• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumber Daya Manusia

B. Perilaku Organisasi

2. Teori Motivasi

Banyak teori tentang motivasi dan penemuan riset yang mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku dan hasilnya. Menurut Gibson (2006:95-161) teori motivasi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu: teori kepuasan dan teori proses. Teori kepuasan memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menggerakkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilaku. Teori proses menguraikan dan menganalisis bagaimana perilaku itu digerakkan, diarahkan, didukung dan dihentikan.

Maslow, teori ERG dari Aldefre dan teori dua faktor dari Hezberg dan teori kebutuhan Mc Clelland.

Rincian dari teori-teori tersebut dipaparkan sebagai berikut: a. Hirarki Kebutuhan Maslow.

Inti teori Maslow ialah bahwa kebutuhan masnusia tersusun dalam satu hierarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan tingkat yang tertinggi adalah kebutuhan perwujudan diri (self-actualization needs).

Kebutuhan-kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai berikut.

• Fisiologis: kebutuhan akan makan minum, tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit.

• Keselamatan dan keamanan (safety and security): krbutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lignkungan.

• Rasa memiliki (belongingness), sosial, dan cinta: kebutuhan akan teman afiliasi interaksi dan cinta.

• Harga diri (estems): kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.

• Perwujudan diri (self actualization): kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan maksimum penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi.

Teori maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum

mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Hal yang penting dalam teori maslow ialah bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi mereda daya motivasinya. Apabila seseorang pekerjaanya dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya motivasi lagi.

b. Teori ERG Alderfer

Aldefler setuju dengan pendapat Maslow bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan yang tersusun dalan suatu hirarki. Akan teteapi, hiraki kebutuhannya hanya meliputi tiga perangkat kebutuhan, yaitu:

• Eksistensi: ini adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, air, udara, upah dan kondisi kerja.

• Keterkaitan: ini adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan antar pribadi yang bermanfaat.

• Pertumbuhan: ini adalah kebutuhan dimana individu meras puas dengan membuat suatu kontribusi (sumbangan) yang krearif dan produktif.

Penjelasan Aldefler tentang kebutuhan berbeda dengan Maslow dalam beberapa hal. Pertama, Aldefler mengajukkan suatu kebutuhan tiga hirarki – Eksistensi (E), Keterkaitan (R), dan Pertumbuhan (G), yaitu fisiologis dan keselamatan; kebutuhan akan keterkaitan sama dengan kategori kebutuhan rasa akan memiliki, sosial, dan cinta; dan kebutuhan akan pertumbuhan sama dengan kategori harga diri dan perwujudan diri. Kedua, teori ERG dan hierarki kebutuhan

Maslow berbeda dalam cara bagaimana orang melangkah melalui rangkaian kebutuhan. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan yang tidak terpenuhi adalah kebutuhan utama, dan bahwa tingkat kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya tidak akan tergerak apabila kebutuhan utama belum dipenuhi secara wajar. Seseorang maju keatas hirarki kebutuhan, segera setelah terpenuhi tingkat kebutuhan lebih rendah. Sebaliknya, teori ERG Aldefler mengemukakan bahwa sebagai tambahan terhadap proses kemajuan pemuasan yang dikemukakan oleh Maslow, juga terjadi proses pengurangan keputusan. Yaitu, jika seseorang terus menerus terhambat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, maka kebutuhan akan keterkaitan akan muncul kembali sebagai kekuatan motivasi utama yang menyebabkan individu tersebut mengarahkan kembali upayanya menuju pemenuhan kategori kebutuhan yang lebih rendah. Jadi hambatan tersebut mengarah pada upaya pengurangan karena menimbulkan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih rendah.

c. Teori Dua Faktor dari Hezberg

Hezberg mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor ini dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan faktor yang membuat orang merasa puas (dissatisfiers-satisfiers) atau faktor-faktor motivator iklim baik atau ekstrinstik-intrinstik tergantung dari orang yang membahasa teori tersebut. Penelitian Hezberg menghasilkan dua kesimpulan khusus

mengenai teori tersebut. Pertama, ada serangkaian kondisi ekstrinstik, keadaan pekerjaan (job context), yang menghasilkan ketidakpuasan dikalangan karyawan jika kondisi tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, maka tidak perlu memotivasi karyawan. Kondisi tersebut adalah faktor-faktor yang membuat orang merasa tidak puas (dissatisfier) atau disebut juga faktor-faktor iklim baik (Hygiene factors), karena faktor-faktor tersebut diperlukan untuk mempertahankan tingkat yang paling

rendah yaitu “tidak adanya ketidakpuasan”. Faktor-faktor tersebut mencakup: • Upah • Jaminan pekerjaan • Kondisi kerja • Status • Prosedur perusahaan • Mutu supervisi

• Mutu hubungan antar pribadi diantara rekan sekerja, dengan atasan dan dengan bawahan.

Kedua, serangkaian kondisi intrinstik, isi pekerjaan (job content) yang apabila ada dalam pekerjaan tersebut akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, maka tidak akan timbul rasa ketidakpuasan yang berlebihan.

meliputi:

• Prestasi (achievment)

• Pengakuan (recognition)

• Tanggung jawab (responsibility)

• Kemajuan (advancement)

• Pekerjaan itu sendiri (the work it self)

• Kemungkinan berkembang (the possibility of growth)

Model Hezberg pada dasarnya mengasumsikan bahwa kepuasan bukanlah konsep berdimensi satu. Penelitiannya menyimpulkan bahwa diperlukan dua kontinum untuk menafsirkan kepuasan kerja secara tepat.

d. Teori kebutuhan Mc Clelland

Mc Clelland mengajuka teori motivasi yang berkaitan erat dengan konsep belajar. Mc Clelland (1962) dalam Gibson (2006:111) berpendapat bahwa banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan. Tiga dari kebutuhan yang dipelajari adalah kebutuhan prestasi (need for achievment), kebutuhan berafiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan berkuasa (need for power). Mc Clelland mengemukakan bahwa jika kebutuhan seorang sangat kuat, dampaknya ialah memotivasi orang tersebut untuk menggunakan perilaku yang mengarah ke pemuasan kebutuhannya. Sebagai contoh, seseorang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi mendorong untuk menetapkan tujuan yang penuh tantangan, dan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut serta

menggunakan keahlian dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya.

3.Dimensi Motivasi yang Digunakan Penulis

Hezberg mengemukakan dua faktor tentang motivasi yaitu a. Faktor Motivator

Ada serangkaian kondisi ekstrinstik, keadaan pekerjaan (job context), yang menghasilkan ketidakpuasaan dikalangan karyawan jika kondisi tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, maka tidak perlu memotivasi karyawan. Kondisi tersebut adalah faktor-faktor yang membuat orang merasa tidak puas (dissatisfairs) atau isebut juga faktor-faktor iklim baik (hygiene factors), karena faktor-faktor tersebut diperlukan untuk mempertahakan tingkat yang paling rendah yaitu

“tidak adanya ketidakpuasaan”. Faktor-faktor tersebut mencakup: upah, jaminan pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu supervisi, hubungan antar pribadi diantara rekan sekerja, dengan atasan dan dengan bawahan.

b. Faktor Iklim Baik

serangkaian kondisi intrinstik, isi pekerjaan (job context) yang apabila ada dalam pekerjaan tersebut akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, maka akan timbul rasa ketidakpuasaan yang berlebihan. Faktor-faktor lain dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator, yang meliputi: prestasi (achievment), pengakuan (recognition),

tanggung jawab (responsibility), kemajuan (advancement), pekerjaan itu sendiri (the work it self).

Dokumen terkait