• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad dan Charlemagne

Dalam dokumen capita selecta m natsir jilid i1 (Halaman 45-49)

NOPEM BER 1938.

Ditengah ber-matjam2 tuduhan dan tjelaan jang dilemparkan oleh

mereka jang sontok fikiran dan ta'assub agama terhadap Islam dan Rasulnja Saidina Muhammad s.a.w., terdengarlah suatu suara dari

kalangan jang sesungguhnja tidak di-sangka2, jang amat berlainan,

bahkan boleh dikatakan berlawanan sangat dengan apa jang sudah biasa didengarkan oleh kaum Muslimin dari kalangan Nasrani dan „ netral-agama" selama ini. Suara itu bukanlah satu suara jang terbit dari hati jang chizid dan dengki, bukan pula terpengaruh oleh salah satu keta'assuban agama, melainkan terbit dari satu penjelidikan dan pemeriksaan jang lama, teliti dan adil serta dengan keberanian

menentang dan membongkar apa2 jang selama ini dianggap orang

banjak sebagai satu kebenaran jang berdasar kepada ilmu-penge- tahuan jang tidak perlu dibanding lagi.

Ialah suara jang diserukan oleh seorang jang berhak menamakan dirinja ahli, dan memang diakui demikian, jakni Pro/ . Henti Pirenne

bekas Profesor pada universitet di Gent, anggota dari „ l'Academie

Royale de Belgique" , dalam kitabnja ,JMahomet et Charlemagne" .

Dengan membawakan alasan riwajat jang lenglap, didorong pula oleh keberanian mengemukakan kebenaran, Prof. Pirenne memper- bandingkan dua orang pahlawan jang meninggalkan bekas dalam riwajat dunia, jakni: Muhammad s.a.w. dan Charlemagne.

Permulaan Zaman Pertengahan.

Adapun jang djadi pokok perbintjangannja ialah masalah „ permu-

laan Zaman -Tengah" . Sebagaimana kita ketahui, umum orang

menganggap bahwa permulaan ,,Zaman-Tengah ialah diwaktu Ke- radjaan Roma Barat djatuh kedalam tangan bangsa Djerman pada achir abad ke 5. Idjma' semua ulama tarich tentang ini, pun begitu djuga jang kita peladjari dibangku sekolah.

Paham inilah jang dibongkar oleh Henri Pirenne, Dimulainja

untuk menentukan batasnja Zaman-Purbakala dengan Zaman- Tengah ? Dibentangkannya dengan djelas bahwa djatuhnja Kera- djaan Roma Barat ketangan bangsa Djerman tidaklah membawa perubalian2 besar. Betul kepala2 dari bangsa Djermania telah men-

duduki singgasana radja2 Rumawi, akan tetapi sekedar pertukaran

orang jang duduk itulah hanja perubahan jang datang. Perekono-

mian, perdagangan, peradaban, kesenian dan keagamaan tetap se-

bagaimana sediakala.

Dengan amat tepat Prof. Pirenne memperbandingkan kedatangan bangsa Djermania dengan kedatangan bangsa Arab. Setelahnja bangsa Djermania dapat menduduki singgasana Rumawi, dan sete- lah semua perkelahian dan peperangan dihabisi, maka bangsa jang mendapat kemenangan itu bertukar sifat dan peradabannja dengan sifat dan peradaban bangsa jang ditaklukkan, dan mereka hilanglah

ber-angsur2 se-olah2 diisap oleh masjarakat Rumawi untuk mene-

ruskan peradaban Rumawi lama itu.

,,Le Germain se romanise des qu'il entre dans La Romania. Le Romain au contraire s'arabise des qu'il est conquis par l'Islam",

„ Orang Djermania djadi Rumawi setelahnja dia masuk kenegeri

Roma, sebaliknja orang Rumawi mendjadi ke-Araban setelahnja

dia ditaklukan Islam,

Demikianlah perbandingan pendek tetapi tepat sekali; jang dibe- rikan oleh ahli riwajat tersebut antara kedua sifat penaklukan ini.

„ Dengan masuknja Agama Islam, timbullah satu dunia jang ba-

haru disekitar Laut Tengah, jang tadinja berpusat kekota Roma

sebagai sumber peradaban dan kebudajaan. Sampai kemasa kita se-

karang ini, — demikian Pirenne meneruskan keterangannja —, ma-

sih tetap ada perpetjahan dengan masuknja Islam ke Eropah Selatan ini. Semendjak itulah Laut Tengah mendjadi pertemuan dari dua

kebudajaan jang berlainan dan bertentangan, sebagai pertemuan

dua barisan lasjkar peperangan dibarisan depan."

„ Lautan Tengah jang tadinja mendjadi „ hoofdkwartier" dari ke- agamaan dan peradaan Barat, semendjak itu mendjadi „ front" di-

gelanggang perdjuangan. Dengan kedatangan Islam, petjahlah

benteng jang kokoh selama ini."11)

Benteng Agama dan Keimanan.

Ada atu hal lagi jang harus mendapat penjelidikan lebih djauh dalam hal ini. Bangsa Djermania jang menjerbu ke Rumawi itu, jang bilangannja lebih besar dari orang Islam jang menjerbu nantinja, tidak dapat menaklukkan ruhani bangsa Rumawi itu, walaupun ke- kuatan djasad dan kekuatan material lain2 ketika itu ada ditangan

bangsa Djermania itu. Malah sebaliknja bangsa Djermania itulah jang ditelan oleh bangsa jang ditaklukkan itu, seperti diterangkan diatas.

Kenapakah bangsa Arab jang membawa Agama Islam tidak de- mikian halnja setelah berhadapan dengan bangsa Rumawi itu ? Ha-

nja satu djawabnja pertanjaan ini, jakni: Orang Djermania masuk

dengan sendjata pedang dan kekerasan djasad se-mata*, sedang

orang Islam masuk dengan sendjata-djasmani jang didampingi oleh sendjata-ruhani.

Bagi orang Islam bilamana djihad djasmani telah selesai dan se-

mua sendjata telah diletakkan, disana dimulainjalah djihad-ruhani

jang mempunjai taktik strategi, tjara2 dan sendjata jang tersendiri

pula.

Maka akan kalahlah satu kaum jang tidak atau lemah „ sendjata-

ruhani" -nja ini, walau mereka telah duduk diatas singgasana ke-

kuasaan sekalipun.

„ Oleh bangsa Djermania tidaklah ada satu sendjata apapun jang

dapat dimadjukannja penangkis Agama Kristen Rumawi, tetapi

bangsa Arab mempunjai kekuatan semangat jang ber-kobar* dari satu keimanan jang baharu.'"12)

Sendjata ruhani inilah jang menjebabkan kita orang Timur, jang walaupun bagaimana hebatnja ditindas oleh bangsa Barat, tapi tetap tidak dapat dihantjur-leburkannja kebudajaan dan peradaban kita oleh orang Barat itu sampai sekarang.

Tetapi orang Baratpun sekarang mempunjai kedua matjam sen- djata itu pula, jakni sendjata-djasmani dan..., sendjata-ruhani jang

berupa agama. Maka akan lebih2 hantjur-leburlah satu bangsa apa-

bila disamping mereka tidak mempunjai kekuatan djasad, sudah hilang pula sendjata-ruhani jang ada dalam dada mereka, sebagai- mana orang Djermania hantjur-lebur ditelan kebudajaan Rumawi dalam riwajat itu.

Charlemagne.

Dimanakah terletaknja kebesaran Charlemagne itu ? Tak lain ialah lantaran Radja jang besar ini mafhum bahwa sendjata ruhani tak dapat ditaklukkan dengan pedang terhunus, akan tetapi harus dilawan dengan sendjata ruhani pula. Maka dikerahkannjalah lasj- karnja menahan serangan Islam, tidak sadja dengan menghadapi tentara Islam dimedan perang tetapi djuga dengan menjusun organi- sasi pengeristen-ari jang teratur. Didirikannja pendidikan2 Kristen,

diperintahkannja rakjatnja memeluk Agama Kristen dengan sele- kasnja, malah kalau perlu dengan paksa !

Sed jak itulah baru boleh disebutkan ada perubahan besar di Dunia Barat, dan disaat itulah mulainja Zaman-Tengah, — demikian pen- dapat Prof. Henri Pirenne. Ditutupnja pemandangannja tentang ini dengan : „ II est donc rigoureusement vraie de dire que sans Ma- homet Charlemagne est inconcevable". „ Oleh karena itu adalah satu kebenaran, jang tak dapat dibantah lagi bahwasanja kalau sekiranja

tak adalah Muhammad, tak dapatlah dibajangkan akan adanja

Charlemagne...!"

Agak berlainan terdengarnja pendapat jang berdasarkan penjeli- dikan jang djudjur dan penuh keberanian jang dikemukakan oleh seorang ahli tarich seperti Henri Pirenne ini, dari suara2 jang kerap

kali terdengar oleh kita dari pihak muarrich2 selama ini.

9. PEMANDANGAN TENTANG „ BUKU2 ROMAN".

Dalam dokumen capita selecta m natsir jilid i1 (Halaman 45-49)