• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

C. Narasi Adegan Yang Diteliti

Selanjutnya akan peneliti sajikan Sebelum menganalisis secara detail bagaimana narasi dalam adegan khusus, yang akan memaparkan komponen-komponen naratif yang dapat dijadikan acuan dalam memahami adegan khusus berdasarkan unsur naratif film.

1. Tokoh

Tokoh pada adegan ini terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama pada adegan ini adalah Sultan Mehmed II. Sultan divisualisasikan sebagai seorang tokoh protagonis yang memiliki sifat heroik, pantang menyerah, tegas dan penyayang. Dalam adegan ini, dirinya divisualisasikan sebagai sosok yang pantang menyerah, berdedikasi tinggi, dan berwibawa. Meskipun kondisi Kesultanan berada di dalam konflik Internal, kemudian dirinya tak henti-hentinya memikirkan pembebasan Kota Konstantinopel dan tak henti-hentinya memberikan contoh sikap dan wejangan kepada pasukannya untuk tetap bertahan memperjuangkan Bisyarah Rasulullah SAW, walau dalam kondisi apapun. Adapun tokoh antagonis, yaitu Constantine XI. Constantine divisualisasikan sebagai pemicu konflik. Ketika Sultan diancam akan digulingkan dari kekuasaanya atas kerajaaan Turki Utsmani (Ottoman) Selain itu, Constantine memerintahkan Sultan untuk membayar upeti dua kali lipat dari tahun sebelumnya tanpa alasan yang jelas. Didalam suratnya tersebut terkesan kekaisaran Byzantium Konstantinopel memaksa untuk menaikan pajak tanpa penjelasan.

2. Masalah dan Konflik

Masalah yang muncul pada adegan Kepemimpinan antara lain ketika Mayoritas masyarakat Konstantinopel ketakutan dan tidak menerima kepemimpinan sultan sebelum seultan menjaelaskan kepada mereka apa arti dari pengepungan yang dilakukannya. Konflik yang muncul pada adegan di Hagia Sophia hanya ada satu, yaitu konflik batin Sultan Saat Dirinya merasa tidak diterima Masyarakat Konstantinopel sehingga Sultan memberikan sebuah pernyataan dan berjanji kepada seluruh masyarakat Konstantinopel. 3. Lokasi

Lokasi utama yang digunakan dalam adegan ini adalah Sebuah Gereja Hagia Sophia. Yang saat ini menjadi mesjid termegah di dataran kesultanan Turki Utsmani. sebagai setting utama divisualisasikan dengan cukup baik dengan properti dan setting latar yang memadai yang cukup menghadirkan sebuah realisme ketika Hagia Sophia. Dan pintu gerbang kota Konstantinopel yang di visualisasikan dengan teknik editing pada gambar kota, namun cukup baik dan akan terlihat nyata pada gambar, karena pencahayaan gambar sangant tepat.

4. Waktu

Penggunaan waktu dalam adegan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Siang, di mana segala aktifitas harian dan konflik dimunculkan dalam waktu ini. Tinjauan lain adalah dapat kita lihat pada musim panas. Ketika di Gereja, setting divisualisasikan cerah karena sinar matahari menyinari bagian dari bangunan yang tembus kedalam ruangan, sehingga sultan menggunakan pakaian yang tebal untuk melindungi kulitnya dari terik matahari ketika itu.

Gaya Kepemimpinan Sultan di adegan utama pada film ini, memiliki durasi kurang lebih 3 menit, yakni pada durasi 02:26:41 hingga 02:29:30 dengan 2 setting yang berbeda, yaitu di gerbang kota Konstantinopel dan di Gereja Hagia Sophia. Setting awal yang muncul adalah di Gerbang Kota Konstantinopel. Pada gerbang divisualisasikan seorang Sultan dan pasukanya berjalan menuju kota konstantinopel. Dalam film ini, tidak di jelaskan nama gerbang yang di lewati oleh Sultan, tetapi visualisasi film sesuai dengan sejarah yang diceritakan.

Dari sinilah kemudian sultan melihat mayat kaisar Constantine dan Paglima perang yang bernama Notras beserta jajaranya yang terlihat berlutut dihadapan sultan, kemudian sultan menyuruhnya berdiri dan berkata “Maka makamkanlah kaisarmu sesuai dengan kepercayaanmu”, Setelah itu Sultan Mehmed II ditemani Syeikh Samsuddin, dan para wazirnya memasuki Gerbang kota Konstantinopel dengan kibaran Ak Sancak (bendera putih yang bertuliskan dua kalimat syahadat) dan bendera merah,hijau khas Kekalifahan Turki Utsmani yang bertuliskan syahadat dengan bulan sabitnya, lalu setelah ia melihat kota Konstantinopel, terlihat mimik wajahnya mengucapkan syukur karena kekagumanya atas keindahan kota Konstantinopel yang berhasil ditaklukanya.

Setelah peristiwa tersebut, adegan berpindah ke setting gereja, di mana sultan sengaja tidak membawa masuk pasukan untuk memasuki kedalamnya. Tampak suatu kondisi yang memperlihatkan kekhawatiran dalam adegan ini. Penduduk Konstantinopel khawatir dan mereka merasa sangat ketakutan ketika melihat Sultan Mehmehd II divisualisasikan seorang ibu yang

menggendong seorang balita yang sedang menangis saat sultan hendak melewati pintu gereja yang terlihat besar dan megah, sultan kemudian berusaha mendekati kerumunan tersebut dan menenangkan penduduk yang ketakutan dengan mengatakan, “Jangan takut mulai saat ini hidup kalian, harta kalian, adalah bagian dari kami juga, dan kalian bebas hidup sesuai dengan keyakinan kalian” kemudian terlihat wajah pendeta dan penduduk yang tadinya tertunduk ketakutan berubah dengan senyuman dan kebahagiaan karena sebelumnya mayoritas Penduduk adalah pemeluk Agama Kristen Ortodoks, yang dengan paksa oleh kaisar Constantine agar mereka mau berdoa bersama menurut ajaran Kristen Katolik Roma, karena paus akan membantu Konstantinopel dengan syarat mereka mau berdoa bersama dan menerima otoritas Kristen Katolik pada pemerintahan Konstantinopel kemudian pasukan Salib akan diperbantukan pada perang tersebut. Saat mendengar penyataan Seorang Sultan yang dikira akan memerangi agama mereka, senyuman di wajah para penduduk seakan menerima ortoritas sultan sebagai pemegang tangkub pemerintahan Konstantinopel, divisualisasikan seorang balita yang tadinya menagis kemudian di peluk sultan dan kemudian anak itu mencium mencium pipi Sultan Mehmed II.

Pada sekuen akhir tersebut, Sultan divisualisasikan sangat memiliki otoritas dalam menentukan keputusan. Pada bagian akhir film terdapat sebuah visualisasi menarik, yaitu saat kamera bergerak ke atas bangunan dan memperlihatkan matahari yang bersinar berwarna keemasan setelah seorang anak dari penduduk Konstantinopel memeluk dam mencium pipi Sultan

Dari paparan narasi di atas, dapat peneliti kaji bahwasanya mitos yang ingin dibangun di dalam narasi tersebut adalah melalui tokoh Sultan sendiri,

dengan setting atau latar di mana adegan diambil, melalui kata-kata yang digunakan di dalam dialog dan monolog yang dilakukan para pemain. Adapun penjelasan mitos secara lebih detail dapat dilihat pada tabel konvensi dan tabel denotasi dan konotasi.

D. Semiotik Kepemimpinan Dalam Adegan Utama

Dokumen terkait