• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Tinjauan Kepustakaan

2. Narkotika

a. Pengertian Narkotika

Istilah narkotika yang dikenal di Indonesia dari sisi tata bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Narcotics” yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata Narcosis dalam bahasa Yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Secara umum narkotika diartikan suatu zat yang dapat

14

menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan/ penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi susunan zat syaraf pusat.15

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dikatakan bahwa Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang- undang ini.16 Narkotika membawaefek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai, yaitu :

a. Mempengaruhi kesadaran;

b. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia;

c. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa: 1)Penenang;

2)Perangsang (bukan rangsangan sex)

3)Menimbulkan halusinasi (pemakainya tidak mampu membedakan antara khayalan dan kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat)

15

Kusno Adi, Kebijakan Kriminal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, (UMM Press: Malang, 2009), hal.12

16

Tim redaksi nuansa aulia, Narkotika dan psikotropika, ( Nuansa Aulia: Bandung, 2010), hal.4

Narkotika yang terkenal di Indonesia sekarang ini berasal dari kata “Narkoties”, yang sama artinya dengan kata narcosis yang berarti membius. Sifat zat tersebut terutama berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran, halusinasi, disamping dapat digunakan untuk pembiusan. Di Malaysia benda berbahaya ini disebut dengan

dadah. Dulu di Indonesia dikenal dengan sebutan madat.

Jenis-jenis narkotika yang perlu diketahui dalam kehidupan sehari-hari karena mempunyai dampak sebgaimana disebut diatas, terutama terhadap kaum remaja yang dapat menjadi sampah masyarakat bila terjerumus ke jurangnya, adalah sebagai berikut:17

1. Candu atau disebut juga dengan Opium

Berasal dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang dinamakan Papaver

Somniferium, nama lain dari candu selain opium adalah madat, di Jepang

disebut “ikkanshu”, di Cina dinamakan “Japien”. Banyak ditemukan di Negara-negara, seperti Turki, Irak, Iran, India, Mesir, Cina, Thailand dan beberapa tempat lain. Bagian yang dapat dipergunakan dari tanaman ini adalah getahnya yang diambil dari buahnya, narkotika jenis candu ini termasuk jenis depressants yang mempunyai pengaruh hypnotics dan

tranglizers. Depressants, yaitu merangsang system saraf parasimpatis,

dalam dunia kedokteran dipakai sebagai pembunuh rasa sakit yang kuat.

17

Moh. Taufiq Makarao, Tindak Pidana Narkotika, ( Ghalia Indonesia: Jakarta, 2003), hal.21

2. Morphine

Adalah zat utama yang berkhasiat narkotika yang terdapat pada candu

„mentah, diperoleh dengan jalan mengolah secara kimia. Morphine termasuk jenis narkotika yang membahayakan dan memiliki daya ekskalasi yang relative cepat, dimana seseorang pecandu untuk memperoleh rangsangan yang diingini selalu memerlukan penambahan

dosis yang lambat laun membahayakan jiwa.

3. Heroin

Berasal dari tumbuhan papaver somniferum, sepertitelah disinggung diatas bahwa tanaman ini juga menghasilkan codeine, morphine, dan opium. Heroin disebut juga dengan sebutan putau, zat ini sangat berbahaya bila dikonsumsi kelebihan dosis, bisa mati seketika.

4. Cocaine

Berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut erythroxylon coca. Untuk memperoleh cocaine yaitu dengan memetik daun coca, lalu dikeringkan dan diolah dipabrik dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Serbuk cocaine bewarna putih, rasanya pahit dan lama-lama serbuk tadi menjadi basah. Ciri-ciri cocaine antara lain adalah :

a. Termasuk golongan tanaman perdu atau belukar

b. Di Indonesia tumbuh didaerah Malang atau Besuki Jawa timur c. Tumbuh sangat tinggi kira-kira dua meter;

d. Tidak berduri, tidak bertangkai, berhelai daun satu, tumbuh satu- satu pada cabang atau tangkai;

e. Buahnya berbentuk lonjong berwarna kuning-merah atau merah saja apabila sudah dimasak;

5. Ganja

Berasal dari bunga dan daun sejenis tumbuhan rumput bernama cannabis

sativa. Sebutan lain dari ganja yaitu mariyuana, sejenis dengan mariyuana

adalah hashis yang dibuat dari dammar tumbuhan cannabis sativa. Efek dari hashis lebih kuat dari pada ganja. Ganja di Indonesia pada umumnya banyak terdapat di daerah Aceh, walau di daerah lain bisa tumbuh.

6. Narkotika Sintesis atau buatan

Adalah sejenis narkotika yang dihasilkan dengan melalui proses kimia secara farmakologi yang sering disebut dengan istilah Napza, yaitu kependekan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Napza tergolong zat psikoaktif, yaitu zat yang terutama berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, dan kesadaran.

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 penggolongan Narkotika dibagi atas:

Dalam penggolongan Narkotika, zat atau obat golongan I mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Oleh karena itu didalam penggunaannya hanya diperuntukkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dipergunakan dalam terapi. Pengertian pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk didalamnya untuk kepentingan pendidikan, pelatihan, keterampilan dan penelitian serta pengembangan. Dalam penelitian dapat digunakan untuk kepentingan medis yang sangat terbatas.

2. Narkotika Golongan II

Narkotika pada golongan ini adalah Narkotika yang berkhasiat terhadap pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat dipergunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan. Narkotika golongan ini mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

3. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan ini adalah Narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan.

b. Penyalahgunaan Narkotika

Secara harfiah, kata penyalahgunaan berasal dari kata “salah guna” yang

narkotika dapat diartikan sebagai proses, cara, perbuatan yang menyeleweng terhadap narkotika.

Djoko Prakoso, Bambang R.L, dan Amir M. menjelaskan yang dimaksud dengan penyalahgunaan narkotika adalah:

1. Secara terus-menerus/ berkesinambungan; 2. Sekali-sekali/ kadang-kadang;

3. Secara berlebihan;

4. Tidak menurut petunjuk dokter (non medik)18

Secara yuridis pengertian dari penyalah guna narkotika diatur dalam Pasal 1 butir 15 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah :

“..Penyalah guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum”

Bentuk perbuatan penyalahgunaan narkotika yang paling sering dijumpai adalah perbuatan yang mengarah kepada pecandu narkotika. Adapun pengertian pecandu narkotika adalah seperti termuat didalam Pasal 1 butir 12 Undang- undang Nomor 35 Tahun 2009 trntang Narkotika, yaitu :

“..Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau

menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada

narkotika, baik secara fisik maupun psikis”

18

Djoko Prakoso, Kejahatan-kejahatan yang merugikan dan membahayakan Negara.

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan ketergantungan pada diri pecandu narkotika sebagaimana diatur didalam pasal 1 butir 14 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yaitu :

“..Ketergantungan narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaanya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menibulkan gejala fisik dan

psikis yang khas”

Menurut Rachman Hermawan, Pemakaian narkotika secara terus-menerus akan mengakibatkan orang itu bergantung pada narkotika, secara mental maupun fisik, yang dikenal dengan istilah kebergantungan fisik dan mental. Seseorang bisa disebut mengalami kebergantungan mental bila ia selalu terdorong oleh hasrat dan nafsu ynag besar untuk menggunakan narkotika, karena terpikat oleh kenikmatannya. Kebergantungan mental ini dapat mengakibatkan perubahan perangai dan tingkah laku. Seseorang bisa disebut mengalami kebergantungan fisik bila ia tidak dapat melepaskan diri dari cengkeraman narkotika tersebut karena, apabila tidak memakai narkotika, akan merasakan siksaan badaniah, seakan-akan dianiaya. Kebergantungan fisik ini dapat mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan-kejahatan, untuk memeperoleh uang guna membeli narkotika. Kebergantungan fisik dan mental lambat-laun dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan.19

19

Rachman Hermawan, Penyalahgunaan Narkotika oleh para remaja, (Eresco: Bandung, 1987) hal. 10

Penyalahgunaan narkotika merupakan jenis kejahatan yang mempunyai (potensi) dampak social yang sangat luas dan kompleks, lebih-lebih ketika yang melakukan adalah anak-anak. Dampak social penyalahgunaan narkotika yang dilakukan anak-anak itu bukan hanya disebabkan oleh karena akibat yang ditimbulkan akan melahirkan penderitaan dan kehancuran fisik maupun mental yang teramat panjang, tetapi juga oleh karena kompleksitas di dalam penanggulangannya terutama ketika pilihan jatuh pada penggunaan hukum pidana sebagai sarananya.

Dalam konsideran undang-undang narkotika pada huruf c, disebutkan bahwa narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengawasan yang ketat dan seksama.

Sebagaimana yang diamanatkan undang-undang Narkotika, bahwa ketersediaan narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun di sisi lain mengingat dampak yang dapat ditimbulkan dan tingkat bahaya yang ada apabila digunakan tanpa pengawasan dokter secara tepat dan ketat maka harus dilakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika.

Oleh karena itu, dilakukan pengaturan narkotika dalam bentuk Undang- Undang Narkotika secara tegas menyebutkan tujuannya, dan dituangkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Narkotika, sebagai berikut,

Pengaturan narkotika bertujuan untuk :

1. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan;

2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika; 3. Memberantas peredaran gelap narkotika.

Dokumen terkait