• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa perjanjian take over di Bank DKI Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa perjanjian take over di Bank DKI Syariah"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERJANJIAN TAKE OVER DI BANK DKI SYARIAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

M. KONI RUMAINI AZIZ

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah

Tuhan Yang Maha Menganugerahkan kekuatan dan kemudahan dalam menjalani

setiap tahap dalam hidup ini. Rabb yang hingga kini tak hentinya mencurahkan

rahmat, ilmu, petunjuk, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan dinamika yang indah. Shalawat dan salam teruntuk teladan terbaik

Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat, dan pengikutnya atas inspirasi yang

begitu mengagumkan.

Dalam penulisan skripsi ini, alhamdulillah begitu banyak pengalaman,

pelajaran, dan hikmah yang penulis peroleh yang diharapkan semua itu mampu

membuat penulis lebih dewasa dan bermanfaat bagi masyarakat luas tentunya.

Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini karena

masih dalam tahap pembelajaran.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, ijinkanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih

yang tidak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MH., MM. sebagai Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(6)

v

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen yang selama ini memberikan ilmunya kepada penulis sehinnga

penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik.

5. Rasa ta’zim dan terima kasih yang mendalam kepada ayahanda H. Zainal Abidin

dan ibunda Hj. Mujenah atas dukungannya yang tiada henti baik moril maupun

materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak

habis bahkan doa-doa munajatnya yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT.

6. Kakak-kakaku tersayang: Zanih Nurhidayati, Riatmi Afifah, Tri Suciati, Elis

Yulianingsih, M. Nanang Suprayogi, A. Heri Priyono, dan Nawalin Nazah yang

telah emberikan dukungan materiil dan moril selama ini. Juga kepada teh Anna,

Mas Abhie, Mba Nunik, Mas Sulkhi, Mas Udin, Mas Edi terima kasih atas doa

dan semangatnya. Kepada ponakan-ponakanku Lia, Puput, Via, Nadia, Edhu,

Nabil, Fafa, Bagas, Alvaro, Averos, Alif, dan Mikhael terima kasih atas keceriaan

yang kalian berikan.

7. Untuk sahabat sahabat terbaiku: Darul Qotni, M. Taufik, Ridwan, Irham,

Saifudin, Apep yang telah berbagi suka dan duka dalam mengerjakan skripsi ini.

(7)

vi

dukungan semangatnya. Kepada teman-teman kosan mbah Brindil: Ulil, Ulum

mBendol, Huda terima kasih atas semangat ‘koplak’ dari kalian.

9. Staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah beserta jajarannya yang telah membantu penulis dalam

memperoleh data- data yang dibutuhkan.

10.Pihak-pihak lainya yang secara tidak langsung membantu dan memberikan

semangat sehingga penulisan skripsi ini bisa berjalan dengan lanccar

11.Akhir kata hanya kepada Allah SWT. jualah penulis memanjatkan doa semoga

Allah memberikan balasan kebaikan amal mereka dengan berlipat ganda. Semoga

dengan adanya skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi

masyarakat luas. Amiin.

Jakarta, 30 Mei 2011

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN………iii

KATA PENGANTAR……….iv

DAFTAR ISI………..vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...6

D. Tinjauan Pustaka Terdahu………..7

E. Metode Penelitian………...8

F. Sistematika Penulisan………...10

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Take Over……….12

1. Definisi Take Over………..12

2. Tujuan Take Over………16

3. Sebab-sebab Terjadinya Take Over……….16

4. Syarat dan Mekanisme Take Over………...19

5. Landasan Hukum Take Over………...21

(9)

viii

2. Ijarah………31

3. Ijarah Muntahia Bit-Tamlik (IMBT)………...34

4. Murabahah………...45

BAB III GAMBARAN UMUM BANK DKI SYARIAH A. Sejarah Singkat Bank DKI Syariah………...52

B. Visi dan Misi Bank DKI Syariah………..54

C. Struktur Organisasi Bank DKI Syariah……….55

D. Kinerja Bank DKI Syariah………57

BAB IV ANALISA PERJANJIAN TAKE OVER DI BANK DKI SYARIAH A. Konsep Take Over Secara Syariah………64

B. Apliksi Take Over KPR iB DKI Syariah………..66

1. Syarat Calon Nasabah Take Over KPR iB DKI Syariah…….68

2. Prosedur Pengajuan Take Over KPR iB DKI Syariah……….70

C. Isi Kontrak Take Over KPR iB DKI Syariah………...72

D. Analisa Kesesuaian Antara Konsep dan Praktek Take Over di Bank DKI Syariah……….82

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………...88

(10)

1

A Latar Belakang Masalah

Lebih dari sepuluh tahun setelah krisis ekonomi tahun 1998, bangsa

Indonesia semakin giat membangun berbagai aspek kehidupan dalam berbangsa

dan bernegara, terutama pembangunan dalam sektor ekonomi. Perbankan

mempunyai peran yang penting bagi aktifitas perekonomian. Peran strategis

perbankan tersebut merupakan wahana yang mampu menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan

taraf hidup rakyat. Sistem perbankan syariah memiliki keunggulan yang tidak

dimiliki oleh bank konvensional yaitu terletak pada sistem bagi hasilnya. Bagi

hasil adalah konsep yang lazim dan tidak ada keraguan di dalamnya dan hampir

seluruh ulama sepakat dengan transaksi bagi hasil.1

Peran perbankan syariah sangat diperhitungkan, sehingga bank syariah

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bank syariah pun semakin

melebarkan sayap bisnisnya, termasuk dalam bidang kredit kepemilikan rumah

(KPR).

Berbagai cara dilakukan bank-bank syariah dalam menyelami bisnis KPR

ini. KPR merupakan bisnis yang membutuhkan kesabaran dan perhitungan yang

1

(11)

matang agar dapat berjalan dengan baik. Selain itu diperkirakan bisnis KPR

jarang mengalami kerugian apabila pengembang (developer) dapat mengelolanya

secara profesional. Kebutuhan manusia terhadap papan akan selalu ada dan

diperkirakan selalu bertambah karena kebutuhan rumah sebanding linier dengan

pertumbuhan penduduk.2 Sehingga semakin pesat pertumbuhan penduduk di

suatu negara, maka semakin besar pula kebutuhan pemukiman untuk mereka.

Secara historis, bisnis properti terutama industri perumahan selalu

diwarnai oleh sebuah siklus pasang surut. Siklus ini dapat dihubungkan dengan

sebuah gelombang (fluktuasi) dalam gerakan keseluruhan kegiatan ekonomi yang

disebut siklus perekonomian. Siklus dalam bisnis properti biasanya terjadi dan

berulang setiap 5-10 tahun sekali.3 Sebab itu para pengembang harus bisa

memperhitungkan dengan tepat berapa besarnya pasokan properti agar seluruh

prodaknya dapat diserap pasar.

Bisnis kredit kepemilikan rumah diperkirakan akan tetap menjadi

primadona dalam industri perbankan di Indonesia. Tingginya kebutuhan tempat

tinggal merupakan salah satu pemicu meningkatnya permintaan kredit yang satu

ini

Dari sekian banyak produk perbankan syariah, kredit kepemilikan rumah

(KPR) syariah adalah salah satu produk favorit dan digemari masarakat. KPR

2

Jurnal Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Analisis Konsep Perumahan dan Komitmen Developer Terhadap Keputusan Pembelian (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.206.

3

(12)

syariah menggunakan sistem berbasis jual beli (murabahah). Artinya konsumen

tidak terbebani fluktuasi suku bunga yang terus mengalami perubahan. Dalam

sistem jual beli tersebut nasabah mengetahui harga pokok dan margin yang

diinginkan bank syariah untuk pembelian suatu rumah. Sistem tersebut ternyata

diminati oleh masyarakat, tidak hanya orang Islam saja melainkan juga yang non

muslim. Munculnya produk KPR syariah telah memberikan alternatif

pembiayaan perumahan baik kepada konsumen maupun pengembang

(developer).

Saat Indonesia didera krisis ekonomi tahun 1998 banyak orang yang

kalang kabut oleh cicilan KPR yang melonjak drastis. Kenaikan cicilan saat itu

bahkan mencapai 50%. Kasus seperti itu tidak bakal terjadi kepada nasabah yang

menggunakan KPR syariah karena sistemnya berbeda. Di tengah situasi ekonomi

yang terus menerus dipengaruhi oleh inflasi, KPR syariah dapat menjadi solusi

alternatif. Meskipun suku bunga mengalami inflasi, cicilan KPR syariah tidak

berubah karena memang menerapkan tarif flat. Hal ini tentu berbeda dengan

KPR konvensional yang menggunakan sistem bunga yang menyebabkan

cicilanya terus berubah.

Saat ini setiap bank baik konvensional maupun syariah berusaha

berlomba-lomba untuk dapat terjun dalam bisnis KPR secara professional.

Berbagai macam strategi pemasaran dikerahkan agar dapat menjaring nasabah,

mulai dari proses pembiayaan yang relatif mudah dan cepat, platform yang dapat

(13)

maupun bagi hasil (pada bank syariah) yang cukup bersaing, tenor pinjaman

yang panjang, bahkan sampai proses pembayaran yang dapat disesuaikan dengan

kemampuan membayar si nasabah itu sendiri.4

Salah satu strategi pemasaran yang dikembangkan oleh bank-bank saat ini

adalah dengan pengalihan (take over) KPR. Take over KPR adalah pemindahan

fasilitas KPR nasabah yang telah berjalan disuatu bank ke KPR bank lain.5

Proses pemindahan KPR dari satu bank ke bank lainya sudah lazim dilakukan.

Yang diambil alih adalah sisa pokok pinjaman nasabah dari bank pemberi KPR

pertama. Selanjutnya nasabah akan mencicil sisa pokok pinjaman tersebut ke

bank yang mengambil alih KPR nya.

Selain ke sesama bank konvensional, dan juga ke sesama bank syariah,

take over KPR juga bisa dilakukan dari bank konvensional ke bank syariah

maupun dari bank syariah ke bank konvensional.6 Dalam perbankan syariah

mekanisme ini diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama

Indonesia No: 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang. Dalam Fatwa

4

’’Memindahkan KPR ke Bank Lian’’ artikel diakses pada 27 Mei 2011 dari http;//202.155.15.208/koran-detail.asp?id=323600&kat_id

5

’’KPR Take Over’’ artikel diakses pada 27 Mei 2011 dari http://www.bankmandiri.co.id/artikel/faqouver.aspx

6

(14)

ini pengalihan hutang adalah pemindahan hutang nasabah dari bank atau lembaga

keuangan konvensioanal ke bank atau lembaga keuangan syariah.7

Berbagai alasan mendasari take over KPR yang dilakukan oleh nasabah

suatu bank konvensional ke bank syariah. Mulai dari alasan ingin menghindari

praktek riba/bunga di bank konvensional yang mana setiap keterlambatan

pembayaran angsuran akan menambah pembayaran bunga, hingga alasan kecewa

dengan laporan pembayaran angsuran yang diberikan bank konvensional yang

ternyata setiap membayar angsuran KPR pada awal-awal tahun perjanjian KPR

sebagian besar hanya untuk membayar bunganya saja dan untuk pembayaran

pokok hanya sedikit sekali sehingga outstanding pokok KPR nya turunya tidak

signifikan.8 Dengan memindahkan KPR ke bank syariah, mereka merasa lebih

aman dan nyaman.

Banyak nasabah yang ingin memutasi kreditnya ke bank lain, salah

satunya ke bank syariah. Di sini penulis meneliti take over yang terjadi di salah

satu bank syariah yakni bank DKI Syariah. Penulis melakukan penelitian di bank

tersebut karena bank DKI Syariah memiliki pengalaman yang tidak sedikit

mengenai take over KPR.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan pengkajian lebih dalam tentang perpindahan akad pembiayaan ini

7

Tim Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah nasional, edisi III, (Jakarta: CV Gaung Persada), h.185.

8

(15)

kedalam skripsi yang berjudul ANALISA PERJANJIAN TAKE OVER DI

BANK DKI SYARIAH

B Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian, hanya

mengkaji pada akta perjanjian pengalihan hutang (take over) pada produk KPR

iB DKI Syariah

Adapun rumusan masalahnya

1. Bagaimana konsep take over secara prinsip syariah?

2. Bagaimana aplikasi pembiayaan take over KPR iB DKI Syariah?

3. Apakah aplikasi take over KPR iB DKI Syariah tersebut telah sesuai

dengan konsep take over dalam prinsip syariah?

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan diatas, ada

beberapa tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai

adalah :

1. Untuk mengetahui konsep take over secara prinsip syariah

2. Untuk mengetahui aplikasi pembiayaan take over KPR iB DKI Syariah

3. Untuk mengetahui apakah akad pengalihan hutang (take over) KPR iB

DKI Syariah telah sesuai dengan konsep take over secara syariah.

(16)

1. secara akademik, penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan

tentang akad pembiayaan take over

2. secara praktik penelitian ini dapat memberikan informasi kepada bank

syariah mengenai alternatif lain dari akad pembiayaan take over yang

sesuai dengan syariah.

D Tinjauan Pustaka Terdahulu

Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber

kepustakaan, penulis melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini masih

kurang mendapatkan perhatian, untuk mengatakan belum pernah diteliti. Tema

tentang pengalihan utang (take over) dalam suatu pembiayaan belum banyak

dikaji oleh para mahasiswa, namun demikian sudah ada beberapa yang

membahasnya dalam sebuah skripsi.

Yang pertama, Desain Akad Pembiayaan Take Over KPR Syariah Di

Bank Muamalat Indonesia tahun 2008. Hasil dari penelitian ini adalah akad

pembiayan take over KPR syariah di bank Muamalah Indonesia menggunakan

Qard dan Murabahah yang merupakan Alternatif pertama dari empat alternatif

yang ditetapkan DSN-MUI/VI/2002. Tentang pengalihan hutang.

Desain akad pembiayaan take over KPR yang lebih relevan dan lebih sesui

dengan syariah yang telah ditetapkan di bank-bank syariah di negara lain yaitu

musyarokah mutanasiqoh, yaitu akad bagi hasil yang merupakan penyertaan

modal secara terbatas dari suatu mitra usaha kepada mitra usaha lain dalam

(17)

Yang kedua, tesis yang berjudul Analisis Proabilitas Konversi Nasabah

KPR BTN menjadi Nasabah Pembiayaan KPR BTN Syariah dengan Pendekatan

Model LOGIT, oleh Didi Patria Program pasca sarjana UI tahun 2005. Tesis ini

membahas strategi pada masa awal pendirian UUS BTN syariah, yaitu dengan

pembentukan aset melalui produk pembiayaan KPR BTN Syariah konversi.

Managemen BTN menetapkan target realisasi pembiayaan KPR BTN syariah

yang besarnya sekitar 66% dari target keseluruhan pembiayaan BTN syariah.

Pencapaian target ini sangat penting agar BTN syariah dapat memberikan tingkat

bagi hasil yang bersaing kepada nasabah dana pihak ketiga (DPK) dimasa awal

pendirian sehingga dapat menarik minat masarakat untuk menginvestasikan

dananya di BTN syariah.

E Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan

Penelitian ini merupakan jenis tipe penelitian yuridis normatif, yakni

penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah dalam

hukum positif. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah case

approach (pendekatan kasus) yang bertujuan untuk mempelajari penerapan

norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktek hukum.9

Dalam penelitian ini fokus penelitian adalah pada draf akad take over yang

meliputi perjanjian qardh, perjanjian pembiayaan ijarah muntahia bit tamlik,

9

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,

(18)

surat pengakuan (accept), surat pernyataan, surat kuasa, akad bai’, dan surat

kuasa menjual.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah meliputi data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari

masyarakat atau responden.10 Dalam penelitian ini data primer yang

diperlukan berkaitan dengan aplikasi take over di bank DKI Syariah diperoleh

melalui wawancara dengan bapak Erza Fatwa selaku asisten administrasi

pembiayaan bank DKI Syariah cabang Wahid Hasyim, dan bapak Irham

Fachreza Anas selaku asisten dewan pengawas syariah bank DKI Syariah

pusat.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi dokumen/pustaka

(library research).11 Data yang digunakan meliputi draf akad take over, Fatwa

DSN MUI, hukum kontrak, dan beberapa literatur mengenai fiqh muamalat.

3. Tehnik Analisa Data

Pendekatan utama penelitian ini adalah kualitatif, maka baik untuk

jenis data normatif maupun empiris, maka tehnik analisa data dilakukan

dengan cara menganalisis isi (content analysis). Analisis isi atau yang biasa

10

Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori Dan Aplikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 122.

11

(19)

disebut analisis dokumen adalah analisis data yang berasal dari dokumen

untuk memaparkan informasi-informasi yang berguna.12 Bahan yang

dipelajari dalam penelitian dapat berupa bahan yang diucapkan juga bahan

yang tertulis.13

4. Tehnik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi,”yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

F Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu

[image:19.612.117.533.63.422.2]

menetapkan suatu kerangka dasar penulisan. Secara garis besar memberikan

gambaran lebih jelas mengenai skripsi, setiap bab memberikan gambaran sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka terdahulu, metode penelitian serta

sistematika penulisan skripsi

BAB II LANDASAN TEORI

12

M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Cet. Kedua, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.37.

13

(20)

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori berdasarkan tinjauan pustaka

dan literature mengenai konsep take over, dan akad-akad yang berkaitan

dengan take over syariah seperti Qardh, Murabahah, Ijarah, dan Ijarah

Muntahiya bi-Tamlik yang dipakai pada pembiayaan perumahan di bank

syariah.

BAB III GAMBARAN UMUM DIVISI SYARIAH BANK DKI

Bab ini menjelaskan gambaran umum tentang Divisi Syariah Bank DKI

mengenai sejarah singkat, Visi dan misi, Struktur Organisasi, dan

kinerja keuangan dari Bank DKI Syariah.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Bab ini merupakan inti pembahasan skripsi yang akan membahas

mengenai masalah yang diteliti yaitu tentang konsep take over syariah,

aplikasi take over KPR iB di Bank DKI Syariah, isi kontrak take over

KPR iB di Bank DKI Syariah dan analisis kesesuaian antara konsep dan

praktek take over di bank DKI Syariah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini mengemukakan kesimpulan yang diperoleh pada bab bab

sebelumnya disertai dengan pemberian saran-saran yang konstruktif

sehubungan masalah yang ditemui sebagai bahan pertimbangan bagi

(21)

12

A. TAKE OVER

1. Definisi Take Over

Take over dalam kamus Inggris Indonesia berarti mengambil alih.1

Sedangkan menurut Ahmad Antoni K. Muda, take over adalah

pengambilalihan atau dalam lingkup suatu perusahaan adalah perubahan

kepentingan pengendalian suatu perseroan.2 Menurut Eti Rochaety dan

Ratih Tresnati, take over selain mempunyai pengertian perubahan

kepentingan dalam pengendalian suatu perseroan juga memiliki pengertian

lain yaitu pengambilalihan sebuah perusahaan oleh perusahaan lain.3

Menurut T. Guritno, yang dimaksud dengan take over adalah

perbuatan atau hal mengambil alih sesuatu. Dalam lingkup perseroan, take

over berupa penawaran kepada para pemegang saham untuk membeli

sahamnya, baik seluruhnya maupun sebagian dengan harga tertentu dan

dengan tujuan menguasai perseroan yang ditawar.

Istilah take over menunjukkan bahwa semula ada keberatan baik

1

John M. Ehols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990) h.578.

2

Ahmad Antoni K. Muda. Kamus Lengkap Ekonomi (Jakarta: Gitamedia Press, 2003) h.331. 3

(22)

dari pemilik maupun pengurus perseroan. Penawar mungkin adalah

perseorangan maupun perseroan yang umumnya lebih besar dari yang

ditawar.4

Ada 3 katagori utama take over, yaitu:

a) take over horizontal, yaitu take over yang melibatkan

perusahaan-perusahaan yang merupakan pesaing langsung dalam pasar yang

sama

b) take over vertikal, yaitu take over yang melibatkan

perusahaan-perusahaan yang berada dalam hubungan pemasok dan langganan

c) take over konglomerat, yaitu take over yang melibatkan

perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam pasar-pasar yang

tidak ada hubungannya satu sama lain dan dilakukan dalam rangka

diversifikasi aktivitas perusahaan.

Dari beberapa pendapat umum diatas, didapatkan sedikit gambaran

mengenai take over yang dilakukan dalam suatu lingkup usaha (bisnis)

bahwa take over adalah suatu cara pengambilalihan kendali atas suatu

usaha (bisnis). Take over dari sudut pandang perusahaan mempunyai

manfaat yaitu, yaitu:

a) memungkinkan perusahaan yang bersangkutan menurunkan biaya

produksi dan distribusi

b) memperoleh brand (merek dagang)

4

(23)

c) memperluas aktivitas usaha yang ada / pindah ke bidang usaha

yang baru

d) untuk perusahaan induk (besar), take over dapat mengurangi atau

bahkan dapat menghilangkan pesaing usaha dan meningkatkan

kekuatan pasar

e) dari sisi penggunaan sumber daya yang ada memungkinkan untuk

meningkatkan efisiensi penggunaannya, tetapi dapat juga menjadi

tidak efisien karena persaingan yang menurun.5

Sedangkan take over yang dimaksud dalam pembahasan skripsi ini

adalah take over menurut Dewan Syariah Nasional Nomor

31/DSN-MUI/VI 2002, yang disebut juga dengan pengalihan hutang. Pengalihan

hutang yang dimaksud disini adalah pengalihan transaksi non syariah yang

telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah.

Take over yang dimaksud disini adalah proses perpindahan kredit

nasabah di bank konvensional menjadi pembiayaan dengan prinsip jual

beli yang berdasarkan syariah.

Dalam proses take over ini, bank syariah sebagai pihak yang akan

melakukan take over terhadap kredit yang dimiliki calon nasabahnya di

bank konvensional, bertindak sebagai wakil dari calon nasabahnya untuk

melunasi sisa kerdit yang terdapat di bank asal, mengambil bukti lunas,

surat asli agunan, perizinan, polis asuransi dan surat roya, sehingga barang

(24)

(dalam hal ini rumah) menjadi milik nasabah secara utuh. Kemudian,

untuk melunasi hutang nasabah kepada bank syariah, maka nasabah

tersebut menjual kembali rumah tersebut kepada bank syariah. Kemudian

bank syariah akan menjual rumah tersebut lagi kepada nasabah dengan

pilihan kombinasi akad yang tertera dalam fatwa DNS-MUI/VI/2002

tentang pengalihan hutang seperti qardh dan murabahah, syirkah al-milk

dan murabahah qadh dan ijarah seta qardh dan ijarah muntahiya bi-tamlik

(IMBT)

Bila di lihat disini take over dapat hampir serupa dengan akad

hiwalah muthlaqah yaitu pengalihan hutang yang dimilki oleh pihak

pertama (muhil/pihak yang berutang) terahadap pihak kedua (muhal/pihak

yang menghutangkan) kepada pihak ketiga (muhal alaih/orang yang

membayarkan hutang muhil) untuk dapat dilunasi hutangnya tanpa

dikatakan apakah muhal alaih mempunyai hutang atau tidak kepada muhil.

Hanya mazhab hanafi yang memperbolehkan terjadinya hiwalah

muthlaqah Mazhab Hanafi berpendapat jika akad hiwalah muthlaqah

terjadi karena inisiatif pihak pertama, maka hak dan kewajiban antara

pihak pertama dan pihak ketiga yang mereka tentukan ketika melakukan

akad hutang piutang sebelumnya masih tetap berlaku, khususnya ketika

jumlah hutang piutang antara ketiga pihak tidak sama. 6 Sedangkan

6

(25)

Mazhab Maliki, Safi’I dan Hambali hanya memperbolehkan terjadinya

hiwalah muqayyadah, yaitu pengalihan hutang yang dimiliki oleh pihak

pertama (muhil/pihak yang berhutang) terhadap pihak kedua (muhal/orang

yang menghutangkan) kepada pihak ketiga (muhal alaih/orang yang

membayarkan hutang muhil) untuk dapat dilunasi hutangnya dengan

dikatkan pada hutang yang dimiliki muhal alaih kepada muhil. Jadi pihak

ketiga harus memiliki hutang pada pihak pertama agar akad hiwalah dapat

berjalan.

2. Tujuan Take Over

Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi

kebutuhan masyarakat adalah take over. Di sini bank syariah berusaha

untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin memindahkan transaksinya

agar dapat berjalan sesuai dengan syariah sehingga Insya Allah dapat

memberikan kebaikan di dunia dan di akherat kelak. Take over bertujuan

untuk membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah

yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah.

3. Sebab Terjadinya Take Over

Take over (pengambilalihan) kredit pemilikan rumah (KPR)

nasabah disuatu bank dapat terjadi karena hal-hal berikut:

(26)

KPR nasabah menjadi tidak menentu.7 Penawaran KPR di bank

konvensional biasanya menetapkan dua jenis bunga, yaitu bunga

kredit baru dan bunga kredit berjalan. Bunga kredit baru biasanya

ditetapkan lebih rendah untuk jangka waktu tertentu, misalnya fixed 1

tahun pertama atau fixed 5 tahun pertama, setelah lewat masa fixed,

maka bunga akan disesuaikan dengan kondisi pasar, dikenal dengan

sebutan bunga kredit berjalan.8 Pada umumnya bunga ini direview

setiap bulan dan jika bank menganggap perlu, maka akan direvisi juga

setiap bulan. Hal inilah yang menyebabkan angsuran nasabah menjadi

tidak menentu. Kondisi ini sangat terasa apabila terjadi krisis ekonomi.

Tetapi akan terasa menguntungkan nasabah bank syariah karena

sistem yang dipakai adalah sistem jual beli dimana keuntungan bank

talah ditatapkan diawal perjanjian.

b) Kekecewaan nasabah terkait dengan laporan pembayaran angsuran

yang diberikan bank konvensional yang ternyata setiap membayar

angsuran KPR pada awal-awal tahun perjanjian KPR sebagian besar

hanya untuk membayar bunganya saja dan untuk pembayaran

pokoknya hanya sedikit sekali sehingga outstanding pokok KPR

7

Ruwetnya Kredit di Bank Syariah, artikel diakses pada 10 Desember 2010 dari http://www.niriah.com/konsultasi/finansial/4jd11.html.

8

(27)

turunnya tidak signifikan. 9 Sedangkan di bank syariah setiap

pembayaran angsuran antara pembayaran pokok dengan pembayaran

margin hampir berimbang, sehingga penurunan outstanding pokok

KPR signifikan. Walaupun berimbang disini bukan berarti 50:50

tetapi dapat dilihat bahwa penurunan outstanding pokok pada KPR

bank syariah lebih signifikan dibandingkan dengan penurunan

outstanding pokok pada KPR bank konvensional.

c) Kesadaran nasabah bahwa sistem bunga bank tidak halal.10 Bunga

bank merupakan istilah baru dalam dunia perbankan yang merupakan

terjemahan dari interest yang bermakna riba. Pada dasarnya orang

yang meminjami sesuatu tidak boleh mengambil imbalan atas

pinjaman yang diberikan baik itu sedikit maupun banyak. Bank

konvensional memutar uangya dengan cara meminjamkanya pada

pihak lain dan mengambil keuntungan berupa bunga.11 Bunga ini

ditatapkan tanpa mempertimbangkan resiko kerugian yang mungkin

terjadi pada nasabah.12 Pada kredit konsumtif, bunga dibebankan pada

pinjaman yang diberikan. Apabila nasabah tidak dapat mengangsur

(macet), maka bunga yang dibebankan menjadi berlipat ganda.

9

Alihozi, Ayo kita Beralih ke KPR Syariah, artikel diakses pada 10 Desember 2010 dari http://alihozi77.blogspot.com/2010/04/ayo-beralih-kpr-syariah.html.

10

Pindah KPR ke Bank Syariah Mudah, artikel diakses pada 10 Desember 2010 dari http://estate.co.id/index.php?option=content&task=view&id=262&itemin=52.

11

Muh. Zuhri, Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan: Sebuah Tilikan Antisipatif

(28)

d) Apabila take over terjadi dari bank syariah satu ke bank syariah lain

dapat disebabkan oleh tingkat margin antar bank. Dalam menetapkan

margin KPR, antara bank syariah terjadi perbedaan. Bisa jadi bank

syariah A marginya lebih tinggi dibanding dengan margin yang

ditetapkan oleh bank syariah B, atau sebaliknya. Penetapan tingkat

margin yang lebih rendah dapat menguntungkan nasabah. Tetapi perlu

juga diingat bahwa proses take over pun akan memakan biaya yang

tidak sedikit sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan pun perlu

perhitungan yang matang. Jangan sampe maksud nasabah

memperoleh keuntungan dengan membayar angsuran yang lebih kecil,

ternyata harus mengeluarkan nominal yang sama atau mungkin lebih

banyak dari pada bertahan di bank syariah asal.

4. Syarat dan Mekanisme Take Over

Seperti halnya transaksi lain yang terjadi di bank, take over pun

memiliki syarat-syarat tertentu. Persyaratan umum yang biasanya diajukan

oleh bank syariah kepada calon nasabahnya yang ingin melakukan take

over pada kreditnya di bank konvensional sama dengan nasabah yang

ingin mengajukan pembiayaan baru di bank syariah, seperti batas usia

minimum pengajuan pembiayaan, batas usia maksimal pelunasan

pembiayaan, batas minimal masa kerja pada saat pembiayaan diajukan,

dan memenuhi persyaratan berdasarkan penilaian bank.

(29)

syariah terkait dengan take over yang akan dilakukanya terhadap kredit

calon nasabahnya yang masih berjalan di bank konvensional tersebut

biasanya meliputi jangka waktu kredit yang telah berjalan, kolektibilitas

calon nasabah, mutasi rekening nasabah, informasi dari BI terkait dengan

riwayat kredit maupun pembiayaan yang diambil oleh nasabah, jenis

pembiayaan yang akan diterapkan setelah kredit di take over, maupun

kondisi fisik dan lingkungan rumah tersebut.

Hal-hal tersebut akan dianalisa sebaik mungkin oleh bank syariah

sebelum permohonan take over pembiayaan disetujui dan dicairkan.

Penilaian tersebut diberikan berdasarkan prinsip-prinsip pemberian kredit

5C (character, collateral, capacity, capital and condition of economics)13

dan 5P (party, purpose, payent, profitability, dan protection).14

Setelah permohonan take over pembiayaan calon nasabah disetujui

oleh pihak bank syariah, maka selanjutnya bank syariah akan mereliasasi

permohonan take over yang dilengkapi dengan persyaratan yang

dibutuhkan. Kemudian permohonan itu dianalisis oleh pihak bank syariah.

Selain menganalisis persyaratan administratif yang sudah diberikan oleh

nasabah, pihak bank juga akan melakukan wawancara dengan pihak yang

diperlukan keterangannya untuk mengetahui kondisi nasabah yang

13

H. Rahmat Firdaus dan Maya Arianti. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, kebijakan, dan aplikasi Lengkap dengan Analisis Kredit (Bandung: Alvabeta.2004) h. 83-86.

14

(30)

sebenarnya. Pihak bank pun akan melakukan tinjauan on the spot ke

lapangan untuk melihat kondisi objek pembiayaan sebenarnya. Apabila

telah disetujui, perwakilan bank syariah, notaris dan calon nasabah yang

akan di take over kreditnya bertemu dengan perwakilan bank asal di

tempat yang telah disepakati. Kemudian bank syariah akan melunasi sisa

kredit calon nasabah di bank asal baik dengan cara cash maupun transfer

bank. Setelah sisa kredit dilunasi bank syariah akan mengambil agunan

nasabah tersebut di bank asal. Bank asal akan melepas hak tanggungan

atas barang yang di take over (dalam hal ini rumah) dengan mengeluarkan

surat roya dan bank syariah akan mendaftarkan kembali agunan tersebut di

badan pertanahan nasional (BPN). Setelah proses pelunasan selesai

dilakukan, maka selanjutnya adalah dilakukanya akad jual beli yang akan

mengikat nasabah dengan bank syariah. Akad yang diberlakukan terkait

dengan hal ini adalah ijarah muntahiyya bi-tamlik (IMBT).

5. Landasan Hukum Take Over

Landasan hukum take over (pengalihan hutang) adalah

a. Al-Quran                                   

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali

(31)

penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungjawabanya” (QS. Al-Isra: 34)

                                                                                                     

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar

syiar-syiar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan

haram, jangan menggangu binatang had-ya dan

binatang-binatang qalaa-id, dan jangan menggangu orang-orang yang

mengunjungi baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan

dari tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,

maka bolehlah berburu dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)

kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari

masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan

tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajkan dan takwa,

dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Dan bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah amat berat

siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2)

b. Al-Hadits

ْﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ

َلﺎَﻗ ﻢّﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰّﻠﺻ ﱠﻲِﺒﱠﻨﻟا ﱠنَأ ُﮫْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر َةَﺮْﯾَﺮُھ

:

(32)

ْﻢُﻛُﺪَﺣَا َﻊِﺒﱠﺗأ اَذِﺈَﻓ ٌﻢﻠُﻇ

ْﻊِﺒﱠﺘَﯿْﻠَﻓ ﱢﻲِﻠَﻣ ﻰَﻠَﻋ

) .

ىرﺎﺨﺒﻟا هاور

(

Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa rosulullah SAW bersabda:

menunda-nunda pembayaran hutang oleh orang yang mampu adalah

suatu kezaliman. Maka jika seseorang diantara kamu dialihkan hak

penagihan pitangnya (di hiwalahkan) kepada pihak yang mampu

terimalah” (HR. Bukhari).15

c. Fatwa Dewan Syariah Nsional Nasioal Nomor 31/DSN-MUI/VI/2002

tentang pengalihan hutang

6. Perbedaan Take Over Konvensional dan Take Over syariah

Jasa pengambilalihan hutang nasabah di bank konvensional dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu jasa hiwalah apabila yang diambil alih

hanya hutang pokoknya saja dan jasa qardh apabila yang diambil alih

hutang pokok plus bunga.16 Pemberian jasa qardh pada pengambilalihan

hutang pokok nasabah ditambah dengan bunganya dikarenakan

penggunaan qardh tidak terbatas, termasuk untuk menalangi hutang yang

berbasis bunga. Sedangkan pemberian jasa hiwalah tidak bisa untuk

menalangi hutang yang berbasis bunga.

Hutang yang di take over oleh bank syariah dari bank konvensional

adalah sisa angsuran nasabah di bank konvensional. Hal ini berarti bank

15

Mukhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, editor: Mustafa daib al-Bigha, (Beirut: Dar Ibn katsir, 1987 M/1407 H). j. 2h. 799.

16

(33)

syariah melakukan take over atas hutang pokok nasabah ditambah dengan

keuntungan bank konvensional (bunga), maka pemberian jasa qardh lebih

tepat diberikan untuk mengalihkan hutang nasabah di bank konvensional

ke bank syariah.

B. Akad-akad Yang Digunakan Dalam Transaksi Take Over Dengan Prinsip

Syariah

1. Qardh

a. Pengertian

Secara umum pinjaman merupakan pengalihan hak milik harta atas

harta, dimana pengalihan tersebut merupakan kaidah dari Qardh. Menurut

bahasa, Al-Qardhu berarti: potongan ( Al-Qath'u ) harta yang diberikan

kepada orang yang meminjam ( muqtaridh ) dinamakan qardh karena ia

adalah satu potongan dari harta orang yang meminjam ( muqridh ).17

Menurut Muhammad Muslehuddin, Qardh merupakan suatu jenis

pinjaman pendahuluan untuk kepentingan peminjaman. Ini meliputi semua

bentuk barang yang bernilai dan bayarannya juga sama dengan apa yang

dipinjamkan. Peminjam tidak mendapatkan nilai yang berlebih karena itu akan

merupakan riba yang dilarang dengan keras.18

17

Muhammad. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2004) h. 40.

18

(34)

Menurut Syafi’i Antonio, Qardh adalah pemberian harta kepada

orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain

meminjamkan tanpa mengharap imbalan19. Menurut Bank Indonesia, Qardh

adalah akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh)

yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.20

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional NO:

19/DSN-MUI/IV/2001 bahwa definisi Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan

kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. Nasabah al-Qardh wajib

mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati

bersama. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah. Jika nasabah tidak

dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang

telah disepakati dan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) telah memastikan

ketidakmampuannya, LKS dapat: memperpanjang jangka waktu

pengembalian, atau menghapus (write off) sebagian atau seluruh

kewajibannya.21

Kata Qardh ini kemudian diadopsi menjadi Credo (Romawi), Credit

(Inggris) dan kredit (Indonesia). Objek dari pinjaman Qardh biasanya adalah

19

Mukhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001) h. 131.

20

Direktorat Perbankan syariah, Kamus Istilah keuangan dan Perbankan Syariah, Bank Indonesia. (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah. 2006) h. 58.

21

(35)

uang atau alat tukar lainnya, yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa

bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal

ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu

dimasa yang akan datang.22 Peminjam dapat mengembalikan lebih besar

sebagai ucapan terima kasih.

Menurut istilah, Qardh adalah harta yang diberikan oleh seseorang

(Muqridh) kepada yang membutuhkan (Muqtaridh), yang kemudian si

peminjam akan mengembalikannya setelah mampu. Sedangkan menurut

mazhab Maliki, Syafii, dan Hambali diperbolehkan melakukan Qardh atas

semua harta yang bisa dijualbelikan obyek salam, baik itu ditakar atau

ditimbang, seperti emas, perak dan makanan atau dari harta yang bernilai,

seperti barang-barang dagangan, binatang dan sebagainya.23

Hak kepemilikan dalam Qardh menurut Abu Hanifah dan Muhammad

berlaku melalui qabdh (penyerahan), jika seseorang berutang satu karung

gandum dan sudah terjadi qabdh, maka ia berhak menggunakan dan

mengembalikan dengan yang semisalnya meskipun muqridh meminta

pengembalian gandum itu sendiri, karena gandum itu bukan lagi milik

muqridh. Yang menjadi tanggung jawab muqtaridh adalah gandum yang

semisalnya dan bukan gandum yang telah diutangnya, meskipun Qardh itu

22

Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah, Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional, (Jakarta: Rajawali Press, 2009) h. 270.

23

(36)

berlangsung.24

Qardh termasuk produk pembiayaan yang disediakan oleh bank,

dengan ketentuan bank tidak boleh mengambil keuntungan berapapun darinya

dan hanya diberikan pada saat kedaan emergency. Bank terbatas hanya dapat

memungut biaya administrasi dari nasabah. Nasabah hanya berkewajiban

membayar pokoknya saja.

b. Landasan syariah

1) Al-Quran                           

“Barangsiapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman

yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan

meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang

banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan

kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” .(Al-Baqarah : 245)

                              

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

24

(37)

siksa-Nya”. (Al-Maidah : 2) 2) Hadist

َﻞَﻗ ﻢّﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻲﻠﺻ ﱠﻲِﺒﱠﻨﻟا ﱠنأ ٍدﻮُﻌْﺴَﻣ ِﻦْﺑا ِﻦَﻋ

:

ُضِﺮْﻘُﯾ ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ْﻦِﻣ ﺎَﻣ

ًةﱠﺮَﻣ ﺎَﮭِﺘَﻗَﺪَﺼَﻛ َنﺎَﻛ ّﻻِإ ِﻦْﯿَﺗﱠﺮَﻣ ﺎًﺿْﺮَﻗ ﺎًﻤِﻠْﺴُﻣ

) .

ا هاور

ﻦﺑ

ﺟﺎﻣ

(

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi saw. Berkata: “bukan

seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainya) dua kali

kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah”. ( HR. Ibnu Majjah)25

َﻞَﻗ ٍﻚِﻟﺎَﻣ ِﻦْﺑ ِﺲَﻧَأ ْﻦَﻋ

:

ﷲا ُلﻮُﺳَر َﻞَﻗ

َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ﷲا ﻰّﻠَﺻ

.

َﺔَﻠْﯿَﻟ ُﺖْﯾَأَر

ﻰَﻠَﻋ ﻲِﺑ يِﺮْﺳُأ

ْا ِبﺎَﺑ

َﺠْﻟ

ِﺔﱠﻨ

َﺔَﯿِﻧﺎَﻤَﺜِﺑ ُضْﺮَﻘْﻟاَو ﺎَﮭِﻟﺎَﺜْﻣَأ ِﺮْﺸَﻌِﺑ ُﺔَﻗَﺪَﺼﻟا ﺎًﺑﻮُﺘْﻜَﻣ

ﺎﱠﺴﻟا ﱠنَﻵ َلﺎَﻗ ِﺔَﻗَﺪﱠﺼﻟا َﻦِﻣ ِضْﺮَﻘْﻟا ُلﺎَﺑﺎَﻣ ُﻞْﯾِﺮْﺒِﺟﺎَﯾ ُﺖْﻠُﻘَﻓ َﺮَﺸَﻋ

َﺂْﺴَﯾ َﻞِﺋ

ُهَﺪْﻨِﻋَو ُل

ُضِﺮْﻘَﺘْﺴُﻤْﻟاَو

ٍﺔَﺟﺎَﺣ ْﻦِﻣﱠﻻِإ ُضِﺮْﻘَﺘْﺴَﯾَﻻ

) .

ور

ﺟﺎﻣ ﻦﺑا ها

(

Dari Anas ra, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda :

“Pada malam peristiwa Isra’ aku melihat di pintu surga tertulis ’shadaqoh

(akan diganti) dengan 10 kali lipat, sedangkan Qardh dengan 18 kali lipat,

aku berkata : “Wahai jibril, mengapa Qardh lebih utama dari shadaqoh?’

ia menjawab “karena ketika meminta, peminta tersebut memiliki sesuatu,

sementara ketika berutang, orang tersebut tidak berutang kecuali karena

25

(38)

kebutuhan”.(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abas bin Malik ra, Thabrani

dan Baihaqi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Umamah ra).

c. Rukun dan Syarat

Seperti halnya akad-akad yang lain, Qardh memiliki rukun-rukun utama

antara lain:

1) Muqridh ( pemilik barang )

2) Muqtaridh ( yang mendapat barang atau peminjam )

3) Ijab Qabul ( serah terima)

4) Qardh ( barang yang dipinjamkan )

Seperti semua jenis akad jual beli, akad Qardh juga merupakan

perpindahan hak dalam pemakaian barang oleh karena itu rukun Qardh

diatas sudah sesuai dengan rukun Qardh itu sendiri.

Syarat sahnya Qardh

1) Barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat, tidak

sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatan, karena Qardh adalah

akad terhadap harta.

2) Akad Qardh tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan ijab dan qabul,

seperti halnya dengan jual beli.

Setiap akad dalam perpindahan hak guna pakai/hak milik harus

merupakan barang yang bermanfaat, tidak ada gunanya jika barang yang

itu tidak dipergunakan semestinya, dan juga harus ada ijab qabul antara

(39)

d. Aplikasi dalam perbankan

1) Pinjaman talangan haji, merupakan pinjaman yang diberikan bank

kepada nasabah calon haji, khusus untuk menutupi kekurangan dana

memperoleh kursi/seat haji pada saat pelunasan biaya penyelenggaraan

ibadah haji (BPIH)

2) Pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,

dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik

bank melaui ATM. Nasabah akan mengembalikany sesuai waktu yang

ditentukan.

3) Pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank

akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan

skema jual beli atau bagi hasil

4) Pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank meyediakan fasilitas ini

untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus

bank akan mengembalikanya secara cicilan melalui pemotongan

gajinya.26

e. Manfaat dan keuntungan

1) Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk

mendapatkan talangan jangka pendek

26

(40)

2) Al-Qardh juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah

dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial,

disamping misi komersional

3) Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik

dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah. 27

2. Ijarah

a. Pengertian Ijarah

Ijarah (sewa-menyewa) adalah akad atas manfaat benda yang

diketahui dan ada unsur pertukaran (prestasi dari manfaat benda itu).

Ketentuan mengenai ijarah diatur dalam fatwa No.09/DSN-MUI/IV/2000

tentang pembiayaan ijarah. Menurut Fatwa tersebut bahwa Ijarah adalah akad

pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu

tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian akad Ijarah

tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari

yang menyewakan kepada penyewa.

Didalam teknis perbankan Ijarah adalah akad atau perjanjian antara

bank dengan nasabah untuk menyewa suatu barang atau cek milik bank,

dimana bank mendapatkan imbalan atas barang yang disewakannya, dan

diakhiri periode nasabah membeli barang atau obyek yang disewakan.

27

(41)

Pengalihan kepemilikan yang diakadkan diawal, hanya semata-mata untuk

memudahkan bank dalam pemeliharaan asset itu sendiri baik sebelum

dansesudah berakhir masa sewa.

b. Landasan syariah

QS. al-Baqarah [2]: 233: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang

lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang

patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat

apa yang kamu kerjakan.”

QS. al-Qashash [28]: 26: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai

ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena

sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada

kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”

Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda: “Berikanlah

upah pekerja sebelum keringatnya kering.”

Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri,

Nabi s.a.w. bersabda: “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah

upahnya.”

c. Rukun dan syarat ijarah

Ijarah memiliki rukun-rukun utama antara lain:

1) Mu’jir dan Musta’jir, yaitu orang yang melakukan akad

(42)

upah dan yang menyewakan, musta’jir adalah orang yang menerima

upah untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu.

2) Shighat Ijab Qabul antara mu’jir dan musta’jir.

3) Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak baik

dalam sewa-menyewa maupun dalam upah mengupah. Barang yang

disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah mengupah.

4) Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah

mengupah

Sedangkan Syarat Ijarah

1) Kesepakatan kedua pihak untuk melakukan penyewaan.

2) Barang yang disewa tidak termasuk kategori haram.

3) Harga sewa harus terukur.

4) Pada akhir penyewaan barang akan dibeli oleh penyewa.

Syarat diatas ini merupakan syarat yang mutlak dalam Ijarah, seperti dalam

akad lainnya dalam perbankan Syariah barang tersebut tidak boleh

mengandung unsur yang diharamkan atau kategori barang yang haram yang

dapat memberikan kemudharatan kepada manusia.

d. Manfaat Ijarah

Ijarah mempunyai beberapa manfaat antara lain sebagai berikut:

1) Bagi Bank: Merupakan salah satu bentuk pembiayaan atau

(43)

dimana bank berpeluang untuk mendapatkan fee. Maksudnya adalah

salah satu pendapatan bank diluar operasional bank.

2) Bagi Nasabah: Sebagai sumber pembiayaan dan layanan perbankan

baik untuk tujuan pembelian barang modal (investasi) maupun

pengadaan rumah, kendaraan dan barang jasa lainnya. Maksudnya

adalah pembiayaan untuk barang-barang modal contohnya untuk

mendirikan sebuah pabrik memerlukan mesin, mesin inilah dalam

pembeliannya sesuai dengan akad Ijarah.

3. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik (IMBT)

a. Pengertian Ijarah Muntahiyyah bit-Tamlik (IMBT)

Ijarah muttahiya bit-tamlik adalah sebuah istilah modern yang tidak

terdapat dikalangan fuqoha terdahulu. Istilah ini tersusun dari dua kata:

1) At-tajiir/al-ijarah (sewa)

At-ta’jir menurut bahasa diambil dari kata al-ajr yaitu imbalan atas sebuah

pekerjaan, dan juga dimaksudkan dengan pahala. Adapun al-ijarah nama

untuk upah yaitu sesuatu yang diberikan berupa upah terhadap pekerjaan.

2) At-Tamlik (kepemilikan)

Secara bahasa berarti menjadikan orang lain memiliki sesuatu. Dan

at-tamlik bisa berupa kepemilikan terhadap benda, kepemilikan terhadap

manfaat, bisa dengan ganti atau tidak. Sebagaimana ungkapan dibawah ini

a) Jika kepemilikn terhadap sesuatu terjadi dengan adanya ganti maka ini

(44)

b) Jika kepemilikan terhadap suatu manfaat dengan adanya ganti maka

disebut persewaan

c) Jika kepemilikan terhadap sesuatu tanpa adanya ganti maka ini disebut

hibah/hadiah

d) Adapun jika kepemilikan terhadap suatu manfaat tanpa adanya ganti

maka disebut pinjaman

Dari kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi

ijarah muntahiyyah bit-tamlik (IMBT) adalah kepemilikan suatu manfaat/jasa

berupa barang yang jelas dalam tempo waktu yang jelas dikuti dengan adanya

pemberian kepemilikan suatu barang yang bersifat khusus dengan adanya

ganti yang jelas.28

Ijarah muntahiyah bit-tamlik adalah akad sewa menyewa antara

pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa

yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat

tertentu sesuai dengan akad sewa.29

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.7/DSN-MUI/III/2002

Al-Ijarah Muntahiya bit-tamlik adalah perjanjian sewa beli yang disertai dengan

opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa, kepada penyewa setelah

selesai masa sewa.

28

Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, h.117-118. 29

(45)

Menurut Sunarto Zulkifli dalam bukunya mengatakan bahwa transaksi

IMBT merupakan pengembangan transaksi ijarah untuk mengakomodasi

kebutuhan pasar. Sehingga ketentuanya mengikiti ketentuan ijarah.30

Perjanjian untuk melakukan akad ijarah muntahiya bit-tamlik harus

disepakati ketika akad ijarah ditandatangani. Janji kepemilikan yang

disepakati diawal akad ijarah adalah akad wa’ad yang hukumnya tidak

mengikat jika ingin dilaksanakan maka harus ada akad pemindahan

kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selasai.31

b. Dasar Hukum Ijarah Muntahiyah Bittamlik

1) Al-Quran                                             

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah

menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,

dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain

beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian

yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka

30

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transksi Perbankan Syariah, (Jakarta: zikrul Hakim, 2007) cet ke-3 h. 48.

31

(46)

kumpulkan.” ( Az Zukhruf : 32)

2) Al-Khadits

َلﺎَﻗ َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑ ِﷲا ِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ

:

َﺄْﻟااﻮُﻄْﻋَأ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ

ُﮫُﻗَﺮَﻋ ﱠﻒِﺠَﯾ ْنَأ َﻞْﺒُھَﺮْﺟَأ َﺮﯿِﺟ

)

ﺔﺟﺎﻣ ﻦﺑا هاور

(

Artinya :

“Dari Abdullah Ibn Umar berilah kepada pekerja upanya sebelum kering

keringatnya. “ (HR. Ibnu Majjah)32

3) Fatwa Dewan Syariah Nasional No.27/DSN-MUI/III/2002, tentang

Al-Ijarah Al Muntahiyah Bi Al-Tamlik.

4) PBI 7/46/PBI/2005 tanggal 14 Nopember 2005 tentang Akad

Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Menyalurkan

Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

c. Rukun dan Syarat IMBT

Menurut ulama Hanafiyah, rukun Ijarah itu terdiri dari ijab (ungkapan

menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa-menyewa).33 Akan tetapi

jumhur ulama mengatakan bahwa rukun ijarah ada empat yaitu :

1) Orang yang berakad penyewa dan yang menyewakan

2) Sighat akad (ijab dan qabul)

32

Abu Abdullah Muhamad Ibn al-Qazuni, Sunan Ibn Majjah (Beirut: Dar al-Fikri, 1995), h. 20.

33

(47)

3) Manfaat

4) Upah34

Fatwa DSN No. 27/DSN/-MUI/III/2002 tentang pembiayaan Ijarah

Muntahiyah Bittamlik, yaitu : 35

1) Ketentuan umum yang berlaku tentang rukun Ijarah Muntahiyah Bittamlik

adalah:

a) Semua rukun yang berlaku dalam akad Ijarah (Fatwa DSN nomor

09/DSN-MUI/IV/2003) berlaku pula dalam akad Ijarah muntahiyah

Bittamlik.

b) Perjanijian untuk melakukan akad Ijarah muntahiyah Bittamlik harus

disepakati ketika akad Ijarah ditandatangani.

c) Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.

2) Syarat-syarat ketentuan yang berlaku tentang Ijarah Muntahiyah Bittamlik :

a) Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiyah Bittamlik harus

melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu, akad pemindahan

kepemilikan baik dengan jual beli atau pemberian hanya dapat

dilakukan setelah masa ijarah selesai.

b) Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati diawal akad ijarah

adalah wa’d, yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin

34

Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adilutuhu, (Damasqus: Daar al-Fikr, 1979) Cet. Ke-3, juz 4, h. 731.

35

(48)

dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang

dilakukan setelah masa ijarah selesai.

Menurut peraturan bank Indonesia kegiatan penyaluran dana dalam

bentuk pembiayaan berdasarkan Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) berlaku

pula persyaratan sebagai berikut :

1) IMBT harus disepakati ketika akad Ijarah ditandatangani dan kesepakatan

tersebut wajib dituangkan dalam Ijarah yang dimaksud.

2) Pelaksanaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik atau pengalihan kepemilikan

kepada penyewa hanya dapat dilakukan setelah akad ijarah dipenuhi.

3) Bank wajib mengalihkan kepemilikan barang sewa kepada nasabah

berdasarkan ba’i/hibah pada akhir periode perjanjian sewa

4) Pengalihan kepemilikan barang atau sewa kepada penyewa dituangkan

dalam akad tersendiri setelah masa ijarah selesai.

Selain itu ketentuan ijarah berlaku pula pada akad Ijarah Muntahiyah

Bittamlik (IMBT) sebagai berikut :

1) Bank dapat membiayai pengadaan objek sewa berupa barang yang telah

dimiliki bank.

2) Objek dan manfaat barang sewa harus dapat dinilai dan diindentifikasikan

secara spesifik dan dinyatakan dengan jelas termasuk pembayaran sewa

(49)

3) Bank wajib menyediakan barang sewa, menjamin pemenuhan kualitas

maupun kuantitas barang sewa serta ketetapan waktu penyediaan barang

sewa sesuai kesepakatan.

4) Bank wajib menanggung biaya pemeliharaan barang/asset sewa yang

sifatnya materiil dan struktural sesuai kesepakatan.

5) Bank dapat mewakilkan kepada nasabah untuk mencarikan barang yang

akan disewakan oleh nasabah.

6) Nasabah wajib membayar sewa secara tunai dan menjaga keutuhan barang

sewa, dan menanggung biaya pemeliharaan barang sewa sesuai dengan

kesepakatan.

7) Nasabah tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang sewa yang terjadi

bukan karena pelanggaran perjanjian atau kelalaian nasabah.36

d. Bentuk IMBT

Ijarah muntahiyah bit tamlik memiliki banyak bentuk tergantung apa yang

disepakati oleh kedua pihak yang berkontrak. Berikut ini adalah berbagai

bentuk kontrak ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) dan persoalan hukum yang

berkaitan dengannya.37

1) Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) melalui hibah di akhir masa sewa.

Salah satu kemungkinan ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) melalui hibah

36

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 7/46/PBI/2005, Bab II Paragraph 3 pasal 16, h. 19-20 37

(50)

di akhir masa sewa adalah dengan memperhitungkan nilai jual dalam cicilan

sewa untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian, kepemilikan berpindah

secara otomatis tanpa perlu masuk kepada sebuah kontrak baru, juga tanpa

pembayaran tambahan di luar angsuran terakhir dalam masa sewa. Dalam

ijarah jenis ini, kata-kata yang dicantumkan dalam kontrak bisa sebagai

berikut: jika pihak kedua penyewa telah menyelesaikan pembayaran

angsuran terakhir sewa aset tersebut, pihak pertama (pemberi sewa) akan

menghibahkan asset tersebut kepada pihak kedua. Selanjutnya pengalihan

asset itu tergantung pada syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah

pihak.

2) Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) melalui perpindahan kepemilikan jual

beli pada akhir masa sewa dengan pembayaran hadiah. Kesepakatan ini

meliputi :

a) Suatu kontrak ijarah dilaksanakan dengan nilai dan jangka waktu yang

disepakati. Jika masa sewa tersebut berakhir, maka berakhir pula ijarah.

b) Sebuah perjanjian yang menyebut pnyewa akan masuk pada kontrak jual

beli pada akhir masa ijarah. Untuk itu, selain menunaikan kewajibannya

membayar sewa hingga angsuran berakhir, penyewa harus membayar

hadiah yang disepakati pada pemilik asset semula. Perpindahan

kepemilikan pada akhir masa ijarah jenis ini (apakah menggunakan

(51)

telah memperoleh sewa lebih tinggi dari yang dibayarkan untuk sewa

asset sejenis.38

3) Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) melalui perpindahan kepemilikan

dengan cara pada akhir masa sewa.

Kesepakatan ini pada dasarnya juga merupakan kontrak ijarah ditambah

dengan janji untuk masuk pada kontrak jual beli. Kontrak jual beli

mngandung jumlah yng harus di bayar oleh penyewa (pembeli) untuk asset

yang dijual sesudah berakhirnya masa ijarah. Setelah penyewa membayar

seluruh kewajibannya, asset yang disewa itu menjadi terjual. Kepemilikan

asset itu berpindah kepada penyewa (pembeli). Tidak ada keraguan hukum

menyakut masalah ini, karena kontrak penjualan hanya akan efektif sesudah

berakhirnya kontrak ijarah.

4) Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) melalui perpindahan kepemilikan

bertahap jual beli sebelum berakhirnya masa sewa untuk harga yang sama

dengan sisa angsuran ijarah.

Ketentuan syariah menyangkut kontrak ijarah secara umum berlaku pula

pada jenis ini. Dalam ijarah ini terdapat janji pemberi sewa bahwa aset dapat

dipindahkan kepemilikannya kepada penyewa kapanpun penyewa

menghendaki sebelum masa sewa berakhir. Harga yang harus dbayarnya

adalah sama engan harga sisa cicilan. Status kontrak ini tetap kontrak ijarah

38

(52)

sampai kepemilikan aset tersebut alihkan kepada penyewa melalui akad jual

beli.39

5) Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) melalui perpindahan kepemilikan

bertahap jual-beli aset yang disewa.

Kesepakatan ini merupakan kontrak ijarah disertai

Gambar

gambaran lebih jelas mengenai skripsi, setiap bab memberikan gambaran sebagai
GAMBARAN UMUM BANK DKI SYARIAH
Grafika, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau prosedur hak asasi manusia terkait dengan aspek hak asasi manusia yang relevan dengan operasi, termasuk persentase

Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Yang Belum

Hasil dari penelitan ini adalah sebuah peta dalam program SIG yang menunjukkan daerah terdampak banjir akibat backwater di sekitar pertemuan Kali Anyar Surakarta

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara Pasal 1 ayat (10) menegaskan bahwa: sengketa tata

Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya

Wawancara pertama dilakukan terhadap seorang narasumber yang dianggap memiliki pengetahuan tentang pengelolaan air di Desa Tajuk, kemudian metode snowballing digunakan

Sedangkan untuk file database backup hanya digunakan untuk database cadangan dan berguna untuk mengembalikan data jika percakapan terhapus atau aplikasi

“Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari perjanjian ini perselisihan tersebut tidak dapat di selesaikan secara musyawarah mufakat, maka para pihak sepakat