• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Kiai Nahdlatul Ulama tentang Pemilihan Gubernur Jawa Timur Menjelang pemilihan gubernur Jawa Timur, apaarat keamanan berupaya

FIQH POLITIK KEBANGSAAN NAHDLATUL ULAMA

DINAMIKA PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TIMUR TAHUN 2018

C. Respon Kiai Nahdlatul Ulama tentang Pemilihan Gubernur Jawa Timur Menjelang pemilihan gubernur Jawa Timur, apaarat keamanan berupaya

menjadikan wilayah Jawa Timur aman, damai, kondusif, dan terhindar dari ancaman terorisme. Upaya ini diwujudkan dengan digelarnya istighatsah dan doa bersama di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Jawa Timur.

Ratusan ribu warga Jawa Timur mulai dari Ngawi hingga Banyuwangi antusias berdatangan ke Surabaya. Mereka berbondong-bondong menuju Mapoda Jawa Timur di Jl. A. Yani Surabaya. Kedatangan masyarakat adalah ikhtiar mengambil bagian untuk menjadikan Jawa Timur aman, damai dan kondusif.

Melalui istighatsah dan doa bersama yang dipimpin para kiai di Jawa Timur, para jamaah dari berbagai daerah memenuhi halaman Mapolda dan meluber ke jalanan frontage road depan Mapolda.

Acara istighatsah berlangsung khusyu’. Ketika doa dipanjatkan oleh para kiai, bebepa peserta istighatsah terlihat meresapi dan meneteskan air mata. Wakil Rais Am PBNU, Kiai Miftachul Akhyar sebelum memimpin istighatsah menyampaikan tausiyah bahwa istighatsah kubra ini diharapkan agar Jawa Timur aman dan keamanan tetap terjaga, khususnya menjelang pemilihan gubernur Jawa Timur.

Dengan doa Bersama, umat Islam diberi pertolongan oleh Allah agar Jawa Timur diberi pemimpin yang berkualitas dan mampu mensejahterakan masyarakat.

Sebelum acara istighatsah ditutup, Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, Kia Agoes Ali Masyhuri dalam tausisiyahnya berpesam tentang empat tanda orang-orang yang gemar berdzikir kepeda Allah. Menurutnya, sebutir kebaikan yang dilakukan oleh orang yang bertakwa lebih unggul dibandingkan dengan segudang

115

ibadah yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh. Pertama, bersandar dan berprasngka baik. Amal akan gagal jika tidak disertai dengan pertolongan Allah.

Kedua, membangun keikhlasan. Amal akan gagal jika tidak disertai dengan ikhlas.

Ketiga, hati mudah bergerak untuk mendekati nilai-nilai kebajikan. Dalam melaksanakan kebajikan tidak ada beban, justru melaksanakan ketaatan adalah kenikmatan yang tidak terbayarkan. Keempat, gemar menolong sesame dan tidak mempersulit orang lain. Orang yang mempunyai karakter menolong sesame, hatinya dibimbing oleh Allah dan rahmat diturukan.

Di penghujung tausiyah, Kiai Ali Masyhuri berpesan kepada warga Jawa Timur agar menyebarkan cinta kasih dan damai di tengah-tengah masyarakat.

Berbeda pilihan adalah hal biasa. Persaudaraan tetap dibangun. Orang besar hendaknya berjiwa besar dan belajar berdzikir besar di antara orang-orang yang berjiwa besar. Doa penutupan istighatsah dipimpin oleh Kiai Agus Ali Masyhuri (Pondok Pesantren Bimu Shalawat Sidoarjo), Kiai Anwar Manshur (Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo), Kiai Zainuddin Jazuli (Pengasuh Pondok Pesntren Ploso Kediri), KIai Nuril Huda (Pengasuh Pondok Pesantren Ploso Kediri), Kiai Makki Nasir Falahun Nashiri Bangkalan, dan Kiai Miftachul Akhyar (Pengasuh Pondok Pesantren Miftahus Sunnah Surabaya)

Selain para kiai sepuh pesantren di Jawa Timur yang hadir, terdapat beberapa kiai yang lain, di antaranya Kiai Mutawakkil Alallah (Ketua PWNU Jawa Timur dan Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo), Kiai Syafruddin (Katib Syuriyah PWNU Jawa Timur), Kiai Mas Sulaiman (Rais Syuriah PCNU Surabaya dan Pengasuh Pondok Pesantren An-Najiyah Surabaya), Kiai Muhibbin

116

Zuhri (Ketua PCNU Surabaya), Kiai Abd. A’la (Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya dan Pengasuh Pondok Pesantren An-Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura).

Dalam pandangan para kiai, pemilihan pemilihan gubernur dan wakil gubernur adalah penting. Hal ini harus disikapi dengan hati-hati dan bijkasana. Untuk itu, para kiai pengasuh pondok pesantren se-Jawa Timur berkumpl di Aula Muktamar Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri. Mereka membicarakan dan membahas agar pemilihan gubernur dan wakil Gubernur (Pilgub) berjalan aman dan damai; tidak ada isu SARA di Jawa Tumur sebagaimana yang terjadi di DKI. Pertemuan kiai sepuh ini dihadiri oleh Kiai Zainuddin Jazuli (Pondok Pesantren Ploso Kediri), Kiai Huda Jazuli (Podok Pesantren Ploso Kediri), Kiai Miftachul Akhyar (Pondok Pesantren Miftahus Sunnah Surabaya), Kiai Ahmad Nawawi Abdul Jalil (Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan), Kiai Agoes Ali Masyhuri (Pondok Pesantren Bumi Shalawat Tulangan Sidoarjo), Kiai Anwar Iskandar (Pondok Pesantren Al-Amin Kediri), Kiai Hasan Mutawakkil Alallah (Pondok Pesantren Zainal Hasan Genggong Probolinggo), Kiai Fuad Nur Hasan (Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan), Kiai Fuad Jazuli (Pondok Pesantren Ploso Kediri), Kiai Idris Hamid (Pondok Pesantren Salafiyah Kota Pasuruan), Kiai Abdullah Kafabih (Pondok Pesantren Lirboyo), Kiai Khalil As’ad Syamsul Arifin (Pondok Pesantren Walisongo Situbondo), Kiai Fakhri Aschal (Pondok Pesantren Syaikhona Khalil Bangkalan), Kiai Ubaidillah Faqih (Pondok Pesantren Langitan Tuban), Kiai Syadid Jauhari (Pondok Pesantren Kencong Jember), Kiai Nuruddin A. Rahman (Pondok Pesantren Al-Hikmah Bangkalan), dan beberapa kiai sepuh yang lain.

117

Dalam sambutan atas nama perwakilan seluruh pengasuh pondok pesantren se-Jawa Timur, Kiai Anwar Iskandar menyampaikan bahwa hal pokok dalam pertemuan tersebut adalah sama-sama menyambung antara kekutan nasional dan religus. Keduanya harus bersatu agar bangsa ini berdiri. Kekuatan Kiai Hasyim Asy’ari dan Soekarno menghasilkan Pancasila dan NKRI. Bersatunya kekuatan Kiai Abdurrahman dan Megawati adalah upaya tindak lanjut menjaga kesalamatan bangsa dan negara.

Dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, isu tentang dukung-mendukung sangat terasa. NU menjadi rebutan dua pasangan calon. Sikap NU adalah netral dan tetap menjaga khittah 1926. Dalam menjaga netralitas dan menegakkan khittah 1926, berbagai upaya dilakukan oleh PWNU Jawa Timur dengan mengundang Cagub Cawagub meskipun dalam undangan mereka tidak hadir. Dalam hal ini, PWNU tidak menerima atau menolak salah satu yang datang, keduanya diberlakukan secara sama dan adil: Jika ditolak, ditolak semua. Jika diterima, diterima semua.

Sikap PWNU Jawa Timur mengundang tim sukses dari pasangan Cagub Cawagub berdasarkan rapat jajaran syuriyah dan tanfidziyah PWNU. Langkah ini dilakukan sebagai sikap tegas NU untuk menjaga netralitas dalam politik praktis.

Selain itu, para kiai ingin menyampaikan beberapa pesan yang diharapkan dapat dilakukan para tim sukses untuk menjaga keutuhan umat. PWNU sengaja mengundang tim sukses untuk sharing agar pelaksanaan Pilkada di Jawa Timur berjalan kondusif dan tidak saling bermusuhan. Tim sukses diharapkan dalam mencari suara dan simpati masyarakat berhati-hati karena sangat sensituf. SARA dan

118

money politic dihindari karena tidak mendidik. Masyarakat perlu diarahkan pada

hal-hal yang konstruktif sesuai kebutuhan mereka. PWNU berharap agar masyarakat menggunakan hak pilihnya secara efektif dan bertanggung jawab. Masyarakat tidak diperkenankan tidak memilih atau Golput. Golput adalah Tindakan yang tidak bertanggung jawab dan tidak menghargai jasa para pendiri bangsa.

Netralitas dan menegakkan khittah 1926 direspon positif oleh Kiai Ma’ruf Amin, Rais Am PBNU. Menurut Kiai Ma’ruf, sikap PWNU Jawa Timur sangat tepat. Keterbukaan PWNU Jawa Timur mempertemukan dua tim sukses pasangan Cagub-Cawagub adalah urgen. Dalam pandangan Kiai Ma’ruf, kontestan Pilgub Jawa Timur dan pendukungnya tetap menjaga kondusifitas dan tidak menimbulkan konflik di antara calon. Pilkada harus disikapi dengan tenang dan dewasa. Kebiasaan konflik di antara pendukung perlu dihindari. Masing-masing pasangan bisa meredam.

119

BAB V

Dokumen terkait