• Tidak ada hasil yang ditemukan

NAMAs Limbah Terintegras

Dalam dokumen Kerangka Kerja Indonesia untuk NAMAs Bahasa (Halaman 41-44)

Langkah Selanjutnya

Lampiran 1. Data terkini Perkembangan NAMA

2. NAMAs Limbah Terintegras

Sektor limbah berkontribusi sebesar 9-11% dari total emisi GRK Indonesia. Walaupun angka ini masih sangat kecil dibandingkan dengan sektor lain seperti kehutanan dan pertanian, namun sektor limbah tetap penting karena menjadi sumber emisi GRK yang terus meningkat. Berdasarkan dokumen kebijakan perubahan iklim Indonesia, sektor limbah menjadi salah satu bidang prioritas untuk penurunan emisi GRK.

34 Kerangka Kerja Indonesia untuk Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs)

34

Dengan memfokuskan pada sektor sampah perkotaan, proyek NAMA limbah Indonesia dimaksudkan untuk membuka potensi penurunan GRK di sektor limbah padat yang sangat besar. Proyek tersebut juga bertujuan untuk memperkuat sistem nasional dengan membantu mengatasi berbagai hambatan yang ada seperti kurangnya insentif keuangan; kurangnya insentif politik/manfaat lain; kurangnya integrasi; kelemahan kelembagaan; kurangnya penggunaan teknik tepat guna dalam pengelolaan limbah; kurangnya kapasitas sumber daya manusia; dan ketersediaan data dan informasi yang sangat minim.

Pendekatan yang inovatif dengan mengintegrasikan secara vertikal tiga tingkat pemerintahan (nasional, propinsi dan kabupaten/kota) akan digunakan dalam proyek ini sehingga peran dan tanggung jawab masing-masih pemerintah dapat diselaraskan. Proyek tersebut juga memulai tahap baru dengan membangun model bisnis yang dapat meningkatkan peran sektor swasta dalam pengelolaan limbah. Dalam jangka panjang, hasil dari proyek tersebut harus menjadi dasar bagi reformasi beremisi rendah di sektor limbah.

Ruang lingkup proyek ini mencakup beberapa kelompok dan ketentuan yang akan dilaksanakan di enam lokasi proyek terpilih, seperti investasi untuk infrastruktur di tempat pembuangan akhir sampah (teknologi mitigasi GRK, seperti sistem penangkapan dan penyimpanan gas di TPA); fasilitas 3R (Reduce, Reuse and Recycle), fasilitas pengolahan limbah menjadi energi; peningkatan kapasitas; pembangunan komunitas; peningkatan kesadaran masyarakat dan penguatan kelembagaan.

Perkiraan dampak mitigasi GRK langsung dari kegiatan yang telah direncanakan dalam proyek yang diusulkan tersebut adalah sebesar 1,722 juta ton CO2e selama periode 2016- 2020. Penurunan emisi GRK ini diharapkan tercapai dari kegiatan utama di enam lokasi (Kendari, Malang, Pekalongan, Jambi, Jombang dan Sidoarjo). Selain dari itu, proyek yang diusulkan untuk mendapatkan dukungan NAMA ini diharapkan dapat memicu dampak mitigasi tidak langsung seperti penghematan penggunaan bahan bakar fosil yang akan digantikan oleh limbah; penghematan bahan baku mentah yang digantikan oleh bahan baku sekunder (limbah daur ulang), penurunan emisi GRK di sektor pertanian melalui penggantian sebagian pupuk kimia dengan kompos; penurunan emisi dari lindi (leachate) dengan mengoptimalkan teknologi pengolahan limbah pada TPA baru yang lebih bersih; pengelolaan limbah yang lebih baik guna menurunkan emisi GRK yang selama ini berasal dari praktik pengolahan yang tidak tepat seperti pembakaran terbuka; mengembangkan teknik penguraian dan pengomposan terkontrol untuk menghindari emisi metana yang tidak diinginkan; dan peningkatan kesadaran dan perilaku konsumen yang lebih baik untuk mengurangi limbah.

Bercermin pada REDD+ di NAMAs berbasis lahan, pemerintah Indonesia saat ini juga sedang mengembangkan strategi nasional untuk mengurangi emisi dari sektor limbah terintegrasi (REF-WS).

Kriteria NAMAs di Sektor Limbah

1. NAMAs harus disusun berdasarkan kebijakan perubahan iklim dan limbah yang ada pada saat ini di Indonesia;

35

35

Lampiran 2. NAMAs harus sejalan dengan program pemerintah daerah;

3. NAMAs harus dikomunikasikan dengan baik dan disetujui oleh Kementerian dan pemerintah daerah untuk mengembangkan sistem pengelolaan limbah yang tepat guna dan berkelanjutan di tingkat lokal;

4. NAMAs harus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pada pemerintah daerah dan/atau masyarakat lokal;

5. NAMAs harus dapat menunjukkan manfaat tambahan di tingkat lokal; 6. NAMAs harus dapat meningkatkan ketersediaan data dan informasi.

2.1. NAMA Industri Semen

NAMA Industri Semen saat ini sedang dalam tahap pengembangan sebagai tindak lanjut dari terbitnya kebijakan Menteri Perindustrian yang mendorong industri semen dalam pelaksanaan aksi-aksi mitigasi yang didasarkan pada Peraturan Menteri Perindustrian No. 12/M-IND/PER/1/2012 tentang ‘Roadmap Penurunan Emisi CO2 pada Industri Semen’. Peraturan tersebut menerangkan bahwa industri semen diharapkan dapat mengurangi emisi GRK mereka secara sukarela sebesar 2% pada tahun 2011-2015 dan diwajibkan untuk menambahkan sebesar 3% pada tahun 2016-2015. Target ini telah disepakati untuk diterapkan di setiap perusahaan dan akan diukur berdasarkan tingkat emisi yang mereka hasilkan pada tahun 2009.

NAMA bertujuan untuk membantu perusahaan dalam mencapai target ini dan untuk menjalankan proses dan modii kasi teknologi, sebagai salah satu aksi yang tercantum dalam RAN-GRK. Pilihan mitigasi bagi industri meliputi semen campuran (blended cement), bahan bakar alternatif dan ei siensi energi yang memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi. Manfaat lain yang diharapkan dapat dicapai antara lain kontribusi terhadap pengelolaan limbah di Indonesia dan meningkatkan daya saing industri. Saat ini, Kementerian Perindustrian juga sedang mengembangkan instrumen yang dapat digunakan dalam pelaksanaan NAMA. Paket stimulus untuk membiayai investasi yang dilakukan oleh perusahaan saat ini sedang disiapkan dan akan menjadi bagian dari aksi pembiayaan domestik. Selain dari itu, draf pedoman teknis untuk monitoring dan pelaporan telah disiapkan dan disetujui oleh kementerian dan perusahaan industri. Didalam dokumen tersebut termasuk pedoman untuk menghitung emisi dan menyiapkan mekanisme MRV sektoral.

Kriteria NAMAs di Sektor Industri

1. NAMAs harus disusun berdasarkan kebijakan perubahan iklim dan industri yang ada di Indonesia saat ini;

2. NAMAs harus menarik bagi sektor swasta dan BUMN;

3. NAMAs harus dikomunikasikan dengan baik dan disetujui oleh sektor swasta dan BUMN yang berpartisipasi;

4. NAMAs harus mendorong dan memicu investasi yang dilakukan oleh sektor swasta dan BUMN;

5. NAMAs harus mendorong sektor swasta dan BUMN untuk memonitor dan melaporkan data yang dapat dipercaya kepada kementerian dan pemerintah daerah;

6. NAMAs harus dapat meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk membangun sistem data yang baik dan dapat melakukan jaminan kualitas data.

36 Kerangka Kerja Indonesia untuk Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs)

36

Dalam dokumen Kerangka Kerja Indonesia untuk NAMAs Bahasa (Halaman 41-44)

Dokumen terkait