• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

B. Pengantar Adegan Yang Diteliti

Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak dalam beberapa sekuen dalam film “Fetih 1453” dalam beberapa sekuennya terdapat beberapa adegan yang berhubungan langsung dengan isi penelitian, tetapi sebelum membahas adegan utama dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis adegan-adegan yang berhubungan dengan adegan utama dalam penelitian,

yaitu kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film ”Battle of Empires Fetih 1453” sebagai bahan pengantar. Film bergenre Epik sejarah dan biografi ini, memiliki durasi 02:36:00 atau setara dengan dua setengah jam. berawal dari kilas balik sabda Rassullulah SAW, hingga Mehmed II dilahirkan dan tumbuh dewasa menjadi pemimpin yang telah diriwayatkan Rasullulah SAW, kemudian mulai menjalani aktifitas sebagai seorang pemimpin. Sekuen tersebeut terangkum dalam beberapa adegan, mulai dari awal mula Sultan membangun sebuah beteng Rumeli Hisari yang terletak di selat Bosphorus. Kemudian peperangan di tanah pembebasan, dan kemenangan yang diraih oleh keyakinan Iman. Namun adegan utama pada penelitian ini kurang lebih memiliki durasi 5 menit, yaitu adegan pada saat Sultan Mehmed II berdiri meyakinkan penduduk Konstantinopel tentang kebebasan memeluk agama yang mereka yakini dan mengajarkan tentang nilai-nilai toleransi dalam perbedaan agama.

Analisis narasi dalam sebuah film tidak sama seperti analisis narasi yang biasanya terlintas di dalam benak kita tentang cerita panjang dan membosankan, dalam Film ini peneliti mencoba menarasikan dan mendeskripsikan alur cerita film dengan menyertakan komponen analisis film dan sedikit unsur semiotika. Kemudian setelah itu barulah secara detail akan dipaparkan bagaimana unsur semiotika menjadi sesuatu yang naratif. Sebagai salah satu media untuk meneliti narasi dalam sebuah film yang biasanya muncul dalm skenario dan percakapan yang dilakukan oleh para Aktor dalam sebuah film.

1. Pembangunan Benteng Rumeli Hisari (Bodazkesen) dan Konflik Eksternal

Adegan 1 memperlihatkan perencanaan dan pembangunan sebuah benteng yang harus di selesaikan dalam waktu singkat ia berencana mendirikan sebuah benteng tepet di sebrang benteng bernama Anadolu Hisari yang dibuat oleh leluhurnya Sultan Bayezid I. sultan berpikir jka ia dapat membangun sebuah benteng disebrangnya , maka ia dapat mengamankan selat Bosphorus dan menjadi pemutus suplai makanan dan perlengkapan perang serta bantuan pasukan dari Genoa di Black Sea. Dalam adegan ini sutradara menghadirkan dalam beberapa Shoot yang berhubungan dengan perencanaan pembuatan sebuah benteng dan konflik yang terjadi. Adegan ini diperankan oleh sultan dan wazirnya1. Adegan ini terdapat pada durasi 41:08 dengan total durasi sekitar 8 menit 14 detik. Bagian ini memiliki narasi yang tidak terlalu panjang atau shot pendek, karena hanya sebagai pengantar di mana pada waktu itu Mehmed II berencana membangun sebuah benteng yang baru dengan maksud dan tujuan yang jelas yaitu merealisasikan penyeranganya terhadap konstantinopel. Dalam adegan ini, waktu plot yang digunakan sangat pendek dan ringkas, sangat berbeda dengan cerita aslinya.

Bagian lain yaitu terjadi beberapa konflik antara Sultan dengan Constantin sebabagi kaisar di Konstantinopel. Konflik yang terjadi dimulai pada April 1452, saat peletakan batu pertama dari sebuah benteng namun Sultan mehmed tdk menghiraukan semua konflik yang mengatasnamakan perjanjian damai yang sebelumnya terjadi karena mehmed tahu bahwa

1

Constatine ketakutan jika suplai persediaan makanan dari Genoa dan Kapal yang bergerak dari arah Black Sea dapat dihentikan seandainya benteng itu berdiri.

Tabel 1.4.

Pembuatan Benteng dan Konflik Ekternal dalam Sekuen 1

Adegan Visualisasi Verbal non Verbal Pemain Interpretasi simbolik

1 Sultan dan

Wazir

Adegan ini pada durasi 41:08 Musyawarah sebagai bentuk

pengambilan keputusan dalam syariat islam. Dan menunjukan kesungguhan dan kematangan

strateginya kepada Halil Pasha seorang Kepala Wazir.

2 Sultan Adegan ini pada durasi

42:07 Menunjukan letak geografis pembuatan benteng barunya di sebrang benteng Andolu Hisari yang di buat oleh kakek buytnya.

Pembuatan benteng atas keyakinan strategi pengepunganya Sultan

3 Sultan Wazir Arsitek dan Tukang Batu

Adegan ini pada durasi 43:50 Sultan memasuki pengerjaan benteng agar pembuatan benteng berjalan cepat sesuai target yang direncanakan. Mehmed menjadi simbol yang di segani dan di hormati.

4 Raja

constantin sekretaris

Adegan pada durasi 47:11 Kaisar Constantine terlihat geram dan Membicarakan isi surat ancaman dari segala penjuru yang

dimaksudkan untuk sultan Mehmed II jika meneruskan pembangunan Benteng barunya, dengan sekretaris kerajaan. 5 Sultan dan Wazir

Adegan pada durasi 48:10 memperlihatkan

keteguhan hati seorang sultan kepada para wazirnya dari kondisi yang terhimpit atas pembangunan benteng yang di buatnya.

Tabel 2.4.

Ikon, Indeks dan Simbol

Pada Adegan Pembuatan Benteng dan Konflik Eksternal

Ikon Ikon pada adegan ini terdapat pada beberapa setting yang memperlihatkan situasi perencanaan strategi perag. Pada bagian ini, setting sebagai ikon dari atribut perencanaan pembuatan benteng seperti Peta yang besar memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dengan tujuanya. Selain itu pada struktur bangunan tempat Sultan dan wazirnya sedang berdiri identik dengan aroma ketimuran.

Indeks Terdapat dalam beberapa teks percakapan didalam surat antara Sultan dan raja Constantine yang mengisyaratkan sebuah bentuk perlawanan secara halus dengan isi surat yang mengancam agar tidak terjadi pertumpahan darah diantara mereka. Hal ini dapat dilihat pada durasi 47:11

Simbol Simbol didominasi oleh pemeran utama, Sultan Mehemed II dan Constantine yang divisualisasikan sebagai pemimpin diantara kedua kerajaan yang saling berseteru satu samalain, dan kostum yang dikenakannya, . Maka dari itu, banyak penonton yang kagum dengan keberadaan mereka dan selalu menjadi pusat perhatian dalam adegan tersebut.

Adegan ini berawal dari niat sultan untuk melakukan ekspasinya ke kota konstantinopel. Pada potongan adegan awal, Sultan dan wazir Halil Pasha divisualisasikan dengan menggunakan jarak kamera Extreme Long Shoot di mana, sutradara ingin menunjukan Sultan dan Halil Pasha dari atas, sehingga interpretasi dapat dilakukan dengan mudah, karena terfokus pada semua objek seperti Sultan, Halil Pasha dan peta yang menjadi atribut perencanaan srategi.

Pada potongan shot kedua, memvisualisasikan Sultan sedang menunjukan lokasi pembuatan Benteng yang akan menjadi pemutus Suplai makanan dan kebutuhan pasukan Konstantinopel pada saat pengepungan, penggunaan shot dalam adegan ini menngunakan jarak kameraClose-Up, di mana visualisasi akan terfokus pada lokasi pembuatan benteng yang baru, yaitu sebuah gambar benteng di dalam peta dengan struktur bangunan yang berbau timur.

Adegan selanjutnya memvisualisasikan Sultan Mehmed dan semua pasukannya saat pembuatan Benteng. Jarak kamera pada adegan ini adalah long shot, di mana sutradara ingin memperlihatkan sebuah situasi yang sangat sibuk saat-saat pasukan melaksanakan pekerjaanya.

Adegan selanjutnya adalah adegan ketika Constantine sedang berada di istana dengan sekertarisnya pada jarak kamera yang menggunakan long shot, sehingga sutradara berhasil memperlihatkan sebuah situasi yang realistis sebagai representasi dari kondisi Constantine yang sedang marah atas pembengunan benteng yang akan merugikanya dan menulis surat ancaman pada Sultan Mehmed IIdengan Sekertarisnya dan properti yang mendukung narasi.

Potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Sutan yang sedang menunjukan keteguhan atas keputusan yang telah di lakukanya. dan di sisi kanan dan kirinya terdapat Wazir yang setia menemani Sultan situasi yang memperlihatkan sebuah ekspresi para Syuhada. Dalam aegan ini, jarak kamera menggunakan long shot.

Teknis secara keseluruhan adegan di atas memiliki beberapa karakter sinematografi. Jarak kamera yang digunakan adalah close up, long shot dan extreme long shot. Pencahayaan yang digunakan cenderung menggunakan sumber cahaya key lighting dengan kualitas hard light yang memperjelas objek. setting yang digunakan tipe shot on location dan studio set. Aspek suara dan editing dalam adegan ini ada dieges sound dan non dieges sound dengan editing di dominasi tipe sekuen montase, crosscutting, dan match on action yang diiringi musik instrumental.

Dalam adegan ini, simbol, ikon dan indeks divisualisasikan berdasarkan narasi. Dari adegan ini tampak adanya simbol keseriusan dan kesungguhan dalam adegan 1. Simbol strategi dan pengambilan kesepakatan 2, Ketegasan dan keyakinan 3. Simbol perjuangan dan kerja keras 4 dan kesombongan dan kemarahan 5. Keteguhan hati seorang pemimpin diantara para Wazirnya. Kelima adegan di atas sebelumnya dibuka dengan visualisasi Sultan yang sedang membuat strategi pengepungan kota Konstantinopel, diantara Sultan, Wazir, Constantin dan beberapa penduduk Kesultanan Mehmed yang lainnya.

Ada monolog yang menarik ketika Sultan Mehmed berada dalam amcaman surat yang di kirim oleh Constantine saat pembuatan benteng telah selesai dikerjakan dalam waktu yang singkat. Berikut teks monolog tersebut2:

Sultan Mehmed : Untuk mengakhiri intrik yang terjadi

selamaberabad-abad. Rakyatku dan tentaraku bersamaku. Paus telah mengumpulkan dan mempersiapkan pasukanya. Kita akan menyambut kedatangan mereka. Kita akan mengalahkan mereka lagi seperti yang pernah kita lakukan di Varna and Kosovo.

Aku tidak seperti para Sultan pendahuluku. Aku adalah Sultan Mehmed Khan. Ini adalah tanahku dan aku berhak membuat benteng di sini. Seluruh tanahku harus berada di bawah kekuasaanku3.

Dalam percakapan ini memberikan gambaran mengenai keteguhan hati seorang Sultan dalam mempertahankan keyakinannya di mata orang lain. Dari petikan monolog tersebut dapat kita temukan sosok Sultan Mehmed II merupakan sosok yang memiliki keteguhan hati dalam memperjuangkan tanah yang ia cintai, terlebih ketika ia berusaha menegakan Bisyarah Rasullulah melalui pengepungan kota yang telah dijanjikan. Dan ini sudah sepatutnya

2

Monolog percakapan ini terdapat pada durasi 47:57 hinga durasi 48:35 3

menjadi sebuah karakter sorang pemimpin atau mujahid, di mana, sikap rela berkorban demi kepentingan rakyat dan agamanya yang senantiasa dihadirkan di dalam hatinya walau di dalam situasi seperti apapun. Sikap Sultan dalam adegan ini tercermin dalam Al-Qur’an, Surah Al-Anfal (8):60. Allah berfirman:

(

#ρ‘‰Ïãr&uρ

Νßγs9

$¨Β

ΟçF÷èsÜtGó™$#

ÏiΒ

;

ο§θè%

∅ÏΒuρ

Å

Þ$t/Íh‘

È

≅ø‹yø9$#

š

χθç7Ïδöè?

ϵÎ/

¨

ρ߉tã

«

!$#

ö

Νà2¨ρ߉tãuρ

t

̍yz#uuρ

ÏΒ

ó

ΟÎγÏΡρߊ

Ÿ

ω

ã

ΝßγtΡθßϑn=÷ès?

ª

!$#

ö

Νßγßϑn=÷ètƒ

4

$tΒuρ

(

#θà)ÏΖè?

ÏΒ

&

óx«

†Îû

È

≅‹Î6y

«

!$#

¤

∃uθãƒ

ö

Νä3ö‹s9Î)

ó

ΟçFΡr&uρ

Ÿ

ω

š

χθßϑn=ôàè?

∩∉⊃∪

Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Ayat di atas memberikan indikasi bahwasanya di dalam berjuang di jalan Allah, kita harus memiliki komitmen dan konsisten terhadap keyakinan dan prinsip, guna mendapatkan legitimasi dari semua orang. Dan Sultan Mehmed melalui dialognya di atas, mencoba mencerminkan ayat tersebut sesuai kemampuan dan kapasitas dirinya.

Tanda lain yang dapat kita temukan pada adegan ini adalah bagaimana Sultan memiliki cita-cita untuk membangun sebuah benteng pengepungan. Diceritakan bahwa Sultan Mehmed II merupakan salah seorang Pemimpin yang telah di kabarkan Rasulullah melalui Hadist yang selama berabad-abad teah menginspirasi Kehalifahan Utsman tentang Pemimpin terbaik dan pasukan terbaik yang akan menjadi penakluk Konstantinopel.

2. Adegan Pengepungan Pertama dan Konflik Internal

Pada adegan selanjutnya, adalah Seperti apakah Penyerangsn yang dilakukan Sultan dan Konflik yang terjadi di internal kesultanan. Adegan ini berada pada durasi 01:27:49 dan berjalan sekitar 45 Menit. Setelah perjalanan panjang persiapan pengepungan dilakukan dan pembuatan meriam raksasa selesai dibuat, barulah sultan memerintahkan seluruh pasukanya untuk berangkat bersamanya melakukan pengepungan yang telah lama sultan nantikan.

Di awal adegan tersebut memperlihatkan situasi banyaknya pasukan yang di ajak sultan untuk melakukan pengepungan, terlihat pasukan sultan yang menutupi bukit-bukit tinggi saat melakukan perjalanan, hingga sesampainya sultan di depan benteng terkuat Konstantinopel sultan di sambut langsung oleh kaisar Byzantium Konstantinopel. Adegan ini memperlihatkan negosiasi antara Sultan dan Constantine. Pada adegan ini sutradara mengunakan Medium Shoot dan teknik Kamera Eye Level sehingga penonton akan merasakan seolah-olah menjadi bagian didalam negosiasi tersebut. Kemudian dibelakang kedua kutub yang bertentangan diperlihatkan sebagian pasukan-pasukan yang siap bertempur dan memperjuangkan keyakinan di antara mereka, dari pakaian yang mereka pakai terlihat pertemuan dua kekuasaan yang mewakili Negara timur dan barat. Adegan ini memperlihatkan beberapa shot yang saling berkesinambungan antara Adegan satu dengan adegan lainya.

Tabel 3.4.

Adegan Pengepungan pertama dan Konflik Internal

Adegan Visualisasi Verbal dan Non Verbal Pemain Interpretasi Simbolik

1 Sultan

Mehmed Dan Constant ine

Pertemuan dua kekuasaan Byzantium (constantinopel) dan Utsmani (Otoman)

2 Meriam

Raksasa

Kebesaran Pasukan dan pesatnya teknologi pasukan Utsmani (Turki) sehingga dapat menciptakan meriam terbesar yang tidak pernah ada pada zaman itu, kengerian terjadi saat mendengar dentuman hulu ledak meriam tersebut.

3 Pasukan

Muslim Otoman

Pemakaman masal tanda banyaknya pasukan sultan yang gugur merupakan Kekalahan sultan pada kali pertama penyerangan.

4 Sultan Mehmed, Wazir dan Pasukan

Kapal-kapal yang memuat logistik makanan yang terbakar,menjadikan

pengepungan selama 40 hari sia-sia. terlihat sultan yang berada paling depan barisan kehilangan kendali atas amarahnya.

5 Prjurit Mental yang rapuh dan

Kehilangan keyakinan atas pengepungan yang sia-sia.

6 Zaganos

Pasha dan Halil Pasha

Menunjukan Konflik Internal para Wazir dan rasa tidak aman berada dalam penyerangan yang sultan lakukan.

7 Sultan Mehmed

Menunjukan keputusasaan dan perenungan kembali atas rencana dan strategi perang yang telah dibuatnya.

8 Sultan Mehmed dan Syaikh Samsudd in

Bentuk Suport Guru Terhadap Murid yang dicintainya. Dengan menceritakan penyerangan yang pernah dilakukan ayahnya sultan, menjadi penyemangat baru dan tekad yang bulat atas pengepungan.

Tabel 4.4.

Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Pengepungan pertama dan konflik internal”

Ikon Ikon dalam adegan ini terdapat pada setting lokasi yang dipilih yang masih sangat kental dengan peradaban Turki yang merupakan negara perbatasan Asia dan Eropa. Pakaian yang dipakai oleh sultan mewakili kebudayaan Asia timur, kemudian Constantine yang menggunakan baju Zirah seperti pasukan romawi yang mewakili peradaban dari budaya Eropa.

Indeks Indeks di dalam adegan ini terdapat pada kata-kata Sultan ketika ia terus menyerang tanpa menghiraukan pendapat Wazir kepala, bahwasanya Said menolak secara halus namun tetap penuh wibawa untuk tetap menyerang. Sehingga tibul beberapa konflik diantara Wazir-wazirnya. dan Suara yang mengejutkan dan penuh keyakinan menandakan seorang sedang berada pada tingkat emosi tertentu.

Simbol Simbol yang muncul adalah bagaimana keimanan individu yang melekat pada sosok Sultan Mehmed II. Secara konvensional, simbol-simbol agama yang dipertahankan dengan keteguhan hati merupakan suatu tindakan yang didasari dari karakter dan kepribadian seorang pemimpin dalam Islam.

Adegan ini menceritakan proses pengepugan dan penyerangan yang dilakukan Sultan dan pasukanya. Serangkaian adegan pada tabel 3.4 merupakan proses pengantar adegan menuju adegan penyerangan besar-besaran Sultan. Dapat kita lihat dalam adegan penyerangan pertama Sultan Mehmed II, bermakna sebuah bentuk represif pemerintahan Sultan terhadap kota Konstantinopel, namun hal tersebut ternyata tak sesuai dengan keinginan sultan karena banyaknya pasukan sultan yang terbunuh dan persediaan makanan terbakar habis oleh pasukan musuh, sehingga ia harus merubah strategi dan mempercepat pengepungan yang tidak direncanakan sebelumnya oleh Sultan.

Unsur mise en scene pada adegan ini memperlihatkan latar atau setting yang diperkirakan menggunakan shot on location, meskipun tingkat kebenarannya masih dipertanyakan. Namun, mood yang coba dibangun serta suasana yang dibangun hampir sama persis seperti peradaban Turki Usmani pada zaman dulu, dengan pintu kayu yang bercorak, Singgasana Sultan, hiasan dinding tenda, bentuk tenda sederhana dan hamparan sebuah peta yang besar di dalam tenda yang membuatnya tampak seperti dalam tenda peperangan di zaman itu.

Aspek lain adalah pada kostum yang dikenakannya. Penggunaan kostum militer yang digunakan dua orang pasukan sultan yang putus asa, merepresentasikan busana anggota militer Yenisseri yang dimiliki Turki Utsmani saat itu, dengan baju yang mirip gamis namun berkancing mirip dengan kebudayaan Asia yang berwarna merah, serta peralatan lain seperti senjata yang masih menggunakan pedang panjang seperti senapan.

Pada tokoh Zaganos Pasha dan Halil Pasha diperlihatkan mengunakan pakaian dan atribut yang berbeda dari pasukan lain sebagai bentuk pembeda dari kasta atau jabatan. Aspek lain adalah tata rias wajah yang tampaknya lebih mendominasikan unsur naturalitas, di mana tata rias tidak begitu menonjol dan cerah. Hal ini diperkirakan untuk merepresentasikan ruang dan waktu dimana pada ssat itu mereka berada dalam keaadaan sedang berperang. khususnya pada zaman itu, kosmetik belum begitu marak diproduksi dan orang pada zaman dahulu tampaknya memang jarang menggunakan peralatan kosmetik selain perempuan yang biasanya menggunakan celak.

Namun, tata rias digunakan untuk merepresentasikan kepribadian tokoh atau pelaku cerita. Warna kostum yang dominan adalah warna gelap. Biasanya warna gelap identik dengan kejahatan. Namun, semua itu bertolak belakang dengan apa yang ada di dalam cerita film. Warna hitam dalam film sepertinya ingin merepresentasikan sebuah kondisi budaya masyarakat Turki Utsmani ketika itu.

Komponen yang dapat kita analisis pada adegan ini adalah pada unsur pencahayaan. Pencahayaan dapat kita analisis melalui arah pencahayaan. Arah pencahayaan pada adegan ini arah lebih memilih top lighting yang fungsinya sekedar ingin menunjukkan jenis pencahayaan (buatan) dalam sebuah adegan, yakni dengan menggunakan lampu-lampu standar. Adapun sumber cahaya yang digunakan sutradara pada adegan ini adalah sumber cahaya utamanya bersifat key lighting dimana cahaya didominasi sumber cahaya yang membuat kontras antara area terang dan gelap saja, karena pada adegan ini kebanyakan dilakukan pada siang hari.

Pergerakan kamera dan tipe shot yang ditampilkan pada adegan ini, didominasi oleh long shot type, di mana sutradara ingin memperlihatkan semua pemain yang ketika itu, memang berjumlah tidak sedikit. Pergerakan kamera juga tidak terlalu dinamis. Visualisasi dibuat se-natural mungkin, guna ingin merepresentasikan kondisi masa lampau yang memang apa adanya. Unsur historis yang mendominasi genre film, membuat film ini tampak ingin dikemas sesuai aslinya.

Dari segi suara, adegan ini tidak menghadirkan dieges-dieges yang cenderung diegetic sound. Jadi, sumber suara diperoleh langsung dari pemain yang memperagakan action-action pada shot-shot tersebut. Namun, terkadang ada pula suara-suara yang sekilas muncul dengan dominasi suara orkestra yang kompleks, namun menghasilkan suara merdu dan mendayu yang membawa penonton kepada satu kondisi penuh khidmat.

Ada sebuah dialog yang menarik antara Sultan Mehmed II dengan Constantine XI Saat melakukan negosiasi dalam penyerangan pertamanya. Constantine menyambut Sultan dengan ucapan salam yang diucapkan umat muslim dan kemudian sultan mengucapkan salam yang biasa di ucapkan umat Kristen Ortodoks, pada hari itu sultan menjelaskan mengapa pengepungan ini dilakukan padahal perjanjian damai diantara mereka masih mereka pegang. Pada intinya, dari dialog tersebut, Sultan menginginkan Constantine untuk segera menyerahkan kotanya secara damai dan harta mereka titetap menjadi milik mereka, dengan syarat pemerintahan berada dibawah kepemimpinan sultan. Berikut ini adalah percakapan tersebut:

Constantine XI : Assalamu Alaikum Sultan Mehmed II : Kalos Antamothsikame.

Contantine XI : Aku harap aku bisa menjadi tuan rumah yang

baik di istanaku tetapi Anda terlalu ramai.

Sultan Mehmed II : Terima kasih atas keramahan anda, Kaisar.

Anda adalah tuan rumah yang baik.

Constantine XI : Aku ingin mengingatkan Anda bahwatembok

kami, juga iman kami. Dalam sejarah tidak ada yang pernah bisa meruntuhkannya, Sultan.

Sultan Mehmed II : Setelah pengepungan, Anda tidak akan pernah

mengatakan hal itu lagi, Kaisar.

Constantine XI : Tembok kota kami telah mengalami banyak

penyerangan sebelumnya. Dan yang terakhir dilakukan ayah Anda. Tapi ia gagal, sama seperti yang lain

Sultan Mehmed II : Kami datang ke sini untuk membuktikan

perkataanmu Jika Anda menyerah sekarang, Anda beserta rakyat dan keluarga mereka akan hidup dalam damai. Kita tidak akan menyentuh harta kalian.

Constantine XI : Berarti akan ada banyak darah yang tertumpah, terutama darah Anda.

Sultan Mehmed II : Kami mematuhi yang diperintahkan Al-Quran.

Dari petikan percakapan diatas, tampak sebuah isyarat bahwa Sultan sangat tegas dalam mempertahankan prinsipnya terlebih mengenai ajaran agama Islam. Ramah tamah sebagai simbol bangsawan dalam negosiasi pada saat itu, Tembok yang tak terkalahkan menjadi simbol kesombongan bangsa Konstantinopel dan mendahulukan kepentingan dari rakyatnya adalah ciri-ciri dari kepemimpinan dalam Islam. Baju Zirah perang memiliki simbol kemewahan dan kegagahan dari sebuah bangsa yang cukup terkonstruksi dengan baik dalam adegan ini. Negosiasi sebagai bentuk peradaban yang memegang nilai-nilai kemanusiaan dan memberikan stigma positif terhadap bentuk Kepemimpinan. Terlebih saat sultan seolah member tahu langsung kepada kita dengan pernyataan sultan yang mengatakan ”Kami Sangatangat

Memetuhi yang diperintahkan Al-Quran”, sikap ini tercermin dalam Qs.Al-Azhab 36 Allah berfirman:

Dokumen terkait