BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
2. Motivasi
a. Perilaku Konsumen
Sumarwan (2011: 5) menjelaskan bahwa perilaku konsumen
adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang
mendorong tindakan pada saat sebelum membeli, ketika membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan
kegiatan pembelian atau kegiatan mengevaluasi. Perilaku konsumen
terhadap suatu produk dipengaruhi oleh faktor individu (motivasi dan
kebutuhan, kepribadian dan gaya hidup, dan pengetahuan), faktor
lingkungan (budaya dan demografi, keluarga, kelompok, dan kelas
sosial), dan faktor psikologis (persepsi dan keterlibatan, proses
b. Definisi Motivasi
Pada konteks perilaku konsumen, Schiffman dan Kanuk (dalam
Ujang, 2011:23) mendefinisikan “Motivation can be described as
driving force within individuals that impels them to action. This
driving force is produced by state of tension, which exist as the result
of an unfulfilled need.” Kemudian Solomon (dalam Ujang, 2011:23),
mendefinisikan: “Motivation refers to the processes that cause people
to behave as they do. It occurs when a need is aroused that the
customer wishes to satisfy. Once a need has been activated, a state of
tension exists that drives the consumer to attempt to reduce or
eliminate the need.” Dan Mowen dan Minor (dalam Ujang, 2011:23),
mendefinisikan: “Motivation refers to an activated state within a person that leads to goal-directed behavior. It consists of the drives,
urges, wishes, or desires that initiate the sequence of event leading to
a behavior."
Dari tiga definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
motivasi adalah proses pendorong dalam individu yang menyebabkan
atau mendorong orang melakukan suatu tindakan yang mengarah pada
suatu tujuan. Kekuatan pendorong ini umumnya disebabkan oleh
faktor kebutuhan, keinginan, hasrat, desakan untuk memenuhi suatu
hal tertentu.
Pada konteks Manajemen Sumber Daya Manusia, Vance (dalam
keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu
untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat
dari perspektif pribadi dan terutama kelompok. Dan motivasi sebagai
setiap kekuatan yang muncul dari dalam diri individu untuk mencapai
tujuan atau keuntungan tertentu di lingkungan dunia kerja atau di
pelataran hidup pada umumnya (Danim, 2004:15).
Peneliti menyetujui pendapat beberapa ahli bahwa dalam
mendefinisikan motivasi tidak bisa hanya dalam satu sudut pandang,
namun harus disesuaikan dengan konteks yang dimaksudkan.
Sehingga pada konteks motivasi berkuliah calon mahasiswa, dapat
didefinisikan Effendi (dalam Manullang, 2004:193) bahwa motivasi
adalah kegiatan memberikan dorongan pada seseorang atau diri
sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Jadi
motivasi berarti membangkitkan seseorang atau diri sendiri untuk
berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan dan tujuan.
Dan Terry dan Rue dalam Jurnal Riset Bisnis Indonesia mengatakan
bahwa motivasi adalah “…getting a person to exert a high degree of
effort…” yang artinya adalah “motivasi membuat seseorang untuk
bekerja lebih berprestasi. (Suhartono dan Budi Cahyono, 2005, 13-30)
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Morgan (1993), terdapat beberapa faktor yang
1) Tingkah Laku dan Karakteristik
Adalah model yang ditiru oleh anak melalui observational
learning. Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh tingkah laku dan
karakteristik model yang ditiru anak melalui observational
learning. Melalui observational learning anak mengambil
beberapa karakteristik dari model, termasuk kebutuhan untuk
berprestasi.
2) Harapan Orang Tua
Harapan orang tua terhadap anaknya berpengaruh terhadap
perkembangan motivasi berprestasi. Orang tua yang
mengharapkan anaknya bekerja keras akan mendorong anak
tersebut untuk bertingkah laku yang mengarah pada pencapaian
prestasi.
3) Lingkungan
Faktor yang menguasai dan mengontrol lingkungan fisik dan
sosial sangat erat hubungannya dengan motivasi berprestasi, bila
menurun akan merupakan faktor pendorong dalam menuju kondisi
depresi.
4) Penekanan Kemandirian
Terjadi sejak tahun-tahun awal kehidupan. Anak didorong
mengandalkan dirinya sendiri, berusaha keras tanpa pertolongan
penting bagi dirinya akan meningkatkan motivasi berprestasi yang
tinggi.
5) Praktik Pengasuhan Anak
Pengasuhan anak yang demokratis, sikap orang tua yang
hangat dan sportif, cenderung menghasilkan anak dengan motivasi
berprestasi yang tinggi atau sebaliknya, pola asuh yang cenderung
otoriter menghasilkan anak dengan motivasi berprestasi yang
rendah.
d. Komponen Motivasi Berkuliah
Vroom (dalam Malayu Hasibuan, 2007) tentang cognitive theory
of motivation menjelaskan tinggi rendahnya motivasi seseorang
ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
1) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.
Pada konteks motivasi berkuliah di USD, bahwa tinggi rendahnya
motivasi berkuliah di USD berkaitan dengan ekspektasi atau
harapan akan berhasil jika berkuliah di USD.
2) Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk
mendapatkan outcome tertentu).
Pada konteks motivasi berkuliah di USD, bahwa tinggi rendahnya
motivasi berkuliah di USD berkaitan dengan hal apa saja yang
akan didapatkan di USD dan penghargaan-penghargaan seperti
3) Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif,
netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan
sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
Pada konteks motivasi berkuliah di USD, bahwa tinggi rendahnya
motivasi berkuliah di USD berkaitan dengan keyakinan mendapatkan
manfaat melebihi apa yang dibayangkan didapatkan dengan harapan
ideal calon mahasiswa jika berkuliah di USD.
e. Ciri Motivasi Berprestasi
Atkinson (dalam Linda, 2004: 124) mengatakan bahwa
seseorang yang memiliki motivasi berprestasi adalah sebagai berikut :
1) Free Choice, bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi menyukai aktivitas-aktivitas atas keberhasilannya sehingga
selalu berusaha untuk meningkatkan segala kemungkinan untuk
berprestasi oleh karena kemampuan pengalaman keberhasilannya
yang lebih banyak sehingga kendati mengalami kagagalan masih
tetap tersirat untuk berhasil.
2) Persistence Behaviour, adalah suatu anggapan individu yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi menganggap bahwa
kegagalan adalah sebagai akibat kurangnya usaha, oleh sebab itu
harapan dan usaha untuk berhasil selalu tinggi.
3) Intensity of performance, adalah suatu intensitas dalam
tinggi selalu berpenampilan suka kerja keras dibandingkan
seseorang yang motivasi berprestasinya rendah.
f. Indikator Motivasi Berkuliah dan Berprestasi
Indikator motivasi berkuliah di USD ini berpedoman dari
komponen motivasi berkuliah dan disesuaikan dengan keadaan yang
diteliti. Diukur menggunakan skala ordinal modified likert dengan
skala 1-4 untuk masing-masing indikator, yaitu :
1) Tingkat harapan memiliki ilmu pengetahuan
2) Tingkat harapan memiliki kemampuan penerapan
3) Tingkat harapan dapat mengembangkan bakat dan minat
4) Tingkat harapan dapat mengembangkan kepribadian
5) Tingkat penilaian dalam memperoleh beasiswa
6) Tingkat penilaian dalam mendapatkan relasi dan penghargaan
7) Tingkat penilaian dalam mendapat pekerjaan dalam dunia kerja
8) Tingkat keyakinan memiliki ilmu pengetahuan yang unggul
9) Tingkat keyakinan memiliki kemampuan penerapan dan bakat
yang unggul
10) Tingkat keyakinan memiliki kepribadian yang unggul
Indikator motivasi berprestasi di USD ini berpedoman dari ciri
motivasi berprestasi dan disesuaikan dengan keadaan yang diteliti.
Diukur menggunakan skala ordinal modified likert dengan skala 1-4
1) Tingkat dorongan mengikuti kegiatan tambahan bidang akademik
2) Tingkat dorongan mengikuti kegiatan tambahan bidang non-
akademik
3) Tingkat dorongan mengikuti kegiatan tambahan terkait
pengembangan kepribadian
4) Tingkat dorongan untuk pantang menyerah dan selalu bangkit
dalam kegagalan di bidang akademik
5) Tingkat dorongan untuk pantang menyerah dan selalu bangkit
dalam kegagalan di bidang non-akademik
6) Tingkat kemampuan menerima dan mensyukuri dari kegagalan
yang dialami
7) Tingkat kemampuan merefleksikan dan mengambil hikmah dari
kegagalan yang dialami
8) Tingkat dorongan untuk bekerja keras mendapatkan prestasi
akademik
9) Tingkat dorongan untuk bekerja keras di kegiatan non-akademik
10) Tingkat dorongan untuk bekerja keras menumbuhkan nilai-nilai
kepribadian