• Tidak ada hasil yang ditemukan

nakes Puskesmas Teladan

Dalam dokumen Mediakom Edisi 19 Agustus 2009 - [MAJALAH] (Halaman 30-32)

Sorot

kit tidak menular yang semakin meningkat seperti hipertensi dan diabetes mellitus, juga bagaimana kiat-kiatnya untuk pengembangan desa siaga. Desa siaga yang kami kembangkan banyak mengalami problem khususnya masalah opera- sional di lapangan.

4. Dr. Nurul Handayani : Puskes- mas Tebas, Kab. Sambas Prov. Kalbar

Di tempat saya bertugas pertolong- an persalinan oleh tenaga kesehat- an baru mencapai sekitar 40 %, sebagian besar oleh dukun bera- nak. Bidan di desa di tempat kerja kami 18 orang, sedangkan dukun beranak 44 orang. Untuk menca- pai pertolongan yang aman, kami lakukan program kemitraan bidan dengan dukun. Kami sementara ini menyiasatinya dengan memberikan

insentif kepada dukun per pasien 30 ribu rupiah, tetapi memakai uang dari kocek bidan desa masing-ma- sing. Saya usul bisakah ada alokasi anggaran untuk kemitraan dukun dan bidan desa.

5. Nopriwan Malus, SKM : Pus- kesmas Pangean, Prov. Riau.

Program Jamkesmas adalah pro- gram yang sangat bagus dan tepat sasaran karena langsung ke orang yang kurang mampu di desa. Setelah saya tanyakan ke mereka memang sangat terbantu oleh program ini, kalau mereka dirawat di RSUD mereka sudah tidak lagi memikirkan biayanya. Masalah di Puskesmas Pangean beberapa tahun program Jamkesmas berjalan terjadi keterlambatan pengiriman dana ke rekening Kepala Puskesmas. Untuk program pengobatan saya rasa tidak ada masalah karena masih ada stok obat dari APBD atau yang lainnya, untuk pelayanan tenaga medis juga tidak apa-apa untuk tidak dibayarkan dulu. Tetapi untuk program promosi kesehatan kami mengalami kendala.

Jawaban Menkes, Dr. dr. Siti Fadi- lah Supari:

Saya sampaikan terima kasih kepada drg. Dhani atas semangat untuk melakukan penelitian, mu- dah-mudahan tidak luntur. Ternyata Anda menyukai penelitian seperti saya, tetapi biaya untuk penelitian di Puskesmas menggunakan uang suami. Saya mengakui betapapun hebatnya Depkes ini mendapatkan penilaian bagus dari berbagai sur- vei, tapi birokrasinya masih perlu di- perbaiki. Saya sedang dalam proses untuk mereformasi birokrasi yang ada disini. Jadi mohon maaf, barang- kali yang menerima Anda itu tidak mempunyai wewenang. Untuk se- mentara proposal boleh dikirimkan kepada saya, nanti baru ke Eselon I. Saya beberapa kali memperoleh laporan seperti itu, mungkin Anda salah satunya. Tetapi jangan putus asa, silakan Anda kirimkan lagi proposal kepada saya.

dik datang memberikan dukungan pelayanan di Poskesdes. Untuk daerah yang belum bisa menempat- kan Nakes secara mandiri, Depkes secara bertahap akan membantu penempatan tenaga yang dibutuh- kan. Sedangkan daerah yang belum bisa menyediakan bangunan khusus, diharapkan menyediakan ruangan yang layak sebagai tempat Poskes- des. Untuk mewujudkan itu, Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kese-

hatan tahun 2010 akan diutamakan untuk mendukung pengembangan desa Siaga termasuk pembangunan ruangan atau gedung dan alat yang dibutuhkan, tambah Menkes.

Selain itu, juga akan dilakukan Reformasi Puskesmas sebagai lembaga pelayanan kesehatan ma- syarakat harus komprehensif yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pelayanan pengobatan dan pemulihan. Dengan demikian

Puskesmas harus kuat di semua lini, tambah Menkes.

Selain menerima hadiah, para naskes terbaik ini juga mengikuti berbagai acara kenegaraan seper- ti Renungan Suci di TMP Kalibata, peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-64 di Istana Nega- ra tanggal 17 Agustus 2009 serta beraudiensi dengan Menkes, Ketua DPR, MPR dan Presiden RI. lSmd

Sorot

Pertanyaan dr. Ivonny menarik sekali karena di sebelah saya ( dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH, Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manu- sia Kesehatan) pernah dinas di NTT selama 9 tahun. Sebetulnya masalah tradisi sunat tradisional yang dihada- pi di Pulau Timor berkaitan dengan masalah pendidikan. Untuk menga- tasi hal itu, tentu tidak akan berhasil kalau hanya ditangani sektor ke- sehatan saja tetapi perlu keterlibatan sektor lain. Departemen Kesehatan dalam hal ini telah melakukan berba- gai upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan mengirim tenaga- tenaga kesehatan sampai daerah sangat terpencil, perbatasan bahkan di pulau-pulau terluar. Tujuannya adalah untuk bisa mempengaruhi dan mengajarkan masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Karena itu anda sebagai dokter PTT hendaknya bekerja sama dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemimpin formal untuk meyakinkan bahaya sunat tradisional dengan tradisi sifon terhadap kesehatan masyarakat. Mengenai usul Anda untuk program sunat sehat dari Depkes merupakan usulan yang sangat positif dan konkrit. Saya minta dr. Budihardja, MPH, Dirjen Binkesmas untuk menin- daklanjuti.

Sedangkan untuk Sdr. Aminoto, penyakit menular dan penyakit ti- dak menular sebetulnya dapat dice- gah dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat itu seperti makan dengan gizi seimbang, istirahat yang cukup, beraktivitas fisik/olah raga minimal 30 menit setiap hari, tidak merokok, menjaga kesehatan pribadi dan

lingkungan sangat ampuh untuk Anda sebarkan supaya tidak menja- di penyakit hipertensi, diabetes dan sebagainya.

Kemudian untuk operasional desa siaga, Departemen Kesehatan membantu operasional Desa Siaga sebesar 500 ribu rupiah per bulan. Dalam satu tahun, Depkes mem- bantu biaya operasional Desa Siaga sebesar enam juta rupiah. Tidak itu saja, Depkes masih memberikan pelatihan kepada kader kesehatan. Sedangkan sarananya yaitu untuk membangun Pos Kesehatan Desa seharusnya biaya dari APBD.

Menjawab pertanyaan dr. Nurul, tentang sulitnya memenuhi kebu- tuhan bidan dalam jumlah yang cukup, saya rasa untuk memenuhi kekurangan bidan harus dilaporkan ke Bupati nanti Bupati yang akan meneruskan ke Depkes supaya kekurangan tenaga kesehatan juga diketahui Bupati. Untuk dana kemitraan bidan, mestinya diambil dari biaya persalinan. Kalau peserta Jamkesmas kan sudah ada tarifnya,

dari anggaran itulah pos untuk membiayai kemitraan bidan dengan dukun. Dengan adanya kemitraan dukun dan bidan, dua-duanya akan diuntungkan, bidan untung, dukun juga untung dan persalinan dapat dilakukan secara aman dan selamat.

Untuk penyaluran dana Jamkes- mas untuk Puskesmas di Riau, penyaluran dana Jamkesmas untuk Puskesmas disalurkan langsung dari Kas Negara langsung ke rekening Kepala Puskesmas melalui PT Pos Indonesia. Jadi dana Jamkesmas langsung dikirimkan ke PPK (pem- beri pelayanan kesehatan) yaitu Puskesmas maupun Rumah Sakit tidak melalui Depkes. Kalau ada ke- terlambatan coba dicek, barangkali keterlambatan terjadi karena aparat di daerah terlambat mengurus dan berikan laporan ke Depkes dimana keterlambatan terjadi. Mengenai bantuan dana, saya jelaskan bahwa APBN Depkes, 87% sudah dialoka- sikan ke daerah-daerah. Jadi APBN Depkes yang dikelola Pusat tinggal sekitar 13%.

Jawaban, Prof. dr. Agus Purwadi- anto, Sp. FK, SH, Badan Litbangkes

Menjawab pertanyaan drg Dhani, pertama saya menghargai Anda seb- agai dokter gigi yang sudah memi- liki hak paten yang juga mempunyai jiwa seorang peneliti, mudah-mudah nanti bisa menjadi Menteri Kes- ehatan seperti dr. Siti Fadilah Supari yang juga seorang peneliti. Kedua, tentang prosedur tetap penelitian, selain dari birokratisasi memang ada Komite Ilmiah dan Komite Etik. Jadi proposal penelitian itu disaring oleh Komite Ilmiah dan Komite Eteik. Problemnya adalah Komite Ilmiah dan Komite Etik itu ada di setiap institusinya masih-masing. Nah, kalau

Mengenai bantuan

Dalam dokumen Mediakom Edisi 19 Agustus 2009 - [MAJALAH] (Halaman 30-32)

Dokumen terkait