• Tidak ada hasil yang ditemukan

Net Ekspor (X-M)

Dalam dokumen DAMPAK TENAGAA TEKSTIL (Halaman 58-75)

GAMBARAN UMUM

7. Net Ekspor (X-M)

Dua faktor utama penentu nilai perdagangan internasional adalah volume komoditas yang diperdagangkan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada kurun waktu tertentu. Hal yang sama juga berlaku untuk industri TPT di Indonesia. Perubahan baik ekspor maupun impor serta adanya perubahan kurs rupiah dan dolar Amerika Serikat menyebabkan perubahan nilai perdangangan ekspor dan impor industri TPT di Indonesia (Asmara, 2012). Gambar 18 menunjukan perkembangan net ekspor subsektor industri TPT Indonesia pada tahun 2007-2011.

Setiap tahunnya net ekspor mengalami fluktiasi, pada tahun 2007 semua subsektor net ekspornya positif, sedangkan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 hanya subsektor kain (fabric) dan subsektor tekstil lainnya (other textile) yang mempunyai nilai net ekspor negatif. Untuk subsektor tekstil lainnya (other textile) net ekspornya hanya negatif pada tahun 2011 sebesar -86 828 juta US$. Untuk net ekspor negatif terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar -2 395 723 juta US$. Hal ini menunjukan bahwa jumlah impor untuk subsektor kain (fabric) lebih besar

-4,000,000 -2,000,000 0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 2007 2008 2009 2010 2011 Net E ks port Tahun

Industri Serat (Fiber) Industri Benang (Yarn) Industri Kain

Industri Pakian Jadi (Garment) Industri Tekstil lainnya (Other Textile)

dibandingkan dengan jumlah ekspornya. Sedangkan untuk net ekspor positif terbesar pada tahun 2009 sampai tahun 2011 adalah subsektor pakaian jadi (garment) sebesar 7 148 027 juta US$.

Sumber: Kementerian Perindustrian, 2011(diolah)

Gambar 18 Perkembangan Net Ekspor Industri TPT Tahun 2007-2011 (Ribu US$)

PEMBAHASAN

Peran Sektor Industri TPT Terhadap Perekonomian Indonesia

Analisis Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005 klasifikasi 175 sektor agregasi 19 sektor dan Tabel Input-Output tahun 2008 klasifikasi 66 sektor agregasi 15 sektor memperlihatkan gambaran secara menyeluruh mengenai struktur permintaan, struktur konsumsi rumah tangga dan pemerintah, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, struktur nilai tambah bruto, dan sturktur output sektor, serta dampak pertumbuhan investasi terhadap sektor industri TPT dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Struktur Permintaan

Sturktur permintaan terdiri dari permintaan antara, permintaan akhir, dan permintaan total. Permintaan antara merupakan penjumlahan permintaan output dari suatu sektor yang akan digunakan sebagai input untuk sektor lainnya. Permintaan akhir merupakan permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir mencakup barang dan jada yang digunakan untuk kegiatan konsumsi. Sedangkan permintaan total merupakan penjumlahan antara permintaan antara dan permintaan akhir.

Hasil olahan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 menunjukan bahwa total permintaan barang dan jasa Indonesia adalah sebesar Rp11 681 triliun. Nilai

tersebut merupakan hasil dari penjumlahan nilai permintaan antara sebesar Rp5 187 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp6 480 triliun. Jika dilihat dari sisi permintaan antara, sektor yang memiliki nilai permintaan antara terbesar adalah sektor industri kimia, karet, dan plastik dengan nilai Rp 803 triliun atau 15.49 persen dari total permintaan antara. Kedua terbesar adalah sektor pertanian dan hasilnya dengan nilai Rp 736 triliun atau 14.19 persen. Sektor yang memiliki nilai permintaan akhir terbesar berdasarkan Tabel 9 adalah sektor industri bahan bangunan, bangunan dan lainnya sebesar Rp1 175 triliun atau 18.14 persen dari total permintaan akhir. Sedangkan kedua terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 863 triliun atau 13.33 persen dari total permintaan akhir.

Tabel 10 Struktur Permintaan Perekonomian Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah)

Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Permintaan Total

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Pertanian 736 204 2812 14.19 490 367 572 7.57 1 242 542 371 10.64 Pertambangan dan

Penggalian lainya 541 441 101 10.44 317 799 261 4.90 859 549 839 7.36 Industri Makanan,

Minuman, dan Tembakau 306 984 610 5.92 764 134 776 11.79 1 072 263 619 9.18

Industri Serat (Fiber) 8 602 934 0.17 1 151 0.00 6 478 0.00

Industri Pemintalan Benang(Yarn)

11 477 694 0.22 927 562 0.01 2 449 761 0.02

Industri Kain (Fabric) 6 407 276 0.12 20 005 315 0.31 16 808 905 0.14

Industri Pakaian Jadi (Garment)

5 167 466 0.10 37 754 981 0.58 17 825 818 0.15

Industri Tekstil Lainnya (Other Textile)

4 091 493 0.08 25 281 727 0.39 14 162 940 0.12

Industri Kulit, dan Hasilnya 1 685 498 0.03 3 388 863 0.05 4 039 603 0.03 Industri Bambu, Kayu,

Rotan dan Hasilnya 209 294 098 4.03 141 091 271 2.18 350 860 985 3.00 Industri Kimia, Karet, dan

Plastik 803 412 738

1 15.49 507 015 265 7.82 1 339 298 039 11.47

Industri Besi, Baja dan

Logam 393 428 337 7.58 168 004 091 2.59 561 991 420 4.81 Industri Mesin, Listrik, dan

Perbaikan 458 449 601 8.84 636 854 184 9.83 1 097 369 177 9.39 Industri Bahan Bangunan

dan lainnya 149 681 906 2.89 1 175 364 420

1

18.14 1 325 851 052 11.35

Listrik dan Air Minum 80 407 758 1.55 39 049 910 0.60 124 490 750 1.07 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 477 985 050 9.21 863 595 822

2

13.33 1 361 019 579 11.65

Jasa Agkutan dan

Komunikasi 349 199 639 6.73 383 799 715 5.92 738 450 916 6.32 Bank dan Lembaga

Keuangan Lainnya 449 376 111 8.66 177 325 950 2.74 627 320 710 5.37 Jasa dan Kegiatan Lainnya 193 952 228 3.74 729 068 739 11.25 924 942 341 7.92 Total 5 187 249 819 100 6 480 830 575 100 11 681 244 258 100

Keterangan: Superscript menunjukkan peringkat (ranking)

Nilai permintaan antara menunjukan peran suatu subsektor dalam penyedian input untuk subsektor-subsektor yang lainnya. Semakin besar nilai permintaan antara maka perannya dalam penyedian input untuk subsektor-subsektor yang lainnya akan semakin besar pula. Jika dilihat dari subsektor industri TPT itu sendiri, maka subsektor industri pemintalan benang (yarn) memiliki nilai permintaan antara terbasar dengan nilai Rp 11 triliun atau 0.22 persen dari total permintaan antara. Kedua terbesar adalah subsektor industri serat (fiber) dengan nilai Rp 8 triliun atau 0.17 persen dari total permintaan antara. Sehingga kedua subsektor tersebut berperan penting dalam penyedian input bagi subsektor-subsektor industri TPT lainnya. Dimana subsektor industri serat (fiber) dan subsektor industri pemintalan benang (yarn) merupakan industri upstream yang memproduksi serat alam, serat buatan, filamen buatan, benang dari serat alam 100 persen, benang dari serat buatan 100 persen, dan benang dari serat campuran.

Nilai permintaan akhir menunjukan peran output yang dihasilkan suatu subsektor untuk digunakan sebagai input yang langsung dikonsumsi oleh rumah tangga. Subsektor yang mempunyai nilai permintaan akhir terbesar adalah subsektor industri pakaian jadi (garment) dengan nilai Rp 37 triliun atau 0.58 persen dari total permintaan akhir. Kemudian untuk kedua terbesar adalah subsektor industri tekstil lainnya (other textile) dengan nilai Rp 25 triliun atau 0.39 persen. Output yang dihasilkan dapat langsung dikonsumsi oleh rumah tangga berupa pakaian jadi untuk bayi, anak-anak, laki-laki, dan perempuan.

Struktur Konsumsi

Berdasarkan hasil olahan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 19 sektor, total pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah sebesar Rp3 122 triliun. Sektor yang memiliki nilai terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai Rp 631 triliun atau 20.22 persen dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga. Untuk kedua terbesar adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau dengan nilai Rp 622 triliun atau 19.93 persen dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga. Besarnya nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga menunjukan bahwa masyarakat dalam mengalokasikan dananya lebih banyak untuk kedua sektor tersebut dibandingkan dengan sektor lainnya.

Total pengeluaran konsumsi pemerintah pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 416 triliun. Semua pengeluaran konsumsi pemerintah dialokasinya untuk sektor jasa dan kegiatan lainnya. Pengeluaran pemerintah untuk sektor-sektor perekonomian lainnya sudah termasuk dalam anggaran yang termasuk dalam sektor jasa. Misalnya perbaikan jalan, jembatan, peningkatan fasilitas publik dll.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga subsektor industri TPT yang memiliki nilai terbesar adalah susektor industri pakaian jadi (garment) dengan nilai Rp 11 triliun atau 0.35 persen dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga. Subsektor industri kain (fabric) memiliki nilai terbesar kedua dengan nilai Rp 8 triliun atau 0.26 persen dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah untuk subsektor industri TPT bernilai Rp 0. Pengeluaran pemerintah untuk sektor-sektor perekonomian lainnya sudah termasuk dalam anggaran yang termasuk dalam sektor jasa.

Tabel 11 Struktur Konsumsi Perekonomian Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah) Sektor Pengeluaran Konsumsusi Rumah Tangga Pengeluaran

Konsumsi Pemerintah Total Pengeluaran

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Pertanian 481 384 291 15.42 0 0.00 481 384 291 13.60 Pertambangan dan Penggalian

lainya 1 072 856 0.03 0 0.00 1 072 856 0.03 Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau 622 354 148

2 19.93 0 0.00 622 354 148 17.58

Industri Serat (Fiber) 42 0.00 0 0.00 42 0.00

Industri Pemintalan Benang(Yarn)

832 0.00 0 0.00 832 0.00

Industri Kain (Fabric) 8 003 329 0.26 0 0.00 8 003 329 0.23

Industri Pakaian Jadi (Garment)

11 040 430 0.35 0 0.00 11 040 430 0.31

Industri Tekstil Lainnya (Other Textile)

5 892 668 0.19 0 0.00 5 892 668 0.17

Industri Kulit dan Hasilnya 1 432 109 0.05 0 0.00 1 432 109 0.04 Industri Bambu, Kayu, Rotan

dan Hasilnya 54 774 447 1.75 0 0.00 54 774 447 1.55 Industri Kimia, Karet, dan

Plastik 252 983 818 8.10 0 0.00 252 983 818 7.15 Industri Besi, Baja, dan Logam 29 379 430 0.94 0 0.00 29 379 430 0.83 Industri Mesin,Listrik, dan

Perbaikan 257 238 291 8.24 0 0.00 257 238 291 7.27 Industri Bahan Bangunan dan

lainnya 15 444 854 0.49 0 0.00 15 444 854 0.44 Listrik dan Air Minum 39 049 910 1.25 0 0.00 39 049 910 1.10 Perdagangan, Hotel dan Restoran 631 431 7771 20.22 0 0.00 631 431 777 17.84 Pengangkutan dan Komunikasi 282 108 726 9.03 0 0.00 282 108 726 7.97 Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya 157 148 959 5.03 0 0.00 157 148 959 4.44 Jasa dan Kegiatan Lainnya 271 930 837 8.71 416 866 669 100.00 688 797 506 19.46 Total 3 122 671 754 100 416 866 669 100 3 539 538 423 100

Keterangan: Superscript menunjukkan peringkat (ranking)

Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor (diolah) Struktur Investasi

Nilai investasi berdasarkan Tabel 12 pada tahun 2008 adalah sebesar Rp1 501 triliun yang terdiri dari pembentukan modal tetap sebesar Rp 1,405 triliun dan perubahan stok sebesar Rp 96 triliun. Nilai investasi terbesar adalah sektor industri bahan bangunan, bangunan dan lainnya dengan nilai investasi Rp 1,145 triliun atau 76.28 persen dari total investasi. Nilai investasi tersebut terdiri dari pembentukan modal Rp1 147 triliun dan perubahan stok Rp -2 triliun. Tingginya investasi di sektor ini dikarenakan Indonesia memiliki nilai proyek bangunan yang tergolong tinggi. Kemudian sektor yang mempunyai nilai terbesar kedua adalah sektor industri kimia, karet, plastik, dan pengilangan minyak dengan nilai sebesar Rp 246 triliun yang terdiri dari pembentukan modal Rp 178 triliun dan perubahan stok Rp 68 triliun.

Perubahan stok yang bernilai negatif terjadi pada sektor pertanian, sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor industri pemintalan benang (yarn),

sektor industri kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak. Hal ini dikarenakan terjadi pengurangan stok pada tahun sebelumnya dan pada tahun tersebut tidak ada penambahan stok baru sehingga nilainya negatif. Total investasi subsektor industri TPT yang memiliki nilai investasi terbesar adalah subsektor industri pakaian jadi (garment) dengan nilai sebesar Rp 2 triliun atau 0.19 persen dari total investasi. Sedangkan kedua terbesar adalah subsektor industri kain (fabric) dengan nilai Rp 1 triliun atau 0.09 persen dari total investasi.

Tabel 12 Struktur Investasi Perekonomian Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah)

Sektor Pembentukan Modal Perubahan Stok Investasi Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Pertanian 2 205 677 0.16 -16 164 473 -16.78 -13 958 796 -0.93 Pertambangan dan Penggalian

lainya 997 825 0.07 71 307 551 74.02 72 305 376 4.82 Industri Makanan, Minuman,

dan Tembakau

0 0.00 -25 193 384 -26.15 -25 193 384 -1.68

Industri Serat (Fiber) 0 0.00 4 0.00 4 0.00

Industri Pemintalan Benang (Yarn)

0 0.00 -1 146 0.00 -1 146 0.00

Industri Kain (Fabric) 0 0.00 1 389 593 1.44 1 389 593 0.09

Industri Pakaian Jadi (Garment)

0 0.00 2 816 477 2.92 2 816 477 0.19

Industri Tekstil Lainnya (Other Textile)

302 0.00 1 040 470 1.08 1 040 771 0.07

Industri Kulit dan Hasilnya 0 0.00 437 180 0.45 437 180 0.03 Industri Bambu, Kayu, Rotan

dan Hasilnya 140 639 0.01 7 666 813 7.96 7 807 452 0.52 Industri Kimia, Karet, dan

Plastik 0 0.00 -54 107 232 -56.16 -54 107 232 -3.60 Industri Besi, Baja, dan Logam 7 778 649 0.55 35 875 405 37.24 43 654 054 2.91 Industri Mesin,Listrik, dan

Perbaikan 178 082 479 12.67 68 795 579 71.41 246 878 058

2 16.44 Industri Bahan Bangunan dan

lainnya 1 147 511 282 81.66 -2 077 938 -2.16 1 145 433 3441 76.28 Listrik dan Air Minum 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Perdagangan Hotel dan

Restoran 38 457 068 2.74 3 638 215 3.78 42 095 283 2.80 Pengangkutan dan Komunikasi 9 926 652 0.71 917 880 0.95 10 844 532 0.72 Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya 2 445 994 0.17 0 0.00 2 445 994 0.16 Jasa dan Kegiatan Lainnya 17 742 811 1.26 0 0.00 17 742 811 1.18 Total 1 405 289 378 100 96 340 994 100 1 501 630

372 100

Keterangan: Superscript menunjukkan peringkat (ranking)

Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor (diolah) Struktur Ekspor dan Impor

Total nilai ekspor Indonesia pada tahun 2008 berdasarkan Tabel 13 adalah sebesar Rp1 250 triliun. Sektor yang mempunyai nilai ekspor terbesar adalah sektor industri kimia, karet, dan plastik dengan nilai Rp 308 triliun atau 24.63 persen dari

total ekspor. Sedangkan kedua terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai Rp 244 triliun atau 19.54 persen dari total ekspor.

Untuk nilai impor pada tahun 2008 adalah sebesar Rp1 400 triliun dengan nilai impor terbesar adalah sektor industri kimia, karet, dan plastik dengan nilai Rp 366 triliun atau 26.17 persen dari total impor. Sedangkan untuk nilai impor kedua terbesar adalah sektot industri mesik, listrik dan perbaikan dengan nilai Rp1 257 triliun atau 26.01 persen dari total impor. Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar Rp 149 triliun. Secara keseluruhan hanya sektor industri mesin, listrik, dan perbaikan mengalami defisit perdagangan terbesar dengan nilai Rp 232 triliun.

Tabel 13 Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah)

Sektor Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Ekspor (X) Impor (M) Selisih (X-M) Pertanian 22 942 077 1.83 60 860 124 4.35 -37 918 047 25.39 Pertambangan dan Penggalian

lainya 244 421 029 19.54 142 066 954 10.15 102 354 075 -68.54 Industri Makanan, Minuman, dan

Tembakau 166 974 012 13.35 67 592 168 4.83 99 381 844 -66.55 Industri Serat (Fiber) 0 0.00 1 307 160 0.09 -1 307 160 0.88 Industri Pemintalan

Benang(Yarn)

309 911 0.02 2 047 723 0.15 -1 737 813 1.16

Industri Kain (Fabric) 1 275 074 0.10 2 358 466 0.17 -1 083 392 0.73 Industri Pakaian Jadi (Garment) 3 216 340 0.26 931 769 0.07 2 284 570 -1.53 Industri Tekstil Lainnya (Other

Textile)

2 541 102 0.20 1 307 923 0.09 1 233 179 -0.83 Industri Kulit dan Hasilnya 177 664 0.01 361 529 0.03 -183 865 0.12 Industri Bambu, Kayu, Rotan dan

Hasilnya 78 509 372 6.28 29 291 868 2.09 49 217 504 -32.96 Industri Kimia, Karet, dan Plastik 308 138 6791 24.63 366 452 4541 26.17 -58 313 775 39.05 Industri Besi, Baja, dan Logam 94 970 607 7.59 157 823 556 11.27 -62 852 949 42.09 Industri Mesin,Listrik, dan

Perbaikan 131 368 047 10.50 364 250 703 26.01 -232 882 656 155.95 Industri Bahan Bangunan dan

lainnya

14 486 222 1.16 15 182 584 1.08 -696 362 0.47 Listrik dan Air Minum 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Perdagangan, Hotel dan Restoran 150 736 964 12.05 24 797 593 1.77 125 939 371 -84.34 Pengangkutan dan Komunikasi 30 879 445 2.47 78 349 293 5.60 -47 469 848 31.79 Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya 0 0.00 60 691 146 4.33 -60 691 146 40.64 Jasa dan Kegiatan Lainnya 39 862 0.00 24 644 151 1.76 -24 604 289 16.48 Total 1 250 986 406 100.00 1 400 317 165 100.00 -149 330 759 100.00 Keterangan: Superscript menunjukkan peringkat (ranking)

Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)

Nilai ekspor subsektor industri TPT terbesar berdasarkan Tabel 13 adalah subsektor industri pakaian jadi (garment) dengan nilai Rp 3 triliun atau 0.26 persen dari total ekspor. Kedua terbesar adalah subsektor industri tekstil lainnya (other

textile) dengan nilai Rp 2 triliun atau 0.20 persen dari total ekspor. Nilai impor subsektor industri TPT terbesar adalah subsektor industri kain (fabric) dengan nilai Rp 2 triliun atau 0.17 persen dari total impor. Subsektor industri pemintalan benang

(yarn) memiliki nilai impor terbesar ke dua dengan nilai 0.15 persen dari total impor. Subsektor industri TPT yang mengalami surplus perdagangan adalah subsektor industri pakaian jadi (garment), dan subsektor industri tekstil lainnya (other textile). Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh subsektor tersebut tidak bergantung kepada impor. 

Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto tahun 2008 berdasarkan Tabel 14 adalah sebesar Rp5 346 triliun. Nilai tersebut terdiri dari upah dan gaji sebesar Rp1 588 triliun, surplus usaha sebesar Rp3 033 triliun, penyusutan sebesar Rp 527 triliun, dan pajak tak langsung sebesar Rp 196 triliun. Besarnya nilai tambah bruto pada tahun 2008 tidak lepas perannya dari kedua sektor ini. Pertama sektor pertanian mempunyai nilai tambah bruto terbesar dibandingkan sekor yang lainnnya dengan nilai sebesar Rp 822 triliun atau 15.39 persen dari total nilai tambah bruto seluruh sektor perekonomian. Sedangkan nilai tambah bruto terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai Rp 685 triliun atau 12.82 persen dari total nilai tambah bruto seluruh sektor perekonomian.

Tabel 14 Struktur Nilai Tambah Bruto Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah)

Sektor Upah dan Gaji Surplus Usaha Rasio Penyusu-tan Pajak Tak Langsung Nilai Tambah Bruro Nilai Persen Pertanian 184 723 174 605 927 633 0.30 18 457 276 13 460 730 822 568 8131 15.39 Pertambangan dan Penggalian lainya 83 499 069 435 498 137 0.19 31 742 700 23 714 044 574 453 950 10.74 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 83 942 029 173 163 515 0.48 25 383 768 56 376 045 338 865 357 6.34 Industri Serat (Fiber) 342 424 1 003 022 0.34 41 133 19 435 1 406 014 0.03 Industri Pemintalan Benang(Yarn) 162 315 1 405 890 0.12 62 843 7,282 1,638,331 0.03 Industri Kain (Fabric) 3 426 943 8 259 956 0.41 579 831 24 934 12 291 664 0.23 Industri Pakaian Jadi (Garment) 3 716 122 13 543 264 0.27 463 008 24 709 17 747 102 0.33 Industri Tekstil Lainnya (Other Textile) 4 002 518 11 278 109 0.35 405 470 11 335 15 697 431 0.29 Industri Kulit dan Hasilnya 6 516 897 9 168 032 0.71 287 079 19 403 15 991 411 0.30 Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya

Sektor Upah dan Gaji Surplus Usaha Rasio Penyusu-tan Pajak Tak Langsung Nilai Tambah Bruro Nilai Persen Industri Kimia, Karet, dan Plastik 121 133 648 329 135 094 0.37 50 881 853 11 554 096 512 704 691 9.59 Industri Besi, Baja, dan Logam

55 625 984 80 816 294 0.69 23 705 589 7 371 297 167 519 164 3.13 Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan 72 495 138 123 134 326 0.59 35 631 724 9 646 179 240 907 367 4.51 Industri Bahan Bangunan dan lainnya 175 729 802 239 063 916 0.74 43 428 981 18 156 508 476 379 207 8.91

Listrik dan Air Minum 31 570 710 49 068 989 0.64 43 839 834 5 461 928 129 941 461 2.43 Perdagangan, Hotel dan Restoran 204 970 751 396 715 317 0.52 57 374 318 26 548 201 685 608 5872 12.82 Pengangkutan dan Komunikasi 107 177 215 122 416 179 0.88 102 460 452 5 565 536 337 619 382 6.31 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 85 309 160 264 819 221 0.32 26 677 423 8 181 599 384 987 403 7.20 Jasa dan Kegiatan Lainnya 328 035 097 94 630 967 3.47 53 244 811 6 896 699 482 807 574 9.03 Total 1 588 486 710 3 033 424 352 0.52 527 823 852 196 636 554 5 346 371 468 100 Keterangan: Superscript menunjukkan peringkat (ranking)

Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)

Subsektor industri TPT yang memiliki nilai tambah bruto terbesar adalah subsektor industri pakaian jadi (garment) dengan nilai 17 triliun atau 0.33 persen dari total nilai tambah bruto yang terdiri dari upah dan gaji sebesar Rp 3 triliun, surplus usaha sebesar Rp 13 triliun, penyusutan Rp 463 miliar, dan pajak tak langsung sebesar Rp 24 miliar. Nilai rasio upah dan gaji terhadap surplus usaha untuk subsektor industri TPT kurang dari satu. Ini menunjukan bahwa belum terjadi keseimbangan antara surplus usaha yang diterima pemilik modal dengan upah dan gaji yang diterima pekerja.

Nilai Output Sektoral

Nilai output sektoral berdasarkan Tabel 15 tahun 2008 adalah sebesar Rp10 243 triliun dengan nilai output tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai Rp1 336 triliun atau 13.04 persen dari total output. Kedua terbesar adalah sektor industri bahan bangunan, dan lainnya dengan nilai sebesar Rp1 310 triliun atau 12.80 persen dari total output. Untuk subsektor industri TPT sendiri, nilai output terbesar adalah subsektor industri pakaian jadi (garment) Rp 3 triliun atau 0.03 persen dari total output nasional.

Tabel 15 Struktur Output Indonesia Tahun 2008 (Juta Rupiah)

Sektor Output Sektoral

Nilai Persen

Pertanian 1 181 682 247 11.54

Pertambangan dan Penggalian lainya 717 482 885 7.00 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 1 004 671 451 9.81

Industri Serat (Fiber) 999 0.00

Industri Pemintalan Benang(Yarn) 377 647 0.00

Industri Kain (Fabric) 2 861 968 0.03

Industri Pakaian Jadi (Garment) 3 035 112 0.03 Industri Tekstil Lainnya (Other Textile) 2 411 453 0.02

Industri Kulit dan Hasilnya 687 803 0.01

Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya 321 569 117 3.14 Industri Kimia, Karet, dan Plastik 972 845 585 9.50 Industri Besi, Baja, dan Logam 404 167 864 3.95 Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan 733 118 474 7.16

Industri Bahan Bangunan dan lainnya 1 310 668 4682 12.80

Listrik dan Air Minum 124 490 705 1.22

Perdagangan Hotel dan Restoran 1 336 221 9861 13.04

Pengangkutan dan Komunikasi 660 101 623 6.44

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 566 629 564 5.53

Jasa dan Kegiatan Lainnya 900 298 190 8.79

Total 10 243 323 140 100.00

Keterangan: Superscript menunjukkan peringkat (ranking)

Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)

Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan terdiri dari keterkaitan ke depan (forward linkage) dan

keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian terutama dari sis input dan sisi output. Suatu sektor dianggap sektor kunci apabila mempunyai keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang relatif tinggi. Dalam analisis keterkaitan output ke depan dan ke belakang dapat dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang serta keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang. Keterkaitan output langsung didapat dari koefisien input, sedangkan keterkaitan output langsung dan tidak langsung diperoleh dari Matriks Kebalikan Leontief Terbuka.

Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)

Keterkaitan ke depan (forward linkage) menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka output suatu sektor yang dialokasikan secara langsung ke sektor lain termasuk sektor itu sendiri akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya. Sedangkan nilai keterkaitan langsung dan

tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki nilai keterkaitan langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang selalu memiliki nilai yang lebih besar dari satu.

Tabel 16 Keterkaitan Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008

Sektor

Keterkaitan ke Depan Keterkaitan Ke Belakang Langsung Langsung dan Tidak Langsung Langsung Langsung dan Tidak Langsung Pertanian 0.864 2.594 0.304 1.561

Pertambangan dan Penggalian lainya 0.811 3.229 0.199 1.323 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 0.292 1.567 0.663 2.172

Industri Serat (Fiber) 0.054 1.057 0.520 1.967

Industri Pemintalan Benang(Yarn) 0.573 1.766 0.467 1.900

Industri Kain (Fabric) 0.221 1.253 0.455 1.868

Industri Pakaian Jadi (Garment) 0.077 1.083 0.238 1.404 Industri Tekstil Lainnya (Other Textile) 0.095 1.106 0.463 1.873 Industri Kulit dan Hasilnya 0.046 1.050 0.072 1.127

Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya 0.380 1.624 0.603 2.201 Industri Kimia, Karet, dan Plastik 1.710 4.327 0.588 1.950 Industri Besi, Baja, dan Logam 0.441 1.720 0.585 2.055 Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan 0.611 2.289 0.671 2.516 Industri Bahan Bangunan dan lainnya 0.170 1.341 0.636 2.233 Listrik dan Air Minum 0.230 1.383 0.630 2.140 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.814 2.449 0.483 1.899 Pengangkutan dan Komunikasi 0.631 2.126 0.490 1.962 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0.564 2.170 0.320 1.597 Jasa dan Kegiatan Lainnya 0.263 1.551 0.461 1.936 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)

Berdasarkan Tabel 16 terdapat hasil analisis keterkaitan output ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung. Subsektor industri TPT yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan terbesar adalah subsektor industri pemintalan benang (yarn) dengan nilai 0.573 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output subsektor industri pemintalan benang (yarn) yang langsung dijual atau dialokasikan ke subsektor lainnya termasuk subsektor industri pemintalan benang (yarn) itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 0.573 juta.

Sama halnya dengan hasil analisis keterkaitan langsung ke depan subsektor industri TPT, subsektor yang mempunyai nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan terbesar adalah subsektor pemintalan benang (yarn) dengan nilai 1.766. Nilai tersebut menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output subsektor pemintalan benang (yarn) yang dijual

atau dialokasikan langsung maupun tidak langsung ke sektor lainnya termasuk subsektor benang itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.766 juta.

Keterkaitan Kebelakang (Backward Linkage)

Keterkaitan ke belakang (backward linkage) menunjukan besarnya nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor yang berasal dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri jika terjadi peningkatan output ke depan, untuk memperoleh nilai keterkaitan output ke belakang (backward linkage) juga dapat dilakukan dengan analisis keterkaitan output langsung maupun langsung dan tidak langsung.

Berdasarkan Tabel 16 terdapat hasil analisis keterkaitan output ke belakang langsung maupun langsung dan tidak langsung. Dilihat dari keterkaitan langsung ke belakang, subsektor industri TPT memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang terbesar adalah subsektor industri serat (fiber) dengan nilai 0.520. Nilai tersebut menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan permintan akhir sebesar satu juta rupiah, maka subsektor industri serat (fiber) akan secara langsung meningkatkan permintaan terhadap inputnya sendiri maupun terhadap subsektor lainnya sebesar Rp 0.520 juta.

Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)

Gambar 19 Kuadran Keterkaitan Sektor Perekonomian Indonesia

‐1.5 ‐1.0 ‐0.5 0.0 0.5 1.0 ‐2.0 ‐1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 Keterk ait an Kebelak ang Keterkaitan Kedepan Pertanian

Pertambangan dan Penggalian lainya Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau

Industri Serat (Fiber)

Industri Pemintalan Benang(Yarn) Industri Kain (Fabric)

Industri Pakaian Jadi (Garment) Industri Tekstil Lainnya (Other Textile) Industri Kulit dan Hasilnya

Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya

Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak

Industri Besi, Baja, Logam, dan Non Logam

Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan Industri Bahan Bangunan, Bangunan dan Barang lain

Listrik dan Air Minum Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa Agkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa dan Kegiatan Lainnya

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III

Nilai keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung yang terbesar pada adalah subsektor industri serat (fiber) dengan nilai 1.967. Nilai tersebut menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka subsektor industri kain (fiber) akan meningkat secara langsung dan tidak langsung meningkatkan permintaan terhadap inputnya sendiri maupun terhadap subsektor lainnya sebesar Rp 1.967 juta.

Sektor-sektor perekonomian dibagi menjadi empat kuadaran dengan garis vertikal menunjukan keterkaitan ke depan dan garis horizontal menunjukan keterkaitan ke belakang. Berdasarkan Gambar 19, subsektor industri TPT yang berada pada kuadran II adalah subsektor industri serat (fiber) dan subsektor industri pemintalan benang (yarn) yang berarti sektor tersebut hanya memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang tinggi. Sedangkan subsektor lainnya berada di kuadran III yang berarti ketiga sektor lainnya mempunyai nilai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang rendah.

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran terdiri dari koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat pengembangan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar input.

Dalam dokumen DAMPAK TENAGAA TEKSTIL (Halaman 58-75)

Dokumen terkait