• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK TENAGAA TEKSTIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK TENAGAA TEKSTIL"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

D

 

DAMPAK

KERJ

K INVEST

JA SEKTO

T

DE

FAKULT

IN

TASI TER

OR INDU

EKSTIL

JAJ

EPARTEM

TAS EKO

STITUT P

 

RHADAP

USTRI TE

(TPT) IN

JANG AR

MEN ILMU

ONOMI DA

PERTANI

BOGOR

P PENYE

EKSTIL D

NDONESI

RIF

U EKONO

AN MANA

IAN BOGO

ERAPAN

DAN PRO

IA

OMI

AJEMEN

OR

TENAGA

ODUK

A

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Jajang Arif

(4)

ABSTRAK

JAJANG ARIF. Dampak Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia. Dibimbing oleh ALLA ASMARA.

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu komoditi andalan industri manufaktur dalam penyerapan tenaga kerja. Namun tuanya umur mesin menjadi salah satu isu utama dalam industri TPT di Indonesia. Melalui investasi pada industri TPT diharapkan mampu memberikan arah bagi penyerapan tenaga kerja di industri TPT Indonesia. Metode yang digunakan adalah Analisis Input-Output (I-O). Melalui investasi sebesar Rp23 926 miliar di seluruh subsektor industri TPT, hasil yang diperoleh menunjukan bahwa subsektor industri pakaian jadi (garment) berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja.

Kata Kunci: Investasi, Tenaga Kerja, Analisis Input-Output

ABSRACT

JAJANG ARIF. Investment Impact Analysis Of Manpower Absorption Textile and Textile Products in Indonesia. Supervised by ALLA ASMARA.

Textiles and Textile Products is one of the commodity in manufacturing industry to labor absorbtion. However the age of machine became one of the main issues in the textile and textile products in Indonesia. A bit awkward re-arrange invesment in the textile and textile products are expected labor absorption textile and textile products in Indonesia. The method used for analytical is Input-Output Analysis. A bit awkward re-arrange the sentence 23 926 billion rupiah all of sub-sectors of textile and textile products, the result obtained show that the sub-sector clothing (garment) industry have a major impact on employment

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DAMPAK INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA

KERJA SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK

TEKSTIL (TPT) INDONESIA

JAJANG ARIF

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Dampak Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia

Nama : Jajang Arif NIM : H14090002

Disetujui oleh

Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Dampak Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk menganalisis dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri TPT Indonesia.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Tanu, Ibu Een Suhaenda, serta kakak adik dari penulis Bubun Buniawan dan Elisa, atas segala doa, motivasi, dan dukungan baik moril maupun materil bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Alla Asmara, S.Pt, M,Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan arahan dan bimbingan baik secara teknis, teoritis, maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen penguji utama dan Laily Dwi Arsyanti, M.Sc

selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

4. Teman-teman satu bimbingan Ardhi Harry Subekti, Puspita Mega Lestari Efendi, Stania Cahaya Suci dan Almira Rosalina yang telah menjadi partner diskusi dan teman berbagi suka duka dalam penyusunan skripsi ini.

5. Sahabat penulis anggota Pakuan Teguh, Syafira Heryantiari Putri serta teman-teman Ilmu Ekonomi 46 yang selalu memberikan keceriaan, masukan, dan semangat kepada penulis.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Juni 2013 Jajang Arif

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup 6 TINJAUAN PUSTAKA 8

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) 8

Investasi 9

Analisis Input-Output 13

Struktur Tabel Input-Output 14

Kerangka Analisis 15

Penelitian Terdahulu 16

Kerangka Pikir Operasional 17

METODOLOGI PENELITIAN 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Analisis Model Input-Output 19

Analisis Dampak Investasi Pada Sektor Industri TPT 28

Agregasi Tabel Input-Output Indonesia 29

Definisi Operasional Data 32

GAMBARAN UMUM 34

Sejarah Industri TPT di Indonesia 34 Perkembangan Investasi Industri TPT di Indonesia 36 Perkembangan Sektor Industri TPT di Indonesia 40 PEMBAHASAN 47 Peran Sektor Industri TPT Terhadap Perekonomian Indonesia 47

Analisis Keterkaitan 55

Analisis Dampak Penyebaran 58

Analisis Penggandaan (Multiplier) 60

Analisis Dampak Investasi Pada Sektor Industri TPT 63

SIMPULAN DAN SARAN 70

Simpulan 70

Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 71

LAMPIRAN 74

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan Realisasi Investasi (PMA dan PMDN) Industri

Pengolahan Tahun 2008-2012 (Miliar Rupiah) 5

2 Model Input-Output 14

3 Penelitian Terdahulu 17

4 Data dan Sumber Data yang Digunakan 19

5 Rumus Pengandaan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja 24 6 Pengklasifikasian Tabel Input-Output 30 7 Nilai Koefisien Input Teknis dan Nilai Arus Barang 31

8 Input-Output Agragasi 19 Sektor 31

9 Persentase Peran Masing-Masing Sektor Terhadap PDB Industri

Non Migas 40

10 Struktur Permintaan Perekonomian Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah) 48 11 Struktur Konsumsi Perekonomian Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah) 50 12 Struktur Investasi Perekonomian Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah) 51 13 Struktur Ekspor Impor Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah) 52 14 Struktur Nilai Tambah Bruto Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah) 53 15 Struktur Output Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah) 55 16 Keterkaitan Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 56 17 Dampak Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun

2008 59 18 Nilai Multiplier Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008 61

19 Perkembangan Realisasi Investasi (PMDN) Industri Pengolahan

Tahun 2008-2012 (Miliar Rupiah) 63

20 Dampak Investasi yang Dialoksikan Secara Merata pada Masing-Masing Subsektor Industri TPT Terhadap Output,

Pendapatan, dan Tenaga Kerja 64

21 Dampak Investasi Sektor Industri TPT terhadap Output (Juta Rupiah) 66 22 Dampak Investasi Sektor Industri TPT terhadap Pendapatan 67 23 Dampak Investasi Sektor Industri TPT terhadap 69

DAFTAR GAMBAR

1 Peran Sektor Terhadap PDB Atas Harga Konstan 2000, Tahun 2008-2012 1 2 Jumlah Tenaga Kerja Basis Industri Manufaktur Tahun 2006-2010 3 3 Jumlah Mesin Industri TPT Usia 20 Tahun (Persen) 4 4 Pohon Industri TPT

5 Hubungan Tingkat Suku Bunga, dan Investasi 11

6 Model Harrod Domar 12

7 Kerangka Pemikiran Operasional 19

8 Persentasi Realisasi Investasi PMA dan PMDN Industri TPT 39

9 Pohon Industri TPT 41

(11)

(Unit Usaha) 42 11 Perkembangan Jumlah Perusahaan Subsektor Industri TPT Tahun

2006-2010 (Unit Usaha) 42

12 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri TPT Tahun

2006-2010 (Orang) 43

13 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor Industri TPT Tahun

2006-2010 (Orang) 44

14 Perkembangan Nilai Produksi Industri TPT Tahun 2006-2010

(Juta Rupiah) 44

15 Perkembangan Nilai Produksi Subsektor Industri TPT Tahun

2006-2010 (Juta Rupiah) 45

16 Perkembangan Nilai Tambah Industri TPT Tahun 2006-2010

(Juta Rupiah) 46

17 Perkembangan Nilai Tambah Subsektor Industri TPT Tahun 2006-2010

(Juta Rupiah) 44

18 Perkembangan Net Ekspor Industri TPT (Ribu US$) 45 19 Kuadran Keterkaitan Sektor Perekonomian Indonesia 57 20 Kuadran Penyebaran Sektor Perekonomian Indonesia 60

DAFTAR LAMPIRAN

1 Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun

2005 Berdasarkan Hasil Agregasi 74

2 Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor industri merupakan mesin pembangunan ekonomi nasional. Selain kapasitas modal yang ditanamkan sangat besar, industri juga mampu menyerap tanaga kerja yang besar serta mampu menciptakan nilai tambah dari setiap output yang dihasilkan. Di Negara Indonesia, sektor industri menunjukan perannya yang semakin tinggi, sehingga menyebabkan perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri secara perlahan. ini terlihat dari menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sehingga transformasi struktur ekonomi Indonesia yang semula pertanian tidak dapat dihindarkan, karena kesadaran akan keterbatasan sektor primer (pertanian) yang selama ini mendominasi perekonomian indonesia.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2012

Gambar 1 Peran Sektor Terhadap PDB Atas Harga Konstan 2000, Tahun 2008-2012 Berdasarkan Gambar 1, sektor industri pengolahan merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai tambah yang dominan serta laju pertumbuhannya lebih besar dibandingkan sektor lainnya. Secara berturut-turut dari tahun 2008-2012 kontribusinya di atas 25 persen dari PDB total yang pada tahun 2008 mencapai Rp 557 triliun, tahun 2009 mencapai Rp 570 triliun, tahun 2010 mencapai Rp 597 triliun, tahun 2011 mencapai Rp 633 triliun, tahun 2012 mencapai Rp 670 triliun. Sedangkan sektor industri kontribusinya terhadap PDB hanya dibawah 15 persen.

0 5 10 15 20 25 30 2008 2009 2010 2011 2012 Ko ntribu si Ter had ap PDB (Persen ) Tahun

Pertanian, Peternakan, Keh utanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

(14)

Dalam rangka mendorong pertumbuhan industri pada tahun 2010-2014, kementerian perindustrian menyusun program kerja dan kegiatan yang tertuang dalam rencana pengembangan industri nasional dengan mengacu pada kebijakan nasional (Perpes No.28 Tahun 2008) yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM pertama, maka RPJM kedua (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan dayasaing perekonomian. Menurut laporan kementerian perindustrian tahun 2004-2012 yang menjadi sasaran pembangunan RPJM tahun 2010-2014 adalah pertumbuhan ekonomi rata-rata 6.3-6.8 persen, tersediannya kesempatan kerja sebanyak 9.6 juta orang, serta pertumbuhan industri pengolahan non migas rata-rata 6.1-6.7 persen.

Arah pembangunan industri tersebut dijalankan untuk mencapai visi pembangunan jangka panjang tahun 2025 yaitu “Membawa Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Dunia”. Visi pembangunan jangka panjang 2025 tersebut kemudian diturunkan ke dalam visi jangka pendek tahun 2014 yaitu “Pemantapan Dayasaing Basis Industri Manufaktur Yang Berkelanjutan Serta Terbangun Pilar Industri Andalan Masa Depan”. Basis industri manufaktur terdiri dari beberapa kelompok industri yaitu:

1. Industri material dasar yang terdiri dari: industri besi dan baja; industri semen; industri petrokimia; industri keramik.

2. Industri permesinan yang meliputi: industri peralatan listrik dan mesin listrik; industri mesin dan peralatan umum.

3. Industri manufaktur padat tenaga kerja merupakan penghasil produk sandang, pangan, bahan bangunan, kesehatan dan obat, dan sebagainya yang meliputi antara lain: industri tekstil dan produk tekstil (TPT); industri alas kaki; industri farmasi dengan bahan baku dalam negeri.

Industri TPT adalah salah satu industri perintis dan tulang punggung manufaktur Indonesia. Posisi strategis industri ini semakin tampak nyata jika ditinjau dari sisi kontribusinya terhadap perekonomian khususnya dalam bentuk pendapatan ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Bahkan jika mencermati periode sekitar 20 tahun yang lalu perkembangan kinerja industri tekstil menunjukkan masa keemasannya, dimana pada saat itu industri ini mampu menyumbang lebih dari 35 persen dari total ekspor manufaktur dan penciptaan lapangan kerja terbesar di sektor manufaktur (Kemenperin, 2011).

Berdasarkan laporan kementerian perindustrian 2004-2012, pertumbuhan industri TPT cukup signifikan. Setelah mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2008-2009 akibat dampak krisis finansial global, kini dapat tumbuh di atas 4 persen. Sampai dengan periode Januari-April 2011 secara kumulatif ekspor TPT Indonesia meningkat. Ekspor rata-rata meningkat menjadi US$ 4.53 milyar. Peningakatan ekspor terbesar terjadi pada kelompok produk serat tekstil dan lainnya sebesar US$ 259.69 juta.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia yang mengalami perbaikan ekonomi yang cukup kuat pasca krisis 2008-2009. PDB Indonesia tahun

(15)

2012 tumbuh 6.23 persen sebagian besar didukung oleh kuatnya permintaan domestik terutama pada kelompok konsumsi rumah tangga. Kuatnya daya beli masyarakat mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga yang berdampak positif terhadap permintaan kebutuhan akan produk akhir, salah satunya produk akhir dari industri TPT (Kemenperin, 2011).

Rumusan Masalah

Industri TPT mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja di basis industri manufaktur. Berdasarkan Gambar 2, industri TPT sangat dominan dalam menyerap tenaga kerja dari tahun 2006-2010 dimana pada tahun 2006 jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri TPT sebesar 1.15 juta orang, pada tahun 2007 sebesar 1.07 juta orang. Akan tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan dalam menyerap tenaga kerja namum tetap dominan dibandingkan sektor lainnya sebesar 0.98 juta orang, pada tahun 2009 sebesar 0.96 juta orang, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan dalam menyerap tenaga kerja sebesar satu juta orang.

 

Sumber: Kemenperin, 2010

Gambar 2 Jumlah Tenaga Kerja Basis Industri Manufaktur Tahun 2006-2010

Industri TPT diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah pengangguran dan pemerataan pendapatan yang terjadi di Indonesia. Perkembangan sektor industri TPT merupakan gambaran adanya saling keterkaitan antar sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan kesejahteraan masyarakat didukung juga oleh pertumbuhan sektor industri TPT, sehingga dapat menjadi tolak ukur bagi keberhasilan sektor tersebut dalam mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. Sesuai dengan sasaran dalam RPJM 2010-2014 yaitu tersedianya kesempatan kerja sebesar 9.6 juta orang, maka

0 200 400 600 800 1,000 1,200 2006 2007 2008 2009 2010 Jum lah Ten ag a Ker ja ( R ib u Or an g) Tahun

Industri baja dan besi

Industri semen

Industri petrokimia

Industri keramik

Industri perelatan dan mesin listrik

Industri TPT

Industri alas kaki

(16)

sektor industri TPT menjadi tulang punggung basis industri manufaktur dalam menyerap tenaga kerja.

Namun bukan berarti industri TPT tidak mengalami hambatan dalam menyerap tenaga kerja, tuanya umur mesin menjadi salah satu isu utama dalam industri TPT di Indonesia. Penggunaan mesin yang overcapacity pada masa puncak produksi pada dasawarsa 1980-an menyebabkan mesin-mesin mengalami penurunan produktivitas. Kondisi mesin-mesin yang sudah tua ini selain menurunkan produktivitas juga ketinggalan teknologi. Kondisi mesin sangat menentukan kualitas produk. Mesin yang semakin tua selain menjadi kurang produktif juga semakin boros energi. Sebagai gambaran, mesin carding yang 15 tahun lalu biaya energinya hanya mencapai tujuh persen, namun saat ini memakan biaya listrik sebesar 15-20 persen. Sebagian besar dari beberapa jenis industri TPT seperti industri pemintalan, pertenunan, dyeing/printing/finishing dan pakaian jadi (garment) mempunyai mesin peralatan yang sudah tua sehingga menurunkan produktivitas dan dayasaing industri tersebut. Gambaran tentang jumlah mesin yang sudah berumur rata-rata di atas 20 tahun ditunjukan olah Gambar 3.

Sumber: Kemenperin, 2011

Gambar 3 Jumlah Mesin Industri TPT Usia 20 Tahun (Persen)

Investasi merupakan salah satu faktor penentu dalam pembanguanan suatu negara. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) memberikan berbagai manfaat dan dampak positif untuk pembangunan ekonomi nasional maupun lokal. Selain sebagai cadangan devisa, investasi juga mampu menciptakan lapangan kerja baru, serta transfer teknologi.

Industri TPT merupakan salah satu industri yang masih menarik untuk menjadi pilihan investasi. Investasi asing maupun domestik sangat penting peranannya untuk membangkitkan gairah industri TPT. Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan produk-produk serat buatan, garmen, benang, serta produk tekstil

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Persentase   Ko nd is i   Mes in In dus tri   TP T Mesin Industri TPT Pemintalan Pertenunan Perajutan Finishing Pakian Jadi 64.4 82.1 84.1 93.2 78

(17)

lainnya. Bahan baku yang sudah berkembang baik dan menjadi unggulan Indonesia berasal dari serat buatan seperti polyester dan rayon. Untuk produk benang, keunggulan Indonesia terutama untuk benang jahit, benang untuk kain dan benang rajut. Produk garmen yang memiliki keunggulan antara lain baju pria dan wanita, jaket, pakaian dalam maupun gaun pengantin. Sedangkan produk tekstil lainnya yang menjadi unggulan Indonesia antara lain permadani, taplak meja, vitrage, handuk, kaos kaki, bordir, dan gorden.

Tabel 1 Perkembangan Realisasi Investasi ( PMA dan PMDN) Industri Pengolahan Tahun 2008-2012 (Miliar Rupiah)

Sektor Industri Pengolahan 2008 2009 2010 2011 2012 Makanan 12 955 11 503 25 731 17 996 127 714

TPT 2 757 5 254 1 841 5 366 8 708

Kulit dan Hasilnya 1 416 1 272 1 321 2 206 1 508 Industri Kayu 1 455 677 842 1 027 741 Kertas dan Percetakan 4 659 1 718 1 520 11 648 19 224 Kimia dan Farmasi 6 595 18 141 10 520 15 503 29 999 Karet dan Plastik 3 436 3 694 1 476 5 550 8 795 Mineral Non Logam 3 425 983 2 520 8 641 12 045 Logam, Mesin, dan Elektronik 14 805 8 272 6 153 22 354 29 303 Kedokteran, Presisi, optik dan Jam 162 52 9 368 27 Alat Transportasi 7 647 6 123 3 943 7 264 107 224 Lainnya 377 1 526 240 566 931 Sumber: Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) diolah Kemenperin, 2012

Ketika industri TPT menjadi prioritas pemerintah dalam penyerapan tenaga kerja dan menjadi sasaran dalam RPJM 2010-2014 untuk menyerap tenaga kerja sebesar 9.6 juta tenaga kerja, namun realisasi investasi sektor industri TPT mengalami peningkatan yang sangat kecil dibandingkan sektor basis industri manufaktur lainnya seperti yang terlihat pada Tabel 1. Pada tahun 2008 nilai investasi sektor industri sebesar Rp2 757 miliar rupiah. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi Rp5 254 miliar rupiah. Namun pada tahun 2010 terjadi penurunan lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp1 841 miliar rupiah. Tetapi pada tahun 2011 dan 2012 terjadi peningkatan menjadi Rp5 366 miliar rupiah dan Rp8 708 miliar rupiah. Meskipun nilai investasinya kecil dibandingkan sektor basis industri manufaktur lainnya diharapkan mampu menyerap tenaga lebih besar sehingga sasaran RPJM 2010-2014 untuk menyediakan kesempatan kerja 9.6 juta tenaga kerja bisa tercapai.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterkaitan sektor industri TPT dengan sektor perekonomian lain di Indonesia?

(18)

3. Bagaimana dampak multiplier yang ditimbulkan sektor industri TPT terhadap sektor perekonomian lainnya di Indonesia?

4. Bagaimana dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor industri TPT?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis keterkaitan industri TPT dengan sektor perekonomian lain di Indonesia.

2. Menganalisis dampak penyebaran sektor industri TPT di Indonesia.

3. Menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan sektor industri TPT terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.

4. Menganalisis dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor industri TPT.

Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bahan masukan bagi pemerintah dalam merumuskan, merencanakan serta

pengambilan keputusan yang terkait dengan peran dan dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri TPT Indonesia .

2. Bahan acuan bagi peneliti lain dalam penelitian yang lebih lanjut.

3. Meningkatkan wawasan bagi penulis serta pembaca tentang dampak investasi

terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri TPT Indonesia.

Ruang Lingkup

Penelitian yang berjudul dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri TPT Indonesia hanya berfokus pada industri TPT saja. Penelitian ini menggunakan Tabel Output Indonesia tahun 2005 dan 2008. Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 klasifikasi 175 sektor yang diagregasikan menjadi 19 sektor. Sedangkan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor diagregasi menjadi 19 sektor.

Kesembilan belas sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian lainnya, sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor industri serat (fiber), sektor industri pemintalan benang (yarn), sektor industri kain (fabric), sektor industri pakaian jadi (garment), sektor industri tekstil lainnya (other textile), sektor industri kulit dan hasilnya, sektor industri bambu, kayu, rotan, dan hasilnya, sektor industri kimia, karet, dan plastik, sektor industri besi, baja, dan logam, sektor industri mesin, listrik dan perbaikan, sektor industri bahan bangunan,

(19)

dan lainnya, sektor listrik dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa angkutan dan komunikasi, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sektor jasa dan kegiatan lainnya.

Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor industri TPT dengan menggunakan analisis Input-Output. Analasis pada penelitian ini meliputi analisis keterkaitan (keterkaitan ke depan dan ke belakang), analisis dampak penyebaran, dan analisis multiplier (output, pendapatan, dan tenaga kerja). Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Dampak penyebaran berguna untuk melihat distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya. Sedangkan analisis multiplier digunakan untuk melihat dampak perubahan atau peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap seluruh sektor yang ada tiap satu-satuan perubahan jenis multiplier.

TINJAUAN PUSTAKA

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Industri adalah perusahaan-perusahaan yang berkumpul di suatu daerah tertentu untuk menghasilkan suatu barang yang sama (Putong, 2002). Sementara itu, menurut Hasibuan (1993), secara mikro industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat. Namun dari segi pembentukan pendapatan yang cenderung bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah yakni semua produk baik barang maupun jasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian industri secara luas adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu. Serta mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya dan ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas resiko usaha tersebut.

Tekstil secara umum diartikan sebagai bahan pakaian atau kain. Namun dilihat dari kegunaannya, tekstil tidak hanya untuk pakaian saja tetapi juga dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga, industri atau kegunaan lainnya seperti untuk kain kasur, gorden, taplak meja, kain mebel, tas, koper, parasut, kain layar, kain jok mobil atau kap mobil, ban, pipa atau slang untuk minyak dan pemadam kebakaran, dan lain-lain. Tekstil berasal dari bahasa latin, yaitu texere yang berarti menenun atau kain tenun. Tekstil diartikan sebagai (1) suatu benda yang dibuat dari benang yang kemudian dari benang tersebut dijadikan kain sebagai bahan untuk pakaian, (2) suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang karena dianyam (ditenun) atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa, untuk menjadi bahan pakaian atau untuk keperluan lainnya (Djafrie dalam Junaedi, 2007).

(20)

Pengklasifikasian TPT bergantung pada tujuan penggunaan TPT itu sendiri sehingga menimbulkan beberapa cara dalam mengklasifikasinya. Pada saat ini, ada dua jenis klasifikasi yang berbeda sekali, yaitu klasifikasi berdasarkan produk atau industri dan berdasarkan perdagangan. Klasifikasi TPT berdasarkan produk atau industri terdiri dari :

1. Industri serat (fiber), berupa serat alam dan serat buatan.

2. Industri benang (yarn), berupa filamen buatan, benang dari serat alam 100 persen, benang dari serat buatan 100 persen, dan benang dari serat campuran.

3. Industri kain (fabric), berupa kain tenun, kain rajut, kain non-woven, lace/ braids, embroidery, dan laminasi/ impregnasi.

4. Industri pakaian jadi (garment), berupa pakaian jadi untuk bayi, anak-anak, laki-laki, dan perempuan.

5. Industri tekstil lainnya (others textiles), berupa karpet, penutup lantai, barang jadi dari serat, barang jadi dari benang dan tali, barang jadi dari kain, dan barang jadi lainnya.

Sedangkan klasifikasi TPT berdasarkan perdagangan menggunakan The Harmonized Commodity Description and Coding System disingkat HS (Harmonized System) yang merupakan hasil dari Custom Cooperation Council semua anggota GATT(General Angreement on Tariffs and Trade). Harmonized System terdiri dari 21 sections dan 99 chapters (diantaranya dua chapters cadangan). TPT termasuk

section XI, tetapi beberapa produk dari section lain dalam Multi Fibre Arrangement

(MFA) dimasukkan ke dalam cakupan section TPT.

Jika dilihat dari prosesnya dalam pengolahan bahan baku sampai dengan produk tekstil yang siap pakai, maka terdapat lima tahapan penting. Kelima tahapan penting itu adalah industri serat (fiber), industri pemintalan benang (yarn), industri kain (fabric) yang terdiri dari tenunan/kain (weaving), perajutan (knitting), dan penyelesaian akhir (finishing), industri pakaian jadi (garmen), dan industri tekstil lainnya (others textile). Gambar 4 menunjukan tahapan penting dalam industri tekstil dan produk tekstil.

Industri serat1 (fiber) merupakan industri yang mengolah bahan baku yang paling utama untuk tekstil. Serat adalah benda padat yang mempunyai ciri atau bentuk khusus yaitu panjang relatif lebih besar dari ukuran lebarnya. Serat diperoleh dari alam dan buatan, yang secara rinci sebagai berikut:

1. Serat alam (nature fibers) adalah serat nabati (kapas, linen, ramie, kapuk, rosela, jute, sisal, manila, coconut, daun sisai, sabut) dan serat hewani (wool, sutera, cashmere, ilama, unta, aplaca, vicuna).

2. Serat buatan (man made fibers) adalah artificial fiber (rayon, acetate), synthetics fiber (polysters/tetolon, acrylic, nylon/poliamida) dan mineral (asbes, gelas, logam).

      

1

(21)

Sumber: Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), 2011(dimodifikasi)

Gambar 4 Pohon Industri TPT

Industri pemintalan benang (yarn) adalah industri yang mengolah bahan baku serat menjadi benang. Pemintalan benang (yarn) dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu:

1. Berdasarkan urutan prosesnya, benang dapat dibedakan menjadi benang garuk, benang sisir, benang campur, dan open end yarn.

2. Berdasarkan konstruksinya, benang dapat dibedakan menjadi benang tungal, benang rangkap, dan benang gintir.

3. Berdasarkan panjang seratnya, benang dapat dibedakan menjadi benang staple, dan benang filament.

4. Berdasarkan penggunaaannya, benang dapat dibedakan menjadi benang lusi, benang pakan, benang rajut, benang jahit, dan benang hias.

5. Berdasarkan bahan bakunya, benang dapat dibedakan menjadi benang cotton, benang polyester, benang rayon, benang nylon, benang akrilik, benang

polipropilen, benang R/C (rayon/cotton), benang T/R (polyester/rayon), benang T/C (polyester/cotton), dan lain-lain.

Industri kain (fabric) merupakan industri yang terdiri dari hasil proses benang-benang yang ditenun atau dirajut. Namun benang-benang hasil pemintalan tidak bisa ditenun atau dirajut, karena akan mudah putus ketika terjadi pergesekan antara benang lusi dan benang pakan pada waktu proses. Oleh karena itu ada tahap selanjutnya yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum benang-benang tersebut ditenun atau dirajut. Jenis-jenis kain dapat dibedakan menjadi empat kelompok besar, yaitu:

(22)

1. Kain grey atau kain blancu, yaitu kain yang paling sederhana atau kain yang setelah ditenun kemudian dikanji dan disetrika namun tidak mengalami proses pemasakan dan pemutihan.

2. Kain finished adalah kain grey yang telah melalui proses-proses pemasakan dan pemutihan, pencelupan (dyeing), pewarnaan (colouring), dan pencapan (printing). 3. Kain rajut, kainnya lebih halus dan lebih lemas dengan sifat yang lebih elastis dan daya tembus udara yang lebih besar dari pada kain tenun. Banyak digunakan untuk pakaian dalam (underwear), kaos kaki, shirt, sweaters atau overcoats dan lain-lain.

4. Kain non woven yaitu semua jenis kain yang tidak tergolong kain tenun dan kain rajut.

Produk tekstil adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tekstil, baik yang setengah jadi maupun yang telah jadi. Adapun yang termasuk dalam produk tekstil adalah:

1. Industri pakaian jadi (garment) adalah berbagai jenis pakaian yang siap dipakai dalam berbagai ukuran standar.

2. Industri tekstil lainnya (other textile) adalah industri yang menghasilkan tekstil rumah tangga (house hold), seperti bed linen, tabel linen, toilet linen, kitchen linen, curtain, dan kebutuhan industri (industrial use), antara lain: canvas, saringan, tekstil rumah sakit, keperluan angkatan perang, dan lain-lain.

Investasi

Deliarnov dalam Lubis (2008) mengemukakan bahwa investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/mentah, mesin-mesin, dan peralatan pabrik, serta peralatan semua modal lainnya yang diperlukan dalam proses produksi. Pengeluaran juga ditunjukan untuk keperluan bangunan kantor, rumah tempat tinggal karyawan, dan bangunan konstruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah juga harga.

Todaro dalam Lubis (2008), menyatakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi dimasa yang akan datang disebut sebagai investasi. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembalanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian sehinggga investasi disebut juga dengan penanaman modal atau pembentukan modal (Lubis, 2008).

Salah satunya bentuk investasi di Indonesia adalah PMDN dan PMA yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, sumber perkembangan teknologi, dan diversifikasi produk sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekspor. Dalam suatu perekonomian, PMA mempunyai peran mikro dan makro. Secara mikro, PMA berpengaruh terhadap ketenagakerjaan, penguasaan dan pendalaman teknologi terhadap pengembangan keterkaitan antara industri dalam negeri, termasuk akses

(23)

industri dalam negeri terhadap jaringan produksi, perdagangan, dan investasi regional dan global. Sedangkan secara makro, PMA dapat meningkatkan kegiatan investasi nasional dan pertumbuhan.

Sektor industri sampai saat ini masih tetap bertahan sebagai penopang perekonomian Indonesia, meningkatnya kebutuhan rumah tangga akan produk-produk industri membuat pertumbuhan sektor industri di Indonesia semakin pesat. Sektor industri memegang peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, seperti halnya dalam pembentukan pendapatan nasional dan penyerapan tenaga kerja.

Investasi yang dilaksanakan di Indonesia mencakup investasi pada sektor industri pengolahan, baik industri pengolahan migas maupun non migas yang dibagi lagi menjadi beberapa subsektor. Baum dan Tolbert dalam Maryadi (2007), peran investasi di sektor industri adalah mempertahankan prospek untuk suatu kenaikan produktivitas dan akumulasi modal, menggiatkan lapangan pekerjaan, meningkatkan jumlah produksi sehingga dapat menggantikan impor dengan produksi dalam negeri, dan dorongan restrukturisasi industri.

Sumber: Mankiw, 2000

Gambar 5 Hubungan Tingkat Suku Bunga, dan Investasi

Investasi pada sektor industri telah memberikan peranan yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia, tidak hanya bagi peningkatan sektor industri itu sendiri namun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan tujuan investasi diantaranya adalah meningkatkan pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, meningkatkan hasil produksi, menunjang pengembangan sektor-sektor perekonomian lainnya, dan adanya peningkatan teknologi. Tetapi tidak semua

(24)

pertumbuhan investasi di sektor industri mengalami peningkatan, hal ini tergantung juga dari iklim perekonomian Indonesia.

Teori Keynessian menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah investasi akan meningkatkan pendapatan di suatu wilayah, dan pendapatan ini khususnya berbentuk dalam uang yang akan meningkatkan permintaan barang secara agregat atau Agregat Demand (AD). Hal tersebut akan berpengaruh pada kebutuhan peralatan maupun uang dalam bentuk modal sebagai akibat dari peningkatan produksi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Selain itu, kenaikan tabungan masyarakat karena adanya peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan investasi adalah tingkat suku bunga. Dengan adanya penurunan tingkat suku bunga dari r1 ke r2 akan meningkatkan jumlah investasi yang direncanakan dari I(r1) ke I(r2). Dengan meningkatnya jumlah investasi maka menggeser fungsi pengeluaran ke atas sehingga tingkat pendapatan meningkat dari Y1 ke Y2. Dengan demikian salah satu kebijakan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah dengan cara menaikkan investasi. Hubungan antara suku bunga (r) dan investasi (I) yang ditunjukkan oleh fungsi investasi dan interaksi antara investasi (I) dan pendapatan (Y) yang ditunjukkan oleh kurva perpotongan keynessian yang diringkas dalam bentuk kurva IS ( Invesment-Saving) pada Gambar 5.

Sumber: Carlos dalam Putra, 2012

Gambar 6 Model Harrod Domar

Sedangkan menurut model Harrod-Domar peranan investasi sangat penting. Dalam jangka panjang investasi mempunyai pengaruh ganda. Di satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat dan di sisi lain investasi juga mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok modal yang tersedia. Harrod-Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh

(25)

(lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi.

Fungsi produksi dari Harrod-Domar menggambarkan hubungan antara modal dan tenaga kerja. Sumbu vertikal menunjukkan jumlah modal dan sumbu horizontal menunjukkan jumlah tenaga kerja. Modal dan tenaga kerja tidak dapat saling menggantikan satau sama lain. Misalnya untuk memproduksi sebesar N1 diperlukan modal sebesar K1 dan tenaga kerja sebanyak L1, demikian pula untuk memproduksi sebesar N2, diperlukan modal sebesar K2 dan tenaga kerja sebesar L2 dan seterusnya seperti yang terlihat pada Gambar 6.

Analisis Input-Output

Analisis Tabel Input-Output merupakan suatu model yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Fokus utamanya adalah hubungan antara sektor di dalam suatu wilayah, dan mendasarkan analisisnya terhadap keseimbangan. Model I-O dapat dianggap sebagai kemajuan penting dalam teori keseimbangan umum.

Tabel Input-Output disusun dengan tujuan untuk menyajikan gambaran tentang hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antara suatu kegiatan dalam perekonomian di Indonesia secara menyeluruh. Penyusunan Tabel I-O selain mampu menghasilkan alat efektif untuk analisis dan proyeksi perekonomian dalam suatu perencanaan pembangunan, dapat juga dijadikan landasan untuk menilai dan mengetahui berbagai kelemahan data-data statistik lainnya.

Konsep dasar model I-O Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi kebutuhan permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal, dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari suatu sektor lainnya, dan rumah tannga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha, dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linear, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan.

Metode I-O dapat digunakan untuk melihat sektor-sektor apa saja yang bisa menjadi sektor pemimpin dalam pembangunan daerah. Sektor-sektor tersebut dapat didekteksi dengan empat cara, yaitu (Daryanto, 2010).

1. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mempunya kaitan kebelakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi. 2. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila menghasilkan output bruto

yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi pula.

3. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi.

4. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang relatif tinggi.

(26)

Model I-O tersebut didasarkan atas beberpa asumsi. Asumsi itu diantaranya adalah: (1) homogenitas, yang berarti suatu komoditi hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada subsitusi output diantara berbagai sektor, (2) linearitas, adalah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linear dan homogen, (3) aditivitas ialah prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi dipelbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti semua pengaruh di luar sistem input-output diabakan.

Struktur Tabel Input-Output

Format Tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson dalam Putra, 2008). Dilihat secara horizontal (baris), setiap isi sel total output menunjukan bagaimana output suatu sektor itu dialokasikan, yang mana sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate input) sektor produksi dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir (final demand). Sedangkan isi sel menurut garis vertikal (kolom) menggambarkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Model Input-Output

Permintaan Antara Permintaan

Akhir Total Output Sektor Produksi 1 2 … j Input Antara Sektor Produksi 1 z11 z12 … z1j Y1 X1 2 z21 z22 … z2j Y2 X2 … … … .. … … … i … Zij Yi Xi Input Primer V V1 V2 … Vj Total Input X X1 X2 … Xj Keterangan: i = jumlah baris

j = jumlah kolom

Sumber: Daryanto dan Yundi Hafizrianda, 2010 (dimodifikasi)

Banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j

dinotasikan dengan zij, kemudian total output dari sektor i dinotasikan dengan Xi,

sedangkan total permintaan akhir dari sektor i adalah Yi, maka total output dari sektor i adalah:

Xj = zi1+zi2+...+zij+Yi

Oleh karena dalam perekonomian terdapat n sektor produksi, maka secara keseluruhan untuk total output semua sektor adalah:

(27)

X1 = z11+z12+...+z1j+Y1

X2 = z21+z22+...+z2n+Y2

. .

Xi = zi1+zi2+...+zij+Yi

Dalam bentuk umum persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut.

∑ untuk 1, 2, 3

Sedangkan menurut garis vertikal (kolom) menggambarkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi. Jika dalam Tabel Input-Output tersebut diperlihatkan secara kolom (vertikal), maka alokasi input dapat diperlihatkan secara keseluruhan dalam persamaan yaitu:

Xj = z1j+z2j+...+zij+Vj

Oleh karena dalam perekonomian terdapat n sektor produksi, maka secara keseluruhan untuk total input semua sektor adalah:

X1 = z11+z21+...+zi1+V1

X2 = z12+z22+...+zi2+V1

. .

Xj = z1j+z2j+...+zij+Vj

Dalam bentuk umum persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut.

∑ untuk 1, 2, 3

Kerangka Analisis

Aspek-aspek analisis Input-Output yang berfungsi dan berkedudukan penting dalam analisis perekonomian yaitu:

1. Analisis keterkaitan

Konsep keterkaitan merupakan suatu konsep yang biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi melalui adanya peninjauan terhadap keterkaitan antar sektor dalam perekonomian. Terdapat dua jenis konsep keterkaitan dalam yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang

(28)

menunjukan hubungan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan.

Dengan menggunakan konsep keterkaitan ini maka dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulasi pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Koefisien langsung dalam model I-O dapat menunjukan adanya keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara. Sedangkan matriks kebalikan Leontief atau yang disebut juga koefisien keterkaitan dapat menunjukan adanya keterkaitan langsung dan tidak langsung. Matriks ini mengandung informasi yang penting tentang struktur perekonomian suatu wilayah.

2. Analisis Dampak Penyebaran

Analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan matriks kebalikan. Analisis ini membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah dikalikan dengan jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung di semua sektor. Hal tersebut perlu dilakukan karena indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang yang telah diuraikan belum memadai untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua bagian yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

3. Analisis Multiplier

Dalam Model Input-Output terdapat tiga jenis analisis multiplier yang menggunakan koefisien teknis sebagai dasar perhitungannya, yaitu :

a) Multiplier output, dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter.

b) Multiplier pendapatan, mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian.

c) Multiplier tenaga kerja, menunjukan adanya perubahan pada tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output.

d) Multiplier Tipe I dan II dapat mengukur efek dari output, pendapatan, dan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu wilayah.

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai peran dan dampak suatu sektor dalam perekonomian dengan menggunakan analisis Input-Output telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu penelitian tentang sektor industri pengolahan, sektor infrastruktur, sektor pertanian dan sektor industri TPT tentang restrukturisasi permesinan. Setiap penelitian umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage), keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage), keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, kepekaan penyebaran, koefisien penyebaran, dan

(29)

Tabel 3 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti/Tahun

Judul Metode Hasil

1 Gema Setya Anggara Putra/2012

Analisis Peran dan Dampak Investasi Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Indonesia

Input-Output Sektor industri pengolahan lebih mampu meningkatkan sektor hulunya dari pada sektor hilirnya.

2 peningkatan investasi di sektor tersebut mampu meningkatkan perekonomian Indonesia melalui peningkatan output, pendapatan dan tenaga kerja.

2 Chandra Darma Permana/2009

Analisis Peranan dan Dampak Investasi Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia

Input-Output 1. Semua sektor kategori infrastruktur memiliki lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor hilirnya.

2. Infrastruktur memiliki dampak multiplier yang positif terhadap sektor perekonomian lainnya. 3 Mimi

Maryadi/2007

Analisis Pertumbuhan Investasi Sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terhadap

Perekonomian Indonesia

Input-Output 1. Industri TPT merupakan industri yang penting dalam mendorong sektor hulu dan hilirnya.

2. Industri TPT mampu mendorong sektor-sektor lainnya dari penyediaan output, pendapatan dan tenaga kerja yang dilihat dari efek multiplier dan analisis investasi khususnya bagi industri TPT itu sendiri. 4 Triyanto

Wobowo/2009 Analisis Peranan dan Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur

Input-Output Sektor pertanian masih kecil peranannya dalam peningkatan output, pendapatan, dan tenaga kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Timur.

5 Sri Mulyani/2007

Dampak Restrukturisasi Industri Tesktil dan Produk Tekstil (TPT) Terhadap Kenerja Perekonomian Jawa Barat

Input-Output Industri TPT merupakan

industri padat karya di mana memiliki nilai multiplier tenaga kerja yang besar

sehingga lebih mampu mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja.

Kerangka Pikir Operasional

Industri TPT mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja di basis industri manufaktur yang diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah pengangguran dan pemerataan pendapatan yang terjadi

(30)

di Indonesia. Sesuai dengan sasaran dalam RPJM 2010-2014 yaitu tersedianya kesempatan kerja sebesar 9.6 juta orang, maka sektor industri TPT menjadi tulang punggung basis industri manufaktur dalam menyerap tenaga kerja. Namun bukan berarti industri TPT tidak mengalami hambatan dalam menyerap tenaga kerja, tuanya umur mesin menjadi salah satu isu utama dalam industri TPT di Indonesia.

Industri TPT merupakan salah satu industri yang masih menarik untuk menjadi pilihan investasi. Investasi asing maupun domestik sangat penting peranannya untuk membangkitkan gairah industri TPT. Ketika industri TPT menjadi prioritas pemerintah dalam penyerapan tenaga kerja dan menjadi sasaran dalam RPJM 2010-2014 untuk menyerap tenaga kerja sebesar 9.6 juta tenaga kerja, namun realisasi investasi sektor industri TPT mengalami peningkatan yang sangat kecil dibandingkan sektor basis industri manufaktur lainnya. Meskipun nilai investasinya kecil dibandingkan sektor basis industri manufaktur lainnya diharapkan mampu menyerap tenaga lebih besar sehingga sasaran RPJM 2010-2014 untuk menyediakan kesempatan kerja 9.6 juta tenaga kerja bisa tercapai.

 

Gambar 7 Kerangka Pemikiran Operasional 

Pengolahan data analisis Input-Output dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, software program I-O Analysis for Practitioners version 1.0.1 serta menggunakan asumsi dan keterbatasan model Input-Output. Untuk melihat peranan sektor industri TPT maka dilakukan analisis Input-Output yang terdiri dari analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis multiplier, kemudian untuk

Analisis Multiplier

Kondisi mesin industri TPT diatas 20 tahun

Sasaran RPJM 2010-2014 Penyerapan Tenaga Kerja 9,6 juta orang 

Analisis Input-Output

Analisis Keterkaitan  Analisis Dampak Penyebaran

Dampak Investasi Sektor Industri TPT

Implikasi Kebijakan Investasi Rp 23,926 miliar Rupiah

(31)

melihat dampak investasi, maka dilakukan simulasi investasi yang dimasukkan ke dalam Tabel I-O. Sehingga akan didapatkan dampak investasinya terhadap peyerapan tenaga kerja sektor industri TPT Indonesia. Dari penjelasan diatas maka dapat disusun kerangka pikir operasional seperti pada Gambar 7.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 klasifikasi 175 sektor yang diagregasi menjadi 19 sektor, sedangkan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor yang diagregasi menjadi 19 sektor semuanya atas dasar harga produsen. Dasar pengagregasian tersebut adalah untuk melihat keterkaitan yang erat antar sektor dan subsektor tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software program I-O Analysis for Practitioners version 1.0.1 dan Microsoft Excel 2007.

Tabel 4 Data dan Sumber Data yang Digunakan

No Data Yang Digunakan Sumber

1 Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 Badan Pusat Statistik (BPS) 2 Angkatan Kerja Indonesia Tahun 2005-2011 Badan Pusat Statistik (BPS) 3 Statistik Industri Indonesia 2005-2011 Badan Pusat Statistik (BPS) 4 Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 Badan Pusat Statistik (BPS) 5 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Tahun 1995-2011

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

6 Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 1995-2011

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

7 Kinerja Industri Indonesia Tahun 2006-2010 Kementerian Perindustrian 8 Perkembangan PMA dan PMDN Industri

Pengolahan Tahun 2008-2012

Kementerian Perindustrian

Metode Analisis Model Input-Output

Model I-O dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan sektoral. Dengan menggunakan analisis I-O dapat diputuskan sektor-sektor mana saja yang dijadikan sebagai leading sektor dalam pembangunan ekonomi. Suatu sektor yang terindikasi sebagai sektor pemimpin dianggap memiliki kemampuan daya sebar dan kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian, sehingga efek yang diberikannya bersifat berganda.

(32)

Dari Tabel I-O yang sudah tersedia, maka dapat diketahui peranan sektor industri TPT terhadap pembentukan output, nilai tambah bruto, dan permintaan akhir. Untuk mengetahui peranan sektor industri TPT sebagai sektor penyedia input maupun sektor pemakai input terhadap sektor lain serta mengetahui dampak yang ditimbulkan sektor industri TPT terhadap perekonomian Indonesia dapat dikaji berdasarkan analisis keterkaitan dan multiplier.

Koefisien Input

Koefisien input yang disebut juga koefisien teknologi merupakan perbandingan antara banyaknya input antara yang berasal dari sektor i yang digunakan oleh sektor j

(xij) dengan input total sektor j (xj).

untuk i dan j = 1, 2, 3, …., n

dimana: aij = Koefisien input

Sesuai dengan rumus koefisien input di atas, maka dapat disusun matriks sebagai berikut: ………. ………. ………. atau: … Z1 Y1 X1 Z1 + Y1 = X1Z1 Y1 X1 A Z + Y = X AZ + Y atau Y = (I-A) X X = (I-A)-1 Y dimana: I : Matrik identitas Y : Permintaan akhir X : Jumlah output (I-A) : Matriks Leontief

(33)

Matriks kebalikan Leontief berfungsi sebagai alat analisis ekonomi yang mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output sektor-sektor di dalam perekonomian. Terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A)-1 sebagai koefisien antaranya.

Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan berguna untuk melihat antara keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang.

1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikanpermintaan total. Secara matematis keterkaitan ini dapat ditulis:

KDi =

= n j ij a 1 dimana: KDi = forward linkage

aij = Unsur matriks koefisien teknis

2. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

KBj =

= n i ij a 1 dimana : KBj = backward linkage

aij = unsur matriks koefisien teknis

3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. F(d+i)i =

= n j ij a 1 dimana:

F(d+i)i = forward direct and indirect linkages

(34)

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. B(d+i)j =

= n i ij a 1 Keterangan:

B(d+i)j = backward direct and indirect linkages

aij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

Analisis Dampak Penyebaran

Beberapa analisis keterkaitan (indeks keterkaitan) yang telah diuraikan di atas ternyata belum memadai untuk dipakai sebagai landasan dalam memilih sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat dipertimbangkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, indeks keterkaitan harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Koefisien Penyebaran

Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan memiliki kaitan ke belakang lebih tinggi apabila Pdj memiliki nilai lebih besar dari pada satu.

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:

Pdj =

∑∑

= = = n j i n j ij n i ij a a n 1 1 Untuk i dan j = 1,2,3,…., n dimana:

Pdj = koefisien penyebaran sektor j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

2. Kepekaan Penyebaran

Konsep ini dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan memiliki kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk

(35)

Sdi =

∑∑

= = = n j i n j ij n i ij a a n 1 1 untuk i dan j = 1, 2, 3, …, n dimana:

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

Nilai kepekaan penyebaran dari suatu sektor menunjukan bahwa kenaikan satu unit output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya nilai output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut, termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai kepekaan penyebaran. Apabila nilai kepekaan penyebaran dari suatu sektor bernilai lebih dari satu (tinggi), maka sektor i tersebut mampu menumbuhkan sektor hilirnya. Perbandingan antara nilai kepekaan dan koefisien penyebaran dapat menunjukan kemampuan menarik atau mendorong suatu sektor. Apabila suatu sektor memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih tinggi dari pada nilai kepekaan penyebaran maka sektor tersebut memiliki kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan sektor hulunya apabila dibandingkan dengan sektor lainnya.

Analisis Penggandaan (Multiplier)

Dalam penelitian ini, analisis penggandaan yang digunakan ialah multiplier output, multiplier pendapatan, dan multiplier tenaga kerja. Menurut West dan Jensen dalam Daryanto dan Yundy Hafizrianda (2010), kategori dampak berganda dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) dampak awal, (2) dampak imbasan kegiatan produksi yang terdiri atas, pengaruh putaran pertama dan pengaruh putaran kedua atau pengaruh dukungan industri, (3) dampak imbasan konsumsi. Berdasarkan matriks kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (αij) maupun untuk model tertutup (α*ij) dapat

ditentukan nilai-nilai dari pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam Tabel 5.

1. Multiplier Output

Multiplier Output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matrik kebalikan Leontief (matriks invers) α

menunjukkan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan dengan persamaan :

α = (I − A)-1 = [αij]

Dengan demikian matriks α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matrik invers ini [αij]

menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain.

(36)

Tabel 5 Rumus Penggandaan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja

Nilai Pengganda

Output Pendapatan Tenaga Kerja

Efek awal 1 pj ej Efek putaran pertama

aij

aij pj

aij ej Efek dukungan industri

gij −1−

aij

gijpipi

aijpi

gijejej

aijej Efek induksi konsumsi

(g*ijgij)

(g*ij pigijpi)

(g*ij ejgijej) Efek total

g*ij

g*ij pi

g*ij ej Efek lanjutan

g*ij 1

g*ij pi pi

g*ij ej ej

Sumber: Daryanto dan Yundy Hafrizrinda, 2010

Dimana: aij = Koefisien output

pj = Koefisien pendapatan rumah tangga

ej = Koefisien tenaga kerja

αij = Matriks kebalikan Leontief terbuka

α*ij = Matriks kebalikan Leontief tertutup

2. Multiplier Pendapatan

Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel Input-Output, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank.

3. Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel Input-Output seperti pada multiplier output dan pendapatan, karena dalam Tabel Input-Output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh multiplier tenaga kerja maka pada Tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk memperoleh koefisien tenaga kerja (ei).

4. Multiplier Tipe I dan II

Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan dan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena

(37)

adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Dampak Awal (initial impact).

Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan jumlah dalam suatu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan tenaga kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi). Sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei).

b) Efek Putaran Pertama (First Round Effect).

Efek putaran pertama menunjukan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input output/aij). Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan (∑aijpj) menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja (∑aijej) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

c) Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect).

Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

d) Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect).

Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalihkan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

e) Efek Lanjutan (Flow-on-Effect).

Efek lanjutan merupakan efek (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

Hubungan antara efek awal dengan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II, sebagai berikut:

a) Pengganda Output Tipe I (Sederhana)

Pengganda output tipe I bertujuan untuk mengetahui hingga sejauh mana pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu

(38)

wilayah atau negara terhadap output sektor lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dimana:

MXSI = pengganda output tipe I sederhana sektor ke-j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka

b) Pengganda Output Tipe II (Total)

Pengganda Output Tipe II bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah atau negara terhadap output sektor lain, baik secara langsung maupun induksi. Ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dimana:

MXSII = pengganda output tipe II sederhana sektor ke-j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief tertutup

c) Pengganda Pendapatan Tipe I

Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana:

MIj = pengganda pendapatan tipe I sektor ke-j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka

= Koefisien input gaji/rumah tangga sektor j

d) Pengganda Pendapatan Tipe II

Pengganda Pendapatan Tipe II selain untuk menghitung pengaruh langsung dan dan tidak langsung juga menghitung pengaruh induksi. Rumusnya

adalah:

(39)

Dimana:

MIIj = pengganda pendapatan tipe II sektor ke-j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief tertutup

= Koefisien pendapatan tangga sektor j

e) Pengganda Tenaga Kerja Tipe I

Berubahnya kesempatan kerja yang terjadi pada sektor tersebut dan sektor yang lainnya akibat penambahan permintaan akhir dari suatu sektor sebesar satu satuan secara langsung dan tidak langsung. Rumusnya:

Dimana:

MLIj = pengganda tenaga kerja tipe I sektor ke-j

W = vektor baris koefisien tenaga kerja (orang/satuan rupiah) W = (Wn=1, Wn+1,2…, Wn=1,n)

W = koefisien pendapatan tangga sektor i (orang/satuan rupiah)

W = koefisien pendapatan tangga sektor j (orang/satuan rupiah) Xi = total input (satuan rupiah)

Li = komponen tenaga kerja sektor ke-i

= unsur matrik kebalikan Leontief terbuka

f) Pengganda Tenaga Kerja Tipe II

Pada bagian pengganda tenaga kerja tipe II sudah diperhitungkan pengaruh dari efek induksi. Dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

MLIIj = pengganda tenaga kerja tipe II sektor ke-j

W = vektor baris koefisien tenaga kerja (orang/satuan rupiah) W = (Wn=1, Wn+1,2…, Wn=1,n)

W = koefisien pendapatan tangga sektor i (orang/satuan rupiah)

W = koefisien pendapatan tangga sektor j (orang/satuan rupiah) Xi = total input (satuan rupiah)

Li = komponen tenaga kerja sektor ke-i

Gambar

Gambar 1 Peran Sektor Terhadap PDB Atas Harga Konstan 2000, Tahun 2008-2012  Berdasarkan Gambar 1, sektor industri pengolahan merupakan komponen utama  dalam pembangunan ekonomi di Indonesia
Gambar 2 Jumlah Tenaga Kerja Basis Industri Manufaktur Tahun 2006-2010  Industri TPT diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah pengangguran dan  pemerataan pendapatan yang terjadi di Indonesia
Gambar 4 Pohon Industri TPT
Tabel 3 Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan khususnya adalah; (1) meningkatkan keterampilan mahasiswa sebagai sasaran antara yang strategis dalam mendesain dan membuat kit praktikum sains realistik

Hasil akhir penelitian ini telah membuktikan bahwa pemberian kinesiotape selama tiga hari tidak berbeda dengan perekat plasebo dalam mengurangi resiko cedera berulang

alternatif: Matikan TV pakai tombol panel, tekan bersama-sama VolDown + ChUp pada panel, alternatif: Matikan TV pakai tombol panel, tekan bersama-sama VolDown +

- Direktorat Statistik Kependudukan dan ketenagakerjaan - Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat - Direktorat Statistik Ketahanan Sosial Laporan Monitoring Kinerja BPS

For example, if you are testing a graphic design product designed for seasoned end users with knowledge of color theory, you would not want to ask 20 very general questions only to

banyak berdiri bangunan kolonial baik dalam kategori kawasan utama yang paling prioritas maupun kawasan lain baik kota maupun pedesaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan

ABSTRAK. Transparansi Pelayanan Izin Usaha Di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Walau pada masa kekinian terdapat kompleksitas dan perbedaan baik dari segi bentuk, format dan aplikasinya, adalah penting untuk melihat berbagai dimensi nilai (prinsip)