang ingin berbelanja.

4. Meningkatkan pelayanan dengan merespon secara cepat pertanyaan yang

(70)

5. Menanyakan kembali kesan konsumen setelah berbelanja sehingga

konsumen merasa lebih dekat. Dan mengumpan kembali kesan konsumen

(testimony) tersebut ke media social seperti Facebook, Instagram, Twitter,

(71)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 E-Commerce

2.1.1 Pengertian E-Commerce

E-commerce adalah bagian dari ruang yang dikenal dengan e-business. Dalam hal ini e-commerce dipandang sebagai penerapan dari e-business, dalam kaitannya dengan proses penjualan dan pembelian produk serta layanan. Aspek ini

mencakup pertukaran data (data exchange) selama proses transaksi yang berhubungan dengan pengelolaan aktifitas pembayaran.

Menurut Jullian Ding dalam Halim (2005;11), e-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan

pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah

barang, pelayanan, atau peralihan hak dimana komersial ini terdapat didalam

media elektronik (media digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan

para pihak dan keberadaan media ini dalam public network (sistem tertutup). Jadi

dapat disimpulkan bahwa e-commerce adalah kegiatan jual beli di dunia maya tanpa perlu berhubungan secara langsung

Pengertian dari e-commerce menurut Kalakota dan Whinston (Suyanto, 2003:11) dapat ditinjau dalam 4 perspektif berikut yaitu :

1. Dari perspektif komunikasi, e-commerce adalah pengiriman barang, layanan,

informasi atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui peralatan

(72)

2. Dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari teknologi yang

menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.

3. Dari perspektif layanan, e-commerce merupakan suatu alat yang memenuhi

keinginan perusahaan, konsumen dan manajemen untuk memangkas biaya

layanan (service cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan

kecepatan layanan pengiriman.

4. Dari perspektif online, e-commerce menyediakan kemampuan untuk membeli

dan menjual barang ataupun informasi melalui internet dan sarana online

berikutnya.

Seluruh definisi yang dijelaskan di atas pada dasarnya memiliki kesamaan

yang mencakup komponen transaksi (pembeli, penjual, barang, jasa dan

informasi), subyek dan obyek yang terlibat, serta media yang digunakan (dalam

hal ini adalah internet).

2.1.2 Manfaat E-commerce

Manfaat yang di dapat melalui penerapan e-commerce antara lain :

1. Bagi Penjual :

a) Memperluas pangsa pasar (market place) hingga ke pasar nasional dan internasional.

b) Dengan biaya operasi yang minim, sebuah perusahaaan dapat dengan

mudah menemukan lebih banyak pelanggan, pemasok (supplier) yang

lebih baik dan partner bisnis yang paling cocok dari seluruh dunia.

c) Penjual tidak memerlukan modal besar untuk mencari lokasi, membangun

(73)

d) Efisiensi tenaga kerja, bisnis online hanya memerlukan beberapa tenaga kerja dengan kemampuan yang dapat diandalkan.

e) E-commerce menurunkan biaya pembuatan, pemrosesan, pendistribusian,

penyimpanan, dan pencarian informasi yang menggunakan kertas.

2. Bagi Konsumen :

a) E-commerce memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan transaksi selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi.

b) E-commerce memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan, mereka

bisa memilih berbagai produk dari banyak vendor.

c) E-commerce menyediakan produk dan jasa yang tidak mahal kepada

pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat dan melakukan

perbandingan secara cepat.

d) Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detil dalam

hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu.

2.1.3 Pengelompokkan E-Commerce

Ada beberapa cara pengelompokan transaksi e-commerce. Salah satunya adalah dengan melihat sifat partisipan dalam transaksi e-commerce. Menurut Laudon (2005:163) tiga kelompok besar e-commerce adalah :

1. Business-to-consumere (B2C).

Mencakup penjualan barang-barang dan jasa antar bisnis. Transaksi bisnis ini

meliputi produk yang diperjualbelikan mulai dari produk barang dan jasa baik

dalam bentuk berwujud maupun dalam bentuk elektronik atau digital yang

(74)

2. Business-to-business (B2B).

Bisnis ke bisnis merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku bisnis atau

dengan kata lain transaksi secara elektronik antar perusahaan (dalam hal ini

pelaku bisnis) yang dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas atau volume

produk yang besar

3. Consumer-to-consumer (C2C).

Konsumen ke konsumen merupakan transaksi bisnis secara elektronik yang

dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada

saat tertentu pula.

2.1.4 Komponen E-Commerce

E-commerce memiliki beberapa komponen standar yang dimiliki dan tidak dimiliki transaksi bisnis yang dilakukan secara offline, yaitu (Hidayat, 2008:7):

1. Produk: Banyak jenis produk yang bisa dijual melalui internet seperti

komputer, buku, musik, pakaian, mainan, dan lain-lain.

2. Tempat menjual produk (a place to sell): tempat menjual adalah internet

yang berarti harus memiliki domain dan hosting.

3. Cara menerima pesanan: email, telpon, sms dan lain-lain.

4. Cara pembayaran: Cash, cek, bank draft, kartu kredit, internet payment (misalnya paypal).

5. Metode pengiriman: pengiriman bisa dilakukan melalui paket, salesman, atau didownload jika produk yang dijual memungkinkan untuk itu (misalnya

(75)

6. Customer service: email, formulir on-line, FAQ, telpon, chatting, dan lain-lain.

2.1.5 Proses Transaksi E-Commerce

Agar sebuah perdagangan antar pembeli dan penjual dapat dilakukan,

maka harus ada satu proses tertentu. Proses transaksi e-commerce bisa mencakup

tahap-tahap sebagai berikut (Suyanto, 2003:46):

1. Show

Penjual menunjukkan produk atau layanannya di situs yang dimiliki, lengkap

dengan detail spesifikasi produk dan harganya. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan konsumen dalam menerima informasi atas barang yang ingin

dibeli.

2. Register

Konsumen melakukan register atau mendaftar untuk memasukkan data-data

identitas, alamat pengiriman dan lain-lain.

3. Order

Setelah konsumen memutuskan produk apa yang diinginkan, langkah

selanjutnya adalah melakukan order pembelian. Dapat dilakukan dengan menghubungi si penjual melalui kontak yang tertera atau jika mengorder dari

situs web dapat mengikuti langkah-langkah pembelian pada situs tersebut.

4. Payment

(76)

5. Verification

Verifikasi data konsumen adalah konsumen diminta untuk mengisi kembali

data-data pembayaran seperti, nomer rekening atau kartu kredit.

6. Deliver

Produk yang dipesan dan sudah di bayar oleh konsumen (transfer) maka

kemudian akan dikirimkan oleh penjual melalui kurir ke alamat konsumen.

2.1.6 Hambatan E-Commerce di Indonesia

Penerapan e-commerce di Indonesia masih menghadapi banyak kendala. Kendala-kendala yang dihadapi bangsa Indonesia dalam penerapan e-commerce

adalah sebagai berikut :

1. Pemahaman Dunia Teknologi Informasi yang Masih Kurang.

Harus diakui bahwa masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya

memahami teknologi informasi. Sejauh ini, masih dikenal sebatas masyarakat

kota dan umumnya baru dinikmati oleh generasi muda.

2. Tingginya Cybercrime

Cybercrime dapat diartikan sebagai tindak pelanggaran hukum di lingkup teknologi informasi. Jenis dari cybercrime yaitu kasus carding, penipuan,

pembajakan situs, menyebarkan virus dan worm, pembajakan software, serta mencoba menjadi cracker, hacker, dan lain-lain.

3. Ketegasan Peraturan dan Perundang-undangan

Semua kasus yang terjadi di dunia maya membutuhkan ketegasan aturan yang

(77)

andal. Dapat dikatakan bahwa saat ini kemampuan aparat penegak hukum di

Indonesia masih terbatas dalam mengatasi kasus-kasus cybercrime.

4. Masih Mahalnya Infrastruktur Jaringan.

Biaya pemasangan dan penggunaan internet dirasa masih mahal bagi sebagian

masyarakat. Kualitas jaringan internet di Indonesia masih jauh dari kata

“memuaskan” jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

2.2 Daya Saing

2.2.1 Pengertian Daya Saing

Daya saing berhubungan dengan bagaimana efektivitas suatu perusahaan

di pasar persaingan, dibandingkan perusahaan lain yang menawarkan produk atau

jasa yang sama. Menurut Z. Heflin Frinces dalam Danang Sunyanto (2014:30)

daya saing merupakan hasil puncak dari berbagai keunggulan dan nilai lebih yang

dimiliki untuk membuat sesuatu baik berupa organisasi, produk maupun jasa.

Keunggulan tersebut dilahirkan dari proses kerja dan kinerja yang dilakukan

dengan tingkat kualitas yang baik dengan konsep manajemen profesional modern

ditambah adanya kontribusi dari berbagai sumber daya terbaik.

Dalam persepkitif bisnis, daya saing dikonsepsionalisasikan sebagai

kumpulan dari hasil proses kerja dan kinerja yang berwujud dalam berbagai

keunggulan komparatif seperti kualias, harga, pelayanan, kemasan, penyampaian,

dan lain-lain serta berbagai fungsi manajemen yang menyatu ke dalam satu

bentuk organisasi atau produk atau jasa yang kemudian melahirkan satu jati diri

baru organisasi atau produk atau jasa sebagai suatu kondisi yang terbaiknya.

Menurut Porter (1995:5) mengatakan:”competition is at the core of the

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 4.1  Logo Teri Bajak
Tabel 4.3
Gambar 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu untuk mengetahui sejauh mana perkembangan UKM kuliner yang dikelola oleh wanita di Kota Bandung, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kajian

Pemanfaatan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis atau sering dikenal dengan istilah e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan fleksibilitas dalam

demikian juga perusahaan yang melakukan penerapan e-commerce mempunyai beberapa hambatan dimana hambatan yang terbesar terletak pada sumber daya yang ada dimana sumber daya yang

Untuk manfaat-manfaat (benefits) e- commerce menurut narasumber di penelitian ini (UKM) adalah dalam hal sebagai berikut: iklan dan promosi (jangkauan yang luas,

Pembuatan websitenya menggunakan PHP, macromedia Dreamweaver, XAMPP. Dengan menggunakan E-Commerce pada Butik Despin Yuliance maka dapat mempermudah dalam pelayanan penjualan

Innovasi IPTEK dalam program Pengabdian IPTEK ini berupa bentuk (E-Commerce ) berbasis WEB untuk kedua mitra yang berbentuk Mobile mudah dan dapat diakses dari mana-

Segala sesuatu yang baru akan dijalankan pasti mempunyai suatu hambatan ataupun kendala demikian juga perusahaan yang melakukan penerapan e-commerce mempunyai beberapa

Optimalisasi E- Commerce dengan Penerapan Teknik SEO Search Engine Optimization Untuk Meningkatkan Penjualan pada UKM Nida Sasirangan.. Politeknik Negeri Banjarmasin,