• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Berawal dari dari kata motif itu maka motifasi dapat

diartikan sebagai daya pengerak yang telah menjadi aktif. Bahkan

motif dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi

berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2003: 73). Motivasi juga bisa memiliki banyak arti lain seperti yang diungkapkan beberapa para

ahli:

a. Berelzon dan Steiner (2011 : 267) mengemukakan bahwa

“is an inner state that energizer, activates, or moves (hence „motivation‟), and that directs or channels behavior toward

goals” (adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi

sehingga disebut „penggerakan‟ (motivasi), dan yang

mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan).

b. Eysenck dan kawan-kawan (2010 : 170) merumuskan

sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan,

intensitas dan konsistensi, serta arah umum dari tingkah

laku manusia merupakan konsep yang rumit dan berkaitan

dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap

dan sebagainya. Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah

suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme

yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan

(goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu

(Purwanto, 2007 : 61).

c. Menurut Mc. Donald (2003: 73), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2003: 73)

Dari urian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya

penggerak dari dalam diri yang memberi kekuatan, yang

menggiatkan serta arah umum dari tingkah laku manusia terhadap

1. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Sardiman (2003:86) mengatakan bahwa

motivasi itu sangat bervariasi yaitu:

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya:

1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir

2) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul

karena dipelajari.

b. Motivasi menurut pembagiaan dari Woodworth dan Marquis:

1) Motif atau kebutuhan organis misalnya kebutuhan minum,

makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.

2) Motof-motif darurat misalnya menyelamatkan diri,

dorongan untuk membalas, dan sebagainya.

3) Motif-motif objektif

c. Motivasi jasmani dan rohani

1) Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan

sebagainya.

2) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.

d. Motivasi intrisik dan ekstrinsik

1) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau

berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

2) Motivasi ekstrinsik adalaxh motif-motif yang aktif dan

berfungsi karena adanya peransang dari luar.

Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu

gambaran tentang motif-motif yang ada pada setiap individu.

Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah

memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas,

memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman (Djmarah dan

Zain, 2002: 168).

2. Fungsi Motivasi

Ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2003 : 85) yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak

atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah

dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan

tujuannya.

c. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan

perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan

yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu

akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan

waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab

tidak serasi dengan tujuan.

3. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003:2) “Belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya

sendiri dalam interaksinya dengan lingkunganya”.

Abin Syamsudin Makmun (2007) mengatakan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi

seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, (2004: 83) belajar merupakan

proses memperoleh pengetahuan (Psikologi kognitif).

4. Karakteristik Belajar

a. Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku.

b. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman (perubahan

karena pertumbuhan atau kematangan bukan merupakan hasil

belajar, contoh perubahan seorang bayi).

c. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman, berarti

kelelahan, adaptasi/kepekaan seseorang yang biasanya hanya

berlangsung sementara bukan merupakan hasil belajar.

d. Perubahan tingkah laku itu menyangkut berbagai aspek

kepribadian (fisik/psikis) seperti perubahan pengertian,

berpikir, ketrampilan, kebiasaan, sikap, dan lain-lain.

5. Tujuan Belajar

Dalam upaya pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan

adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif.

Tujuan belajar untuk mengembangkan nilai afeksi memerlukan

penciptaan sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang

dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak, dan begitu

seterusnya.

Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk

dicapai dengan tindakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Tujuan yang lebih merupakan hasil

sampingan yaitu : tercapai karena siswa “menghidupi” suatu sistem

lingkungan belajar tertentu. Contohnya, kemampuan berfikir kritis

dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, dan menerima pendapat

orang lain. Jadi guru dalam belajar mengajar untuk mencapai

instructional effects, maupun kedua-duanya.

Dari uraian di atas, (Sadirman, 2004) membagi tujuan belajar

a. Untuk mendapatkan pengetahuan.

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat

dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan

kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya

kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan

inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar

perkembangannya didalam kegiatan belajar. Hal ini peran guru

sebagai pengajar lebih menonjol.

b. Penanaman konsep dan keterampilan.

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga

memerlukan suatu keterampilan. Soal keterampilan yang

bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah

adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan

diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan

gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang

belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena

tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan

yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, menyangkut

persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir

kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu

c. Pembentukan Sikap.

Pembentukan sikap metal dan perilaku anak didik, tidak

akan lepas dari persoalan penanaman nilai-nilai, transfer of

values. Dengan adanya landasan nilai-nilai itu maka anak

didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk

mempraktikan segala sesuatu yang telah dipelajarinya.

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan

pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap

mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil

belajar.

Dokumen terkait