• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

E. Profil Muallaf

67

Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Abdul Karim SA, Jakarta, tanggal 18 Maret 2008. Peserta didik

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah (YASPAK) merupakan salah satu tempat mendidik para muallaf yang kurang mendapat perhatian dari lembaga-lembaga keagamaan lain. Muallaf yang ada di Yayasan ini di sebut "pelajar".

Melihat lebih lanjut, pelajar yang ada di yayasan sosial pendidikan al-Karimiyah mayoritas berasal dari daerah yang ada di Pulau Jawa. Kondisi sosial pedesaan di Jawa memiliki pekerjaan sebagai petani. Dilihat dari letak geografisnya, Pulau Jawa adalah daerah yang potensial untuk bidang agraris, selain sebagai petani mereka bekerja sebagai pedagang, dan juga sebagai pembantu rumah tangga.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar dari pelajar di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah tidak merasakan pendidikan secara formal seperti pada umumnya, walaupun ada hanya sebagian saja yang pernah duduk di bangku sekolah. Faktor utama penyebab kurangnya pendidikan adalah faktor ekonomi yang kurang menunjang serta sarana yang tersedia kurang memadai, dikarenakan di tempat tinggal asal mereka untuk mendapatkan pendidikan sangatlah sulit berhubung situasi yang tidak memungkinkan. Ada juga diantara mereka yang tidak memperhatikan pentingnya pendidikan. Seperti dikatakan oleh Ibu Sari:

"…Saya dulu ingin sekolah, tetapi orang tua saya tidak mengijinkan untuk sekolah, karena anak perempuan nanti juga kalau sudah menikah pasti hanya kerja di dapur…"68

Dalam pendidikan formal, materi keagamaan diberikan hanya sebatas teori dengan ditambah sedikit prakteknya. Lain halnya dengan pendidikan non formal,

68

dimana pendidik banyak mengajarkan agama serta prakteknya yang diperagakan oleh pendidik. Bahkan dalam hal biayapun tidak begitu memberatkan, karena biasanya pendidik tidak menetapkan iuran-iuran wajib. Para muallaf sebelum masuk Islam mayoritas pemeluk agama Kristen, hal ini dapat dilihat pada riwayat hidup sebagai berikut:

1. Informan Ibu Sari

Ibu Sari berusia 38 tahun, ia berasal dari Karawang sebelumnya beragama Kristen dan masuk Islam ketika berusia 34 tahun. Alasan masuk Islam karena ikut-ikutan dengan teman-temannya yang beragama Islam. Pada tahun 2004 Ibu Sari mempunyai inisiatif untuk mengikuti kegiatan keagamaan dengan rutin di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah, sudah terhitung empat tahun. Pendidikan terakhirnya sebatas sekolah dasar (SD), ia tinggal bersama anaknya di rumah kontrakan. Saat ini ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk memenuhi biaya hidupnya. Dia menjalankan pekerjaannya dengan tekun, karena ia seorang janda sekaligus kepala rumah tangga. Ia merasa senang masuk Yayasan ini , karena bisa belajar dan beribadah dengan tenang bersama para muallaf lainnya.

2. Informan Sitorus

Sitorus adalah seorang yang beragama kristen berusia 35 tahun berasal dari Lampung. Mulai masuk Islam pada tahun 2005 setelah diajak temannya menghadiri suatu tempat pengajian yaitu langgar (mushollah) di Krui-Lampung. Awalnya Sitorus sudah mengalami kegelisahan dalam batinnya, bahkan lebih cenderung mengakui tentang kebenaran agama Islam. Setelah beberapa bulan

kemudian, Sitorus memutuskan untuk masuk Islam dengan membaca sahadat. Namun sahadat yang ia baca terasa masih kurang sempurna tanpa disaksikan oleh seorang ustadz, akhirnya ia meminta izin kepada keluarganya untuk pergi ke Jakarta dan mencari Yayasan yang membina para muallaf, tanpa malu-malu ia masuk ke Yayasan Sosial al-Karimiyah dengan tekad dan keinginan yang kuat untuk bisa membaca sahadat dan kenal lebih akrab dengan agama Islam. Keputusan Sitorus memeluk agama Islam mendapat restu dari keluarganya sekalipun mereka sendiri sampai saat ini masih sebagai pemeluk agama kristen. Pendidikan terakhir Sitorus sampai SMP. ia tinggal di rumah pamannya tak jauh dari yayasan. Ia seorang duda dan tidak mempunyai anak.

Pada tahun 2006 Sitorus mulai aktif mengikuti kegiatan di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah. Ia merasa senang belajar di yayasan ini karena ia merasa bisa mengenal Islam lebih jauh dan beribadah berjamaah, sehingga jiwa merasa tenang dan damai, selain itu ukhuwah Islamiyah lebih terlihat nyata saling membantu dan saling mengunjungi sesama muallaf.

3. Informan Kliwon

Bapak Kliwon berusia 45 tahun berasal dari Yogyakarta, sebelumnya ia beragama Kristen, masuk Islam pada usia 39 tahun. Alasan masuk Islam karena ia terharu mendengar tetangganya sedang mendendangkan ayat-ayat al-Qur'an bahkan lebih-lebih sampai mengeluarkan air mata. Setelah itu ia mengajak istri dan anak-anaknya untuk belajar membaca al-Qur'an dengan lagu-lagunya, walaupun secara resmi ia belum membaca sahadat dan masuk Islam.

Pada tahun 2003 Bapak Kliwon mencoba mengikuti beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah bahkan tergolong aktif. Dan sekarang ia tinggal di rumah kontrakan tak jauh dari yayasan bersama istri dan anaknya di Pondok Cabe Ilir Pamulang. Bapak Kliwon pernah merasakan pendidikan formal sampai SMA.

Bapak Kliwon bekerja sebagai karyawan PLN. Ia dikenal bertetangga sangat baik, sering memberi makan tetangganya yang tidak mampu.

Berawal Informasi dari temannya bahwa ada yayasan yang melaksanakan pembinaan kegamaan terhadap para muallaf, maka ia memutuskan untuk belajar dan mengikuti kegiatan keagamaan secara rutin di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah. Ia sangat senang karena bisa belajar tentang Islam lebih dalam dan sekaligus punya banyak teman sesama muallaf.

4. Informan Ibu Juminah

Seperti halnya ibu Sari, Ibu Juminah sebelum masuk Islam termasuk orang yang beragama kristen yang taat beribadah. Ia berasal dari Solo, masuk Islam ketika berusia 34 tahun pendidikan terakhir kelas 2 sekolah dasar (SD), sekarang ia berusia 37 tahun dan tinggal di rumah kontrakan bersama dua anaknya. Ibu Juminah hidup sebagai seorang janda. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya Ibu Juminah harus berjualan sayur. Ia bekerja keras dengan harapan dapat membiayai sekolah kedua anaknya setinggi mungkin. Alasan masuk Islam karena ia merasa jenuh dengan agama yang ia anut sebelumnya dan merasa tidak puas dengan agamanya yaitu Kristen.

Selain sebagai pedagang sayur, ia juga sebagai muallaf yang kritis tentang keyakinannya. Sebelum belajar di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah ia mengalami keragu-raguan tentang keyakinan agamanya, ia merasa bahwa semua agama tidak ada yang bisa memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Juminah bahwa "Kehidupan saya dari dulu sampai sekarang tetap saja susah".69 Setelah beberapa lama kemudian saya bertemu dengan seorang guru agama, saya bertanya, agama yang benar yang mana pak Ustadz?. Soalnya banyak orang mengatakan bahwa semua agama bagus. Pak Ustadz tersebut memberikan jawaban kepada saya bahwa semua agama bagus, tetapi tidak semua agama memberikan keselamatan dan kebahagiaan kecuali agama Islam.

Berangkat dari keragu-raguan tersebut, Ibu Juminah mencoba belajar di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah + awal tahun 2006 dan sampai sekarang ia sudah sedikit memahami tentang ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Dia merasa sangat senang bisa belajar bersama-sama dengan para muallaf lainnya untuk mempelajari agama Islam.

Dari profil di atas dapat dikatakan bahwa meskipun sebagian mereka sudah beberapa tahun memeluk agama Islam, namun mereka baru mempelajari ajaran Islam secara intensif dan memahami ajaran Islam sejak mereka mengikuti pembinaan yang diadakan di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah. Oleh karena itu, sebelumnya keimanan mereka belum mantap dan memerlukan bimbingan dalam mempelajari ajaran Islam.

5. Informan Prisilia

69

Prisilia seorang gadis warga keturunan Cina berusia 25 tahun, beragama kristen berasal dari Surabaya, pendidikan terakhir SMA. Mulai masuk Islam pada tahun 2006. Awalnya ketika bertemu dan kenal dengan pengasuh Yayasan al-Karimiyah di sebuah tempat pengajian di jawa Timur. Prisilia masuk Islam karena terpengaruh oleh saudara kandungnya sendiri yang lebih dulu memeluk agama Islam begitu rajin dalam bribadah dan taat kepada agamanya. Walaupun kedua orang tuanya beragama Kristen, namun Prisilia merasakan ada kebahagiaan tersendiri di dalam agama Islam.

Pada awal tahun 2007, Prisilia memutuskan merantau ke Jakarta untuk belajar tentang agama Islam di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimyah. Setelah mendapat bimbingan dari pembimbing, maka hatinya semakin yakin dan tergugah bahwa dirinya benar-benar mendapat hidayah dari Tuhan. Kemudian di Yayasan ini ia dibimbing secara terus menerus untuk mengenal lebih jauh tentang ajaran Islam. Ia sekarang merasa bahagia dengan agama Islam dan senang tinggal di Yayasan ini.

6. Informan Agustina

Agustina berusia 28 tahun adalah seorang yang beragama kristen juga termasuk gadis warga keturunan Cina yang tinggal di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah. Ia berasal dari Bekasi Jati Bening 1 Jakarta Timur. Pendidikan terakhir S1 di Universitas Kristen Indonsia (UKI) Jakarta Timur.

Sifat dasar Agustina yang pembelajar dan gemar membaca membuat Agustina penasaran dengan sebuah VCD yang diterbitkan oleh Forum Peduli Pemurtadan yang memuat sebuah kesaksian seorang mantan biarawati Hj. Irene

Handono. Hal ini kemudian menimbulkan gejolak pertentangan batin dan keinginan untuk mempelajari dan mendalami lebih jauh agama Kristen dan agama Islam. Secara diam-diam Agustina mempelajari agama Islam dan mulai membanding-bandingkan dengan agama yang ia anut. Pada bulan Pebruari tahun 2008, sekalipun tanpa restu keluarganya, Agustina memutuskan masuk Islam di bawah bimbingan Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah dan ia merasakan ketenangan dengan agama barunya yaitu agama Islam.

Dokumen terkait