• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Kualitas Spermatozoa

4.4.1 Motilitas Spermatozoa

Dari hasil konsentrasi motilitas spermatozoa mencit jantan yang dilakukan diperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel konsentrasi motilitas spermatozoa mencit (Lampiran F, hal. 62). Sehingga dapat diperjelas dalam bentuk grafik hubungan antara konsentrasi motilitas spermatozoa mencit dengan waktu pemberian kombinasi Testosteron Undekanoat (TU) dan ekstrak air biji blustru seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4.1

Hasil pengamatan konsentrasi motilitas spermatozoa mencit diketahui terbagi dalam 3 kategori. Kategori a (spermatozoa bergerak maju/cepat), kategori b (spermatozoa bergerak tetap/lamban), kategori c (spermatozoa tidak bergerak/mati). Menurut Arsyad & Hayati, (1994), kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek yakni salah satunya motilitas spermatozoa dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik, tidak motil).

Gambar 4.4.1 Konsentrasi Motilitas Spermatozoa Mencit Antara Kontrol dan Perlakuan di Setiap Minggu Perlakuan. Huruf yang sama pada grafik berbeda adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Kontrol vs perlakuan (tn= p>0,05;

*

= p<0,05; **= p<0,01).

Motilitas kategori a. Dari Gambar 4.4.1 di atas, terlihat bahwa adanya pengaruh pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru. Dengan lamanya waktu pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru menyebabkan penurunan konsentrasi motilitas spermatozoa yakni konsentrasi motilitas maju spermatozoa mencit. Penurunan konsentrasi motilitas spermatozoa kategori a dapat dilihat pada Gambar 4.4.1 dan mengalami peningkatan konsentrasinya pada perlakuan 24 minggu. Data motilitas spermatozoa mencit kategori a dapat dilihat pada Lampiran F. Hasil pengamatan konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori a setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas varians menunjukkan bahwa data degenerasi tidak berdistribusi normal (p<0,05) dan tidak bervarians homogen (p<0,05). Selanjutnya data tersebut ditransformasi dengan X=1/y uji normalitas terhadap motilitas spermatozoa kategori a yang telah ditransformasi tetap berdistribusi tidak normal

a b b c c

** *

a b b abc c

**

tn a tn tn tn a tn tn tn a tn tn a tn tn tn a

(p<0,05). Untuk itu dilanjutkan dengan uji nonparametrik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Dari hasil tersebut perlakuan yang diberikan memberi pengaruh yang bermakna (p<0,05) dan pengaruh yang lebih bermakna (p<0,01). Dimana konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-0 (P0) berbeda sangat nyata lebih tinggi terhadap konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-6, minggu ke-12, minggu ke-18 dan minggu ke-24 (P1, P2, P3 dan P4). Konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-6 (P1) berbeda sangat nyata lebih tinggi terhadap konsentrasi motilitas kategori spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-18 dan minggu ke-24 (P3 dan P4), dan konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-12 (P2) berbeda sangat nyata lebih tinggi konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-18 dan minggu ke-24 (P3 dan P4). Dengan kata lain lama waktu pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru memberikan pengaruh terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori a. Hasil uji statistik juga memperlihatkan bahwa konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-0 (K0) tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa perlakuannya (P0), konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-6 (K1) tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-6 (P1), konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-12 (K2) tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan (P2). Konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-18 (K3) berbeda sangat nyata lebih tinggi daripada konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa perlakuan (P3) dan konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit kontrol minggu ke-24 (K4) berbeda nyata lebih tinggi terhadap konsentrasi motilitas kategori a spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-24 (P4). Hubungan lama pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori a dapat dilihat pada Gambar 4.4.1. Pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru yang terus-menerus dapat menyebabkan gangguan motilitas maju spermatozoa mencit. Pemberian kombinasi TU dan ekstrak biji blustru menurunkan persentase motilitas maju spermatozoa mencit dan meningkatkan motilitas mati spermatozoa mencit. Penurunan motilitas spermatozoa kemungkinan disebabkan oleh senyawa alkaloid yang terkandung pada

biji blustru. Menurut Alfaina (2002), bahwa dengan adanya senyawa alkaloid menyebabkan menurunnya motilitas dan viabilitas sperma.

Menurut Kong et al, (1985) dalam Nisa (2004), penurunan motilitas spermatozoa kemungkinan disebabkan oleh senyawa alkaloid yang diduga dapat mengganggu aktifitas enzim ATP-ase pada membran sel spermatozoa dibagian tengah ekor. Enzim ATP-ase tersebut berfungsi mempertahankan homeostasis internal untuk ion natrium dan kalium. Jika aktivitas enzim ATP-ase terganggu, maka homeostasis ion natrium dan kalium akan terganggu sehingga konsentrasi Na+ intrasel meningkat, gradien Na+ melintasi membran sel akan menurun sehingga pengeluaran Ca2+ juga akan mengalami penurunan (Ganong, 2001). Apabila ion Ca2+ berkurang maka membran akan kehilangan kemampuannya untuk mengangkut bahan-bahan terlarut ke dalam sitoplasma (Salisbury & Ross, (1985) dalam Haryati (2003)). Dengan terganggunya permeabilitas membran sperma akan menyebabkan terganggunya transpor nutrien yang diperlukan oleh spermatozoa untuk pergerakannya.

Menurut Nurhuda et al, (1995) motilitas spermatozoa dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi viskositas dan pH media. Sedangkan faktor internal adalah sumber energi (Santa & Soehadi, 1982 dalam Nurhuda et al, (1995). Epididimis merupakan organ yang sangat penting dalam menunjang proses pematangan spermatozoa secara fungsional. Di dalam epididimis ini disekresikan zat-zat yang penting dalam menunjang proses pematangan spermatozoa seperti protein. Secara fungsional epididimis sangat bergantung pada hormon testosteron. Hal ini terbukti dengan banyaknya reseptor hormon ini di dalam sel epididimis baik pada fraksi sitosol ataupun pada inti (West et al, (1971) dalam Nurhuda et al, (1995)). Akibat adanya gangguan kerja hormon testosteron akibat bahan aktif ini maka sekresi protein di dalam lumen epididimis akan berkurang, sehingga proses pematangan spermatozoa dalam epididimis akan terganggu.

Motilitas kategori b. Dari Gambar 4.4.1, terlihat bahwa tidak ada pengaruh pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru. Artinya konsentrasi motilitas spermatozoa yang bergerak lamban pada perlakuan sama dengan konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kontrol dari minggu ke-0 sampai minggu ke-24. Menurut Aditya (2006), spermatozoa yang hidup berhubungan erat dengan motilitas sperma karena

spermatozoa hidup merupakan syarat mutlak bagi spermatozoa untuk dapat menghasilkan energi dan melakukan pergerakan. Semen mamalia yang mempunyai fertilitas tinggi ditunjukkan dengan konsentrasi spermatozoa hidup yang tinggi dengan morfologi normal (Martinez et al, 1996 dalam Aditya, 2006). Motilitas akan berlangsung dengan baik jika ditopang oleh banyak hal diantaranya adalah morfologi dari spermatozoa itu sendiri.

Motilitas kategori c. Dari Gambar 4.4.1, terlihat bahwa adanya pengaruh pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru. Lamanya waktu pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru menyebabkan peningkatan konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa yakni konsentrasi motilitas mati spermatozoa mencit sampai minggu ke-18. Peningkatan konsentrasi motilitas spermatozoa kategori c dapat dilihat pada Gambar 4.4.1 dan mengalami penurunan konsentrasinya pada perlakuan 24 minggu. Data motilitas spermatozoa mencit kategori c dapat dilihat pada Lampiran F. Hasil pengamatan konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori c setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas varians menunjukkan bahwa data degenerasi tidak berdistribusi normal (P<0,05) dan tidak bervarians homogen (p<0,05). Selanjutnya data tersebut ditransformasi dengan X=1/√y. Uji normalitas terhadap motilitas

spermatozoa kategori c yang telah ditransformasi tetap berdistribusi tidak normal (p<0,05). Untuk itu dilanjutkan dengan uji nonparametrik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Dari hasil uji statistik tersebut perlakuan kombinasi yang diberikan memberi pengaruh yang sangat bermakna (p<0,01). Dimana konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-0 (P0) berbeda sangat nyata lebih rendah terhadap konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-6, minggu ke-12 dan minggu ke-18 (P1, P2, dan P3). Konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-6 (P1) berbeda sangat nyata lebih rendah terhadap konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-18 (P3), dan konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-12 (P2 ) berbeda sangat nyata lebih rendah terhadap konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-18 (P3). Dengan kata lain lama waktu pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru memberikan pengaruh terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori c. Hasil uji statistik juga memperlihatkan konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit

kontrol minggu ke-0 (K0) tidak berbeda terhadap konsentrasi motilitas kategori c mencit perlakuan minggu ke-0 (P0), konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit kontrol minggu ke-6 (K1) tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori c dengan perlakuan (P1), konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit kontrol minggu ke-12 (K2) tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori c perlakuan (P2), konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit minggu ke-18 (K3) berbeda sangat nyata lebih rendah konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-18 (P3) dan konsentrasi motilitas kategori c spermatozoa mencit kontrol minggu ke-24 (K4) tidak berbeda konsentrasi motilitas kategori c perlakuan minggu ke-24 (P4). Hubungan lama pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kategori c dapat dilihat pada Gambar 4.4.1.

Pemberian kombinasi TU dan ekstrak air biji blustru yang terus-menerus dapat menyebabkan motilitas mati spermatozoa mencit meningkat. Namun pada minggu ke 24 motilitas spermatozoa kategori c menurun konsentrasinya. Menurut Herrero & Ganong (2001) dalam Tirta (2009), spermatozoa dipengaruhi oleh metabolisme karbohidrat sebagai sumber utama energinya. Penghubung utama antara metabolisme karbohidrat dan motilitas spermatozoa adalah ATP, dimana kandungan ATP spermatozoa berkorelasi positif dengan motilitasnya dan penyediaan ATP sangat tergantung pada metabolisme normal fruktosa. Apabila ATP rendah dan terjadi sejak pembentukan spermatid maka spermatozoa yang terbentuk akan kekurangan energi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadinya peningkatan motilitas spermatozoa disebabkan oleh peningkatan metabolisme karbohidrat oleh epitel epididimis yang berfungsi sebagai tempat pematangan spermatozoa sebelum proses ejakulasi.

Dokumen terkait