• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Pengembangan Diri

Dalam dokumen dan Motivasi Pengembangan Diri Studi Ko (Halaman 34-42)

Setiap pribadi pasti memiliki harapan, cita-cita dan impian, dimana hal-hal tersebut dapat timbul dikarenakan adanya dorongan dalam diri untuk mengembangkan kehidupannya.

Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Banyak psikolog memakai istilah yang berbeda-beda dalam menyebutkan sesuatu yang menimbulkan perilaku tersebut. Ada yang menyebut sebagai motivasi (motivation) atau motif, kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive), dalam penulisan ini kita menggunakan istilah motivasi (Rismawaty, 2008:49).

Secara etimologis, Winardi (2002:1) menjelaskan istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move). Diserap dalam bahasa Inggris menjadi motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Selanjutnya Winardi (2002:33) mengemukakan, motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Berdasarkan hal tersebut diskusi mengenai motivasi tidak bisa lepas dari konsep motif.

Menurut Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd, bahwa istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Pada intinya dapat dikatakan bahwa motif merupakan penyebab terjadinya tindakan. Steiner sebagaimana dikutip Hasibuan (2003:95) mengemukakan motif adalah “suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir”. Dalam bukunya Psychology an introduction, Benjamin B. Lahey mengatakan; “ Motivation refers to an internal state or condition that activates and gives direction to our thoughts, feelings and action” , yang diartikan; motivasi merupakan sebuah kondisi internal dalam individu yaitu kondisi yang memberi dan mengaktifkan rangsangan kepada pikiran, perasaan dan perilaku ( Lahey, 2007:150).

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi bukanlah suatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu perilaku yang tampak. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu di dorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut; kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi, rasa lapar, kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestasi merupakan beberapa contoh tentang motivasi. Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya.

Para psikolog menyetujui bahwa motivasi dapat dikelompokkan di dalam dua kelompok, yaitu:

a. Motivasi fisiologi, yang merupakan motivasi ilmiah (biologis), seperti lapar, haus dan seks.

b. Motivasi psikologis, yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar, yaitu:

b.1 Motivasi kasih sayang (affectional motivation); untuk menciptakan dan memelihara kehangatan, keharmonisan,dan kepuasan batinlah (emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.

b.2 Motivasi mempertahankan diri (ego-defensive motivation); motivasi untuk melindungi kepribadian, menghindari untuk tidak ditertawakan dan kehilangan muka, mempertahankan prestise dan mendapatkan kebanggaan diri.

b.3 Motivasi memperkuat diri (ego-bolstering motivation); motivasi untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi, menaikkan prestasi dan mendapatkan pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan penguasanya terhadap orang lain (Rismawaty, 2008:50).

Berdasarkan pengelompokan motivasi diatas, pengembangan diri termasuk komponen dari motivasi psikologis. Pada motivasi memperkuat diri, manusia memiliki kebutuhan untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi, menaikkan prestasi, mendapat pengakuan dari orang lain serta memuaskan dirinya. Hal-hal tersebut merupakan alasan utama mengapa manusia perlu untuk mengembangkan dirinya.

Pengembangan diri kita adalah pengembangan keseluruhan potensi diri yang mencakup aspek / ranah (Rismawaty, 2008:37-38):

a. Kognitif, yang merujuk pada pengayaan pengasahan otak agar kita menjadi ‘melek’ berpikir, ‘melek’ teknologi yang merupakan substansial dalam kehidupan kita kini dan masa mendatang, dengan kata lain mengembangkan pengetahuan

b. Afektif , yang merujuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan berpikir kreatif, motivasi, disiplin, kepercayaan diri, meminimalkan/mengendalikan rasa takut dan kuatir, mengelola stres, ketangguhan diri, aktualisasi diri, tanggung jawab nilai, norma yang kalau semuanya itu direkatkan pada diri kita maka akan memberi kontribusi yang amat bermakna, dalam hal ini pengembangan keterampilan.

c. Psikomotorik, yang merujuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan, keterampilan motorik, dalam hal ini mengembangkan kemampuan.

d. Interaktif, yang merujuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan beradaptasi dalam segala situasi, kemampuan berkomunikasi, negosiasi yang amat dituntut dalam kegiatan-kegiatan bisnis serta kegiatan jasa lainnya.

Secara ideal, pengembangan diri mencakup pengembangan keempat aspek diatas. Namun, pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan kepada pengembangan diri pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini

berdasarkan tujuan dari tayangan Mario Teguh The Golden Ways yang cenderung lebih memotivasi penonton kepada ketiga aspek tersebut.

Tayangan Mario Teguh The Golden Ways cenderung lebih bertujuan memotivasi penonton untuk mampu melihat kemampuan diri dan mengembangkan apa yang dimiliki diri sendiri. Disamping itu juga tayangan tersebut bertujuan untuk penontonnya lebih percaya diri dan bijaksana dalam mengahadapi segala peristiwa dalam hidup, sehingga dengan demikian diharapkan mampu menjadi pribadi yang super dan unggul dalam kehidupannya.

II.5 Teori S-O-R

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori S-O-R sebagai teori utama. Hal itu didasarkan pada tujuan penulisan, bahwa penulis ingin mengetahui apakah tayangan Mario Teguh The Golden Ways mampu menjadi perangsang/stimulus bagi mahasiswa Fakultas Psikologi USU untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan diri.

Pada awalnya model ini dikenal sebagai model Stimulus-Respon. Model Stimulus-Respons (S-R) adalah model komunikasi paling mendasar dan sederhana. Model ini mengingatkan kita bahwa apabila ada aksi maka akan timbul reaksi. Proses ini merupakan bentuk pertukaran informasi yang dapat menimbulkan efek untuk mengubah tindakan komunikasi. Model ini juga mengasumsikan bahwa perilaku individu ada karena kekuatan stimulus yang datang dari luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki. Akan tetapi kemudian De fleur menambahkan organisme dalam bagiannya sehingga menjadi S-O-R. Unsur-unsur dasar dalam model ini terdiri dari stimulus yakni rangsangan atau dorongan berupa pesan, organism yakni

manusia atau seseorang penerima (receiver) dan reponse yakni reaksi, efek, pengaruh atau tanggapan. (Wiryanto, 2004:13).

Teori ini merupakan turunan dari Bullet Theory dan Teori Hipodermik. Terdapat beberapa dasar pemikiran yg mempelopori lahirnya teori ini. Yang pertama, latar belakang filosofis (Philosophical Ground), yaitu gambaran dari seseorang yg pasif dan mudah terpengaruh terpaan media. Kedua, perkembangan teori ilmu psikologi dan sosiologi (Theorytical Developmentin Psicology and Sosiology), yang mendeskriditkan pandangan individu yang berbeda dalam teori komunikasi massa.

Model ini menjelaskan bagaimana stimulus yang diterima oleh organism tersebut diolah sedemikian rupa, yang seterusnya diubah dalam beberapa responden yang dapat diamati. Pengelohan stimulus dalam S-O-R merupakan konsep black box atau kotak hitam; yakni struktur khusus dan fungsi proses antara yang internal dianggap kurang penting dibandingkan dengan proses pengubahan masukan menjadi pengeluaran. Karena itu, menurut pengertian black box ini, penjelasan memerlukan pengamatan masukan dan pengeluaran namun tidak menuntut pengamatan langsung pada kegiatan dalam diri organisme yang bersangkutan, sekalipun mungkin dapat dilakukan. Pertama-tama pengamatan langsung pada proses internal memang merupakan hal yang tidak mungkin, karena itu kita hanya dapat mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal organisme yang bersangkutan. Jadi, pengkajian keadaan internal secara hakiki merupakan pengamatan tidak langsung, dengan kata lain penarikan kesimpulan (inferensi) dari perilaku yang dapat diamatai (Rakhmat, 1990;196).

Efek yang ditimbulkan dalam penjelasan S-O-R adalah bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu, jika ada stimulus tertentu pula (Rakhmat,2006:198).

Secara gamblang prinsip S-O-R menjelaskan tentang sebuah proses belajar dimana efek adalah suatu reaksi khusus yang timbul akibat stimulus tertentu. Artinya bahwa orang-orang dapat memprediksi keterkaitan yang erat antara pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa terhadap reaksi yang akan muncul dalam diri penerima akibat pesan yang disampaikan tersebut.

Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (Organism,O) c. Efek (Response, R) (Amir Purba,2006:255)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelly yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Bagan 3 Teori S-O-R

Sumber: Effendy, 2000:254-255

Pada gambar diatas dilihat bahwa response bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang disampaikan pada komunikasn bisa diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi yang hanya dapat berlangsung apabila komunikan memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Yang kemudian komunikan akan dapat memikirkan tentang arti, maksud ataupun tujuan dari stimulus tersebut yang pada akhirnya akan timbul pengertian dan penerimaan atau bahkan penolakan. Apabila komunikan telah menerima atau mengolah stimulus tersebut, barulah akhirnya akan dapat terbentuk sikap ataupun perubahan perilaku.

Perubahan sikap terjadi dapat berupa perubahan kognitif, afektif ataupun behavioral (konatif). Menurut Effendy, efek komunikasi yang melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis yang dapat diklasifikasikan dalam 3 efek yaitu sebagai berikut:

1. Efek Kognitif

Berhubungan dengan pemikiran dan penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tau dan tidak mengerti menjadi jelas.

STIMULUS Organisme: Perhatian Pengertian Penerimaan Response (Perubahan Sikap)

2. Efek Afektif

Berkaitan dengan perasaan. Perasaan akibat terpaan media massa yang bermacam-macam, contohnya sedih sehingga mencucurkan air mata, atau senang hingga tertawa terbahak-bahak.

3. Efek Konatif

Berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka efek konatif sering disebut efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat dari terpaan media massa melainkan didahului oleh efek kognitif dan efek afektif. (Effendy,2000:318-319)

Bila dihubungkan dalam penelitian ini, teori S-O-R diatas dapat berupa bagan berikut ini:

Bagan 4

Teori S-O-R pada penelitian

Pada bagan diatas menunjukkan bahwa Tayangan Mario Teguh The Golden Ways berperan sebagai stimulus/perangsang bagi mahasiswa Fakultas Psikologi USU angkatan 2008-2010 untuk menimbulkan motivasi pengembangan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan diri (pengembangan diri). Tentunya

STIMULUS Tayangan Mario Teguh

The Golden Ways

Organisme: Mahasiswa Fakultas Psikologi USU angkatan 2008-2010 Response Motivasi Pengembangan Diri

berdasarkan penjelasan teori S-O-R sebelumnya, bahwa respon yang dihasilkan bergantung pada masing-masing individu. Hasil yang diperoleh tergantung pada proses yang terjadi pada setiap mahasiswa. Apabila mahasiswa memberikan perhatian penuh kepada tayangan, kemudian menimbulkan pengertian pada dirinya, maka penerimaan akan terjadi pada dirinya terhadap tayangan. Dengan adanya penerimaan pada diri mahasiswa, maka respon ideal yang diharapkan yaitu motivasi pengembangan diri dapat diperoleh. Namun apabila ketiga variabel penting pada sikap menurut Prof. Dr. Mar’at yang telah disebutkan sebelumnya, maka respon ideal tidak akan didapatkan. Mahasiswa tidak akan merasakan peran penting tayangan Mario Teguh The Golden Ways sebagai salah satu faktor menunjang munculnya motivasi pengembangan diri.

Dengan demikian dapat dengan jelas dikatakan bahwa teori S-O-R merupakan teori yang paling relevan digunakan pada penelitian ini. Penelitian ini ingin melihat apakah tayangan Mario Teguh The Golden Ways mampu beperan sebagai stimulus aktif dalam menimbulkan motivasi pengembangan diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU angkatan 2008-2010.

Dalam dokumen dan Motivasi Pengembangan Diri Studi Ko (Halaman 34-42)

Dokumen terkait