• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha (Studi pada UKM di Kota Medan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha (Studi pada UKM di Kota Medan )"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 E-Commerce

2.1.1 Pengertian E-Commerce

E-commerce adalah bagian dari ruang yang dikenal dengan e-business. Dalam hal ini e-commerce dipandang sebagai penerapan dari e-business, dalam kaitannya dengan proses penjualan dan pembelian produk serta layanan. Aspek ini

mencakup pertukaran data (data exchange) selama proses transaksi yang berhubungan dengan pengelolaan aktifitas pembayaran.

Menurut Jullian Ding dalam Halim (2005;11), e-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan

pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah

barang, pelayanan, atau peralihan hak dimana komersial ini terdapat didalam

media elektronik (media digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan

para pihak dan keberadaan media ini dalam public network (sistem tertutup). Jadi

dapat disimpulkan bahwa e-commerce adalah kegiatan jual beli di dunia maya tanpa perlu berhubungan secara langsung

Pengertian dari e-commerce menurut Kalakota dan Whinston (Suyanto, 2003:11) dapat ditinjau dalam 4 perspektif berikut yaitu :

1. Dari perspektif komunikasi, e-commerce adalah pengiriman barang, layanan,

informasi atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui peralatan

(2)

2. Dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari teknologi yang

menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.

3. Dari perspektif layanan, e-commerce merupakan suatu alat yang memenuhi keinginan perusahaan, konsumen dan manajemen untuk memangkas biaya

layanan (service cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan

kecepatan layanan pengiriman.

4. Dari perspektif online, e-commerce menyediakan kemampuan untuk membeli

dan menjual barang ataupun informasi melalui internet dan sarana online berikutnya.

Seluruh definisi yang dijelaskan di atas pada dasarnya memiliki kesamaan

yang mencakup komponen transaksi (pembeli, penjual, barang, jasa dan

informasi), subyek dan obyek yang terlibat, serta media yang digunakan (dalam

hal ini adalah internet).

2.1.2 Manfaat E-commerce

Manfaat yang di dapat melalui penerapan e-commerce antara lain :

1. Bagi Penjual :

a) Memperluas pangsa pasar (market place) hingga ke pasar nasional dan internasional.

b) Dengan biaya operasi yang minim, sebuah perusahaaan dapat dengan

mudah menemukan lebih banyak pelanggan, pemasok (supplier) yang lebih baik dan partner bisnis yang paling cocok dari seluruh dunia.

c) Penjual tidak memerlukan modal besar untuk mencari lokasi, membangun

(3)

d) Efisiensi tenaga kerja, bisnis online hanya memerlukan beberapa tenaga kerja dengan kemampuan yang dapat diandalkan.

e) E-commerce menurunkan biaya pembuatan, pemrosesan, pendistribusian, penyimpanan, dan pencarian informasi yang menggunakan kertas.

2. Bagi Konsumen :

a) E-commerce memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan transaksi selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi.

b) E-commerce memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan, mereka bisa memilih berbagai produk dari banyak vendor.

c) E-commerce menyediakan produk dan jasa yang tidak mahal kepada pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat dan melakukan

perbandingan secara cepat.

d) Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detil dalam

hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu.

2.1.3 Pengelompokkan E-Commerce

Ada beberapa cara pengelompokan transaksi e-commerce. Salah satunya adalah dengan melihat sifat partisipan dalam transaksi e-commerce. Menurut Laudon (2005:163) tiga kelompok besar e-commerce adalah :

1. Business-to-consumere (B2C).

Mencakup penjualan barang-barang dan jasa antar bisnis. Transaksi bisnis ini

meliputi produk yang diperjualbelikan mulai dari produk barang dan jasa baik

dalam bentuk berwujud maupun dalam bentuk elektronik atau digital yang

(4)

2. Business-to-business (B2B).

Bisnis ke bisnis merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku bisnis atau

dengan kata lain transaksi secara elektronik antar perusahaan (dalam hal ini

pelaku bisnis) yang dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas atau volume

produk yang besar

3. Consumer-to-consumer (C2C).

Konsumen ke konsumen merupakan transaksi bisnis secara elektronik yang

dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada

saat tertentu pula.

2.1.4 Komponen E-Commerce

E-commerce memiliki beberapa komponen standar yang dimiliki dan tidak dimiliki transaksi bisnis yang dilakukan secara offline, yaitu (Hidayat, 2008:7):

1. Produk: Banyak jenis produk yang bisa dijual melalui internet seperti

komputer, buku, musik, pakaian, mainan, dan lain-lain.

2. Tempat menjual produk (a place to sell): tempat menjual adalah internet

yang berarti harus memiliki domain dan hosting.

3. Cara menerima pesanan: email, telpon, sms dan lain-lain.

4. Cara pembayaran: Cash, cek, bank draft, kartu kredit, internet payment (misalnya paypal).

5. Metode pengiriman: pengiriman bisa dilakukan melalui paket, salesman, atau didownload jika produk yang dijual memungkinkan untuk itu (misalnya

(5)

6. Customer service: email, formulir on-line, FAQ, telpon, chatting, dan lain-lain.

2.1.5 Proses Transaksi E-Commerce

Agar sebuah perdagangan antar pembeli dan penjual dapat dilakukan,

maka harus ada satu proses tertentu. Proses transaksi e-commerce bisa mencakup

tahap-tahap sebagai berikut (Suyanto, 2003:46):

1. Show

Penjual menunjukkan produk atau layanannya di situs yang dimiliki, lengkap

dengan detail spesifikasi produk dan harganya. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan konsumen dalam menerima informasi atas barang yang ingin

dibeli.

2. Register

Konsumen melakukan register atau mendaftar untuk memasukkan data-data identitas, alamat pengiriman dan lain-lain.

3. Order

Setelah konsumen memutuskan produk apa yang diinginkan, langkah

selanjutnya adalah melakukan order pembelian. Dapat dilakukan dengan menghubungi si penjual melalui kontak yang tertera atau jika mengorder dari

situs web dapat mengikuti langkah-langkah pembelian pada situs tersebut.

4. Payment

(6)

5. Verification

Verifikasi data konsumen adalah konsumen diminta untuk mengisi kembali

data-data pembayaran seperti, nomer rekening atau kartu kredit.

6. Deliver

Produk yang dipesan dan sudah di bayar oleh konsumen (transfer) maka kemudian akan dikirimkan oleh penjual melalui kurir ke alamat konsumen.

2.1.6 Hambatan E-Commerce di Indonesia

Penerapan e-commerce di Indonesia masih menghadapi banyak kendala. Kendala-kendala yang dihadapi bangsa Indonesia dalam penerapan e-commerce adalah sebagai berikut :

1. Pemahaman Dunia Teknologi Informasi yang Masih Kurang.

Harus diakui bahwa masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya

memahami teknologi informasi. Sejauh ini, masih dikenal sebatas masyarakat

kota dan umumnya baru dinikmati oleh generasi muda.

2. Tingginya Cybercrime

Cybercrime dapat diartikan sebagai tindak pelanggaran hukum di lingkup teknologi informasi. Jenis dari cybercrime yaitu kasus carding, penipuan, pembajakan situs, menyebarkan virus dan worm, pembajakan software, serta mencoba menjadi cracker, hacker, dan lain-lain.

3. Ketegasan Peraturan dan Perundang-undangan

Semua kasus yang terjadi di dunia maya membutuhkan ketegasan aturan yang

(7)

andal. Dapat dikatakan bahwa saat ini kemampuan aparat penegak hukum di

Indonesia masih terbatas dalam mengatasi kasus-kasus cybercrime.

4. Masih Mahalnya Infrastruktur Jaringan.

Biaya pemasangan dan penggunaan internet dirasa masih mahal bagi sebagian

masyarakat. Kualitas jaringan internet di Indonesia masih jauh dari kata

“memuaskan” jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

2.2 Daya Saing

2.2.1 Pengertian Daya Saing

Daya saing berhubungan dengan bagaimana efektivitas suatu perusahaan

di pasar persaingan, dibandingkan perusahaan lain yang menawarkan produk atau

jasa yang sama. Menurut Z. Heflin Frinces dalam Danang Sunyanto (2014:30)

daya saing merupakan hasil puncak dari berbagai keunggulan dan nilai lebih yang

dimiliki untuk membuat sesuatu baik berupa organisasi, produk maupun jasa.

Keunggulan tersebut dilahirkan dari proses kerja dan kinerja yang dilakukan

dengan tingkat kualitas yang baik dengan konsep manajemen profesional modern

ditambah adanya kontribusi dari berbagai sumber daya terbaik.

Dalam persepkitif bisnis, daya saing dikonsepsionalisasikan sebagai

kumpulan dari hasil proses kerja dan kinerja yang berwujud dalam berbagai

keunggulan komparatif seperti kualias, harga, pelayanan, kemasan, penyampaian,

dan lain-lain serta berbagai fungsi manajemen yang menyatu ke dalam satu

bentuk organisasi atau produk atau jasa yang kemudian melahirkan satu jati diri

baru organisasi atau produk atau jasa sebagai suatu kondisi yang terbaiknya.

Menurut Porter (1995:5) mengatakan:”competition is at the core of the

(8)

perusahaan. Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan yaitu sisi

kesuksesan karena telah mendorong perusahaan untuk lebih dinamis dan bersaing

dalam menghasilkan produk yang memberika layanan terbaik bagi pasar.

Sedangkan sisi lainnya adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan

yang bersifat statis, takut akan persaingan dan tidak mampu menghasilkan produk

yang berkualitas.

Daya saing menurut Pusat Studi dan Pendidikan Kebanksentralan Bank

Indonesia (Sumihardjo, 2008:39) harus mempertimbangkan beberapa hal :

1. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau

efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih

mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu perekonomian”

daripada “kemampuan sektor swasta atau perusahaan.

2. Pelaku ekonomi atau economic agent bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu

sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta

perusahaan dalam perekonomian, fokus perhatian akan diperluas, tidak hanya

terbatas akan hal itu saja dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya

saing.

3. Tujuan hasil akhir dari meningkatkan daya saing suatu perekonomian tak lain

adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam perekonomian

tersebut. Kesejahteraan atau level of living adalah konsep yang maha luas yang

pasti tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel seperti

(9)

2.2.2 Identifikasi Karakteristik UKM yang Berdaya Saing Tinggi

Daya saing memang merupakan konsep yang cukup ruwet. Tidak ada satu

indikator pun yang bisa digunakan untuk mengukur daya saing, yang memang

sangat sulit untuk diukur (Markovics, 2005 dikutip dalam Tambunan, 2009:95).

Namun demikian, daya saing adalah suatu konsep yang umum digunakan di

dalam ekonomi, yang biasanya merujuk kepada komitmen terhadap persaingan

pasar dalam kasus perusahaan-perusahaan dan keberhasilan dalam persaingan

internasional.

Dengan memakai konsep daya saing, (Man dkk.2002, dikutip dalam

Tambunan, 2009:95) membuat suatu model konseptual untuk menghubungkan

karakteristik-karakteristik dari manajer atau pemilik UKM dan kinerja perusahaan

jangka panjang. Model Konseptual tersebut terdiri dari empat elemen: skop daya

saing perusahaan, kapabilitas organisasi dari perusahaan, kompetensi pengusaha /

(10)

Gambar 2.1

Faktor-faktor Utama Penentu Daya Saing Daya Saing Produk

Daya Saing Perusahaan

Faktor-faktor Penentu Daya Saing Perusahaan

Keahlian Ketersediaan Ketersediaan

Pekerja Modal Informasi

Keahlian Organisasi dan Ketersediaan Ketersediaan Pengusaha manajemen yang Teknologi input lainnya

baik

Sumber : Tambunan (2009:96)

Sejumlah aspek internal perusahaan yang terkait dengan keenam faktor

utama penentu daya saing seperti yang diperlihatkan pada gambar tersebut, dan

aspek eksternal terkait dengan kinerja. Dalam aspek-aspek internal ada tiga hal

yang paling penting. Pertama, SDM (pekerja dan pengusaha/pemilik usaha).

Kedua, ketersediaan atau penguasaan teknologi. Ketiga, organisasi dan

manajemen. Sedangkan dari aspek eksternal yan menyangkut kinerja perusahaan

adalah terutama volume produksi, pangsa pasar, dan orientasi pasar atau

diversifikasi pasar.

2.2.3 Prasyarat dan Strategi Pencapaian Daya Saing

Penentu utama daya saing dari suatu perusahaan adalah perusahaan itu

(11)

Informasi

Teknologi Input Krusial lainnya Pendidikan Modal

kelompok UKM, pengusaha akan selalu berperan penting, karena pada umumnya

pengusaha atau pemilik usaha adalah penggerak utama perusahaan. Ini artinya,

kreativitas, spirit kewirausahaan dan jiwa inovatif dari pengusaha yang didukung

oleh keahlian dari para pekerjanya adalah sumber utama peningkatan daya saing

UKM. Agar pengusaha dan pekerjanya dapat berperan optimal, paling tidak ada 5

prasyarat utama, yaitu mereka memiliki sepenuhnya pendidikan, modal,

tekhnologi, informasi dan input krusial lainnya.

Gambar 2.2

Daya Saing Dan Faktor-Faktor Pendukung Utama

Daya Saing Perusahaan

Pendorong Inti : Pengusaha & Pekerja (SDM)

Prasayarat Utama

Sumber : Tambunan (2009:105)

Pemenuhan kelima prasyarat tersebut adalah tanggung jawab sepenuhnya

daripada perusahaan dan bagaimna cara memenuhinya adalah bagian dari strategi

yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut, bukan pemerintah. Jadi, Strategi

yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya

(12)

kompetitif. Komponen kedua, strategi untuk menggunakan secara optimal kelima

prasyarat tersebut menjadi suatu produk yang kompetitif.

Khusus untuk komponen kedua, perhatian harus ditujukan pada

peningkatan dua hal, yakni kemampuan produksi dan kemampuan pemasaran.

Upaya meningkatkan kemampuan produksi termasuk peningkatan kemampuan

tekhnologi dan kemampuan desain. Sedangkan upaya peningkatan kemampuan

pemasaran, termasuk promosi, distribusi dan pelayanan pascajual.

2.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

2.3.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

UKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada

negara dan aspek-aspek lainnya (misal spesifikasi tekhnologi). Dalam buku

Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis (Hubeis, 2009:20) terdapat

beberapa definisi mengenai UKM yaitu sebagai berikut :

1. Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM

berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi.

a) Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan

kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki

jumlah tenaga kerja 5 sd. 19 orang, sedangkan usaha menengah

merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sd. 99 orang.

b) Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil

dan memengah (UKM) :

1) Usaha mikro adalah usaha produktif miliki orang dan perorangan dan

atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro

(13)

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

ini.

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagain baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

c) Departemen Perindustrian dan Perdagangan

1) Perusahaan memiliki aset maksimum Rp. 600 juta di luar tanah dan

bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung)

2) Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp. 25 juta (Departemen

Perdagangan sebelum digabung)

d) Departemen Keuangan : UKM adalah perusahaan yang memiliki omzet

maksimum Rp. 600 juta per tahun dan atau set maksimum RP. 600 juta di

(14)

2. Di negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai definisi yang berbeda

mengenai UKM yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara,

yaitu sebagai berikut :

a) World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang. Pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3

juta.

b)Di Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan disekitarnya dan

mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.

c) Di Eropa : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang

dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang,

dikategorikan usaha rumah tangga.

d) Di Jepang : UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing

dan retail/service dengan jumlah tenaga kerja 54 - 300 orangdengan modal

¥ 50 juta-300 juta.

e) Di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara : UKM adalah usaha

dengan jumlah tenaga kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5-50 orang

(15)

Tabel 2.1 Kriteria UMKM

No. Keterangan Kriteria

Aset Omset

1 Usaha Mikro Maks. Rp 50 juta Maks. Rp 500 juta

2 Usaha Kecil >Rp 50 juta-Rp 500 juta >Rp 500 juta-Rp 2,5 milyar

3 Usaha Menengah >Rp 500 juta-Rp 10 milyar >Rp 2,5 milyar-Rp 50 milyar

Sumber : http://www.depkop.go.id/

2.3.2 Karakteristik Usaha Kecil dan Menengan (UKM)

Menurut laporan dari BPS (2006) yang dikutip oleh Tambunan (2009:7)

dalam bukunya yang berjudul UMKM di Indonesia, ada perbedaan antara usaha

mikro, usaha kecil dan usaha menengah dalam latar belakang atau motivasi

pengusaha. Alasan kegiatan usaha mikro adalah latar belakang ekonomi, artinya

usaha ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh perbaikan penghasilan dan

atau merupakan strategi untuk bertahan hidup.

Latar belakang pengusaha kecil beragam dari usaha mikro, walalupun latar

belakang ekonomi juga merupakan alasan yang utama, tetapi sebagian lain

mempunyai latar belakang yang lebih realistis dengan melihat propsek usaha ke

depan dengan kendala modal yang terbatas.Sedangkan latar belakang pengusaha

menengah sebagian besar sama seperti motivasi pengusaha kecil, yakni melihat

prospek ke depan, adanya peluang, dan pangsa pasar yang aman dan besar.

(16)

tidak berbadan hukum yang mencapai sekitar 95,1% dari jumlah unit usaha.

Karakteristik lainnya adalah dalam struktur umur pengusaha. Berdasarkan data

BPS, struktur umur pengusaha di UMKM menurut kelompok umur menunjukan

bahwa lebih dari sepertiga (34,5%) pengusaha UMKM berusia di atas 45 tahun,

dan hanya sekitar 5,2% pengusaha UMKM yang berumur dibawah 25 tahun

Selain itu yang menjadi karakteristik UKM adalah pemakaian bahan baku

lokal. Keberadaan UKM seringkali terkait dengan tingginya intensitas pemakaian

bahan baku lokal,misalnya UKM kerjainan meubel khas Jepara, batik asal

pekalongan dan berbagai komoditas lokal unggulan lain yang dijadikan bahan

baku dalam usaha.

2.3.3 Masalah-masalah yang Dihadapi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Peranan UKM di Indonesia diakui sangat penting bagi perekonomian

nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti pemerataan pendapatan,

peningkatan kesempatan kerja, pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan

ekspor non-migas. Banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk

mengembangkan UKM menjadi lebih berkemabang terrmasuk diantaranya adalah

program kemitraan antara Usaha Menengah dan Besar dengan Usaha Kecil.

Salah satu penyebab kurang berhasilnya program pengembangan atau

pembinaan UKM di Indonesia dalam memperbaiki kondisi UKM dari posisi yang

lemah adalah tekanan orientasi program atau kebijakan pemerintah lebih terletak

pada “aspek sosial” daripada “aspek ekonomi”. Selama ini usaha pengembangan

kegiatan ekonomi skala kecil yang umumnya padat karya dan dilakukan oleh

(17)

meningkatkan pendapat mereka dan mengurangi jumlah pengangguran dan

kesenjangan.

Menurut pandji anoraga dan djoko susanto dalam buku Koperasi,

Kewirausahaan, dan Usaha Kecil (2002:249), Masalah yang dihadapi usaha kecil

dan menengah antara lain :

1. Masalah Pemasaran

Pemasaran oleh banyak pengusaha kecil dianggap sebagai aspek yang

paling penting. Pendapat yang sering muncul adalah bahwa “kemampuan

menghasilkan produk tetapi tidak disertai kemampuan memasarkan produk

tersebut adalah kehancuran”. Permasalahan usaha kecil pada bidang

pemasaran terfokus pada tiga hal, yaitu :

a) Permasalahan persaingan pasar dan produk

b) Akses terhadap informasi pasar

c) Permasalahan kelembagaan pendukung usaha kecil

Munculnya permasalahan di bidang pemasaran disebabkan oleh beberapa

faktor. Faktor yang berpengaruh antara lain sumber daya manusia, yaitu

tingkat pendidikan dan keterampilan pengusaha, khususnya yang berkaitan

dengan pemasaran.Pengusaha kecil juga kurang mampu membacadan

mengakses peluang-peluang pasar yang potensial dan memiliki prospek yang

cerah.

2. Masalah Kemitraan

Secara konseptual, kemitraan merupakan “koreksi” atas kebijakan pola

(18)

menempatkan hubungan keduanya dalam status quo. Kecendrungan ini coba

dihilangkan melalui inisiasi pola hubungan kemitraan. Dalam konsep ini,

hubungan antara pengusaha kecil dengan usaha besar dibangun berdasarkan

semangat saling membutuhkan, bukan belas kasihan.

Berbagai permasalahan yang ada menyebabkan pola kemitraan

dimodifikasi lagi dengan pola hubungan permodalan, tetapi masih dalam

“bendera” kemitraan. Pola hubungan ini ditandai dengan himbauan

perusahaan besar untuk mengalokasikan sebagian keuntungan bagi

pengusaha kecil. Dalam sistem ini, keterkaitan output tidak lagi menjadi

esensi dasar.

3. Masalah Sumber Daya Manusia

Permasalahan usaha kecil yang menyangkut sumber daya manusia terkait

dengan :

a) Struktur organisasi dan pembagian kerja

Deskripsi pekerjaan kurang atau tidak jelas bahkan sering mengarah pada

one man show. Hal ini dapat mengganggu kelancaran usaha, menurunkan omzet, serta mengakibatkan lepasnya kesempatan untuk meraih peluang -

peluang pasar.

b) Kemampuan manajerial pengusaha

Dinilai masih lemah, sehingga pengusaha sering tidak mampu

merumuskan strategi bisnis yang mantap untuk menghadapi persaingan

(19)

4. Masalah Keuangan

Pengusaha kecil umumnya belum mampu memisahkan manajemen

keuangan perusahaan dan rumah tangga. Kondisi ini mengakibatkan

pengusaha kecil sulit melakukan perhitungan-perhitungan hasil kegiatan

usaha secara akurat dan akhirnya akan menghambat proses pembentukan

modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha.Pengusaha kecil

umumnya juga belum melakukan perencanaan, pencatatan, serta pelaporan

keuangan yang rutin dan tersusun baik.

Upaya untuk mengatasi masalah ini salah satunya adalah memberikan

pelatihan dari berbagai instansi terkait. Pelatihan sebaiknya dikoordiansikan

secara baik antara pelaksana dan pengusaha kecil, sehingga bentuk maupun

materi pelatihan dapat relevan dengan kebutuhan.

2.4 Penelitian Terdahulu

Salah satu faktor yang mendukung penelitian ini adalah

penelitian-penelitian sebelumnya dengan tema pembahasan yang sama. Diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Luciana Spica Almilia dan Lidia Robahi (2007), dengan judul “Penerapan

E-commerce Sebagai Upaya Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan” Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Motif dan manfaat perusahaan

menerapkan e-commerce adalah mengakses pasar global mempromosikan produk, membangun merk, Mendekatkan dengan pelanggan, komunikasi lebih

cepat, meningkatkan omzet penjualan, peningkatan jumlah pelanggan,

perluasan jangkauan bisnis, peluang terbukanya bisnis baru, dan kemudahan

(20)

2. Siti Nur Khasanah, dengan judul “Efektivitas Penerapan E-Commerce pada Perhotelan Studi Pada Hotel Sahid Surabaya (2007)”

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa e-commerce masih kurang efektif diterapkan pada hotel sahid surabaya. Dilihat dari jumlah pengunjung yang

memesan secara online masih jauh hasilnya dibandingkan dengan cara-cara

manual, serta kurangnya tenaga-tenaga terampil dalam bidang IT guna

memperlancar aplikasi e-commerce.

3. Sri Palupi Prabandari dan Misbahuddin Azzuhri (2011), dengan judul

“Efektivitas Penggunaan E-Commerce Sebagai Penunjang Aktifitas Bisnis pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Malang Raya”

Hasil Penelitiannya menunjukan bahwa E-commerce sebagai pendekatan promosi terbaru dalam bisnis sekarang masih belum menjadi alternatif yang

penting dalam sebagian besar UKM di Malang Raya. Pemilik UKM masih

belum memiliki pengetahuan tentang manfaat e-commerce dan bagaimana cara memulai penggunannya meskipun sangat mengetahui keefektivan

promosi dari penggunaan e-commerce. Karena Pemilik rata-rata berumur 50 tahun ke atas yang menyebabkan keengganan menerima hal baru khususnya

tentang tekhnologi dan domisili pemilik berada diluar kota yang menyebabkan

mereka kurang up to date dengan informasi terbaru.

4. Siti Maryama (2013), dengan judul “Penerapan E-Commerce dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha.

(21)

pelanggan dan memuaskan pelanggan. Sedangkan manfaat yang didapatkan

pelaku usaha adalah meningkatkan omzet, sarana promosi, dan dapat

memperluas bisnis. Kendalanya adalah lemahnya sumber daya manusia,

mahalnya biaya,sulitnya mendapat perizinan dan terkendala oleh hambatan

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2  Daya Saing Dan Faktor-Faktor Pendukung Utama
Tabel 2.1 Kriteria UMKM

Referensi

Dokumen terkait

Upacara ini adalah juga sebagai bentuk kearifan lokal dalam menjawab tantangan alam yang terbatas, dengan menumbuhkan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi menjaga

Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa tahapan yang dilalui hingga menjadi sebuah artikel. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Pada gambar

Atas berkat usaha bersama dan petunjuk-petunjuk dari Dinas terkait (Dinas perkebunan, Kehutanan, Perdagangan dan Industri serta Koperasi) terbentuklah Koperasi dengan nama

Seni tradisional rakyat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sesungguhnya mempunyai fungsi penting terutama dalam penyebaran dan fungsi sosialnya sebagai tradisi.

Dengan demikian, kesenian tradisional adalah seni yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu, diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang, tidak diketahui siapa

Berdasarkan uraian di atas, peran kepala sekolah sebagai penggerak warga sekolah menuju dinamika organisasi yang diwarnai pemikiran kreatif dan inovatif dari

Dari fenomena yang telah disinggung diatas, sebenarnya telah menunjukan bahwa betapa lemahnya pendidikan di Indonesia, maka wajiblah pemerintah, masyarakat dan keluarga

Persetujuan penyerahan kekuasaan Islam dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, sebenarnya disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya: Muawiyah sangat