BAB II TINJAUAN TEORITIS
4. Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah bentuk jual beri barang dengan tambahan
harga atas harga pembelian yang pertama secara jujur. Maksudnya
adalah menjual barang dagangan sesuai harga dagangan atau modal
ditambah laba tertentu.
Murabahah menurut para ulama adalah akad jual beli dimana penjual
menyebutkan harga beli barang yang akan dijual kepada pembeli dan penjual
mesyaratkan laba atas penjualan dalam jumlah tertentu yang disepakati.
Sedangkan pembiayaan murabahah adalah pembiayaan berupa
talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang dengan
kewajiban mengembalikan talangan tersebut seluruhnya ditambah margin
keuntungan bank pada waktu jatuh tempo, bank memperoleh margin
keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank
kepada nasabah.44
Karena dalam murabahah terdapat adanya keuntungan yang
43
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari`ah, (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005) h. 19.
44
Wirdyanigsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997h. 106
disepakati maka karekteristik murabahah adalah si penjual harus memberi
tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan biaya tersebut.45 Secara teoritis konsep
murabahah memberikan keuntungan kedua pihak, bagi pihak perbankan akan
mendapat keuntungan dari kelebihan harga jual atas pembelian suatu
barang, sedangkan bagi nasabah mereka memperoleh modal untuk
membeli barang pada saat tidak memiliki dana.
2. Dasar Hukum Murabahah
Jual beli murabahah sebagai sarana tolong menolong dan kerjasama
antara sesama umat manusia mempunyai landasan dalam Al-Qur'an, sunnah,
dan ijma' diantaranya adalah: Artinya: ...Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.. .(Q.S al-Baqarah 275).46
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta
kamu diantara kamu dengan cara batil, tetapi (hendaklah) perniagaan yang berdasarkan kerelaan diantara kamu. (QS. AnNisa: 29).47 Artinya: Dari Suhaib dari bapaknya dia berkata; Rasulullah SAW berkata
bahwa tiga perkara di dalamnya terdapat keberkahan yaitu 1, menjual dengan pembayaran kredit, 2.muqarada (murabahah), 3.mencampur
45
Adiwarman Karim, Bank Islam dan Analisis dan Keuangan, (Jakarta: Gema Insani, 2001) h. 113
46
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah Indonesia, h. 69 47
gandum dengan tepung untuk kepentingan rumah tangga bukan untuk dijual.
Dasar hukum murabahah menurut ijma' para ulama adalah umat
Islam telah berkonsesus tentang keabsahan jual beli, karena manusia sebagai
anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki
orang lain, oleh karena itu jual beli adalah salah satu jalan untuk
mendapatkannya secara sah, dengan demikian maka mudahlah bagi setiap
individu untuk memenuhi kebutuhannya.48 3. Syarat dan Rukun Murabahah
a. Rukun Murabahah:
Adapun rukun murabahah adalah sebagai berikut:
1) Orang yang berakad
2)Ada sigat (lafaz ijab dan qabul).
3)Ada barang yang dibeli
4)Ada nilai tukar pengganti barang.
Menurut ulama Hanafiyah orang yang berakad, barang yang dibeli dan
nilai tukar barang termasuk syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.49 b. Syarat-syarat Murabahah
Syarat murabahah dalam perbankan adalah sebagai berikut:
1) Pembeli hendaklah betul-betul mengetahui modal sebenarnya dari
suatu barang yang hendak dibeli
48
Mukhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, ( Raja Grafindo Persada, 2005) h 23
2) Penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar untuk tambahan
harga yang ditetapkan tanpa ada sedikitpun paksaan.
3) Barang yang dijual belikan bukanlah barang ribawi.
4)Sekiranya barang tersebut telah dibeli dari pihak lain, jual beli yang
pertama itu mestilah sah menurut perundangan Islam.
5) Penjual memberi tahu biaya modal pada nasabah
6) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
7) Kontrak harus bebas riba.
8)penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
9) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Pembiayaan murabahah telah diatur dalam fatwa DSN
No.04/DSN-MUI/IV/2000 dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum bagi pihak bank
mengenai murabahah yaitu sebagai berikut:
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’at Islam
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
misalnya jika pembelian itu dilakukan secara utang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga plus keuntungannya, dalam kaitan ini bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank
dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang
secara prinsip menjadi milik bank.50
Sedangkan ketentuan bagi nasabah dalam murabahah yang diatur dalam fatwa
DSN-MUI adalah sebagai berikut:
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau
asset kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan perjanjian ia harus membeli terlebih
dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus
membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara
hukum perjanjian tersebut mengikat kemudian kedua belah pihak harus
50
membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang
muka tersebut.
5. Jika kemudian nasabah menolak pembelian barang tersebut, biaya riil bank
harus dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang
muka maka nasabah dapat memutuskan untuk membeli barang tersebut dan ia
tinggal membayar sisa harga dan jika nasabah batal membeli uang muka
menjadi milik bank maksimal senilai kerugian yang ditanggung oleh bank
akibat pembatalan tersebut dan jika uang muka tidak mencukupi nasabah
wajib melunasi kekurangannya dan dalam pelaksanaannya pihak bank
diperbolehkan meminta jaiminan yang dipegang nasabah agar nasabah serius
dengan pesannya.51
Sedangkan pelaksanaan akad murabahah yang timbul sebagai akibat dari
take over (pengalihan hutang) telah diatur dalam DSN
NO31/DSN-MUI/VI/2002 yang merupakan salah satu alternatif akad
pengalihan hutang adalah sebagai berikut:
1. Bank syari’ah membeli sebagian asset nasabah dengan seizin Bank
konvensional, sehingga terjadilah syirkah al-milk antara bank syariah dan
nasabah tersebut,
51
2. Bagian asset yang dibeli oleh bank syari’ah sebagaimana yang dimaksud
angka 1 adalah bagian asset yang senilai hutang(sisa cicilan) nasabah
kepada bank konvensional.
3. Bank menjual secara murabahah bagian asset yang menjadi miliknya
tersebut kepada nasabah dengan pembayaran secara cicilan.
4. Fatwa DSN nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah berlaku pula
dalam pelaksanaan pembiayaan pengalihan hutang sebagaimana dimaksud
dalam alternatif II ini.52 4. Manfaat Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi murabahah memiliki beberapa
manfaat demikian juga resiko yang harus diantisipasi.
Murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah salah satunya adalah
adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah, selain itu sistem murabahah
juga sangat sederhana hal tersebut dapat memudahkan penanganan
administrasinya di bank syariah
52
52