• Tidak ada hasil yang ditemukan

Multiplier Tipe I dan II

Dalam dokumen DAMPAK TENAGAA TEKSTIL (Halaman 36-44)

METODE PENELITIAN

4. Multiplier Tipe I dan II

Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan dan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena

adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Dampak Awal (initial impact).

Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan jumlah dalam suatu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan tenaga kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi). Sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei).

b) Efek Putaran Pertama (First Round Effect).

Efek putaran pertama menunjukan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input output/aij). Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan (∑aijpj) menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja (∑aijej) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

c) Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect).

Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

d) Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect).

Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalihkan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

e) Efek Lanjutan (Flow-on-Effect).

Efek lanjutan merupakan efek (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

Hubungan antara efek awal dengan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II, sebagai berikut:

a) Pengganda Output Tipe I (Sederhana)

Pengganda output tipe I bertujuan untuk mengetahui hingga sejauh mana pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu

wilayah atau negara terhadap output sektor lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dimana:

MXSI = pengganda output tipe I sederhana sektor ke-j αij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka b) Pengganda Output Tipe II (Total)

Pengganda Output Tipe II bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah atau negara terhadap output sektor lain, baik secara langsung maupun induksi. Ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dimana:

MXSII = pengganda output tipe II sederhana sektor ke-j αij = unsur matriks kebalikan Leontief tertutup c) Pengganda Pendapatan Tipe I

Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut: ∑

Dimana:

MIj = pengganda pendapatan tipe I sektor ke-j αij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka

= Koefisien input gaji/rumah tangga sektor j

d) Pengganda Pendapatan Tipe II

Pengganda Pendapatan Tipe II selain untuk menghitung pengaruh langsung dan dan tidak langsung juga menghitung pengaruh induksi. Rumusnya

adalah:

Dimana:

MIIj = pengganda pendapatan tipe II sektor ke-j αij = unsur matriks kebalikan Leontief tertutup

= Koefisien pendapatan tangga sektor j

e) Pengganda Tenaga Kerja Tipe I

Berubahnya kesempatan kerja yang terjadi pada sektor tersebut dan sektor yang lainnya akibat penambahan permintaan akhir dari suatu sektor sebesar satu satuan secara langsung dan tidak langsung. Rumusnya:

Dimana:

MLIj = pengganda tenaga kerja tipe I sektor ke-j

W = vektor baris koefisien tenaga kerja (orang/satuan rupiah) W = (Wn=1, Wn+1,2…, Wn=1,n)

W = koefisien pendapatan tangga sektor i (orang/satuan rupiah) W = koefisien pendapatan tangga sektor j (orang/satuan rupiah) Xi = total input (satuan rupiah)

Li = komponen tenaga kerja sektor ke-i = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka

f) Pengganda Tenaga Kerja Tipe II

Pada bagian pengganda tenaga kerja tipe II sudah diperhitungkan pengaruh dari efek induksi. Dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

MLIIj = pengganda tenaga kerja tipe II sektor ke-j

W = vektor baris koefisien tenaga kerja (orang/satuan rupiah) W = (Wn=1, Wn+1,2…, Wn=1,n)

W = koefisien pendapatan tangga sektor i (orang/satuan rupiah) W = koefisien pendapatan tangga sektor j (orang/satuan rupiah) Xi = total input (satuan rupiah)

Li = komponen tenaga kerja sektor ke-i = unsur matrik kebalikan Leontief tertutup

g) Koefisien Pendapatan ( )

Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan diperlukan untuk mencari dampak perubahan input primer terhadap pembentukan pendapatan . Dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

= koefisien pendapatan sektor i Ui = jumlah upah dan gaji sektor i Xi = jumlah input total sektor i h) Koefisien Tenaga Kerja (β)

Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja diperlukan untuk mencari dampak perubahan input primer terhadap pembentukan tenaga kerja. Dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

= koefisien tenaga kerja sektor i Li = jumlah tenaga kerja sektor i Xi = jumlah input total sektor i

Analisis Dampak Investasi Terhadap Sektor Industri TPT

Dalam Penelitian ini, analisis dampak investasi dilakukan dengan memberikan

shock pada bagian investasi sektor industri TPT. Kemudian untuk melihat dampak yang lebih rinci, maka sektor industri TPT didisagregasi kembali menjadi beberapa subsektor. Dalam penelitian ini diasumsikan nilai investasi sebesar Rp23 926 miliar yang dialokasikan secara merata pada setiap subsektor industri TPT. Nilai Investasi tersebut berasal dari total PMA dan PMDN tahun 2008-2012. Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis dampak investasi adalah sebagai berikut (Miller dan Blair dalam Maryadi, 2007)

1. Dampak terhadap pembentukan output. ∆X I A ∆Y

2. Dampak terhadap pendapatan rumah tangga. ∆I α I A ∆Y

3. Dampak terhadap penyerapan tenaga kerja.

Dimana:

Δ X = dampak terhadap pembentukan output Δ I = dampak terhadap pendapatan rumah tangga Δ L = dampak terhadap penyerapan tenaga kerja ΔY = investasi sektoral

α = koefisien pendapatan = koefisien tenaga kerja

(I-Ad)-1= matriks kebalikan Leontief tertutup.

Agregasi Tabel Input-Output Indonesia

Data yang digunakan dalam pengolahan adalah data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor. Data subsektor industri TPT pada Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor hanya terdiri dari dua subsektor yaitu subsektor industri pemintalan dan subsektor industri tekstil pakaian dan kulit. Sedangkan dalam pengolahan data subsektor industri TPT harus terperinci menjadi lima subsektor yaitu subsektor industri serat (fiber), subsektor industri pemintalan benang (yarn), subsektor industri kain (fabric), subsektor industri pakaian jadi (garment), dan subsektor industri tekstil lainnya (other textile).

Maka dari itu dalam pengolahan datanya membutuhkan data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 klasifikasi 66 sektor karena pada tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 klasifikasi 175 sektor, sektor industri TPT terdiri dari enam subsektor yaitu: (1) subsektor industri serat (fiber), (2) subsektor industri pemintalan benang (yarn), (3) subsektor industri kain (fabric), (4) subsektor industri pakaian jadi (garment), (5) subsektor industri tekstil lainnya (other textile), (6) subsektor industri kulit dan hasilnya. Berikut tahapannya dalam memperoleh data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 dengan subsektor industri TPT yang lebih terperinci:

1. Pada Tabel Input Output Indonesia tahun 2005 Klasifikasi 175 sektor diagregasi menjadi 19 sektor. Sedangkan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor diagregasi menjadi 15 sektor. Data yang terkait subsektor industri TPT tidak diagregasikan, sedangkan data sektor lainnya diagregasi sesuai dengan ketersedian data seperti yang terlihat pada Tabel 6.

2. Setelah semuanya diklasifkasikan, maka pada Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 dihitung koefisien input teknis setiap sektor termasuk subsektor industri TPT itu sendiri dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: = koefisien input teknis

= banyaknya input antara yang berasal dari sektor i yang digunakan oleh sektor j.

Tabel 6 Pengklasifikasian Tabel Input-Output

Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 66 sektor

Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 175 sektor

Pertanian Pertanian Pertambangan dan Penggalian lainya Pertambangan dan Penggalian lainya

Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Pemintalan

Industri Serat (Fiber)

Industri Pemintalan Benang(Yarn) Industri Tekstil, Pakaian, dan Kulit Industri Kain (Fabric)

Industri Pakaian Jadi (Garment) Industri Tekstil Lainnya (Other Textile) Industri Kulit dan Hasilnya

Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya Industri Kimia, Karet, dan Plastik Industri Kimia, Karet, dan Plastik

Industri Besi, Baja, dan Logam Industri Besi, Baja, dan Logam Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan Industri Bahan Bangunan, dan lainnya Industri Bahan Bangunan dan lainnya Listrik dan Air Minum Listrik dan Air Minum

Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa Agkutan dan Komunikasi Jasa Agkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa dan Kegiatan Lainnya Jasa dan Kegiatan Lainnya

3. Kemudian pada Tabel 7 nilai koefisien input teknis setiap sektor pada Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 dikalikan dengan nilai uang arus barang (kab) setiap sektor pada Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 yang sudah diagregasi.

x

Keterangan: = nilai uang arus barang dari sektor a ke sektor b pada Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008

kab = nilai uang arus barang dari sektor a ke sektor b pada Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008

= nilai koefisien input teknis pada Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005

Tabel 7 Nilai Koefisien Input Teknis dan Nilai Uang Arus Barang

Tahun 2008 Tahun 2005 Tahun 2008 k14 a14 y14= k14 x a14 a15 y15= k14 x a15 k15 a16 y16= k15 x a16 a17 y17= k15 x a17 a18 y18= k15 x a18 a19 y19 = k15 xa19

Keterangan: k14 = nilai uang arus barang industri pemintalan

k15 = nilai uang arus barang industri tekstil, pakaian, dan kulit a14 = nilai koefisien input teksnis industri serat

a15 = nilai koefisien input teksnis industri pemintalan benang a16 = nilai koefisien input teksnis industri kain

a17 = nilai koefisien input teksnis industri pakaian jadi a18 = nilai koefisien input teksnis industri tekstil lainnya a19 = nilai koefisien input teksnis industri kulit dan hasilnya y14 = nilai uang arus barang industri serat

y15 = nilai uang arus barang industri pemintalan benang y16 = nilai uang arus barang industri kain

y17 = nilai uang arus barang industri pakaian jadi y18 = nilai uang arus barang industri tekstil lainnya y19 = nilai uang arus barang industri kulit dan hasilnya

4. Setelah dilakukan perkalian maka pada Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 sudah terperinci setiap subsektor industri TPT sehingga bisa langsung diolah ke tahap selanjutnya seperti yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Input-Output Agregasi 19 Sektor

Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 66 sektor

Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 175 sektor

Pertanian Pertanian

Pertambangan dan Penggalian lainya Pertambangan dan Penggalian lainya Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Serat (Fiber) Industri Serat (Fiber)

Industri Pemintalan Benang(Yarn) Industri Pemintalan Benang(Yarn) Industri Kain (Fabric) Industri Kain (Fabric)

Industri Pakaian Jadi (Garment) Industri Pakaian Jadi (Garment) Industri Tekstil Lainnya (Other Textile) Industri Tekstil Lainnya (Other Textile) Industri Kulit dan Hasilnya Industri Kulit dan Hasilnya

Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya Industri Kimia, Karet, dan Plastik Industri Kimia, Karet, dan Plastik

Industri Besi, Baja, dan Logam Industri Besi, Baja, dan Logam

Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008

Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan Industri Bahan Bangunan dan lainnya Industri Bahan Bangunan dan lainnya Listrik dan Air Minum Listrik dan Air Minum

Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa Agkutan dan Komunikasi Jasa Agkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa dan Kegiatan Lainnya Jasa dan Kegiatan Lainnya

Definisi Operasional Data 1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Tekstil secara umum diartikan sebagai bahan pakaian atau kain. Namun dilihat dari kegunaannya, tekstil tidak hanya untuk pakaian saja tetapi juga dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga, industri atau kegunaan lainnya seperti untuk kain kasur, gorden, taplak meja, kain mebel, tas, koper, parasut, kain layar, kain jok mobil atau kap mobil, ban, pipa atau slang untuk minyak dan pemadam kebakaran, dan lain-lain. Tekstil berasal dari bahasa latin, yaitu texere yang berarti menenun atau kain tenun. Tekstil diartikan sebagai (1) suatu benda yang dibuat dari benang yang kemudian dari benang tersebut dijadikan kain sebagai bahan untuk pakaian, (2) suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang karena dianyam (ditenun) atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa, untuk menjadi bahan pakaian atau untuk keperluan lainnya (Djafrie dalam Junaedi, 2007).

Pengklasifikasian TPT dilakukan bergantung pada tujuan penggunaan TPT itu sendiri sehingga menimbulkan beberapa cara dalam mengklasifikasinya. Pada saat ini, masih ada 2 (dua) jenis klasifikasi yang berbeda sekali, yaitu klasifikasi berdasarkan produk atau industri dan berdasarkan perdagangan. TPT berdasarkan produk atau industri terdiri dari :

Dalam dokumen DAMPAK TENAGAA TEKSTIL (Halaman 36-44)

Dokumen terkait