• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara minat belajar, konsep diri, lingkungan sekolah dan bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri di Kabupaten Sleman - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara minat belajar, konsep diri, lingkungan sekolah dan bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa SMA Negeri di Kabupaten Sleman - USD Repository"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR, KONSEP DIRI, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN BIMBINGAN BELAJAR SISWA DENGAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh : Dadang Esmanaf NIM: 111334030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Moto dan Persembahan

Mottoku adalah, setiap kau melakukan kesalahan lakukan itu dua kali

-Neil Finn-

Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri

-Franklin D. Roosevelt-

Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan

di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita

Roma 5 :5

Jangan Melayang karena Pujian, Jangan Tumbang karena Cacian

-Penulis-

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Tuhan Yang Maha Esa.

Kedua Orang Tuaku tercinta, Alm. Bapak

pria terbaikku, dan Mamak wanita

terhebatku yang selalu menunggu

kelulusanku

Keempat saudaraku yang selalu menjadi

motivasi dan penyemangat

Orang yang saya cintai dan selalu

menyemati dan mendorongku setiap saat

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR, KONSEP DIRI, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN

MOTIVASI BELAJAR

SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN

Dadang Esmanaf

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei 2017 di 7 SMA Negeri kelas XI jurusan IPA dan IPS di Kabupaten Sleman. Populasi penelitian adalah siswa SMA Negeri se-Kabupaten Sleman, dengan sampel sebanyak 394 siswa yang diambil dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan PAP II. Hipotesis diuji dalam penelitian menggunakan korelasi Spearman Rank.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa : (1) ada hubungan positif minat belajar dengan motivasi belajar siswa (nilai Sig.(2-tailed)

= 0,000 dan r = 0,416; (2) ada hubungan positif konsep diri dengan motivasi belajar siswa (nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 dan r = 0,384; (3) ada hubungan positif lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa (nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 dan r = 0,362; (4) ada hubungan positif bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa (nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 dan r = 0,309.

(8)

viii ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN INTEREST IN LEARNING, SELF CONCEPT, SCHOOL ENVIRONMENT, TUTORING AND LEARNING

MOTIVATION OF STATE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN SLEMAN REGENCY

Dadang Esmanaf Sanata Dharma University

2019

The purpose of this study is to find out the relationship between; 1) learning interest and learning motivation of students; 2)self-concept and students' learning motivation; 3)school environment and students' learning motivation; 4) tutoring and students' motivation.

This research is a correlational study conducted from April until May 2017 at the eleventh grade students majoring in social and natural sciences at seven public high schools in Sleman Regency. The populations of this study were high school students in Sleman Regency. The samples were 394 students taken by random sampling. Data were collected by using questionnaire and were analyzed quantitatively using PAP II. The hypothesis was tested by applying Spearman Rank correlation.

The result of this study and data analysis show that: (1) there is a positivie

relationship between learning interest and students‟ learning motivation (Sig. (2-tailed) = 0,000 and r = 0,416; (2)there is a positive relationship between self-concept and students' learning motivation (Sig. (2-tailed) = 0,000 and r = 0.384; (3) there is a positive relationship between school environment and students' learning motivation (Sig.(2-tailed) = 0,000 and r = 0,362; (4) there is a positive

relationship between learning motivation and students‟ learning motivation (Sig. (2-tailed) = 0,000 and r = 0,309.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pertolongan dan

penyertaannya kepada penulis dalam persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian

skripsi ini, yang berjudul “Hubungan Antara Minat Belajar, Konsep Diri,

Lingkungan Sekolah, Bimbingan Belajar, Dengan Motivasi Belajar Siswa

SMA Negeri Di Kabupaten Sleman”.

Skripsi ini ditulis dan di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidkan Program Studi Pendidikan Ekonomi

BKK Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak

lepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta;

2. Bapak Ig. Bondan Suratno,S.Pd., M.Si., selaku ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Sosial, serta kepala prodi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Serta dosen pembimbing yang

telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing saya dengan

ketelitian, kesabaran serta membantu dalam proses penulisan sikripsi

melalui kritik, saran dan motivasi.

(10)

x

Ekonimi BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah

membantu kelancaran proses administrasi selama perkuliahan dan

penelitian.

4. Segenap bapak/ibu dosen, pendidikan Ekonomi BKK pendidikan

akuntansi yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama

proses perkuliahan.

5. Guru beserta Staf karyawan dan siswa-siswi SMA Negeri 1 Depok,

SMA Negeri 1 Minggir, SMA Negeri 1 Mlati, SMA Negeri 1 Ngaglik,

SMA Negeri 2 Ngaglik, SMA Negeri 2 Sleman, SMA Negeri 1

Sayegan, SMA Negeri 2 Sleman atas bantuan dan pendampingan

selama penelitian.

6. Kedua orang tua tercinta Alm. Yohanes Rayi dan Yulia Timur, serta

saudaraku Anselmus Simson, Simon Refoldi, dan Semion yang telah

memberikan banyak dukungan, motivasi, perhatian, kasih, nasihat, dan

doa kepada saya selama proses perkuliahan dan penulisan sikripsi.

7. Orang yang saya cintai Fransiska Hesty, wanita yang super keras yang

selalu ada dan mendukung, memberi kasih yang tulus, sebagai teman,

sahabat serta saling berbagi dalam suka maupun duka dan yang selalu

memberikan dukungan, motivasi, doa dan semangat dalam proses

penulisan sikripsi.

8. Sahabat dan teman-teman terbaik yang tidak bisa saya sebutkan

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...vi

ABSTRAK ...……….vii

ABSTRACT………....viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI……….xii

DAFTAR TABEL………..xv

DAFTAR LAMPIRAN………xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Rumusan Masalah ...7

D. Tujuan Penelitian ...8

E. Manfaat Penelitian ...8

(13)

xiii

B. Kajian Penelitian yang Relevan………...43

C. Kerangka Berfikir...44

D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel…………..51

1. Populasi………51

H. Teknik Analisis Data………..71

1. Teknik Analisis Deskriptif………...71

2. Pengujian Prasyarat Analisis………...76

(14)

xiv

1. Pengujian Normalitas Minat Belajar Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa…...87

2. Pengujian Normalitas Konsep diri dengan Motivasi Belajar...87

3. Pengujian Normalitas Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa...88

4. Pengujian Normalitas Bimbingan Belajar Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa...89

C. Pengujian Hipotesis………..………..89

1. Hubungan Minat Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa………...90

2. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa…...……...91

3. Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa....92

4. Hubungan Bimbingan Belajar dengan Motivasi BelajarSiswa...94

D. Pembahasan………95

1. Hubungan Minat Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa………...95

2. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa……...…..97

3. Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa....99

4. Hubungan Bimbingan Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa…..100

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nama dan Alamat Sekolah……….…49

Tabel 3.2 Daftar Jumlah Populasi………...………...51

Tabel 3.3 Sampel Sekolah Untuk Diteliti……….………….53

Tabel 3.4 Pembagian Skor Kuesioner………...55

Tabel 3.5 Operasional Variabel Motivasi Belajar Siswa……….………..56

Tabel 3.6 Operasional Variabel Minat Belajar Siswa………57

Tabel 3.7 Operasional Variabel Konsep Diri…..………...……57

Tabel 3.8 Operasional Variabel Bimbingan Belajar………..……58

Tabel 3.9 Operasional Variabel Lingkungan Sekolah……….………...58

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa………60

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Validitas Ke – 2 Variabel Motivasi Belajar Siswa………61

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Validitas Ke -3 Variabel Motivasi Belajar Siswa………...……….62

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat Belajar Siswa……...….62

Tabel 3.14 Hasil Pengujian Ke – 2 Validitas Variabel Minat Belajar Siswa………63

Tabel 3.15 Hasil Pengujian Validitas Konsep Diri...………..………64

Tabel 3.16 Hasil Pengujian Ke – 2 Validitas Konsep Diri...……….……….65

(16)

xvi

Tabel 3.18 Hasil Pengujian Ke – 2 Validitas Variabel Lingkungan Sekolah...67

Tabel 3.19 Hasil Pengujian Validitas Variabel Bimbingan Belajar...…...68

Tabel 3.20 Hasil Pengujian Ke – 2 Validitas Variabel Bimbingan Belajar...69

Tabel 3.21 Tabel Interprestasi………70

Tabel 3.22 Hasil Pengukuran Uji Reliabilitas Untuk Semua Variabel………..71

Tabel 3.23 Tabel PAP Tipe II………72

Tabel 3.24 Deskripsi Skor Variabel Motivasi Belajar Siswa……….73

Tabel 3.25Deskripsi Skor Variabel Minat Belajar Siswa…………..…………74

Tabel 3.26 Deskripsi Skor Variabel Konsep Diri...………..74

Tabel 3.27Deskripsi Skor Variabel Lingkungan Sekolah…………..…………75

Tabel 3.28 Deskripsi Skor Variabel Bimbingan Belajar...………..……..76

Tabel 3.29 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan………..79

Tabel 4.1 Asal Sekolah………...81

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Status Sekolah……….……81

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa……….82

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa……….……….83

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Konsep Diri...………...84

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Lingkungan Sekolah…………...85

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Bimbingan Belajar...………...87

(17)

xvii

Motivasi Belajar Siswa ………..87

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Bivariat Konsep Diri Siswa

dengan Motivasi Belajar Siswa……….……….87

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Bivariat Lingkungan Sekolah dengan

Motivasi Belajar Siswa………....88

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Bivariat Bimbingan Belajar

dengan Motivasi Belajar Siswa………89

Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis Hubungan Minat Belajar dengan Motivasi

Belajar Siswa………..………..90

Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis Hubungan Konsep Diri Siswa

dengan Motivasi Belajar Siswa………91

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis Hubungan Lingkugan Sekolah dengan

Motivasi Belajar Siswa………93

Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis Hubungan Bimbingan Belajar

(18)

xviii

TABEL LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner Penelitian………110

Lampiran II : Data Induk Penelitian….……….116

Lampiran III : Uji Validitas dan Reliabilitas………..167

Lampiran IV : Uji Korelasi……….175

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meciptakan manusia

menjadi dewasa. Dengan kedewasaan ini akan menjadikan manusia sebagai

contoh teladan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari dalam

masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan merupakan penentu

kemajuan suatu bangsa, maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada

pengetahuan dan keterampilan warga negaranya, oleh karena itu mutu

pendidikan perlu ditingkatkan terus menerus. Salah satu indikator mutu

pendidikan yang memadai adalah meningkatnya prestasi belajar siswa, yang

dapat dilihat dari nilai penguasaan materi pelajaran dan kemampuan

memecahkan masalah.

Didalam pendidikan berlangsung suatu proses pembelajaran. Dalam

suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa memahami dan

mengerti apa materi yang disampaikan oleh guru mendapat hasil yang baik.

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan intraksi antara guru dan murid

dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar (Dimyati dan

Mudjiono, 2006 : 3) Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses

terjadinya intraksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka

(20)

Setiap siswa pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mencapai

motivasi belajar yang baik, tapi pada kenyataannya banyak kendala yang

menghambat para siswa untuk mencapai hal tersebut. Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi motivasi belajar anak dapat berasal dari dalam diri

Individu (faktor internal) maupun dari luar diri individu (faktor eksternal).

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

yang berasal dari dalam diri sendiri, meliputi minat belajar, konsep diri dan

lain-lain (Djaali, 2012: 101). Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan

sekolah, bimbingan belajar dan lain-lain.

Untuk mencapai motivasi belajar yang memuaskan itu, hal yang paling

mendasar untuk mencapai semua itu adalah dengan menumbuhkan minat

belajar itu sendiri. Dalam proses kegiatan belajar mengajar banyak sekali

masalah yang dihadapi oleh seorang guru terutama dalam menghadapi anak

didik yang kurang memperhatikan pelajaran, masalah yang ada pada diri siswa

atau kesulitan dalam dirinya sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar dalam

kegiatan belajar mengajar. Saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung

tidak sedikit siswa yang memiliki daya tangkap rendah, hal ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya karena memang siswa tersebut memiliki

intelligence quotient (IQ) yang rendah atau siswa tersebut kurang belajar. Akan tetapi ada juga sebagian siswa yang merasa kurang tepat metode pembelajaran

diterapkan guru dalam penyampaian materi sehingga siswa tersebut kesulitan

dalam memahami materi yang disampaikan saat kegiatan belajar mengajar

(21)

Keberhasilan dalam meraih pretasi sangat dipengaruhi oleh faktor

motivasi. Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai

tujuan yang ingin dicapainya. Apabila terdapat dua anak yang memiliki

kemampuan, peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja

dan hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik

dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Motivasi menentukan

tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi

sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Hamalik, 2005: 108).

Motivasi dapat berasal dari dalam diri sendiri dan juga dapat berasal

dari luar individu tersebut. Motivasi yang berasal dari dalam individu sendiri

timbul pada saat belajar, sehingga siswa mempunyai semangat untuk belajar

dan juga tertarik pada pengetahuan baru yang ada. Motivasi yang berasal dari

luar terjadi pada saat aktivitas belajar dimulai dan diteruskan dengan dorongan

dari luar.

Untuk mencapai prestasi maksimal akan potensi tersebut diperlukan

adanya konsepsi diri. Dalam proses interaksi sosial inilah individu tumbuh dan

mulai belajar mengidentifikasi dirinya sendiri, individu mulai membangun

konsep diri yaitu sebuah sikap pandang terhadap dirinya sendiri dan sebagai

penentu tingkah laku (Harlock,1978). Dari konsep diri inilah kemudian,

memunculkan manifestasi perilaku individu yang berbeda pula, pola dalam

konsep diri individu yang positif akan memiliki prediposisi pada

pengembangan kualitas kediriannya salah satunya, dengan meningkatkan

(22)

merupakan pembuktian bahwa orang lain tidak salah menerima dirinya.

Sebaliknya, pola dalam konsep diri yang negatif, cenderung menempatkan

individu pada penolakan terhadap lingkungan akibat perasaaan inferioritasnya,

Muhibbin dalam (Sumantri, 2011 : 131-132).

Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan, dan penilaian

yang diyakini individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi proses

interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Konsep diri tidaklah langsung

dimiliki ketika seseorang lahir di dunia melainkan suatu rangkaian proses yang

terus berkembang dan membedakan individu satu dengan yang lainnya,

Tarwoto dalam (Sumantri, 2011 : 131-132).

Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar

siswa. Sarana prasarana yang terdapat disekolah sangat diperlukan dalam

semua proses pembelajaran. Sarana prasarana yang tidak lengkap akan

membuat proses pembelajaran akan terhambat. Lingkungan sekolah merupakan

lingkungan pendidikan utama yang yang kedua. Siswa-siswa, guru,

administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara

teratur dan terencana dengan baik (Hasbullah, 2013:36). Lingkungan sekolah

merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.

Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan

(23)

agar mampu megembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral,

spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (S.Yusuf, 2001:54). Lingkungan

sekolah yaitu keadaan sekolah tempat belajar yang turut mempengaruhi tingkat

keberhasilan belajar.

Menurut Dalyono (2005:59) bahwa “keadaan sekolah tempat belajar

yang mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar”. Lingkungan sekolah

merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga dalam mendidik

anak. Lingkungan sekolah yang efektif adalah lingkungan belajar yang

dibangun untuk membantu siswa untuk meningkatkan produktifitas belajar

sehingga proses belajar mengajar tercapai sesuai dengan yang diinginkan.

Sarana prasarana yang ada di sekolah harus mampu memberikan layanan yang

memuaskan bagi anak didik untuk berintraksi dan hidup didalamnya. Ada

berbagai macam factor yang mempengaruhi prestasi di lingkungan sekolah

antara lain guru, sarana dan prasarana, kondisi gedung, kurikulum dan waktu

sekolah semua itu yang nantinya bias berpengaruh terhadap keberhasilan

belajar peserta didik.

Bimbingan adalah suatu usaha bantuan; untuk menambah, mendorong,

merangsang, mendukung, menyentuh, menjelaskan agar individu tumbuh dari

kekuatan sendiri. Bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing

kepada terbimbing (anak) dalam menghadapi dan memecahkan

masalah-masalah belajar. Pemberian bimbingan belajar itu sendiri bertujuan untuk

membantu anak-anak yang mengalami masalah di dalam memasuki proses

(24)

Dengan adanya bimbingan belajar dapat mengarahkan anak untuk dapat

mengembangkan hasil belajarnya menjadi prestasi. Bimbingan belajar

merupakan suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (anak) dalam

menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar. Pemberian bimbingan

sendiri bertujuan untuk membantu anak-anak yang mengalami masalah di

dalam memasuki proses belajar dan situasi belajar yang dihadapinya. Dengan

diberikan layanan bimbingan belajar maka diharapkan siswa dapat termotivasi

dalam mencapai prestasi yang memuaskan, mampu menerapkan ilmu

pengetahuan yang didapat dari sekolah, dan mencapai keberhasilan belajar

secara optimal. (Kholidah, 2012: 15).

Dengan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar

siswa, diharapkan pada akhirnya siswa dapat mencapai prestasi belajar mata

pelajaran lebih baik. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar

faktor-faktor tersebut mempengaruhi Motivasi Belajar maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan antara Minat Belajar,

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang muncul dalam

motivasi belajar siswa dapat didentifikasi sebagai berikut:

1. Motivasi belajar siswa cendrung masih rendah.

2. Minat belajar siswa cendrung masih rendah, sehingga bepengaruh pada

moivasi belajar siswa.

3. Konsep diri siswa cendrung masih rendah, sehingga berpengarh pada

motivasi belajar siswa.

4. Lingkungan sekolah yang kurang optimal, sehingga berpengaruh pada

motivasi belajar siswa.

5. Bimbingan belajar di luar sekolah masih rendah, hanya mereka yang

membutuhkan saja yang mengikuti bimbingan belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara minat belajar dengan motivasi

belajar siswa ?

2. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar

siswa ?

3. Apakah ada hubungan antara lingkugan sekolah dengan motivasi

(26)

4. Apakah ada hubungan antara bimbingan belajar dan prestasi

belajar siswa ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

tentang:

1. Hubungan antara minat belajar dengan motivasi belajar siswa

2. Hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar siswa

3. Hubungan antara lingkungan sekolah dengan motivasi belajar

siswa

4. Hubungan antara keikutsertaan bimbingan belajar dengan

motivasi belajar siswa

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis :

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai

pentingnya nilai pendidikan

2. Bagi peneliti berikutnya :

Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut,

(27)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Berawal dari dari kata motif itu maka motifasi dapat

diartikan sebagai daya pengerak yang telah menjadi aktif. Bahkan

motif dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi

berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak

yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2003: 73). Motivasi juga bisa

memiliki banyak arti lain seperti yang diungkapkan beberapa para

ahli:

a. Berelzon dan Steiner (2011 : 267) mengemukakan bahwa

“is an inner state that energizer, activates, or moves (hence

„motivation‟), and that directs or channels behavior toward

goals” (adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi

(28)

sehingga disebut „penggerakan‟ (motivasi), dan yang

mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan).

b. Eysenck dan kawan-kawan (2010 : 170) merumuskan

sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan,

intensitas dan konsistensi, serta arah umum dari tingkah

laku manusia merupakan konsep yang rumit dan berkaitan

dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap

dan sebagainya. Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah

suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme

yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan

(goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu

(Purwanto, 2007 : 61).

c. Menurut Mc. Donald (2003: 73), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2003: 73)

Dari urian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya

penggerak dari dalam diri yang memberi kekuatan, yang

menggiatkan serta arah umum dari tingkah laku manusia terhadap

(29)

1. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Sardiman (2003:86) mengatakan bahwa

motivasi itu sangat bervariasi yaitu:

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya:

1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir

2) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul

karena dipelajari.

b. Motivasi menurut pembagiaan dari Woodworth dan Marquis:

1) Motif atau kebutuhan organis misalnya kebutuhan minum,

makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.

2) Motof-motif darurat misalnya menyelamatkan diri,

dorongan untuk membalas, dan sebagainya.

3) Motif-motif objektif

c. Motivasi jasmani dan rohani

1) Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan

sebagainya.

2) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.

d. Motivasi intrisik dan ekstrinsik

1) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau

berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

(30)

2) Motivasi ekstrinsik adalaxh motif-motif yang aktif dan

berfungsi karena adanya peransang dari luar.

Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu

gambaran tentang motif-motif yang ada pada setiap individu.

Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah

memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas,

memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman (Djmarah dan

Zain, 2002: 168).

2. Fungsi Motivasi

Ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2003 : 85) yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak

atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah

dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan

tujuannya.

c. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan

perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan

(31)

yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu

akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan

waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab

tidak serasi dengan tujuan.

3. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003:2) “Belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya

sendiri dalam interaksinya dengan lingkunganya”.

Abin Syamsudin Makmun (2007) mengatakan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi

seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, (2004: 83) belajar merupakan

proses memperoleh pengetahuan (Psikologi kognitif).

4. Karakteristik Belajar

a. Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku.

b. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman (perubahan

karena pertumbuhan atau kematangan bukan merupakan hasil

belajar, contoh perubahan seorang bayi).

c. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman, berarti

(32)

kelelahan, adaptasi/kepekaan seseorang yang biasanya hanya

berlangsung sementara bukan merupakan hasil belajar.

d. Perubahan tingkah laku itu menyangkut berbagai aspek

kepribadian (fisik/psikis) seperti perubahan pengertian,

berpikir, ketrampilan, kebiasaan, sikap, dan lain-lain.

5. Tujuan Belajar

Dalam upaya pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan

adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif.

Tujuan belajar untuk mengembangkan nilai afeksi memerlukan

penciptaan sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang

dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak, dan begitu

seterusnya.

Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk

dicapai dengan tindakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Tujuan yang lebih merupakan hasil

sampingan yaitu : tercapai karena siswa “menghidupi” suatu sistem

lingkungan belajar tertentu. Contohnya, kemampuan berfikir kritis

dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, dan menerima pendapat

orang lain. Jadi guru dalam belajar mengajar untuk mencapai

instructional effects, maupun kedua-duanya.

Dari uraian di atas, (Sadirman, 2004) membagi tujuan belajar

(33)

a. Untuk mendapatkan pengetahuan.

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat

dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan

kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya

kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan

inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar

perkembangannya didalam kegiatan belajar. Hal ini peran guru

sebagai pengajar lebih menonjol.

b. Penanaman konsep dan keterampilan.

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga

memerlukan suatu keterampilan. Soal keterampilan yang

bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah

adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan

diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan

gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang

belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena

tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan

yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, menyangkut

persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir

kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu

(34)

c. Pembentukan Sikap.

Pembentukan sikap metal dan perilaku anak didik, tidak

akan lepas dari persoalan penanaman nilai-nilai, transfer of

values. Dengan adanya landasan nilai-nilai itu maka anak

didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk

mempraktikan segala sesuatu yang telah dipelajarinya.

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan

pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap

mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil

belajar.

2. Minat Belajar

1. Pengertian Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketrikatan pada

suatu hal dan aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:

180). Minat adalah perasaan yang ingin tahu, mempelajari,

mengagumi atau memiliki sesuatu (Djaali, 2004 : 122). Minat

adalah kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak

terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari

minat tersebut dengan disertai perasaan senang (Rahman, 2004 :

(35)

Crow dan crow (2007:121) mengatakan bahwa minat berhubungan

dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi

atau berurusan dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman

yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah

kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang

ingin dicapai.

2. Jenis-jenis Minat

Djaali (2007 : 122) membagi minat dalam enam jenis:

a. Realistis

Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik kuat,

dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik

dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan

medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan

berkomunikasi dengan orang lain.

b. Investigatif

Orang investigatif termasuk orang yang berorientasi keilmuan.

Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan

asocial, lebih menyukai memikirkan sesuatu dari pada

melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami

alam, menyukai tugas tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka

bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan

(36)

analisis, selalu ingin tahu, bebas, dan bersyarat, dan kurang

menyukai pekerjaan yang berulang.

c. Artistik

Orang artistik menyukai hal hal yang tidak terstruktur, bebas,

memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana

yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat

kreatif dalam bidang seni dan musik.

d. Sosial

Tipe ini dapat bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering

alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat

perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil

bergaul, menghindari perpeecahan masalah secara intelektual,

suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan

perasaan, menyukai kegiatan menginformasikan, malatih dan

mengajar.

e. Enterprising

Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain,

memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, mamiliki

kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya

diri, dan umumnya sangat aktif.

f. Konvensional

Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib,

(37)

berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas

yang berstruktur tetapi patuh, praktis, senang, tertib, efisien;

mereka mengidentifikasi dengan kekuasaan dan materi.

3. Faktor yang Menimbulkan Minat

Crow and Crow (Abdul Rahman,2004 : 264), berpendapat ada tiga

faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu :

a. Dorongan dari dalam diri individu

Misal dorongan untuk makan, ingin tahu seks. Dorongan untuk

makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari

penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain lain.

Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan

minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan

penelitian dan lain lain. Dorongan untuk seks akan

membangkitkan minat untuk menjalin hubungan dengan lawan

jenis, minat terhadap pakaian dan kosmetika dan lain lain.

b. Motif sosial

Dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk

melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap

pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau

penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau

(38)

penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki

ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat

kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.

c. Faktor emosional

Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila

seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan

menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan

memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu

kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.

3. Konsep diri

1. Pengertian Konsep Diri

Menurut Agustiani (2006:139), keseluruhan persepsi

individu terhadap dirinya sendiri merupakan gambaran tentang diri

atau konsep diri. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki

seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.

Seifert dan Hoffinung (Desmita, 2014:163) mengungkapkan

konsep diri sebagai suatu pemahaman mengenai diri sendiri atau

ide tentang diri sendiri, yang meliputi persepsi seseorang tentang

diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan

(39)

Fitts (Agustiani, 2006:138) mengemukakan bahwa konsep

diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep

diri merupakan kerangka dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Konsep diri berpengaruh kuat terhadap tngkah laku seseorang,

karena dengan mengetahui konsep diri seseorang, orang lain akan

lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang

tersebut. Seseorang yang akan termotivasi untuk belajar dengan

tekun dan giat dapat terjadi karena persepsi-persepsi dirinya sendiri

yang membentuk suatu konsep diri bahwa individu tersebut

mampu memahami dan menyimpan semua yang ia pelajari ke

dalam memorinya.

Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, dapat

disimpulkan bahwa konsep diri adalah gagasan tentamg diri sendiri

yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang

terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara

kita melihat diri sendirisebagai pribadi, bagaimana kita merasa

tentang diri kita sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri

sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep diri

Menurut Agustiani (2006:139), konsep diri seseorang belum tentu

benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Fitts

(40)

a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang mampu

memunculkan perasaan positif dan perasaan yang berharga,

b. Kompetensi dalam era yang dihargai oleh individu tersebut

maupun orang lain,

c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi

pribadi yang sesungguhnya.

3. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri

Pembentukan persepsi individu terhadap dirinya sendiri

bermacam-bermacam. Fitts (Agustiani, 2006:139) membagi konsep diri dalam

dua dimensi pokok.

a. Dimensi Internal

Dimensi internal adalah penilaian yang dilakukan individu

terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya.

Dimensi ini teridiri dari tiga bentuk, yaitu:

1. Diri identitas

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar

pada konsep diri. Individu mencari tahu dan bertanya-tanya

dengan memunculkan label-label dan simbol-simbol yang

menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.

2. Diri pelaku

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah

(41)

tindakan yang dilakukan dirinya. Bagian diri ini berkaitan

dengan diri identitas.

3. Diri penerimaan/penilai

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar,

dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara

antara diri identitas dan diri pelaku. Diri penilai

menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa

jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang

rendah akan menimbulkan harga diri yang rendah pula dan

akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar

terhadap dirinya dan sebaliknya.

Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda,

namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri

yang utuh dan menyeluruh.

b. Dimensi eksternal

Dimensi eksternal merupakan penilaian yang dilakukan

individu mengenai dirinya sendiri berdasarkan dunia di luar

dirinya. Dimensi eksternal terdiri dari lima bentuk, yaitu:

1. Diri fisik

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan

dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi

seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilannya, dan

(42)

2. Diri etik-moral

Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya

dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal

ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan

dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan

keagamaannya dan nilai-nikai moral yang dipeganggnya,

yang meliputi batasan baik dan buruk.

3. Diri pribadi

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang

tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh

kondisi fisij atau hubungan dengan orang lain, tetapi

dipengaruhi oleh tingkatn kepuasan individu terhadap

pribadinya atau tingkat penilaian individu terhadap dirinya

sebagai pribadi yang tepat.

4. Diri keluarga

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri

seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga

5. Diri sosial

Bagian ini merupakan penilaian inividu terhadap interaksi

dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di

(43)

4. Perkembangan Konsep Diri

Agustiani (2006:143) mengemukakan bahwa

perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut

di sepanjang kehidupan manusia. Menurut Symonds (Agustiani,

2006:143), seorang bayi membentuk pandangan yang masih kabur

tentang dirinya sebagai seorang individu. Pada usia 6-7 tahun,

batas-batas dari diri individu mulai menjadi lebih jelas sebagai

hasil dari eksplorasi dan pengalaman dengan tubuhnya sendiri.

Menurut Agustiani (2006:144), selama masa anak

pertengahan dan akhir, kelompok teman sebaya mulai memainkan

peran yang dominan, menggantikan orangtua sebagai orang yang

turut berpengaruh pada konsep diri mereka. Selama masa anak

akhir, konsep diri yang terbentuk sudah semakin stabil. Tetapi

dengan mulainya masa pubertas, terjadi perubahan drastis terhadap

konsep diri. Penyelesaian masalah dan konflik pada remaja

melahirkan konsep diri orang dewasa. Nilai-nilai dan sikap-sikap

yang merupakan bagian dari konsep diri pada akhir masa remaja

yang cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkah

laku yang bersifat permanen. Pada usia 25-30 tahun biasanya ego

orang dewasa terbentuk dengan lengkap, dan mulai dari sini

(44)

4. Lingkungan Sekolah

1. Pengertian Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan

utama yang kedua. Siswa-siswa, guru, administrator, konselor

hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara teratur dan

terencana dengan baik (Hasbullah, 2013:36). Menurut Dalyono

(2010:131) lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang

turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

terutama untuk kecerdasannya. Lingkungan sekolah sangat

berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena kelengkapan

sarana dan prasarana dalam belajar serta kondisi lingkungan yang

baik sangat penting guna mendukung terciptanya lingkungan

belajar yang menyenangkan. Lingkungan sekolah yaitu keadaan

sekolah tempat belajar yang turut mempengaruhi tingkat

keberhasilan belajar. Keadaan gedung sekolahnya dan letaknya,

serta alat-alat belajar yang juga ikut menentukan keberhasilan

belajar siswa (Syah,2010:152).Menurut Oemar Hamalik (2009:6)

lingkungan sekolah adalah sebagai tempat mengajar dan belajar.

Sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pengajaran dan

kesempatan belajar harus memenuhi bermacam-macam persyaratan

antara lain: murid, guru, program pendidikan, asrama, sarana dan

fasilitas. Segala sesuatu telah diatur dan disusun menurut pola dan

(45)

mengajar berlangsung dan terarah pada pembentukan dan

pengembangan siswa.

2. Instrumen Lingkungan Sekolah

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Menurut

Syaiful Bahri Djamarah (2011: 180-185) dalam menentukan arah

tujuan maka diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai

bentuk dan jenisnya, yaitu :

a. Kurikulum

Kurikulum merupakan unsur substansio dalam pendidikan.

Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat

berlangsung, sebab materi yang harus guru sampaikan dalam

suatu pertemuan kelas belum terprogramkan sebelumnya.

Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isis kurikulum

ke dalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya,

sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat

keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

b. Program

Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program

pendidikan disusun untuk menjalankan demi kemajuan

pendidikan. Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung baik

(46)

pendidikna disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia,

baik tenaga kerja, finansial, dan sarana prasarana.

c. Sarana dan Fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Misalnya

gedung sekolah, sebagai tempat strategis bagi berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu persyaratan

untuk membuat sutu sekolah adalah pemilikan gedung sekolah

yang di dalamnya ada ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang

guru, rauang perpustakaan, ruang lab, ruang BP, ruang tata

usaha, auditorium dan halaman sekolah yang memadai. Semua

bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik.

d. Guru

Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalam pendidikan. Jika

hanya ada anak didik, tetap guru tidak ada, maka tidak akan

terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Guru yang

professional lebih mengedepankan kualitas pengajaran

daripada materi. Kualitas kerja lebih diutamakan dari pada

mengambil mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya.

Menurut Slameto (2003:64) faktor-faktor sekolah yang

mempengaruhi belajar mencakup :

1. Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus

(47)

mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang

kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik

pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik,maka metode

mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif

mungkin.

2. Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang

diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah

menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai

dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang

kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.

3. Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.

Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut.

Relasi guru dengan siswa baik, membuat siswa akan menyukai

gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang

diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari

sebaik-baiknya.Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan

baik menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar.

4. Relasi Siswa dengan Guru

Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan,

rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan

(48)

terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas untuk sekolah

dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi

demikian, siswa tersebut memerlukan bimbingan dan

penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan

memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.

5. Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah dan belajar.Kedisiplinan sekolah mencakup

kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam

bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP

dalam memberikan layanan.

Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja

dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. Dalam proses

belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk mengembangkan

motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus

disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan

lain-lain.

6. Alat Pengajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa

karena alat pelajaran tersebut dipakai siswa untuk menerima

bahan pelajaran dan dipakai guru waktu mengajar. Alat

pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat

(49)

pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih

maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap

sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan

belajar-mengajar.

7. Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar

mengajar disekolah. Waktu sekolah akan mempengaruhi

belajar siswa. Memilih waktu sekolah yang tepat akan

memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Sekolah

dipagi hari adalah adalah waktu yang paling tepat dimana pada

saat itu pikiran masih segar dan kondisi jasmani masih baik.

5. Bimbingan Belajar

1. Pengertian Bimbingan Belajar

Menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional tahun

1989, pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan,

pengajaran, dan latihan. Bimbingan atau membimbing memiliki

dua makna yaitu bimbingan secara umum yang mempunyai arti

sama dengan mendidik atau menanamkan nilai-nilai, membina

moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik. Sedangkan

makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai suatu upaya

atau program membantu mengoptimalkan perkembangan siswa.

(50)

dihadapi, serta dorongan bagi pengembangan potensi-potensi yang

dimiliki siswa. (Sukmadinata, 2005: 233).

Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005: 82)

Bimbingan dapat diartikan sebagai upaya pemberian bantuan

kepada peserta didik dalam rangka mencapai perkembangannya

yang lebih optimal.

Menurut Rochman Natawidjaja dalam bukunya Syamsu

Yusuf (2005: 6) Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami

dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan

dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan

lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada

umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati

kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang

berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan

dapat membantu individu mencapai perkembangan diri secara

optimal sebagai makhluk sosial.

Menurut Moh. Surya dalam bukunya Dewa Ketut Sukardi

(2002: 20) Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang

terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang

(51)

perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang

optimal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Maka dapat diambil kesimpulan dari beberapa definisi

bimbingan sebagai berikut:

b. Bimbingan merupakan suatu proses yang

berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara

sistematis, berencana, terus-menerus dan terarah kepada

tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan

bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan,

insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja atau kegiatan yang

asal-asalan.

c. Bimbingan merupakan proses membantu individu. Dengan

menggunakan kata membantu berarti dalam kegiatan

bimbingan tidak adanya unsur paksaan. Dalam kegiatan

bimbingan, pembimbing tidak memaksa individu untuk

menuju kesuatu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing,

melainkan pembimbing membantu mengarahkan klien

kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama,

sehingga klien dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dalam

kegiatan bimbingan dibutuhkan kerjasama yang demokratis

(52)

d. Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang

memerlukannya didalam proses perkembanganya. Hal ini

mengandung arti bahwa bimbingan memberikan

bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja,

dewasa, maupun orang tua.

e. Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan

bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan

dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

f. Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu murid

dalam masalah-masalah pribadi dan sosial yang

berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau

penempatan dan juga menjadi perantara dari siswa dalam

hubungannya dengan guru maupun tenaga administrasi.

Adapun fungsi bimbingan ada 4 macam:

1) Preservatif : Memelihara dan membina suasana dan

situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi

lancarnya belajar mengajar.

2) Preventif : Mencegah sebelum terjadi masalah.

3) Kuratif : Mengusahakan pembentukan dalam mengatasi

(53)

4) Rehabilitasi : Mengadakan tindak lanjut secara

penempatan sesudah diadakan treatmen yang memadai.

(Ahmadi dan Supriono, 2004: 117).

Menurut Abin Syamsuddin Mahmu, (2002: 157). Belajar

adalah konsep belajar yang menunjukkan kepada suatu proses

perubahan perilaku yang menunjukkan kepada suatu proses

perubahan perilaku pribadi seseorang berdasarkan praktik atau

pengalaman tertentu.

Menurut Slameto, (2003: 2). Belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2002: 141). Belajar

adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

Menurut Thursan Hakim, (2000: 1). Belajar adalah suatu

proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan

tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

(54)

pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya

pikir dan kemampuan.

Menurut Nasution, (1982: 38). Belajar adalah perubahan

pengetahuan. Ungkapan diatas cenderung menyatukan hasil dari

aktivitas belajar sehingga orang yang belajar mengalami perubahan

dari tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak

pengalaman menjadi berpengalaman dan lain sebagainya. Si anak

didik itu berubah dan berkembang karena pengaruh-pengaruh yang

didapatkan oleh apa yang dilihatnya, apa yang didengar dan apa

yang diajarkan oleh para guru kepada para anak didik sepanjang

masa-masa belajar disekolah. Pada kenyataannya batasan inilah

yang paling banyak dianut disekolah, dimana guru berusaha

memberikan pengaruh ilmu sebanyak mungkin dan siswa giat

mengumpulkannya. Sehingga kecenderungan keberhasilan belajar

maka lebih ditekankan pada nilai-nilai (angka) dari hasil evaluasi

dengan nilai tertinggi semata.

Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

a. Belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan

individu secara sadar untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

(55)

c. Hasil dari belajar itu ditandai dengan perubahan seluruh

aspek tingkah laku yaitu aspek kebiasaan, pengalaman dan

sikap.

d. Belajar itu merupakan bentuk pengalaman.

Dengan demikian bimbingan belajar dapat diartikan sebagai

proses pemberian bantuan dari guru atau guru pembimbing kepada

siswa agar terhindar dari kesulitan belajar, yang mungkin muncul

selama proses pembelajaran, Sehingga siswa dapat mencapai hasil

belajar yang optimal. Optimal dalam kontek belajar dapat dimaknai

sebagai siswa yang efektif, produktif dan prestatif.

(www.sd-binatalenta.com).

Menurut Abu Ahmadi, (1991: 111). Bimbingan belajar

adalah suatu proses pemberian bantuan terus-menerus dan

sistematis kepada individu atau peserta didik dalam memecahkan

masalah yang dihadapinya yang kaitannya dengan kegiatan belajar.

Adapun prifat atau bimbingan individu menunjukkan usaha-usaha

yang sistematis dan berencana membantu peserta didik secara

perorangan agar dapat mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya. Sedangkan belajar kelompok merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk

membahas suatu materi dalam pelajaran yang sedang dihadapinya.

Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan

(56)

pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan

dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui

kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.

Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar

dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka

menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau

hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa

gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak

ada motivasi belajar, belajar lambat, berkebiasaan kurang baik

dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran, guru

ataupun sekolah.

2. Fungsi Bimbingan Belajar

a. Mencegah kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar.

b. Menyalurkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga

belajar dapat berkembang secara optimal.

c. Agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

belajar.

d. Perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu proses

belajarsiswa.

e. Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi

belajar siswa (www.sd-binatalenta.com).

(57)

a. Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu

murid-murid agar dapat mendapat penyesuaian yang baik di

dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar

secara efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan

mencapai perkembangan yang optimal. Dengan rincian sebagai

berikut:

1) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi

seorang anak atau kelompok anak.

2) Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dan

menggunakan buku pelajaran.

3) Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang

memanfaatkan perpustakaan

4) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam

ulangan dan ujian.

5) Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat,

kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.

6) Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam

bidang studi tertentu.

7) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal

belajarnya.

8) Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan

dengan pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan

(58)

b. Secara khusus adalah :

1) Siswa dapat mengenal, memahami, menerima,

mengalahkan dan mengaktualisasikan potensi secara

optimal.

2) Mengembangkan berbagai keterampilan belajar.

3) Mengembangkan suasana yang kondusif.

4) Memahami lingkungan pendidikan.

Dalam bimbingan belajar diharapkan murid-murid bisa

melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal

mungkin sesuai dengan potensi-potensi, bakat, dan kemampuan

yang ada padanya. Berdasarkan atas tujuan bimbingan belajar

diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah untuk

membentuk murid-murid yang mengalami masalah di dalam

memasuki proses belajar dan situasi belajar yang dihadapinya.

(Ahmadi dan Supriono, 2004:111).

4. Manfaat Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan bagian terpenting bagi

peserta didik, mengingat pada saat ini peserta didik dituntut untuk

bisa berkompetensi. Oleh karena itu siswa diharapkan mengikuti

bimbingan belajar sebagai alat untuk menghadapi tantangan di

masa depan. Selain itu, manfaat dari bimbingan belajar adalah

dapat membuat siswa semakin kreatif pada kegiatan belajar

(59)

sangat penting bagi peserta didik untuk mengikuti bimbingan

belajar, agar mereka mampu bersaing dengan tuntutan zaman pada

saat ini.

Manfaat Bimbingan Belajar bagi siswa adalah tersedianya

kondisi belajar yang nyaman, terperhatikannya karakteristik

pribadi siswa, dan siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan

belajar. ( www.sd-binatalenta.com).

5. Teknik-teknik Bimbingan Belajar

Hampir semua bentuk teknik bimbingan yang bersifat

informatif dan adjustif dapat digunakan dalam bimbingan belajar,

hanya isinya saja difokuskan kepada kesulitan belajar dan kesulitan

pelajaran.

Keseluruhan teknik bimbingan belajar dibedakan antara

teknik bimbingan kelompok dan bimbingan individual. Bimbingan

individual adalah suatu bantuan yang diberikan kepada individu

(siswa) dalam situasi individual. Teknik bimbingan ini ada yang

bersifat informatif (memberikan informasi) dan ada juga yang

bersifat terapeutik atau penyembuhan. Beberapa teknik bimbingan

individual yang bersifat informatif adalah ceramah/penjelasan,

wawancara, nasihat, penyampaian bahan-bahan tertulis,

penyampaian informasi melalui media elektronik dll yang

(60)

Bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan yang

diberikan kepada individu (siswa) yang dilaksanakan dalam situasi

kelompok. Bimbingan inipun ada yang bersifat informatif dan

terapeutik, tetapi ada juga yang bersifat adjustif. Bimbingan

kelompok yang bersifat informatif, hampir sama dengan bimbingan

individual tetapi diberikan secara berkelompok, seperti ceramah

kelompok, nasihat kelompok, penggunaan media tulis dan media

elektronik secara berkelompok. Bimbingan kelompok yang bersifat

adjustif adalah bantuan kepada individu dalam membina hubungan

dan menyesuaikan diri dengan orang lain, melalui berbagai

kegiatan kelompok, seperti diskusi, belajar kelompok, perwalian

kelompok, kegiatan klub, organisasi siswa, orientasi, kunjungan

kelompok dsb. Bimbingan kelompok yang bersifat terapeutik

adalah psikodrama, konseling kelompok dan psikoterapi kelompok.

Teknik-teknik bimbingan yang bersifat informatif dapat

diberikan oleh guru-guru. Bimbingan adjustif dapat diberikan oleh

konselor atau guru-guru senior yang telah mendapatkan penataran

tentang bimbingan dan konseling. Bimbingan terapeutik dalam

membantu klien-klien dengan masalah yang masih relatif ringan

dapat dikerjakan oleh konselor, sedang yang sudah berat seperti

gangguan yang sudah termasuk neurosis, psikopath dan psikosis

hanya bisa diberikan oleh psikolog dan psikiater yang telah

(61)

jenis teknik bimbingan lainnya dapat digunakan dalam

memberikan bimbingan belajar, untuk mengatasi masalah yang

sederhana dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, sedangkan untuk

mengatasi masalah yang agak berat diperlukan kerjasama dengan

konselor (Syaodih, 2005: 243-244).

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfina Anggraeni tahun 2010,

dengan judul “Hubungan Antara MInat Belajar dan Lingkungan

Sekolah dengan Prestasi Belajar Bekerjasama dengan Kolega dan

Pelanggan Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran

di SMK Muhammadiyah 1 Tempel Tahun Ajaran 2009/2010”

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara

Minat Belajar dan Lingkungan Sekolah dengan Prestasi Belajar

Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan. Hal ini ditunjukkan

dengan koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0,604 dan Fhitung sebesar

18,963 dengan p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Pada

penelitian tersebut terdapat persamaan dengan penelitian sekarang

yaitu sama-sama meneliti tentang Minat Belajar dan Lingkungan

Sekolah dengan Prestasi Belajar siswa, kemudian perbedaanya

penelitian tersebut mengambil tempat penelitian di SMK

Muhammadiyah 1 Tempel, sedangkan pada penelitian sekarang

Gambar

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Bivariat Lingkungan Sekolah dengan
TABEL LAMPIRAN
Tabel 3.1 Nama dan Alamat Sekolah
Table 3.2 Daftar Jumlah Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan2. memberikan kesempatan kepada peserta didik

Meningkatnya kebutuhan akan obat herbal tersebut merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan budidaya dan agribisnis tumbuhan obat, maupun industri pengolahannya

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Sedangkan service quality (kualitas layanan) tidak mempunyai hubungan kausal yang signifikan terhadap loyalitas konsumen , sehingga kualitas layanan tidak dapat mempengaruhi

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana prosedur pengajuan perkara councorsus (perbarengan) di Pengadilan Agama Jember ;

Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai kemunkinan hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca 4.. Pengujian

[r]

[r]