i
HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR, KONSEP DIRI, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN BIMBINGAN BELAJAR SISWA DENGAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh : Dadang Esmanaf NIM: 111334030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Moto dan Persembahan
Mottoku adalah, setiap kau melakukan kesalahan lakukan itu dua kali
-Neil Finn-
Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri
-Franklin D. Roosevelt-
Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan
di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita
Roma 5 :5
Jangan Melayang karena Pujian, Jangan Tumbang karena Cacian
-Penulis-
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua Orang Tuaku tercinta, Alm. Bapak
pria terbaikku, dan Mamak wanita
terhebatku yang selalu menunggu
kelulusanku
Keempat saudaraku yang selalu menjadi
motivasi dan penyemangat
Orang yang saya cintai dan selalu
menyemati dan mendorongku setiap saat
vii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR, KONSEP DIRI, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN
MOTIVASI BELAJAR
SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN
Dadang Esmanaf
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei 2017 di 7 SMA Negeri kelas XI jurusan IPA dan IPS di Kabupaten Sleman. Populasi penelitian adalah siswa SMA Negeri se-Kabupaten Sleman, dengan sampel sebanyak 394 siswa yang diambil dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan PAP II. Hipotesis diuji dalam penelitian menggunakan korelasi Spearman Rank.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa : (1) ada hubungan positif minat belajar dengan motivasi belajar siswa (nilai Sig.(2-tailed)
= 0,000 dan r = 0,416; (2) ada hubungan positif konsep diri dengan motivasi belajar siswa (nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 dan r = 0,384; (3) ada hubungan positif lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa (nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 dan r = 0,362; (4) ada hubungan positif bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa (nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 dan r = 0,309.
viii ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN INTEREST IN LEARNING, SELF CONCEPT, SCHOOL ENVIRONMENT, TUTORING AND LEARNING
MOTIVATION OF STATE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN SLEMAN REGENCY
Dadang Esmanaf Sanata Dharma University
2019
The purpose of this study is to find out the relationship between; 1) learning interest and learning motivation of students; 2)self-concept and students' learning motivation; 3)school environment and students' learning motivation; 4) tutoring and students' motivation.
This research is a correlational study conducted from April until May 2017 at the eleventh grade students majoring in social and natural sciences at seven public high schools in Sleman Regency. The populations of this study were high school students in Sleman Regency. The samples were 394 students taken by random sampling. Data were collected by using questionnaire and were analyzed quantitatively using PAP II. The hypothesis was tested by applying Spearman Rank correlation.
The result of this study and data analysis show that: (1) there is a positivie
relationship between learning interest and students‟ learning motivation (Sig. (2-tailed) = 0,000 and r = 0,416; (2)there is a positive relationship between self-concept and students' learning motivation (Sig. (2-tailed) = 0,000 and r = 0.384; (3) there is a positive relationship between school environment and students' learning motivation (Sig.(2-tailed) = 0,000 and r = 0,362; (4) there is a positive
relationship between learning motivation and students‟ learning motivation (Sig. (2-tailed) = 0,000 and r = 0,309.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pertolongan dan
penyertaannya kepada penulis dalam persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian
skripsi ini, yang berjudul “Hubungan Antara Minat Belajar, Konsep Diri,
Lingkungan Sekolah, Bimbingan Belajar, Dengan Motivasi Belajar Siswa
SMA Negeri Di Kabupaten Sleman”.
Skripsi ini ditulis dan di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidkan Program Studi Pendidikan Ekonomi
BKK Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak
lepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta;
2. Bapak Ig. Bondan Suratno,S.Pd., M.Si., selaku ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Sosial, serta kepala prodi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Serta dosen pembimbing yang
telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing saya dengan
ketelitian, kesabaran serta membantu dalam proses penulisan sikripsi
melalui kritik, saran dan motivasi.
x
Ekonimi BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah
membantu kelancaran proses administrasi selama perkuliahan dan
penelitian.
4. Segenap bapak/ibu dosen, pendidikan Ekonomi BKK pendidikan
akuntansi yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama
proses perkuliahan.
5. Guru beserta Staf karyawan dan siswa-siswi SMA Negeri 1 Depok,
SMA Negeri 1 Minggir, SMA Negeri 1 Mlati, SMA Negeri 1 Ngaglik,
SMA Negeri 2 Ngaglik, SMA Negeri 2 Sleman, SMA Negeri 1
Sayegan, SMA Negeri 2 Sleman atas bantuan dan pendampingan
selama penelitian.
6. Kedua orang tua tercinta Alm. Yohanes Rayi dan Yulia Timur, serta
saudaraku Anselmus Simson, Simon Refoldi, dan Semion yang telah
memberikan banyak dukungan, motivasi, perhatian, kasih, nasihat, dan
doa kepada saya selama proses perkuliahan dan penulisan sikripsi.
7. Orang yang saya cintai Fransiska Hesty, wanita yang super keras yang
selalu ada dan mendukung, memberi kasih yang tulus, sebagai teman,
sahabat serta saling berbagi dalam suka maupun duka dan yang selalu
memberikan dukungan, motivasi, doa dan semangat dalam proses
penulisan sikripsi.
8. Sahabat dan teman-teman terbaik yang tidak bisa saya sebutkan
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN………iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...vi
ABSTRAK ...……….vii
ABSTRACT………....viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI……….xii
DAFTAR TABEL………..xv
DAFTAR LAMPIRAN………xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi Masalah ...7
C. Rumusan Masalah ...7
D. Tujuan Penelitian ...8
E. Manfaat Penelitian ...8
xiii
B. Kajian Penelitian yang Relevan………...43
C. Kerangka Berfikir...44
D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel…………..51
1. Populasi………51
H. Teknik Analisis Data………..71
1. Teknik Analisis Deskriptif………...71
2. Pengujian Prasyarat Analisis………...76
xiv
1. Pengujian Normalitas Minat Belajar Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa…...87
2. Pengujian Normalitas Konsep diri dengan Motivasi Belajar...87
3. Pengujian Normalitas Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa...88
4. Pengujian Normalitas Bimbingan Belajar Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa...89
C. Pengujian Hipotesis………..………..89
1. Hubungan Minat Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa………...90
2. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa…...……...91
3. Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa....92
4. Hubungan Bimbingan Belajar dengan Motivasi BelajarSiswa...94
D. Pembahasan………95
1. Hubungan Minat Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa………...95
2. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa……...…..97
3. Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa....99
4. Hubungan Bimbingan Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa…..100
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Nama dan Alamat Sekolah……….…49
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Populasi………...………...51
Tabel 3.3 Sampel Sekolah Untuk Diteliti……….………….53
Tabel 3.4 Pembagian Skor Kuesioner………...55
Tabel 3.5 Operasional Variabel Motivasi Belajar Siswa……….………..56
Tabel 3.6 Operasional Variabel Minat Belajar Siswa………57
Tabel 3.7 Operasional Variabel Konsep Diri…..………...……57
Tabel 3.8 Operasional Variabel Bimbingan Belajar………..……58
Tabel 3.9 Operasional Variabel Lingkungan Sekolah……….………...58
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa………60
Tabel 3.11 Hasil Pengujian Validitas Ke – 2 Variabel Motivasi Belajar Siswa………61
Tabel 3.12 Hasil Pengujian Validitas Ke -3 Variabel Motivasi Belajar Siswa………...……….62
Tabel 3.13 Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat Belajar Siswa……...….62
Tabel 3.14 Hasil Pengujian Ke – 2 Validitas Variabel Minat Belajar Siswa………63
Tabel 3.15 Hasil Pengujian Validitas Konsep Diri...………..………64
Tabel 3.16 Hasil Pengujian Ke – 2 Validitas Konsep Diri...……….……….65
xvi
Tabel 3.18 Hasil Pengujian Ke – 2 Validitas Variabel Lingkungan Sekolah...67
Tabel 3.19 Hasil Pengujian Validitas Variabel Bimbingan Belajar...…...68
Tabel 3.20 Hasil Pengujian Ke – 2 Validitas Variabel Bimbingan Belajar...69
Tabel 3.21 Tabel Interprestasi………70
Tabel 3.22 Hasil Pengukuran Uji Reliabilitas Untuk Semua Variabel………..71
Tabel 3.23 Tabel PAP Tipe II………72
Tabel 3.24 Deskripsi Skor Variabel Motivasi Belajar Siswa……….73
Tabel 3.25Deskripsi Skor Variabel Minat Belajar Siswa…………..…………74
Tabel 3.26 Deskripsi Skor Variabel Konsep Diri...………..74
Tabel 3.27Deskripsi Skor Variabel Lingkungan Sekolah…………..…………75
Tabel 3.28 Deskripsi Skor Variabel Bimbingan Belajar...………..……..76
Tabel 3.29 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan………..79
Tabel 4.1 Asal Sekolah………...81
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Status Sekolah……….……81
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa……….82
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa……….……….83
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Konsep Diri...………...84
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Lingkungan Sekolah…………...85
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Bimbingan Belajar...………...87
xvii
Motivasi Belajar Siswa ………..87
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Bivariat Konsep Diri Siswa
dengan Motivasi Belajar Siswa……….……….87
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Bivariat Lingkungan Sekolah dengan
Motivasi Belajar Siswa………....88
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Bivariat Bimbingan Belajar
dengan Motivasi Belajar Siswa………89
Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis Hubungan Minat Belajar dengan Motivasi
Belajar Siswa………..………..90
Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis Hubungan Konsep Diri Siswa
dengan Motivasi Belajar Siswa………91
Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis Hubungan Lingkugan Sekolah dengan
Motivasi Belajar Siswa………93
Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis Hubungan Bimbingan Belajar
xviii
TABEL LAMPIRAN
Lampiran I : Kuesioner Penelitian………110
Lampiran II : Data Induk Penelitian….……….116
Lampiran III : Uji Validitas dan Reliabilitas………..167
Lampiran IV : Uji Korelasi……….175
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meciptakan manusia
menjadi dewasa. Dengan kedewasaan ini akan menjadikan manusia sebagai
contoh teladan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari dalam
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan merupakan penentu
kemajuan suatu bangsa, maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada
pengetahuan dan keterampilan warga negaranya, oleh karena itu mutu
pendidikan perlu ditingkatkan terus menerus. Salah satu indikator mutu
pendidikan yang memadai adalah meningkatnya prestasi belajar siswa, yang
dapat dilihat dari nilai penguasaan materi pelajaran dan kemampuan
memecahkan masalah.
Didalam pendidikan berlangsung suatu proses pembelajaran. Dalam
suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa memahami dan
mengerti apa materi yang disampaikan oleh guru mendapat hasil yang baik.
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan intraksi antara guru dan murid
dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar (Dimyati dan
Mudjiono, 2006 : 3) Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses
terjadinya intraksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka
Setiap siswa pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mencapai
motivasi belajar yang baik, tapi pada kenyataannya banyak kendala yang
menghambat para siswa untuk mencapai hal tersebut. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi motivasi belajar anak dapat berasal dari dalam diri
Individu (faktor internal) maupun dari luar diri individu (faktor eksternal).
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
yang berasal dari dalam diri sendiri, meliputi minat belajar, konsep diri dan
lain-lain (Djaali, 2012: 101). Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan
sekolah, bimbingan belajar dan lain-lain.
Untuk mencapai motivasi belajar yang memuaskan itu, hal yang paling
mendasar untuk mencapai semua itu adalah dengan menumbuhkan minat
belajar itu sendiri. Dalam proses kegiatan belajar mengajar banyak sekali
masalah yang dihadapi oleh seorang guru terutama dalam menghadapi anak
didik yang kurang memperhatikan pelajaran, masalah yang ada pada diri siswa
atau kesulitan dalam dirinya sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar dalam
kegiatan belajar mengajar. Saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung
tidak sedikit siswa yang memiliki daya tangkap rendah, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya karena memang siswa tersebut memiliki
intelligence quotient (IQ) yang rendah atau siswa tersebut kurang belajar. Akan tetapi ada juga sebagian siswa yang merasa kurang tepat metode pembelajaran
diterapkan guru dalam penyampaian materi sehingga siswa tersebut kesulitan
dalam memahami materi yang disampaikan saat kegiatan belajar mengajar
Keberhasilan dalam meraih pretasi sangat dipengaruhi oleh faktor
motivasi. Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapainya. Apabila terdapat dua anak yang memiliki
kemampuan, peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja
dan hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik
dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Motivasi menentukan
tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi
sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Hamalik, 2005: 108).
Motivasi dapat berasal dari dalam diri sendiri dan juga dapat berasal
dari luar individu tersebut. Motivasi yang berasal dari dalam individu sendiri
timbul pada saat belajar, sehingga siswa mempunyai semangat untuk belajar
dan juga tertarik pada pengetahuan baru yang ada. Motivasi yang berasal dari
luar terjadi pada saat aktivitas belajar dimulai dan diteruskan dengan dorongan
dari luar.
Untuk mencapai prestasi maksimal akan potensi tersebut diperlukan
adanya konsepsi diri. Dalam proses interaksi sosial inilah individu tumbuh dan
mulai belajar mengidentifikasi dirinya sendiri, individu mulai membangun
konsep diri yaitu sebuah sikap pandang terhadap dirinya sendiri dan sebagai
penentu tingkah laku (Harlock,1978). Dari konsep diri inilah kemudian,
memunculkan manifestasi perilaku individu yang berbeda pula, pola dalam
konsep diri individu yang positif akan memiliki prediposisi pada
pengembangan kualitas kediriannya salah satunya, dengan meningkatkan
merupakan pembuktian bahwa orang lain tidak salah menerima dirinya.
Sebaliknya, pola dalam konsep diri yang negatif, cenderung menempatkan
individu pada penolakan terhadap lingkungan akibat perasaaan inferioritasnya,
Muhibbin dalam (Sumantri, 2011 : 131-132).
Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan, dan penilaian
yang diyakini individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi proses
interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Konsep diri tidaklah langsung
dimiliki ketika seseorang lahir di dunia melainkan suatu rangkaian proses yang
terus berkembang dan membedakan individu satu dengan yang lainnya,
Tarwoto dalam (Sumantri, 2011 : 131-132).
Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar
siswa. Sarana prasarana yang terdapat disekolah sangat diperlukan dalam
semua proses pembelajaran. Sarana prasarana yang tidak lengkap akan
membuat proses pembelajaran akan terhambat. Lingkungan sekolah merupakan
lingkungan pendidikan utama yang yang kedua. Siswa-siswa, guru,
administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara
teratur dan terencana dengan baik (Hasbullah, 2013:36). Lingkungan sekolah
merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.
Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan
agar mampu megembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral,
spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (S.Yusuf, 2001:54). Lingkungan
sekolah yaitu keadaan sekolah tempat belajar yang turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar.
Menurut Dalyono (2005:59) bahwa “keadaan sekolah tempat belajar
yang mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar”. Lingkungan sekolah
merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga dalam mendidik
anak. Lingkungan sekolah yang efektif adalah lingkungan belajar yang
dibangun untuk membantu siswa untuk meningkatkan produktifitas belajar
sehingga proses belajar mengajar tercapai sesuai dengan yang diinginkan.
Sarana prasarana yang ada di sekolah harus mampu memberikan layanan yang
memuaskan bagi anak didik untuk berintraksi dan hidup didalamnya. Ada
berbagai macam factor yang mempengaruhi prestasi di lingkungan sekolah
antara lain guru, sarana dan prasarana, kondisi gedung, kurikulum dan waktu
sekolah semua itu yang nantinya bias berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar peserta didik.
Bimbingan adalah suatu usaha bantuan; untuk menambah, mendorong,
merangsang, mendukung, menyentuh, menjelaskan agar individu tumbuh dari
kekuatan sendiri. Bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing
kepada terbimbing (anak) dalam menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah belajar. Pemberian bimbingan belajar itu sendiri bertujuan untuk
membantu anak-anak yang mengalami masalah di dalam memasuki proses
Dengan adanya bimbingan belajar dapat mengarahkan anak untuk dapat
mengembangkan hasil belajarnya menjadi prestasi. Bimbingan belajar
merupakan suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (anak) dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar. Pemberian bimbingan
sendiri bertujuan untuk membantu anak-anak yang mengalami masalah di
dalam memasuki proses belajar dan situasi belajar yang dihadapinya. Dengan
diberikan layanan bimbingan belajar maka diharapkan siswa dapat termotivasi
dalam mencapai prestasi yang memuaskan, mampu menerapkan ilmu
pengetahuan yang didapat dari sekolah, dan mencapai keberhasilan belajar
secara optimal. (Kholidah, 2012: 15).
Dengan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar
siswa, diharapkan pada akhirnya siswa dapat mencapai prestasi belajar mata
pelajaran lebih baik. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar
faktor-faktor tersebut mempengaruhi Motivasi Belajar maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan antara Minat Belajar,
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang muncul dalam
motivasi belajar siswa dapat didentifikasi sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa cendrung masih rendah.
2. Minat belajar siswa cendrung masih rendah, sehingga bepengaruh pada
moivasi belajar siswa.
3. Konsep diri siswa cendrung masih rendah, sehingga berpengarh pada
motivasi belajar siswa.
4. Lingkungan sekolah yang kurang optimal, sehingga berpengaruh pada
motivasi belajar siswa.
5. Bimbingan belajar di luar sekolah masih rendah, hanya mereka yang
membutuhkan saja yang mengikuti bimbingan belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara minat belajar dengan motivasi
belajar siswa ?
2. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar
siswa ?
3. Apakah ada hubungan antara lingkugan sekolah dengan motivasi
4. Apakah ada hubungan antara bimbingan belajar dan prestasi
belajar siswa ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
tentang:
1. Hubungan antara minat belajar dengan motivasi belajar siswa
2. Hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar siswa
3. Hubungan antara lingkungan sekolah dengan motivasi belajar
siswa
4. Hubungan antara keikutsertaan bimbingan belajar dengan
motivasi belajar siswa
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis :
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai
pentingnya nilai pendidikan
2. Bagi peneliti berikutnya :
Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut,
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif” diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Berawal dari dari kata motif itu maka motifasi dapat
diartikan sebagai daya pengerak yang telah menjadi aktif. Bahkan
motif dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi
berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak
yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2003: 73). Motivasi juga bisa
memiliki banyak arti lain seperti yang diungkapkan beberapa para
ahli:
a. Berelzon dan Steiner (2011 : 267) mengemukakan bahwa
“is an inner state that energizer, activates, or moves (hence
„motivation‟), and that directs or channels behavior toward
goals” (adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi
sehingga disebut „penggerakan‟ (motivasi), dan yang
mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan).
b. Eysenck dan kawan-kawan (2010 : 170) merumuskan
sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan,
intensitas dan konsistensi, serta arah umum dari tingkah
laku manusia merupakan konsep yang rumit dan berkaitan
dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap
dan sebagainya. Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah
suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme
yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan
(goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu
(Purwanto, 2007 : 61).
c. Menurut Mc. Donald (2003: 73), motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2003: 73)
Dari urian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya
penggerak dari dalam diri yang memberi kekuatan, yang
menggiatkan serta arah umum dari tingkah laku manusia terhadap
1. Macam-macam Motivasi
Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Sardiman (2003:86) mengatakan bahwa
motivasi itu sangat bervariasi yaitu:
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya:
1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir
2) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul
karena dipelajari.
b. Motivasi menurut pembagiaan dari Woodworth dan Marquis:
1) Motif atau kebutuhan organis misalnya kebutuhan minum,
makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
2) Motof-motif darurat misalnya menyelamatkan diri,
dorongan untuk membalas, dan sebagainya.
3) Motif-motif objektif
c. Motivasi jasmani dan rohani
1) Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan
sebagainya.
2) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.
d. Motivasi intrisik dan ekstrinsik
1) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau
berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
2) Motivasi ekstrinsik adalaxh motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya peransang dari luar.
Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu
gambaran tentang motif-motif yang ada pada setiap individu.
Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah
memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas,
memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman (Djmarah dan
Zain, 2002: 168).
2. Fungsi Motivasi
Ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2003 : 85) yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah
dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
c. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan
yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu
akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan
waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab
tidak serasi dengan tujuan.
3. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2003:2) “Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya
sendiri dalam interaksinya dengan lingkunganya”.
Abin Syamsudin Makmun (2007) mengatakan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, (2004: 83) belajar merupakan
proses memperoleh pengetahuan (Psikologi kognitif).
4. Karakteristik Belajar
a. Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku.
b. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman (perubahan
karena pertumbuhan atau kematangan bukan merupakan hasil
belajar, contoh perubahan seorang bayi).
c. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman, berarti
kelelahan, adaptasi/kepekaan seseorang yang biasanya hanya
berlangsung sementara bukan merupakan hasil belajar.
d. Perubahan tingkah laku itu menyangkut berbagai aspek
kepribadian (fisik/psikis) seperti perubahan pengertian,
berpikir, ketrampilan, kebiasaan, sikap, dan lain-lain.
5. Tujuan Belajar
Dalam upaya pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan
adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif.
Tujuan belajar untuk mengembangkan nilai afeksi memerlukan
penciptaan sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang
dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak, dan begitu
seterusnya.
Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk
dicapai dengan tindakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Tujuan yang lebih merupakan hasil
sampingan yaitu : tercapai karena siswa “menghidupi” suatu sistem
lingkungan belajar tertentu. Contohnya, kemampuan berfikir kritis
dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, dan menerima pendapat
orang lain. Jadi guru dalam belajar mengajar untuk mencapai
instructional effects, maupun kedua-duanya.
Dari uraian di atas, (Sadirman, 2004) membagi tujuan belajar
a. Untuk mendapatkan pengetahuan.
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan
inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar
perkembangannya didalam kegiatan belajar. Hal ini peran guru
sebagai pengajar lebih menonjol.
b. Penanaman konsep dan keterampilan.
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga
memerlukan suatu keterampilan. Soal keterampilan yang
bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah
adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan
diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan
gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang
belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena
tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan
yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, menyangkut
persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir
kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu
c. Pembentukan Sikap.
Pembentukan sikap metal dan perilaku anak didik, tidak
akan lepas dari persoalan penanaman nilai-nilai, transfer of
values. Dengan adanya landasan nilai-nilai itu maka anak
didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk
mempraktikan segala sesuatu yang telah dipelajarinya.
Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan
pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap
mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil
belajar.
2. Minat Belajar
1. Pengertian Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketrikatan pada
suatu hal dan aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:
180). Minat adalah perasaan yang ingin tahu, mempelajari,
mengagumi atau memiliki sesuatu (Djaali, 2004 : 122). Minat
adalah kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak
terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari
minat tersebut dengan disertai perasaan senang (Rahman, 2004 :
Crow dan crow (2007:121) mengatakan bahwa minat berhubungan
dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi
atau berurusan dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman
yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang
ingin dicapai.
2. Jenis-jenis Minat
Djaali (2007 : 122) membagi minat dalam enam jenis:
a. Realistis
Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik kuat,
dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik
dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan
medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan
berkomunikasi dengan orang lain.
b. Investigatif
Orang investigatif termasuk orang yang berorientasi keilmuan.
Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan
asocial, lebih menyukai memikirkan sesuatu dari pada
melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami
alam, menyukai tugas tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka
bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan
analisis, selalu ingin tahu, bebas, dan bersyarat, dan kurang
menyukai pekerjaan yang berulang.
c. Artistik
Orang artistik menyukai hal hal yang tidak terstruktur, bebas,
memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana
yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat
kreatif dalam bidang seni dan musik.
d. Sosial
Tipe ini dapat bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering
alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat
perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil
bergaul, menghindari perpeecahan masalah secara intelektual,
suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan
perasaan, menyukai kegiatan menginformasikan, malatih dan
mengajar.
e. Enterprising
Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain,
memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, mamiliki
kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya
diri, dan umumnya sangat aktif.
f. Konvensional
Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib,
berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas
yang berstruktur tetapi patuh, praktis, senang, tertib, efisien;
mereka mengidentifikasi dengan kekuasaan dan materi.
3. Faktor yang Menimbulkan Minat
Crow and Crow (Abdul Rahman,2004 : 264), berpendapat ada tiga
faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu :
a. Dorongan dari dalam diri individu
Misal dorongan untuk makan, ingin tahu seks. Dorongan untuk
makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari
penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain lain.
Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan
minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan
penelitian dan lain lain. Dorongan untuk seks akan
membangkitkan minat untuk menjalin hubungan dengan lawan
jenis, minat terhadap pakaian dan kosmetika dan lain lain.
b. Motif sosial
Dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap
pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau
penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau
penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki
ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat
kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
c. Faktor emosional
Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila
seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan
menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan
memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu
kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.
3. Konsep diri
1. Pengertian Konsep Diri
Menurut Agustiani (2006:139), keseluruhan persepsi
individu terhadap dirinya sendiri merupakan gambaran tentang diri
atau konsep diri. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki
seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.
Seifert dan Hoffinung (Desmita, 2014:163) mengungkapkan
konsep diri sebagai suatu pemahaman mengenai diri sendiri atau
ide tentang diri sendiri, yang meliputi persepsi seseorang tentang
diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan
Fitts (Agustiani, 2006:138) mengemukakan bahwa konsep
diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep
diri merupakan kerangka dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Konsep diri berpengaruh kuat terhadap tngkah laku seseorang,
karena dengan mengetahui konsep diri seseorang, orang lain akan
lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang
tersebut. Seseorang yang akan termotivasi untuk belajar dengan
tekun dan giat dapat terjadi karena persepsi-persepsi dirinya sendiri
yang membentuk suatu konsep diri bahwa individu tersebut
mampu memahami dan menyimpan semua yang ia pelajari ke
dalam memorinya.
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa konsep diri adalah gagasan tentamg diri sendiri
yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara
kita melihat diri sendirisebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri kita sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri
sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep diri
Menurut Agustiani (2006:139), konsep diri seseorang belum tentu
benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Fitts
a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang mampu
memunculkan perasaan positif dan perasaan yang berharga,
b. Kompetensi dalam era yang dihargai oleh individu tersebut
maupun orang lain,
c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi
pribadi yang sesungguhnya.
3. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri
Pembentukan persepsi individu terhadap dirinya sendiri
bermacam-bermacam. Fitts (Agustiani, 2006:139) membagi konsep diri dalam
dua dimensi pokok.
a. Dimensi Internal
Dimensi internal adalah penilaian yang dilakukan individu
terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya.
Dimensi ini teridiri dari tiga bentuk, yaitu:
1. Diri identitas
Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar
pada konsep diri. Individu mencari tahu dan bertanya-tanya
dengan memunculkan label-label dan simbol-simbol yang
menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.
2. Diri pelaku
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah
tindakan yang dilakukan dirinya. Bagian diri ini berkaitan
dengan diri identitas.
3. Diri penerimaan/penilai
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar,
dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara
antara diri identitas dan diri pelaku. Diri penilai
menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa
jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang
rendah akan menimbulkan harga diri yang rendah pula dan
akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar
terhadap dirinya dan sebaliknya.
Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda,
namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri
yang utuh dan menyeluruh.
b. Dimensi eksternal
Dimensi eksternal merupakan penilaian yang dilakukan
individu mengenai dirinya sendiri berdasarkan dunia di luar
dirinya. Dimensi eksternal terdiri dari lima bentuk, yaitu:
1. Diri fisik
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan
dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi
seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilannya, dan
2. Diri etik-moral
Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya
dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal
ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan
dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan
keagamaannya dan nilai-nikai moral yang dipeganggnya,
yang meliputi batasan baik dan buruk.
3. Diri pribadi
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang
tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh
kondisi fisij atau hubungan dengan orang lain, tetapi
dipengaruhi oleh tingkatn kepuasan individu terhadap
pribadinya atau tingkat penilaian individu terhadap dirinya
sebagai pribadi yang tepat.
4. Diri keluarga
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri
seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga
5. Diri sosial
Bagian ini merupakan penilaian inividu terhadap interaksi
dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di
4. Perkembangan Konsep Diri
Agustiani (2006:143) mengemukakan bahwa
perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut
di sepanjang kehidupan manusia. Menurut Symonds (Agustiani,
2006:143), seorang bayi membentuk pandangan yang masih kabur
tentang dirinya sebagai seorang individu. Pada usia 6-7 tahun,
batas-batas dari diri individu mulai menjadi lebih jelas sebagai
hasil dari eksplorasi dan pengalaman dengan tubuhnya sendiri.
Menurut Agustiani (2006:144), selama masa anak
pertengahan dan akhir, kelompok teman sebaya mulai memainkan
peran yang dominan, menggantikan orangtua sebagai orang yang
turut berpengaruh pada konsep diri mereka. Selama masa anak
akhir, konsep diri yang terbentuk sudah semakin stabil. Tetapi
dengan mulainya masa pubertas, terjadi perubahan drastis terhadap
konsep diri. Penyelesaian masalah dan konflik pada remaja
melahirkan konsep diri orang dewasa. Nilai-nilai dan sikap-sikap
yang merupakan bagian dari konsep diri pada akhir masa remaja
yang cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkah
laku yang bersifat permanen. Pada usia 25-30 tahun biasanya ego
orang dewasa terbentuk dengan lengkap, dan mulai dari sini
4. Lingkungan Sekolah
1. Pengertian Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan
utama yang kedua. Siswa-siswa, guru, administrator, konselor
hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara teratur dan
terencana dengan baik (Hasbullah, 2013:36). Menurut Dalyono
(2010:131) lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang
turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
terutama untuk kecerdasannya. Lingkungan sekolah sangat
berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena kelengkapan
sarana dan prasarana dalam belajar serta kondisi lingkungan yang
baik sangat penting guna mendukung terciptanya lingkungan
belajar yang menyenangkan. Lingkungan sekolah yaitu keadaan
sekolah tempat belajar yang turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar. Keadaan gedung sekolahnya dan letaknya,
serta alat-alat belajar yang juga ikut menentukan keberhasilan
belajar siswa (Syah,2010:152).Menurut Oemar Hamalik (2009:6)
lingkungan sekolah adalah sebagai tempat mengajar dan belajar.
Sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pengajaran dan
kesempatan belajar harus memenuhi bermacam-macam persyaratan
antara lain: murid, guru, program pendidikan, asrama, sarana dan
fasilitas. Segala sesuatu telah diatur dan disusun menurut pola dan
mengajar berlangsung dan terarah pada pembentukan dan
pengembangan siswa.
2. Instrumen Lingkungan Sekolah
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah (2011: 180-185) dalam menentukan arah
tujuan maka diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai
bentuk dan jenisnya, yaitu :
a. Kurikulum
Kurikulum merupakan unsur substansio dalam pendidikan.
Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat
berlangsung, sebab materi yang harus guru sampaikan dalam
suatu pertemuan kelas belum terprogramkan sebelumnya.
Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isis kurikulum
ke dalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya,
sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat
keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
b. Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program
pendidikan disusun untuk menjalankan demi kemajuan
pendidikan. Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung baik
pendidikna disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia,
baik tenaga kerja, finansial, dan sarana prasarana.
c. Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Misalnya
gedung sekolah, sebagai tempat strategis bagi berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu persyaratan
untuk membuat sutu sekolah adalah pemilikan gedung sekolah
yang di dalamnya ada ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang
guru, rauang perpustakaan, ruang lab, ruang BP, ruang tata
usaha, auditorium dan halaman sekolah yang memadai. Semua
bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik.
d. Guru
Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalam pendidikan. Jika
hanya ada anak didik, tetap guru tidak ada, maka tidak akan
terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Guru yang
professional lebih mengedepankan kualitas pengajaran
daripada materi. Kualitas kerja lebih diutamakan dari pada
mengambil mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya.
Menurut Slameto (2003:64) faktor-faktor sekolah yang
mempengaruhi belajar mencakup :
1. Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang
kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik
pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik,maka metode
mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif
mungkin.
2. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah
menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang
kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.
3. Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut.
Relasi guru dengan siswa baik, membuat siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang
diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari
sebaik-baiknya.Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan
baik menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar.
4. Relasi Siswa dengan Guru
Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan,
rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan
terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas untuk sekolah
dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi
demikian, siswa tersebut memerlukan bimbingan dan
penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan
memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
5. Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan belajar.Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam
bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP
dalam memberikan layanan.
Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja
dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. Dalam proses
belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk mengembangkan
motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus
disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan
lain-lain.
6. Alat Pengajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa
karena alat pelajaran tersebut dipakai siswa untuk menerima
bahan pelajaran dan dipakai guru waktu mengajar. Alat
pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat
pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih
maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap
sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan
belajar-mengajar.
7. Waktu Sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar
mengajar disekolah. Waktu sekolah akan mempengaruhi
belajar siswa. Memilih waktu sekolah yang tepat akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Sekolah
dipagi hari adalah adalah waktu yang paling tepat dimana pada
saat itu pikiran masih segar dan kondisi jasmani masih baik.
5. Bimbingan Belajar
1. Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun
1989, pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan,
pengajaran, dan latihan. Bimbingan atau membimbing memiliki
dua makna yaitu bimbingan secara umum yang mempunyai arti
sama dengan mendidik atau menanamkan nilai-nilai, membina
moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik. Sedangkan
makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai suatu upaya
atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa.
dihadapi, serta dorongan bagi pengembangan potensi-potensi yang
dimiliki siswa. (Sukmadinata, 2005: 233).
Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005: 82)
Bimbingan dapat diartikan sebagai upaya pemberian bantuan
kepada peserta didik dalam rangka mencapai perkembangannya
yang lebih optimal.
Menurut Rochman Natawidjaja dalam bukunya Syamsu
Yusuf (2005: 6) Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan
dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada
umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati
kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang
berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan
dapat membantu individu mencapai perkembangan diri secara
optimal sebagai makhluk sosial.
Menurut Moh. Surya dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi
(2002: 20) Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang
terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang
optimal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Maka dapat diambil kesimpulan dari beberapa definisi
bimbingan sebagai berikut:
b. Bimbingan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara
sistematis, berencana, terus-menerus dan terarah kepada
tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan
bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan,
insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja atau kegiatan yang
asal-asalan.
c. Bimbingan merupakan proses membantu individu. Dengan
menggunakan kata membantu berarti dalam kegiatan
bimbingan tidak adanya unsur paksaan. Dalam kegiatan
bimbingan, pembimbing tidak memaksa individu untuk
menuju kesuatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing,
melainkan pembimbing membantu mengarahkan klien
kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama,
sehingga klien dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dalam
kegiatan bimbingan dibutuhkan kerjasama yang demokratis
d. Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang
memerlukannya didalam proses perkembanganya. Hal ini
mengandung arti bahwa bimbingan memberikan
bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja,
dewasa, maupun orang tua.
e. Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan
bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan
dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
f. Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu murid
dalam masalah-masalah pribadi dan sosial yang
berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau
penempatan dan juga menjadi perantara dari siswa dalam
hubungannya dengan guru maupun tenaga administrasi.
Adapun fungsi bimbingan ada 4 macam:
1) Preservatif : Memelihara dan membina suasana dan
situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi
lancarnya belajar mengajar.
2) Preventif : Mencegah sebelum terjadi masalah.
3) Kuratif : Mengusahakan pembentukan dalam mengatasi
4) Rehabilitasi : Mengadakan tindak lanjut secara
penempatan sesudah diadakan treatmen yang memadai.
(Ahmadi dan Supriono, 2004: 117).
Menurut Abin Syamsuddin Mahmu, (2002: 157). Belajar
adalah konsep belajar yang menunjukkan kepada suatu proses
perubahan perilaku yang menunjukkan kepada suatu proses
perubahan perilaku pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu.
Menurut Slameto, (2003: 2). Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2002: 141). Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Menurut Thursan Hakim, (2000: 1). Belajar adalah suatu
proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya
pikir dan kemampuan.
Menurut Nasution, (1982: 38). Belajar adalah perubahan
pengetahuan. Ungkapan diatas cenderung menyatukan hasil dari
aktivitas belajar sehingga orang yang belajar mengalami perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak
pengalaman menjadi berpengalaman dan lain sebagainya. Si anak
didik itu berubah dan berkembang karena pengaruh-pengaruh yang
didapatkan oleh apa yang dilihatnya, apa yang didengar dan apa
yang diajarkan oleh para guru kepada para anak didik sepanjang
masa-masa belajar disekolah. Pada kenyataannya batasan inilah
yang paling banyak dianut disekolah, dimana guru berusaha
memberikan pengaruh ilmu sebanyak mungkin dan siswa giat
mengumpulkannya. Sehingga kecenderungan keberhasilan belajar
maka lebih ditekankan pada nilai-nilai (angka) dari hasil evaluasi
dengan nilai tertinggi semata.
Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan
individu secara sadar untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
c. Hasil dari belajar itu ditandai dengan perubahan seluruh
aspek tingkah laku yaitu aspek kebiasaan, pengalaman dan
sikap.
d. Belajar itu merupakan bentuk pengalaman.
Dengan demikian bimbingan belajar dapat diartikan sebagai
proses pemberian bantuan dari guru atau guru pembimbing kepada
siswa agar terhindar dari kesulitan belajar, yang mungkin muncul
selama proses pembelajaran, Sehingga siswa dapat mencapai hasil
belajar yang optimal. Optimal dalam kontek belajar dapat dimaknai
sebagai siswa yang efektif, produktif dan prestatif.
(www.sd-binatalenta.com).
Menurut Abu Ahmadi, (1991: 111). Bimbingan belajar
adalah suatu proses pemberian bantuan terus-menerus dan
sistematis kepada individu atau peserta didik dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya yang kaitannya dengan kegiatan belajar.
Adapun prifat atau bimbingan individu menunjukkan usaha-usaha
yang sistematis dan berencana membantu peserta didik secara
perorangan agar dapat mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya. Sedangkan belajar kelompok merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
membahas suatu materi dalam pelajaran yang sedang dihadapinya.
Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan
pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan
dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui
kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.
Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar
dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka
menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau
hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa
gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak
ada motivasi belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik
dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran, guru
ataupun sekolah.
2. Fungsi Bimbingan Belajar
a. Mencegah kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar.
b. Menyalurkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga
belajar dapat berkembang secara optimal.
c. Agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
belajar.
d. Perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu proses
belajarsiswa.
e. Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi
belajar siswa (www.sd-binatalenta.com).
a. Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu
murid-murid agar dapat mendapat penyesuaian yang baik di
dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar
secara efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan
mencapai perkembangan yang optimal. Dengan rincian sebagai
berikut:
1) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi
seorang anak atau kelompok anak.
2) Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dan
menggunakan buku pelajaran.
3) Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang
memanfaatkan perpustakaan
4) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam
ulangan dan ujian.
5) Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat,
kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.
6) Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam
bidang studi tertentu.
7) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal
belajarnya.
8) Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan
dengan pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan
b. Secara khusus adalah :
1) Siswa dapat mengenal, memahami, menerima,
mengalahkan dan mengaktualisasikan potensi secara
optimal.
2) Mengembangkan berbagai keterampilan belajar.
3) Mengembangkan suasana yang kondusif.
4) Memahami lingkungan pendidikan.
Dalam bimbingan belajar diharapkan murid-murid bisa
melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal
mungkin sesuai dengan potensi-potensi, bakat, dan kemampuan
yang ada padanya. Berdasarkan atas tujuan bimbingan belajar
diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah untuk
membentuk murid-murid yang mengalami masalah di dalam
memasuki proses belajar dan situasi belajar yang dihadapinya.
(Ahmadi dan Supriono, 2004:111).
4. Manfaat Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan bagian terpenting bagi
peserta didik, mengingat pada saat ini peserta didik dituntut untuk
bisa berkompetensi. Oleh karena itu siswa diharapkan mengikuti
bimbingan belajar sebagai alat untuk menghadapi tantangan di
masa depan. Selain itu, manfaat dari bimbingan belajar adalah
dapat membuat siswa semakin kreatif pada kegiatan belajar
sangat penting bagi peserta didik untuk mengikuti bimbingan
belajar, agar mereka mampu bersaing dengan tuntutan zaman pada
saat ini.
Manfaat Bimbingan Belajar bagi siswa adalah tersedianya
kondisi belajar yang nyaman, terperhatikannya karakteristik
pribadi siswa, dan siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan
belajar. ( www.sd-binatalenta.com).
5. Teknik-teknik Bimbingan Belajar
Hampir semua bentuk teknik bimbingan yang bersifat
informatif dan adjustif dapat digunakan dalam bimbingan belajar,
hanya isinya saja difokuskan kepada kesulitan belajar dan kesulitan
pelajaran.
Keseluruhan teknik bimbingan belajar dibedakan antara
teknik bimbingan kelompok dan bimbingan individual. Bimbingan
individual adalah suatu bantuan yang diberikan kepada individu
(siswa) dalam situasi individual. Teknik bimbingan ini ada yang
bersifat informatif (memberikan informasi) dan ada juga yang
bersifat terapeutik atau penyembuhan. Beberapa teknik bimbingan
individual yang bersifat informatif adalah ceramah/penjelasan,
wawancara, nasihat, penyampaian bahan-bahan tertulis,
penyampaian informasi melalui media elektronik dll yang
Bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan yang
diberikan kepada individu (siswa) yang dilaksanakan dalam situasi
kelompok. Bimbingan inipun ada yang bersifat informatif dan
terapeutik, tetapi ada juga yang bersifat adjustif. Bimbingan
kelompok yang bersifat informatif, hampir sama dengan bimbingan
individual tetapi diberikan secara berkelompok, seperti ceramah
kelompok, nasihat kelompok, penggunaan media tulis dan media
elektronik secara berkelompok. Bimbingan kelompok yang bersifat
adjustif adalah bantuan kepada individu dalam membina hubungan
dan menyesuaikan diri dengan orang lain, melalui berbagai
kegiatan kelompok, seperti diskusi, belajar kelompok, perwalian
kelompok, kegiatan klub, organisasi siswa, orientasi, kunjungan
kelompok dsb. Bimbingan kelompok yang bersifat terapeutik
adalah psikodrama, konseling kelompok dan psikoterapi kelompok.
Teknik-teknik bimbingan yang bersifat informatif dapat
diberikan oleh guru-guru. Bimbingan adjustif dapat diberikan oleh
konselor atau guru-guru senior yang telah mendapatkan penataran
tentang bimbingan dan konseling. Bimbingan terapeutik dalam
membantu klien-klien dengan masalah yang masih relatif ringan
dapat dikerjakan oleh konselor, sedang yang sudah berat seperti
gangguan yang sudah termasuk neurosis, psikopath dan psikosis
hanya bisa diberikan oleh psikolog dan psikiater yang telah
jenis teknik bimbingan lainnya dapat digunakan dalam
memberikan bimbingan belajar, untuk mengatasi masalah yang
sederhana dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, sedangkan untuk
mengatasi masalah yang agak berat diperlukan kerjasama dengan
konselor (Syaodih, 2005: 243-244).
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfina Anggraeni tahun 2010,
dengan judul “Hubungan Antara MInat Belajar dan Lingkungan
Sekolah dengan Prestasi Belajar Bekerjasama dengan Kolega dan
Pelanggan Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran
di SMK Muhammadiyah 1 Tempel Tahun Ajaran 2009/2010”
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
Minat Belajar dan Lingkungan Sekolah dengan Prestasi Belajar
Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Hal ini ditunjukkan
dengan koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0,604 dan Fhitung sebesar
18,963 dengan p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Pada
penelitian tersebut terdapat persamaan dengan penelitian sekarang
yaitu sama-sama meneliti tentang Minat Belajar dan Lingkungan
Sekolah dengan Prestasi Belajar siswa, kemudian perbedaanya
penelitian tersebut mengambil tempat penelitian di SMK
Muhammadiyah 1 Tempel, sedangkan pada penelitian sekarang