• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian prasyarat analisis, yaitu uji normalitas bivariat

diketahui bahwa distribusi data untuk hubungan minat belajar dengan

motivasi belajar siswa, konsep diri dengan motivasi belajar siswa,

lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa, bimbingan belajar

dengan motivasi belajar siswa tidak berdistribusi normal, sehingga

teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi

versi 22.

1. Hubungan minat belajar dengan motivasi belajar siswa

a. Hubungan hipotesis pertama

Ho1 = Tidak ada hubungan antara minat belajar dengan

motivasi belajar siswa.

Ha1 = Ada hubungan antara minat belajar dengan motivasi

belajar siswa

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi Spearman Rank adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil Uji Hipotesis Hubungan Minat Belajar Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa

Correlations

Minat_Belajar Motivasi_Belajar

Spearman's rho Minat_Belajar Correlation Coefficient 1,000 ,416**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 394 394

Motivasi_Belajar Correlation Coefficient ,416** 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 394 394

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 4.12 tampak bahwa nilai Sig. (2-tailed) untuk hubungan minat belajar dengan motivasi belajar sebesar 0,000. Nilai

probabilitas tersebut lebih rendah dari α = 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan minat belajar berhubungan dengan motivasi

dapat diterima. Sementara itu, nilai koefisien korelasi Spearman

belajar mempunyai korelasi positif. Nilai 0,416 dapat diinterpretasikan

bahwa hubungan kedua variabel tersebut mempunyai keeratan

korelasi yang kuat, karena berada di interval 0,4-0,599. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif minat belajar

dengan motivasi belajar dalam kategori kuat.

2. Hubungan konsep diri dengan motivasi belajar siswa

b. Rumusan hipotesis kedua

Ho2 = Tidak ada hubungan antara konsep diri dengan motivasi

belajar siswa

Ha2 = Ada hubungan antara konsep diri dengan motivasi

belajar siswa

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi

Spearman Rank adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13

Hasil Uji Hipotesis Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa

Correlations

Motivasi_Belajar Konsep_Diri

Spearman's rho Motivasi_Belajar Correlation Coefficient 1,000 ,384**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 394 394

Konsep_Diri Correlation Coefficient ,384** 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 394 394

Berdasarkan tabel 4.13 tampak bahwa nilai Sig. (2-tailed) untuk

hubungan konsep diri dengan motivasi belajar sebesar 0,000. Nilai

probabilitas tersebut lebih rendah dari α = 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan konsep diri berhubungan dengan motivasi

dapat diterima. Sementara itu, nilai koefisien korelasi sperman sebesar

(+) 0,384 menunjukan bahwa konsep diri dengan motivasi belajar

mempunyai korelasi positif. Nilai 0,384 dapat diinterpretasikan bahwa

hubungan kedua variabel tersebut mempunyai keeratan korelasi yang

kuat, karena berada di interval 0,3-0,499. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan positif konsep diri dengan motivasi

belajar dalam kategori kuat.

3. Hubungan lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa

c. Rumusan hipotesis ketiga

Ho3 = Tidak ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan

motivasi belajar siswa

Ha3 = Ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan motivasi

belajar siswa

Hasil pengujian dengan menggunakan korelasi Spearman Rank adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14

Hasil Uji Hipotesis Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa

Correlations

Motivasi_Belajar

Lingkungan_Se kolah

Spearman's rho Motivasi_Belajar Correlation Coefficient 1,000 ,362**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 394 394

Lingkungan_Sekolah Correlation Coefficient ,362** 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 394 394

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 4.14 tampak bahwa nilai Sig. (2-tailed) untuk

hubungan lingkungan sekolah dengan motivasi belajar sebesar 0,000.

Nilai probabilitas tersebut lebih rendah dari α = 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan lingkungan sekolah berhubungan

dengan motivasi dapat diterima. Sementara itu, nilai koefisien korelasi

sperman sebesar (+) 0,362 menunjukan bahwa lingkungan sekolah

dengan motivasi belajar mempunyai korelasi positif. Nilai 0,362 dapat

diinterpretasikan bahwa hubungan kedua variabel tersebut

mempunyai keeratan korelasi yang kuat, karena berada di interval

0,3-0,499. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

4. Hubungan bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa

d. Rumus hipotesis keemmpat

Ho4 = Tidak ada hubungan antara bimbingan belajar dengan motivasi

belajar siswa

Ha4 = Ada hubungan antara bimbingan belajar dengan motivasi

belajar siswa

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi Spearman Rank adalah sebagai berikut

Tabel 4.15

Hasil Uji Hipotesis Hubungan Bimbingan Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa

Correlations

Motivasi_belajar

Bimbingan_Bela jar

Spearman's rho Motivasi_belajar Correlation Coefficient 1,000 ,309**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 394 394

Bimbingan_Belajar Correlation Coefficient ,309** 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 394 394

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 4.15 tampak bahwa nilai Sig. (2-tailed) untuk

hubungan bimbingan belajar dengan motivasi belajar sebesar 0,000.

Nilai probabilitas tersebut lebih rendah dari α = 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bimbingan belajar berhubungan

sperman sebesar (+) 0,309 menunjukan bahwa bimbingan belajar

dengan motivasi belajar mempunyai korelasi positif. Nilai 0,309 dapat

diinterpretasikan bahwa hubungan kedua variabel tersebut

mempunyai keeratan korelasi yang kuat, karena berada di interval

0,3-0,499. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

positif bimbingan belajar dengan motivasi belajar dalam kategori kuat.

D. Pembahasan

1. Hubungan Minat belajar siswa dengan Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan deskripsi data diperoleh gambaran bahwa minat

belajar siswa SMA IPA dan IPS dengan kategori sedang 145 responden

(36,80%). Rata-rata (mean) skor minat belajar sebesar = 14,66. Sementara itu pada motivasi belajar siswa yang memiliki kategori

tinggi adalah 176 responden (44,67%). Rata-rata (mean) skor motivasi belajar sebesar = 19,11. Hasil uji hubungan minat belajar dengan

motivasi belajar, diketahui bahwa minat belajar siswa memiliki

hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar siswa. Hasil ini

berdasarkan perhitungan hipotesis yaitu dengan korelasi Spearman‟s

rho (0,416) asymp. Sig.(2-tailed) = 0,000.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa siswa yang minat

belajarnya adalah sedang, untuk motivasi belajar masuk dalam kategori

tinggi. Minat belajar dan motivasi belajar menunjukan keduanya

Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan positif dan

signifikan minat belajar dengan motivasi belajar. Menurut Semiawan

Ketut (1988: 61), minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan

suatu kesiapan membuat bila ada stimulisasi khusus sesuai dengan

keadaan tersebut. Minat belajar dan motivasi belajar siswa, keduanya

berdasarkan analisis data bahwa korelasi meningkat saat keduanya

dilaksanakan secara bersama-sama yang sesuai dengan hasil penelitian

Yuliani (2012: 45). Oleh karena itu semakin baik minat belajar dan

motivasi belajar siswa maka hasil belajarpun akan baik dan

sebaliknya jika minat belajar dengan motivasi belajar rendah maka

hasil belajarpun akan ikut rendah. Minat dan motivasi dalam setiap

pembelajaran sangat penting karena untuk mencapai tujuan belajar

dengan hasil yang baik, di dalam diri seorang siswa harus mempunyai

minat dan motivasi. Hal ini didukung oleh pendapat dari Djaali (2008:

122), minat yang baik dan disadari oleh siswa terhadap bidang

pekerjaan akan menjaga siswa sehingga siswa-siswa bisa menguasai

pelajaran, pada akhirnya siswa bisa mendapatkan prestasi yang baik.

Jaelani (2006: 66), menyatakan bahwa minat akan timbul apabila

sesuatu yang diminati bermanfaat, bisa dirasakan, dialami secara nyata,

dan juga pihak luar mendorong ke arah tersebut. Pihak luar yang sangat

mendorong siswa untuk menambah minat terhadap suatu mata

pelajaran salah satunya adalah guru. Hal ini di perkuat oleh hasil

berusaha untuk tidak meninggalkan kelas sewaktu pembelajaran sedang

berlangsung” dan ”saya memiliki jadwal dirumah untuk mengukang

materi yang telah dipelajari di sekolah”, yang dijawab paling banyak

dengan skor 4.

2. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan deskripsi data diperoleh gambaran bahwa konsep

diri siswa SMA IPA dan IPS dengan kategori sedang 93 responden

(23,60%). Rata-rata (mean) skor minat konsep diri sebesar = 34,33. Sementara itu pada motivasi belajar siswa yang memiliki kategori

tinggi adalah 176 responden (44,67%). Rata-rata (mean) skor motivasi belajar sebesar = 19,11. Hasil uji hubungan variabel konsep diri dengan

motivasi belajar, diketahui bahwa konsep diri siswa memiliki hubungan

yang signifikan dengan motivasi belajar siswa. Hasil ini berdasarkan

perhitungan hipotesis yaitu dengan korelasi Spearman‟s rho (0,384)

asymp. Sig.(2-tailed) = 0,000.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa siswa yang konsep

dirinya sedang dan untuk motivasi belajar termasuk dalam kategori

tinggi. Konsep diri dan motivasi belajar menunjukan keduanya

memiliki hubungan yang positif dengan kategori kuat yaitu (r = 0,384).

Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan positif dan

signifikan antara konsep diri dengan motivasi belajar. Menurut Fitts

aspek penting dalam diri seseorang. Oleh karena konsep diri merupakan

kerangka dalam berintraksi dengan lingkugan. Konsep diri berpengaruh

kuat terhadap tingkah laku seseorang, karena dengan mengetahui

konsep diri seseorang, orang lain akan lebih mudah meramalkan dan

memahami tingkah laku orang tersebut. Seseorang yang akan

termotivasi untuk belajar dengan tekun dan giat dapat terjadi karena

persepsi-persepsi dirinya sendiri yang membentuk suatu konsep diri

bahwa individu tersebut mampu memahami dan menyimpan semua

yang ia pelajari ke dalam memorinya. Konsep diri dan motivasi belajar

siswa, keduanya berdasarkan analisis data bahwa korelasi meningkat

saat keduanya dilaksanakan secara bersama-sama yang sesuai dengan

hasil penelitian Yuliani (2012: 45), oleh karena itu semakin baik

konsep diri dan motivasi belajar siswa maka hasil belajarpun akan

baik dan sebaliknya jika konsep diri dengan motivasi belajar rendah

maka hasil belajarpun akan ikut rendah. Hal ini di perkuat oleh hasil

jawaban pertanyaan siswa terhadap angket konsep diri siswa yaitu

“saya ingin mendapatkan nilai terbaik untuk semua mata pelajaran” dan ”saya rajin belajar dan banyak berlatih untuk semua mata pelajaran”,

3. Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan deskripsi data diperoleh gambaran bahwa

lingkungan sekolah siswa SMA IPA dan IPS dengan kategori sedang

114 responden (28,93%). Rata-rata (mean) untuk variabel lingkungan sekolah sebesar = 43,70. Sementara itu pada motivasi belajar siswa

yang memiliki kategori tinggi adalah 176 responden (44,67%).

Rata-rata (mean) variabel motivasi belajar sebesar = 19,11. Hasil uji hubungan antara variabel lingkungan sekolah dengan motivasi belajar

siswa, diketahui bahwa lingkungan sekolah memiliki hubungan yang

signifikan dengan motivasi belajar siswa. Hasil ini berdasarkan

perhitungan hipotesis yaitu dengan korelasi Spearman‟s rho (0,362)

asymp. Sig (2-tailed) = 0,000.

Dari penelitian ini menunjukan bahwa ada siswa yang memiliki

lingkungan sekolah sedang dan untuk motivasi belajar termasuk dalam

kategori tinggi. Lingkungan sekolah dan motivasi belajar menunjukan

keduanya memiliki hubungan yang positif dengan kategori kuat yaitu (r

= 0,362).

Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan positif dan

signifikan antara variabel lingkungan srkolah dengan motivasi belajar

siswa. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama

yang yang kedua. Siswa-siswa, guru, administrator, konselor hidup

dengan baik (Hasbullah, 2013:36). Oleh karena itu maka hasil

belajarnya akan semakin baik, begitupun sebaliknya jika lingkungan

sekolah dan motivasi belajar rendah maka hasil belajarpun akan rendah.

Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang turut

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk

kecerdasannya. Hal ini diperkuat oleh hasil jawaban pertanyaan siswa

terhadap angket lingkungan sekolah yaitu “suasana lingkungan sekolah

sangat kondusif” dan “saya tidak suka dengan banyaknya kendaraan siswa yang tidak rapi disekolah”, yang dijawab paling banyak dengan skor 4.

4. Hubungan Bimbingan Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan deskripsi data diperoleh gambaran bahwa

bimbingan belajar siswa SMA IPA dan IPS dengan kategori tinggi 173

responden (43,90%). Rata-rata (mean) skor vriabel bimbingan belajar sebesar = 64,69. Sementara itu pada motivasi belajar siswa yang

memiliki kategori tinggi adalah 176 responden (44,67%). Rata-rata

(mean) skor motivasi belajar sebesar = 19,11. Hasil uji hubungan bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa, diketahui bahwa

bimbingan belajar memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi

belajar siswa. Hasil ini berdasarkan perhitungan hipotesis yaitu dengan

korelasi Spearman‟s rho (0,309) asymp. Sig (2-tailed) = 0,000. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa bimbingan belajar adalah tinggi,

untuk memiliki motivasi belajar masuk dalam kategori tinggi.

Bimbingan belajar dan motivasi belajar menunjukan keduanya

memiliki hubungan yang positif dengan kategori kuat yaitu (r = 0,309).

Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan positif dan

signifikan bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa. Bimbingan

menurut Crow dan Crow (Prayitno, 2004:94) adalah bantuan yang

diberikan oleh sesorang yang memiliki kepribadian yang memadai dan

terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk

membantunya mengatur kegiatan hiupnya sendiri, mengembangkan

pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan

menanggung bebannya sendiri. Layanan bimbingan yang diberikan

pada individu atau kelompok berguna untuk menghindari dan

mengatasi masalah dalam kehidupannya secara mandiri. Keberadaan

bimbingan belajar yang diadakan di luar sekolah sangat bermanfaat

bagi siswa dan meningkatkan hasil dan prestasi belajar disekolah.

Bimbingan berlajar berperan dalam membantu siswa dalam mengatasi

kesulitanbelajar, menemukan cara belajar yang efektif, serta mencapai

kesuksesan dalam belajar. Jadi dengan mengikuti bimbangan belajar

akan menimbulkan motivasi siswa cendrung meningkat. Hal ini

diperkuat oleh hasil jawaban pertanyaan siswa yaitu “layanan bimbingan belajar memberikan dampak positif oada perkembangan

prestasi saya” dan “dengan layanan bimbingan belajar, tujuan belejar menjadi lebih terarah”, yang dijawab paling banyak dengan skor 4.

102 BAB V

PENUTUP

Dokumen terkait