• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Melihat kondisi perkembangan teater saat ini, penulis berharap agar para penggiat teater tidak mengutamakan naskah dan seni peran (keaktoran) dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan teater, karena ada unsur seni pendukung yang lain yang memiliki kedudukan yang sama dalam pertunjukan teater.

Penulis sadar bahwa apa yang dipapakarkan dalam tulisan ini belum cukup untuk menjelaskan semua hal dan permasalahan yang ada dalam seni pertunjukan teater. Penulis berharap adanya peneliti-peneliti selanjutnya yang dapat meneliti berbagai aspek dalam pertunjukan teater.

Selain itu, penulis juga mengharapkan kritikan dan saran pembaca yang bersifat membangun yang dapat penulis jadikan bahan perbaikan tulisan ini dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arini, Sri Hermawati Dwi dkk,

2008, Seni Budaya Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional, h. 236 – 239.

A.r. Qomar

2004 Sepintas Drama dan Pementasannya

Handari dan Mimi Martini

1994 Penelitian Terapan. Yogyakarta, Gajah Mada University Press

Koentjaraningrat

1990 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, PT Rineka Cipta.

1982 Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta, Djambatan

Malm, William P

1977 Music Cultures of The Pacific Music The Near East and Asia. New Jersey, Prentice Hall Inc.

Marco De Marinis,

1990 From Ritual to Theatre.

Mauricio Kagel,

1982 On the Artist's self-understanding and tasks, New Music

Articles 1, NMA Publications.

Merriam, Alan P.

1964 The Anthropology of Music. Chicago, Northwestern University Press

Murgiato

1995 Kajian Keilmuan Seni, jakarta

Nettl, Bruno

1964 Theory and Method in Etnomusicology. New York, The Free Press

Qureshi, Regina B.

1986 Sufi, Music of Indian and Pakistan. England, Cambridge University Press

Richard Vella,

1990 Music and Representation, New Music Articles 8 NMA

Publications. Reginald Smith Brindle,

1975 The New Music, Oxford University Press Richard Vella,

1990 Music/theatre as a Theatre of Ideas, New Music Articles 8,

NMA Publications.

Sedyawati, Edi

1986 Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta, Direktorat Kesenian

Sinar Luckman T.

1996 Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Malayu. Medan, Perwira

Sudarsono

1972 Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta, ASTI Yogyakarta

Suhartono, Irawan

1995 Metode Penelitian Sosial. Bandung, Remaja Rosdak

Internet

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/155/hubptain-gdl-mohasroful-7712-3-babii.pdf

http://www.artikata.com/arti-364697-penggunaan.html defenisi Penggunaan

http://www.artikata.com/arti-344636-peran.html Defenisi Peran

DAFTAR FOTO

Keterangan Gambar 1 :

Gambar di atas adalah adegan satu pada babak satu.

Adegan diatas adalah adegan pembuka yang diiringi Musik sebagai musik pembuka.

Gambar 2 Keterangan gambar 2 :

Gambar diatas adalah adegan ketika Shinta ingin Rahwan membawanya lari. Adegan ini diiringi oleh musik pengiring 1.

Gambar 3

Keterangan gambar 3 :

Gambar diatas adalah adegan dimana Shinta kerasukan arwah Guru Rahwana yang diperankan oleh dalang.

Adegan ini di iringi musik yang disebut musik suasana untuk membuat suasana seolah tampak nyata.

Gambar 4 Keterangan Gambar 4 :

Gambar diatas adalah adegan Shinta pulih dari kerasukan arwah guru Rahwana. Adegan ini diiringi musik yang disebut musik suasana

Gambar 5 Keterangan Gambar 5 :

Gambar diatas menjelaskan Shinta pergi atas perintah Rahwana. Pada adegan tersebut musik perperan sebagai musik pengiring.

Gambar 6 Keterangan Gambar 6 :

Gambar diatas menunjukkan rahwana sedang bersemedi sambil bernyanyi menunggu kedatangan Rama.

Pada adegan ini musik berperan mengiringi Rahwana bernyanyi.

Gambar 7 Keterangan gambar 7 :

Gambar diatas menerangkan adegan pelukan perpisahan antara Rahwana dan Wibisana sebelum pertempuran antara pasukan Rahwana dan Pasukan Rama.

Dalam adegan ini musik berperan mengiringi suasana haru menjelang perpisahan antara Rahwana dan Wibisana.

Gambar 8 Keterangan gambar 8 :

Gambar diatas menjelaskan kedatangan 2 orang mentri kerajaan Alengka yang ingin member laporan kepada Rahwana.

Dalam adegan diatas musik berperan untuk mengiringi langkah para menteri untuk member laporan kepada Rahwana.

Gambar 9 Keterangan Gambar 9 :

Gambar diatas menunjukkan adegan perpisahan Rahwana dan Shinta, dalam adegan itu Shinta pergi bersama Hanuman.

Dalam adegan ini musik berperan untuk mengiringi perpisahan Rahwana,Shinta dan Hanuman.

Gambar 10 Keterangan Gambar 10 :

Gambar diatas menjelaskan pertempuran antara Rahwana dan Rama. Musik dangdut dimainkan untuk mengiringi pertempuran itu.

Gambar 11 Keterangan gambar 11 :

Gambar di atas adalah adegan penutup saat Shinta kembali menjadi permaisuri Rama. Pada adegan diatas musik pembuka dimainkan ulang, tetapi sebagai musik penutup.

Lampiran Naskah

Rahwana

Karya : Abdul Mukhid

Musik Pembuka (Reportoar Pembuka) (Adegan Penculikan Shinta oleh Rahwana di Hutan)

BABAK 1

ADEGAN 1

(Kerajaan Alengka waktu senja. Di bagian taman sari. Taman Asyoka yang sudah mahsyur namanya. Terliahat para dayang melayani Shinta. Rahwana sedang bercengkrama dengan Shinta. Rahwana tidak digambarkan sebagai raksasa yang jelek, tapi seorang yang gagah dan wajahnya lumayan tampan. Taman sari itu adalah sebuah taman sari yanbg indah. Tokoh dayang dayang boeh ada boleh tidak.)

Rahwana : (kepada dayang-dayang) Kalian Boleh pergi.

(dayang-dayang member hormat, lalu pergi. Tinggal Rahwana dan Shinta berdua) Rahwana : Kau tahu kenapa aku membawa mu kemari?

Rahwana : Bahkan aku dapat melihat kepura-puraan diwajah mu. (shinta dian saja, sedikit salah tingkah) apakah kau sudah melupakan gemuruh perasaan yang ada di dada kita?

Shinta : (mulai mengucurkan air mata) Tidak, Kakang. Kenapa Kakang tidak percaya juga kalau ini adalah takdir yang harus kita jalani.

Rahwana : (Emosional) Takdir, Shinta? Dengar, aku akan mengejar para dewa kelangit kalau itu memang takdir. Tidak, Shinta. Aku tidak bias terima ini. Kalau ini memang takdir seperti yang kau katakan aku akan merubahnya!

(Shinta terduduk dan menangis sejadi-jadinya)

ADEGAN 2

(suasana sekitar berubah. Seperti ada guncangan dahsyat sebentar, lalu tenang kembali. Shinta mematung. Sementara Rahwana tampakkebingungan. Lalu terdengar suara dari Shinta tapi dengan suara yang berbeda.)

Shinta : Mendekatlah kemari, Rahwana. (Rahwana tampak kebingungan mencari sumber suara, lalu mengarahkan pandangan kearah Shinta. Rahwana masih ragu) Iya, kemari!!

(Rahwana mendekat)

Shinta : Tataplah wajah ku baik-baik. (Rahwana menatap wajah Shinta dalam-dalam) Kau tahu siapa aku kan, Rahwana?

Rahwana : (menjatuhkan tubuhnya ke lantai untuk menyembah) Aduh, ampuni hamba guru sejati.. Mata hati hamba ternyata masih buta.

(Rahwana bangkit dan mendengarkan dengan seksama)

Shinta : Rahwana, Semua yang dikatakan Shinta tadi benar adanya. Ini memang takdir yang harus kalian jalani. Ini baru batu awal ujian yang harus kalian tempuh untuk menjadi manusia sejati. Sejati-sejatinya manusia. Manusia yang bukan sekedar perwujudan darah dan daging. Tapi sebagai ciptaan sang maha tunggal yang kelak juga harus kembali kepada sang maha tunggal.

Rahwana : Hamba mengerti guru.

Shinta : Nah, Rahwana. Kenapa kalian harus di uji? Barangkali karena perasaan duniawi yang mulai mengikat kalian. Cinta yang merebak dalam hati kalian telah menjelma menjadi sesuatu yang melebihi kecintaan kalian kepada yang tunggal. Dia ingin memperingatkan kalian untuk tidak menganggap segala yang ada didunia ini sebagai sesuatu yang kekal. Dia tidak ingin kalian lupa pada tujuan sejati kalian. Ingatlah, rasa ingin memiliki dunia ini hanya akan mengantarkan kalian pada kesengsaraan. Kau boleh mencari dan memiliki apa yang ada didunia ini tapi jangan sekali-kali mengikatkan hati mu padanya.

Rahwana : Hamba mengerti, Guru. Hamba telah melakukan kelalaian.

Shinta : Bagus, kalau kau mengerti. Ada satu lagi yang ingin aku sampaikan. Rahwana, peperangan tidak akan terelakkan lagi. Sebagai manusia berusahalah untuk mencegah perang ini. Meski pada akhirnya bala tentara Rama akan menyerang negeri Alengka. Apapun yang menjadi penyebabnya, kau tidak perlu merasa bersalah. Ini memang peringatan bagi bangsamu yang lupa akan kemakmuran yang sudah dilimpahkan sang mahamurah. Banyak diantara rakyat dan pejabat mu yang melakukan berbagai tindakan adharma. Mereka saling merampas, mencuri,

menghardik, dan mencaci, memakan benda-benda yang bukan hak mereka, atau yang dilarang sang pencipta. Ini memang harus diterima bangsamu. Ini akan menjadi pertanda bagi siapa saja yang melupakan kasihNya, mengabaikan nikmatNya, dan menentang kuasaNya. Bersemedilah untuk mensucikan dirimu sambil menunggu rama mengantarkan mu ke haribaan sang sejati. Selain itu, anak ku, fitnah akan tersebar tentang mu setelah ini. Bersabarlah. Orang-orang akan memfitnah mu sebagai raja yang lalim dan manusia tak bersalah. Mereka akan menjulukimu si dasamuka yang memiliki sepuluh macam keinginan. Sekali lagi, bersabarlah. Itu memang sudah menjadi konsekwensi mukarena menginginkan Shinta dan melawan segala hasrat mu untuk menyalahkan takdir, engkau akan mencapai derajat yang amat tinggi dimata Hyang widi, Anak ku.

Rahwana : Hamba mengerti, terima kasih Guru. Hamba akan laksanakan seluruh petunjuk guru.

(terjadi keguncangan lagi. Shinta seperti terbangun dari tidur, sementara Rahwana tampak tenang.)

ADEGAN 3

Shinta : (setelah kembali kesadarannya sebagai Shinta) Kanda Rahwana? Kanda tidak apa-apa.

Rahwana : Tidak, dinda. Keduanya bangkit.

Rahwana : Sebentar, dinda. Ada yang mengintip kita. (tidak jelas kearah mana.) Keluarlah, Hanuman. Aku tahu kau mengintip kami sedari tadi.

Tiba-tiba muncul Hanuman

Hanuman : (bersimpuh untuk menyembah.) Sembah sujud hamba, Paduka Raja! Rahwana : (tertawa kecil) Ayolah, tidak usah begitu. Bukankah kita sudah sama-sama tahu. Tidak usah memanggil ku “Paduka Raja”. Yang didepan mu ini Rahwana, seorang manusia yang sedang bergulat mencari kesejatian. Jangan pandang mahkota yang kukenakan, duhai kera putih.

Hanuman : Baiklah Rahwana. Rahwana : Hanuman!

Hanuman : Iya, Rahwana.

Rahwana : Aku minta jangan kau sebarkan apa yang sudah kita bicarakan ini. Mereka tidak akan mengerti. Dan lagi, itu akan merusak tatanan takdir yang harusnya aku terima dengan tulus.

Hanuman : Aku mengerti.

Rahwana : Berjanjilah, Hanuman! Hanuman : Aku berjanji

Rahwana : Sebaiknya kau segera pergi dari sini. Kumbakarna sudah menunggu kematiannya dari tangan mu. Dia akan sangat bahagia jika mati di tangan mu.

Hanuman mulai menitikkan airmata demikian pula dengan Shinta.

Rahwana : Jangan, Hanuman. Jangan bersedih akan takdir yang harus aku jalani. Kematian bukanlah akhir, ia merupakan awal kebahagiaanku bersama sang Sejati. Pergilah cepat, jangan sampai ada orang yang melihat dan mendengar percakapan ini. Hanuman : Baiklah, aku pergi (kepada Shinta) Hamba pergi, tuan puteri. Percayalah, Hamba akan selalu berada di belakang tuan puteri.

Shinta : (dengan sesenggukan) pergilah kera kesatria, jangan khawatirkan aku. Hanuman Pergi

ADEGAN 4

Rahwana : (kepada Shinta) kenapa menangis, Shinta? Bukankah kau yang mengingatkan ku untuk bersabar?

Shinta : aku tidak bias menahan kerapuhan ku sebagai manusia, kanda.

Rahwana : kalau begitu, doakan saja aku supaya termasuk orang-orang yang bersabar. Shinta : Tentu saja kakanda, Rahwana.

Rahwana : Aku juga akan selalu mendoakan mu, karena yang akan kau alami sesudah inibukannya lebih ringan dari ku. Kesucian mu akan diragukan oleh Rama.

Shinta : Aku sudah siap. Bahkan dibakar diatas api suci pun aku tak akan mengelak. Rahwana : Sekarang tinggalkan aku, Shinta. Beristirahatlah kau kamar istana yang sudah aku siapkan, aku ingin bersemedi. Tapi sebelum itu panggilkan aku Wibisana sebelum dia pergi menemui Rama. Ada pesan yang ingin aku sampaikan.

Shinta keluar

ADEGAN 5

Rahwana : Datanglah, duhai sang maut. Telah lama kunanti dirimu. Biarlah dunia ini menjadi milik mereka yang terperdaya. Biarlah kesetiaan cintaku lebur ke haribaan Sang maha kasih.

Hening sesaat. Rahwana mengambil sikap untuk duduk bersila. Wibisana masuk. Wibisana : Kakang Memanggil ku.

Rahwana : terswnyum bukan, aku sangat menghargai pilihan mu untuk berperang di pihak Rama. Cuma, sebelum kau berangkat, aku ingin mengirimkan pesan.

Wibisana : Pesan? Kepada Rama?

Rahwana : Ya, Katakan kepada Rama aku akan memberikan Shinta dengan suka rela ketika dia memintanya kepada ku dengan baik-baik.

Wibisana : aku tidah yankin Rama mau mempercayai isi pedan Kanda. Rahwana : Apapun jawabannya, sampaikan saja, pesan ku.

Wibisana : Baik, kanda. (pause) Dengar kanda, bagaimanapun aku tetap menyayangi kanda Rahwana. Tapi banyak pandangan kita yang berbeda. Disamping itu, soalnya adalah bahwa Rahwana adalah Guruku.

Rahwana : Aku mengerti, Adhi. Sudahlah, Jangan sentimental begitu. Pergilah kau layaknya seorang kesatria. Jangan kecewakan kakandamu sebagai seorang Kesatria. Wibisana : Baiklah kanda prabu, Saya pergi.

Wibisana pergi. Rahwana memulai semedinya. Lampu padam/Layar turun

BABAK 2 ADEGAN 1

Siang hari keesokan harinya. Rahwana masih tenggelam dalam samadinya. Sementara pertempuran sengit telah berlangsung. Penggambaran pertempuran bias lewat siluet dilayar. Terserah kreatifitas sutradara. Sesudah penggambaran pertempura, ada dua orang menteri kepercayaan menghadap Rahwana yang sedang Samadhi dan membangunkan samadhinya.

Rahwana : Silahkan, Paman.

Menteri 2 : Ada berita buruk yang harus kami sampaikan, Gusti. Rahwana : (menarik nsafas) Hm.. ini tentang Kumbakarna kan? Menteri 1 : Betul, Gusti.

Rahwana : Aku sudah tahu.

Kedua menteri berpandangan dengan perasaan heran

Prajurit : Pasukan Rama Wijaya mulai menggempur pintu gerbang, Paduka. Sebentar lagi mereka akan memasuki halaman kerajaan.

Rahwana : Berjuanglah terus kalian dengan gagah berani. Jangan sisakan satu prajurit pun di Istana. Aku tidak membutuhkan perlindungan kalian. Tunjukkan pada Rama dan dunia bahwa bangsa Alengka bukan bangsa yang kerdil dan mau saja tunduk dibawah kaki Rama Wijaya. Pergi, dan sampaikan pesan ku pada seluruh prajurit. Prajurit : Baik Gusti, Hamba Mohon diri.

Prajurit keluar.

Rahwana : Nah, menteri-menteri yang setia. Pergilah kalian. Kejayaan Alengka sudah berakhir. Pergi dan ingat selalu apa yang telah aku pesan kan kepada kalian.

Menteri 1 : Baik, Gusti. Kami mohon diri. Kedua menteri keluar

ADEGAN 2

Rahwana : Oh keindahan yang menipu, sebentar lagi aku akan meninggalkan mu. Meninggalkan mu untuk bertemu keindahan sejati. Oh, istana yang dibangun dengan keringat berjuta manusia. Leburlah kau menjadi batu-batu. Jadilah kalian kenangan

bahwa pernah ada sebuah bangsa yang Berjaya, tapi harus menemui dikarenakan kesombongan dan ketamakan manusia. Oh rama, datanglah mautku. Aku siap menyambutmu.

Masuk Shinta

Shinta : Kanda Rahwana.

Rahwana : Dinda Shinta, kenapa kau kemari? Bukankah sebaiknya kau beristirahat? Shinta : Aku tidak bias memejamkan mataku. Aku tidak kuasa membayangkan kengerian ini. Aku tidak pernah membayangkan bahwa pada akhirnya kita harus berpisah. Bagaimanapun juga aku tetap manusia biasa, Kakang.

Rahwana : Oh dewi kesucian! Aku juga bias merasakan apa yang menjalar di aliran darahmu. Didalam darahku juga mengalir kepedihan yang sama. Tapi dengarlah wahai lambing kesucian yang akan abadikan manusia sepanjang masa! Pada hakikatnya kita tidak pernah berpisah. Bukankah kita berasal dari darah yang sama? Bukankah badan ini hanya perwujudan semu belaka? Bukankah kita ini hanya anak-anak sungai yang pada akhirnya mengalir ke samudra yang sama? Jika semua orang mampu memahami ini, niscaya tidak aka nada kedudukan dalam hatinya. Tidak aka nada tetes air mata yang sanggup melunturkan keteguhannya.

Shinta : Tapi…. Kenapa, kenapa kita harus menanggung semua fitnah ini? Mengapa kita harus menjadi panah-panah kecurigaan hati manusia?

Rahwana : Dengarlah wahai Shinta suci, tidak ada duka atau bahagia. Semua itu hanyalah batu-batu ujianuntuk menguji kesejatian cinta kita kepada sang Mahasuci. Shinta : Syukurlah, Kalau kanda memahami semuanya!

Rahwana : Sang penguasa jagat telah menyampaikan pemahaman itu lewat dirimu, Adinda. Maka, Hapuslah air mata mu dan hadapilah sang nasib bagaikan menyambut kicauan burung dipagi hari.

ADEGAN 3

Hanuman dating tergesa-gesa. Rahwana dan Shinta terkejut. Hanuman : Rahwana.

Rahwana : Hanuman? Bukankah seharusnya kau ada di medan laga?

Hanuman : Aku ingin member penghormatan terakhir padamu. Bala tentara Ayodya beserta pasukan kera sudah semakin dekat dengan istana.

Rahwana : Terima Kasih, Hanuman. Aku sudah siap menyambut mautku. (pause) Dengar Hanuman, aku ingin mengungkapkan sebuah rahasia. Hanya kita bertiga yang boleh mengetahuinya.

Hanuman : Apa itu Rahwana?

Rahwana : Kau tahu aku tidak mungkin dibunuh dengan senjata apapun. Maka dari itu, katakana kepada bala tentara ayodya maupun pasukan wanara dari gua kiskenda, aku hanya mau bertarung dengan dengan Rama, hanya dengan Rama. Suruh saja mundur Anila, Anggada bahkan laksamana sekalipun.

Hening sesaat

Rahwana : Aku hanya melayani Rama untuk bertarung. Bila Aku sudah melihat sang Yamadipati, sang maut penjemput ku,maka aku akan melakukan tyaga. Aku akan matiraga. Akan kulepaskan sendiri nyawaku dan menyerahkannya kepada si pencabut nyawa. Maka sampaikanlah kepada Rama, agar dia melepaskan senjata pamungkas

Brahmastra ketika aku mengambil sika samadi yang tak lain sebenarnya sikap tyaga. Inilah satu-satunya pilihan untuk menjaga kehormatannya dimata bangsa-bangsa seluruh jagat raya ini.

Hanuman : Baik Rahwana, aku akan berusaha menyampaikannya dengan tanpa harus membuka rahasia ini.

Rahwana : Nah, Hanuman, jangan terlalu lama disini. Pergilah wahai kesatria sakti mandraguna yang menjadi saksi segala jaman. Jangan lupa kau bawa serta Shinta sebagai lambing bakti mu pada Rama dan negeri Ayodya.

Hanuman : Baiklah Rahwana, tampaknya kita memang harus berpisah. Meski aku tak pernah membayangkan kita akan berpisah dengan cara seperti ini. (kepada Shinta) Mari ikut hamba baginda puteri.

Shinta : Selamat tinggal kanda Rahwana! Semoga kita akan berjumpa lagi.

Rahwana : kita pasti akan bertemu lagi. Pergilah Kalian secepatnya, agar lakon ini berjalan sebagaimana mestinya. Selanjutnya, biar takdir yang menjalankan tugasnya. (Hanuman dan Shinta pergi)

ADEGAN 4

(adegan pertempuran bias hanya bunyi atau visual. Sementara Rahwanamulai menyiapkanzirah perangnya. Pasukan adyoda semakin mendekat.)

Rama : (Off Stage) Keluarlah Rahwana. Aku menantang mu bertempur! Rahwana : Aku tidak bersembunyi. Aku menunggu mu disini.

Rahwana : Selamat datang raja ayodya, selamat dating Leksmana mari segera bertarung.

Rama seperti hendak mengatakansesuatu.

Rahwana : Tidak usah mengatakan apa-apa Rama. Aku sudah tahu segala yang ingin kau katakan. Tidak perlu menceramahi ku soal Dharma ataupun Astha Bhrata. Aku sudah tau semuanya.

Leksmana : Biar aku saja yang menghadapinya, Kakang! Rama : Aku saja Adhi, ini urusan kakang!

Rahwana : Ha….ha…..ha…… Kalian boleh maju bersama-sama. Aku tidak gentar. Ha…ha…ha..! jadi kau bertempur hanya untuk seorang wanita, Rama. Kau korbankan ribuan orang hanya untuk itu. Tapi taka pa. Ayo kita mulai!

Daftar Informan

1. Yusrianto Nasution

Dokumen terkait