• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Motivasi Kerja Karyawan

Motivasi berasal dari kata latin ”Movore” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut (Hasibuan, 1996:92). Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mau bekerja keras dengan memberikan dan mencurahkan seluruh daya kemampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Motivasi sangat dibutuhkan oleh setiap individu baik atasan maupun bawahan, karena dengan motivasi akan timbul niat untuk bekerja keras untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi. Motivasi merupakan suatu keterampilan dalam memadukan kepentingan karyawan dan kepentingan organisasi, sehingga keinginan karyawan terpenuhi bersamaan dengan tercapainya sasaran organisasi.

Menurut Handoko (1991:256) motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Sedangkan Husnan (1990:197) motivasi adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi kerja seseorang itu dapat timbul dalam diri orang itu sendiri atau dari orang lain. Motivasi dari dalam merupakan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Sedangkan motivasi dari orang lain, menjadi salah satu tugas dari seorang pimpinan untuk dapat memberikannya kepada bawahannya agar bekerja sesuai dengan pengarahan yang diberikan.

a. Teori-teori Motivasi

Teori-teori yang diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memotivasi karyawannya agar tercapai tujuan suatu perusahaan (Mangkunegara 2000:94-102).

1) Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang alami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Kebutuhan merupakan fundamental yang mendasari perilaku pegawai, sedangkan kita tidak mungkin memahami perilaku pegawai tanpa mengerti kebutuhannya. Menurut Maslow, hirarki kebutuhan manusia meliputi:

a) Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum,

perlindungan fisik, bernafas, serta seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat rendah atau kebutuhan yang paling dasar.

b) Kebutuhan Rasa Aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari bahaya, ancaman, pertentangan dan lingkungan hidup.

c) Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk

diterima oleh suatu kelompok, berinteraksi serta kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.

d) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati

dan dihargai oleh orang lain.

e) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan

untuk menggunakan kemampuan dan potensi.

Sedangkan menurut McClelland, ada tiga macam kebutuhan manusia yaitu:

a) Need For Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan melakukan pekerjaan lebih baik dari pada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi.

b) Need For Affiliation, yaitu kebutuhan berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

c) Need For Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain.

2) Teori ERG (Exsistence Relatedness Growth) dari Aldefer

Teori ERG merupakan refleksi dari nama tiga dasar kebutuhan yaitu:

a) Existence Needs, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti: makan, minum, pakaian, bernafas, gaji, keamanan, kondisi kerja, serta fringe benefits. b) Relatedneeds Needs, merupakan kebutuhan interpersonal yaitu

kepuasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

c) Growth Needs, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi, hal ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai.

3) Teori Insting

Darwin berpendapat bahwa tindakan yang intelligent merupakan refleks dan instingtif yang diwariskan. Oleh karena itu, tidak semua tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan dikontrol oleh pikiran.

Berdasarkan teori Darwin, menurut William James, Sigmund Freud dan Mcougall mengemukakan teori insting sebagai konsep yang penting dalam psikologi. Sigmund Freud menempatkan motivasi pada insting agresif dan seksual, sedangkan Mcougall

menyusun daftar insting yang berhubungan dengan semua tingkah laku, seperti: rasa jijik, rasa ingin tahu, kesukaan berkelahi, rasa rendah diri, menyatakan diri, kelahiran, reproduksi, lapar, berkelompok, ketamakan dan membangun.

4) Teori Lapangan

Teori lapangan merupakan konsep dari Kurt Lewin. Teori ini merupakan pendekatan kognitif untuk mempelajari perilaku dan motivasi. Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari lapangan pada momen waktu, Kurt Lewin juga percaya pada pendapat para ahli psikologi Gestalt yang mengemukakan bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari seorang pegawai dengan lingkungannya.

b. Faktor-faktor Motivasi

Faktor-faktor motivasi kerja menurut Anoraga (1992:182) dikemukakan sebagai berikut.

1) Faktor finansial yaitu terpenuhi keinginan karyawan terhadap

finansial yang diterima untuk memenuhi kebutuhannya sehingga menimbulkan motivasi kerja karyawan. Misalnya gaji, macam-macam pinjaman, promosi, jaminan sosial dan pemberian balas jasa.

2) Faktor fisik yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan. Misalnya umur, kondisi badan, jenis pekerjaan, waktu, dan sistem kerja.

3) Faktor sosial yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik hubungan antara pimpinan dan karyawan maupun hubungan antara sesama karyawan, meliputi rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana serta pengarahan dan perintah yang wajar.

4) Faktor psikologi yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, meliputi cita-cita dan pandangan hidup, minat dan kemauan, sikap, bakat dan kecakapan.

Faktor-faktor lain yang menimbulkan motivasi kerja menurut Gilmer (As’ad, 1995) adalah sebagai berikut.

1) Kesempatan untuk Maju

Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama bekerja.

2) Keamanan Kerja

Faktor ini sering disebut sebagai penunjang motivasi kerja baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama bekerja.

3) Gaji

Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan kerja dan jarang orang mengekspresikan motivasi kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.

4) Perusahaan dan Manajemen

memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan motivasi kerja karyawan.

5) Pengawasan atau Supervisi

Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dalam turnover.

6) Faktor Instrinsik dari Pekerjaan

Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi motivasi.

7) Kondisi Kerja

Yang termasuk dalam kondisi kerja yaitu tempat, ventilasi, penyinaran, toilet, kantin dan tempat parkir.

8) Komunikasi

Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan motivasi terhadap kerja.

9) Fasilitas

Fasilitas cuti, dan pensiun atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan motivasi.

c. Prinsip-prinsip dalam Memotivasi Kerja Pegawai

Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi pegawai, diantaranya: 1) Prinsip Partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberi kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

2) Prinsip Komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

3) Prinsip Mengakui Andil Bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

4) Prinsip Pendelegasian Wewenang

Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh pemimpin.

5) Prinsip Memberi Perhatian

Pemimpin memberikan perhatian terhadap pegawainya sebagai salah satu bentuk motivasi untuk meningkatkan kinerja karyawan agar dapat bekerja secara optimal.

d. Teknik Memotivasi Kerja Pegawai

Teknik yang digunakan untuk memotivasi kerja pegawai antara lain sebagai berikut:

1) Teknik Pemenuhan Kebutuhan Pegawai

Kebutuhan pegawai merupakan fundamental yang mendasari perilaku kerja, sehingga tidak mungkin dapat memotivasi kerja pegawai tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkan. Seperti teori hirarki kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Moslow. 2) Teknik Komunikasi Persuasif

Teknik komunikasi persuasif merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogos. Teknik ini dirumuskan ”AIDDAS”

A = Attention (perhatian) I = Interest (minat) D = Desire (hasrat) D = Decision (keputusan) A = Action (aksi/ tindakan) S = Satisfaction (kepuasan)

e. Langkah-langkah Memotivasi

Dalam memotivasi bawahan, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh setiap pemimpin (Wahjosumidjo, 1984:201) antara lain:

1) seorang pemimpin harus tahu apa yang dilakukan oleh bawahannya;

2) pemimpin harus berorientasi pada kerangka acuan; 3) tiap orang berbeda-beda dalam memuaskan kebutuhan;

4) setiap pemimpin harus memberikan contoh yang baik kepada

bawahannya;

5) pemimpin mampu mempergunakan keahlian dalam berbagai

bentuk;

6) pemimpin harus berbuat dan berperilaku realistis.

f. Tujuan Pemberian Motivasi

Tujuan pemberian motivasi kepada karyawan adalah sebagai berikut:

1) mendorong gairah dan semangat kerja karyawan; 2) meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; 3) meningkatkan produktivitas kerja karyawan;

4) mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan;

5) meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi

karyawan;

6) menciptakan suasana dan hubungan yang baik; 7) meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan; 8) meningkatkan kesejahteraan karyawan;

Dokumen terkait