• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASDEM (MAYJEN (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA) : Berarti menunggu Undang-Undang penyiaran jadi?

(SKORS DICABUT PUKUL 14.20 WIB) Bapak dan Ibu sekalian,

F- NASDEM (MAYJEN (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA) : Berarti menunggu Undang-Undang penyiaran jadi?

MENKOMINFO :

Kalau perijinan, karena berdasarkan Peraturan harus ketemu (suara tidak jelas) itu harus (suara tidak jelas)

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, ST., M.Si) :

Terus Pak Elnino, lamanya ijin. Ini kami dari Kemkominfo sudah lakukan perbaikan. Karena ijin apakah televisi maupun radio itu dari KPI. KPID diusulkan kepada KPI, KPI juga (suara tidak jelas).

Namun demikian pada saat keputusan ijin ditandatangan, karena saya menandatangan ijin sampai hari ini, begitu ijin tandangan besoknya harus sudah diekspos di website. Dan setelah ijin prinsip itu diikuti dengan namanya evaluasi uji coba sistem untuk menjadi ijin tetap. Saya perbolehkan, kami perbolehkan yang mendaftar untuk mengajukan ijin begitu ijin prinsip sudah saya tandatangani boleh menggunakan copynya untuk proses evaluasi dan uji coba sistem, tanpa harus menunggu ijin aslinya. Karena ijin asli itu dari Kemkominfo diserahkan kepada KPI dan KPI nanti diserahkan kepada KPID dan nanti baru KPID serahkan kepada yang mengajukan ijin. Jadi ini kami coba percepat prosesnya dengan memperbolehkan menggunakan fotocopy yang sudah saya tanda tangan untuk mulai melakukan proses evaluasi dan uji coba sistem. Biasanya itu menggunakan aslinya Pak dan itu memerlukan waktu dan lewat kebeberapa pihak lagi.

Kami lakukan secara transparan, hari ini ditandatangan dan besoknya sudah ada di website. Agar semua masyarakat tahu, agar semua yang meminta ijin tahu posisinya ada dimana Pak, itu yang coba kami lakukan. Memang kalau dihitung ijin ini ya Pak. Hampir satu tahun ijin evaluasi, sampai FRB, forum rapat bersama dan lain sebagainya. Kami coba melihat mungkin Kemkominfo memperpendek proses Kemkominfo lakukan. Tapi kalau secara keseluruhan kami harus konsultasi juga dengan KPI dan KPID dimana kita harus memotong mata rantai perijinan ini Pak. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, ST., M.Si) :

Ya saya hanya ingin menyampaikan bahwa, sebenarnya semua orang ini sudah terlalu lama sekali keadaan sekarang yang sudah berlangsung. Kalau TV, TV atau yang sedang berlangsung yang kaya, itu gampang sekali. Itu saja sebenarnya. Sementara radio atau TV yang miskin itu susah sekali atau lama, itu saja sebetulnya.

Itu apakah iya kekayaan ataupun kebesaran stasiun TV atau radio itu berpengaruh secara psikologis di Kemkominfo misalnya begitu. Ini pertanyaannya kan. Ya kan kalau begitu psikologisnya itu down kan? atau bagaimana yang menjadi. Ya kita berharap Bapak Rudiantara ini sebagai menteri Kominfo, ini betul-betul membuat Kemkominfo menjadi adil bagi seluruh stasiun lembaga penyiaran. Supaya yang disebut dengan frekuensi itu, betul-betul mulai terasa sebagai kekayaan alam yang digunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, bukan hanya kekayaan alam yang menguntungkan orang yang mempunyai modal saja. Itu saja sebenarnya poin saya Pak.

Terima kasih

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, MSc.) : Masih terkait ijin Bapak menteri.

Saya minta waktu memperpanjang ijin Pak menteri ada beberapa hal yang bisa Pak menteri bicarakan dengan industri penyiaran, ya kan? Bahwa oke selain konten ya? konten kita tahu kalau saat ini sangat memprihatinkan apa yang dipertontonkan kepada masyarakat.

Yang kedua adalah kewajiban Pak. Kewajiban dari industri penyiaran itu untuk menanyangkan acara-acara kenegaraan Pak. Time-ing nya itu live. Ini ada TV, TV sekarang 17 Agustus itu bisa siaran tunda Pak. Ini sudah tidak benar negara kita ini, siaran tunda terus ada sifatnya new breaking, hanya news selesai. Setahu saya yang dulu itu jamannya 17 Agustus itu, itu relay disemua stasiun TV, itu wajib. Kita tetapkan, acara kenegaraan-kenegaraan mana yang wajib itu disiarkan oleh, masa tiba-tiba jadi siaran tunda, sudah tidak benar Bapak, cek yang 17 Agustus yang kemarin ini. Itu benar-benar, ada yang siaran tunda, ada yang news breaking, ini apalagi TVRI ya kan? ini sudah wajib hukumnya, acara-acara kenegaraan yang memang ini itu harus, itu yang jadi masyarakat kita ini juga kenal sejarah Pak. Apakah itu hari pahlawan dan segala macam, dia tidak ada pilihan lain, yang namanya masyarakat kalau ada pilihan lain maka dia nonton yang lain. Mendingan gue nonton sinetron, mendingan dia nonton yang lain, kalau itu relay dan tidak ada pilihan lain maka dia akan nonton dan wajib tidak ada yang lain. Nah itu lah yang kita anggap penting tersebut Pak menteri. Itu menjadi dasar persyaratan.

Kemudian yang kedua, mungkin Pak menteri bisa bicara juga dengan TVRI. TVRI ini bukan kita tidak mau, kita ingin dia itu independen, tidak corong partai

politik. Tapi TVRI ini biayanya APBN loh, TVRI ini wajib untuk menyiarkan dan untuk mempublikasikan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Pak. Ini beritanya hampir sama saja, ini gaya-gayanya sama dengan TV swasta, TVRI ini sekarang. Cuplikan dikit. Harusnya kemana Presiden, kemana wapres kemudian apa program Pemerintah yang bagus, itu wajib TVRI untuk dan RRI untuk menyiarkan kepada masyarakat, bukan karena dia independen. Independen itu tidak pro terhadap partai politik, tapi kalau kepada Pemerintah, anggarannya APBN kok, wajib dia untuk memberikan apa namanya, apa nih kinerja dari Pemerintah kedepan, dan ini saya lihat tidak begitu Pak, ya kan.

Saya memang tidak melihat nonton setiap hari TVRI. Tapi cek cek saya suka melihat ini nya loh. Tapi yang saya tahu seperti itu dan saya melihat TVRI ini tidak mensosialisasikan, tidak bisa menjadi PR nya Pemerintah didalam menjalankan program-program nya Pemerintah. Penjelasan mengenai BPJS harusnya itu TVRI. Dia sampai kepada pelosok, pelosok ke daerah. Bagaimana TVRI ini hidup itu juga Pak. Diwajibkan di BUMN-BUMN itu, ketika dia pasang iklan, sekian persen dari alokasi iklan itu wajib di TVRI. Jadi semua bisa hidup. Jangan semua kementerian pariwisata, Tv One, MetroTV, sampai semuanya iklannya itu semuanya di TV-TV swasta. Ada Peraturan Pemerintah yang dibuat diwajibkan sekian persen seluruh departemen maupun Badan Usaha Milik Negara, sekian persen harus diwakilkan di TVRI. Jadi kita bisa memperkuat kelembagaan TVRI tersebut. Bagaimana mau kuat kalau iklannya hidup mati, apa namanya, hidup segan dan mati tak mau.

Harus ada peraturan yang mengatur hal itu, ya kan? sekarang yang namanya kita punya iklan, sekarang sudah Pemerintah menaikkan anggaran pariwisata. Pasang iklan di CNN, pasang iklan ini. Bangsa Indonesia yang di daerah saja tidak tahu potensi kita itu apa sebenarnya di Indonesia kita sendiri. Sibuk kita mengiklankan di luar saja gitu. Nah hal-hal ini bisa menjadi corong. Kita corong bukan berarti dalam arti negatif. Menjadi corong dalam arti Pemerintah. Sosialisasi dari pada kebijakan-kebijakan Pemerintah, promosi potensi daerah yang ada, itu bisa lewat TVRI semua. Sekarang saya tidak lihat TVRI membuat program, berlomba-lomba dengan apa yang ada di program swasta Pak. Itu tidak seperti itu Pak Rudi. Itu harus ada yang paling penting adalah anggaran iklan yang ada di APBN sekian persen wajib ditayangkan di TVRI.

Kemudian mengenai PSA Pak, kita kalau kemarin nonton, kalau nonton TV Korea, TV mana ya Pak ya? itu hal-hal yang untuk kepentingan publik,kemarin ditayangkan di BB group kita ada, simpel saja Pak. Kepada masyarakat itu ditayangkan iklan bahwa kalau ada dalam keadaan kita terkurung, kecelakaan terkurung itu kita tidak pernah tahu apa fungsi dari sandaran kepala, dari jok mobil kita ujungnya runcing itu bisa memecah kaca. Kita kan kalau saya lihat iklannya simpel kan? tapi adalah ilmu pengetahuan, pengetahuan yang dibutuhkan oleh rakyat kita dan ini tidak hanya tanggungjawab TVRI saja. TV swasta juga punya tanggungjawab yang sama. Ada yang namanya PSA masyarakat itu, itu pemberitaan eh kalau ini akibatnya ini, kalau ini akibantya ini, kalau ada kejadian ini misalnya ini tsunami. Iklan-iklan yang menarik dibuat ya Pak ya, tapi yang menjadi ilmu pengetahuan bagi masyarakat kita dan mereka tahu. Tahukah anda, begini, begini. Tapi dalam hal yang menarik ya Pak menteri ya, untuk hal itu dan itu tidak boleh dicharge oleh TV swasta untuk hal-hal yang kepentingan rakyat banyak, itu jangan dihitung airtime gitu Pak, TV swasta maupun TVRI.

Jadi makanya saya selalu himbau sama Pak menteri, kalau kita bisa minta sama Telkom company, yang namanya universal service obligation, kita wajibkan industri penyiaran ini universal boardcasting obligation. Tidak dalam bentuk uang

tapi alokasi airtime mereka untuk kepentingan Pemerintah dan publik. Ya kan, jadi itu yang harus ada. Jadi tidak semuanya, jadi Pemerintah harus mau mensosialisasikan dialog sesuatu yang penting itu pun harus bayar di TV swasta. loh gila aja kali ya? padahal ini untuk kepentingan masyarakat banyak Pak menteri. Ini kan tidak ada Peraturan nya bahwa mereka broadcasting ini kedepan dikenakan Universal Boardcasting Obligation, sekian persen dari airtime nya harus mereka sediakan free untuk kepentingan masyarakat. Apakah itu program Pemerintah atau program dari masyarakat itu sendiri. Itu harus ada Pak, dan hal-hal ini yang saya rasa kedepan Pak menteri harus bicara dengan industri penyiaran, jangan hanya mereka itu komersial saja, yang diinikan. Mereka juga bisa membantu.

Bayangkan ya Pak sampai saya melihatnya itu kalau yang melihat kebersatuan dalam informasi itu TV Korea. Untuk konfersi saya sampai tanya sama orang Korea, sama dubes Korea. Misalnya kan ada iklan water forum konferensi internasional. Itu si bintang selebritis internasional yang ngomong, saya tanya loe bayar tidak hal-hal seperti itu. Mereka tidak bayar, jadi tidak ada tuh budget di iklan kita bayar Agnes Monica ini sekian itu tidak ada. Nah artis-artis kita juga yang mana untuk kepentingan publik, bagaimana menginikan air, bagaimana menginikan sampah, bagaimana menghindari deman berdarah, itu selebritis ini juga dihimbau untuk mereka memerankan iklan itu juga tidak bayar gitu, itu merupakan salah satu kontribusi mereka kepada masyarakat. Saya rasa hal-hal seperti ini dibicarakan kita Pak. Ketika di negara lain bisa kenapa di negara lain tidak bisa.

Terima kasih Bapak Pimpinan.

KETUA RAPAT (DRS. MAHFUDZ SIDDIK, M.Si) :

Baik tadi Ibu Evita setuju kita rapat selesai jam 3, sekarang jam 3.10, jadi kita, saya minta persetujuan Ibu Evita kita perpanjang jadi 15.30 ya?

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, ST., M.Si) : Pimpinan.

KETUA RAPAT (DRS. MAHFUDZ SIDDIK, M.Si) :

Sebentar, dan hebat nya Ibu Evita. Pertanyaan yang lama belum dijawab, pertanyaan yang baru sudah muncul lagi.

Kita lanjutkan dulu Pak menteri pertanyaan dari Pak Elnino kalau ada yang belum selesai, Ibu Evita dan Pak Budi ya? kalau tadi ada yang belum dijawab. F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, ST., M.Si) :

Pimpinan, Pimpinan sebelum ini Pimpinan.

Sebenarnya saya ini bukan bertanya, saya hanya ingin mengingatkan kembali bahwa ada mekanisme yang salah atau keliru di menkominfo, bukan pertanyaan. Jadi tidak perlu dijawab juga sebenarnya. Misalnya ya tadi saya hanya memberikan contoh saja Pak. Pak menteri tadi ngomong dari KPI, KPID dan langsung ke radio atau TV nya itu memang panjang itu Pak. Tapi sebenarnya masalahnya bukan hanya disitu. Masalahnya di Kominfo Pak. Jadi orang-orang ini, apa, orang-orang stasiun-stasiun radio dan TV ini, sudah lama nongkrong di Kominfo itu, lama

menongkrongi atau mendatangi kembali, mendatangi kembali, habis tiket itu belum jadi-jadi juga.

Gorontalo televisi yang ada dari tahun 2001, sampai sekarang 2016 itu masih pegang IPP prinsip bukan IPP tetap. Yang dia harus tongkrongi lagi, memang dia cuman memang begitu lah tidak punya duit. Itu bukan TV saya loh Pak. Bukan TV saya, nah ya tidak adalah kepentingan saya disitu dan ini memang ada fakta di Gorontalo seperti itu, dan mungkin daerah-daerah lain juga seperti itu, karena dia tidak punya duit jadi susah sekali. Tapi ketika orang-orang punya duit ini, mau IPP perpanjangan, wah ramai dan mudah dan sampai Komisi I sampai rapat, gitu kan? Padahal mereka ini status nya sama, tidak ada yang namanya TV nasional. Tapi kita ini sudah tidak adil. Kita ini dari frame kita ini sudah tidak adil. Itu sebenarnya yang ingin ingatkan kepada semua yang hadir rapat disini dan itu bukan pertanyaan Pimpinan, biarkan saja.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT :

Baik, karena bukan pertanyaan biar bisa tuntas maka kalau tidak pertanyaannya tidak spesifik kan yang jawab juga bingungkan. Ini yang punya IPP prinsip keluar jadi IPP tetap ini radio apa, TV apa mungkin bisa difeeding ke Pak menteri dan biar nanti Pak menteri bisa cek sampai eselon 16 dibawahnya itu, dimana masalahnya. Tapi kalau tidak ada data konkrit nya juga susah, kita juga tidak bisa mengawal.

Ya mungkin nanti kalau ada temuan Bapak dan Ibu, Pak Supiadin juga, nanti data konkrit nya juga disampaikan biar nanti kita cek, dimana sebenarnya bottom neck nya. Silakan lanjut dulu Pak menteri.

MENKOMINFO :

Iya tadi Pak, tambahan dan Ibu Evita. Dari Pak Budi tadi sudah disampaikan kan? bahwa kami belum menyiapkan mengenai kajian kemungkinan di apa, ditunda apa Pimpinan.

Kemudian tambahan dari Ibu Evita, mengenai acara kenegaraan, TVRI biasa ini lebih banyak kepada konten dan ini terima kasih Ibu dan kalau perlu menjadi hasil rapat kali ini. Kominfo diperintahkan oleh Komisi I untuk menetapkan acara kenegaraan dan lain sebagainya. Kalau tidak nanti akan ada yang komplain ke Kominfo Ibu, karena kan konten itu bukan range nya di Kominfo. Terima kasih

Dan untuk informasi saja seperti Ibu Evita sampaikan. Betul, kami juga melakukan pendapatan dan kami juga melakukan diskusi LPS, terutama besar-besar, mengenai konsen yang tadi Ibu sampaikan. Sebagai tindak lanjut. Sebenarnya dari 1 April 2016 ini, kalau kita amati di LPS swasta. Itu jam 6, prime time itu hampir ada satu menit itu ada PSA Ibu, nanti saya ada contohnya disini. Jam 6 sore Ibu. Tidak bukan minta Ibu nonton tapi ini yang sudah dilakukan oleh teman-teman itu ada PSA yang berkaitan dengan masalah optimisme, kemudian masalah patriotisme. Disitu ada Alan Budikusuma, kemudian ada Susi Susanti dan kemudian ada penyanyi. Semua yang anak-anak muda Indonesia.

Intinya adalah mengelorakan mengenai optimisme mengenai nasionalisme dan lain sebagainya, itu satu segmen satu menit kalau tidak salah. I April mulai nya, ya iya Ibu, yang 10 kalau tidak salah yang 10 televisi. Kenapa Ibu? Ya memang Ibu, ya paling tidak mulai akhir April ini sudah. Jadi kira-kira itu Ibu. Jadi Pemerintah pun

kalau membuat semua program di televisi swasta sama saja di TVRI pun kami harus bayar, setidanya biaya produksi. Itu mungkin tambahan dari saya Ibu Evita, terima kasih atas masukkannya. Tadi Pak Elnino, Ibu Evita, Pak Supiadin, Pak Budi Youyastri, nanti kalau hal yang spesifik tadi langsung disampaikan ke saya saja dan normal bagi saya kalau saya terima, bahkan SMS dan pesan lain dari daerah yang minta percepatan kalau memang itu sesuai prosedur tidak masalah dan tidak dibedaakn sebetulnya. Karena saya tidak kenal mana yang punya uang dan mana yang tidak punya uang, begitu.

Terima kasih Pak. F-PAN (BUDI YOUYASTRI) :

Pimpinan boleh?

Pak menteri belum menjawab tentang kebijakannya. Ini kan daftar nama yang 1700 dengan yang 1022 itu, menggunakan frekuensinya secara multi frekuensi network. Dahulu ketika design digitalisasi Pak menteri pernah membuat alternatif konsepnya singel frekuensi network. Jadi pertanyaannya, bagaimana mentransformasikan dari yang multi menjadi singel termasuk yang salah satunya yang 10 TV swasta ini. Dimana bentuk komitmenya hanya sukarela atau apa.

Dan pertanyaan tadi jadi teringat sama Ibu Evita, Pak menteri, BHP nya perusahaan televisi swasta tidak bisa dibikin gradasinya. Telko kita Bapak mau lelang 2,I kan kalau tidak salah nilai kapitalisasinya itu uang mukanya 300 miliaran ya? nilainya bisa jadi 5 triliun-10 triliun. Masa perusahaan TV swasta yang iklannya pendapatannya sampai 80 triliun hanya pungut tidak sampai 40 miliar. Tidak adil rasanya untuk rakyat Indonesia.

Terima kasih MENKOMINFO :

Pak Budi mengenai SFN atau MFN, ini sebetulnya dikaitakan dengan rencana digitalisasi kita. Nanti kami kan sebetulnya sempat mengusulkan untuk melakukan SFN. Tapi ini nanti berpengaruh kepada model multi fleksi kita. Apakah masing-masing yang kemarin sudah mendapatkan ijin multi flesker apakah melakukannya untuk mereka sendiri ataukah mereka mau full kedepan. Untuk usulan yang pernah kami sampaikan menggunakan SFN, tentunya itu masih menggunakan subjek pembahasan kita dalam mengenai startegi digitalisasi yang akan dituangkan dalam Undang-Undang penyiaran, Pak Budi. Saya juga tidak berpresentasi sekaran, saya mengenai mana yang lebih bagus saat ini ya Pak ya? SFN atau MFN? Karena kita betul-betul nanti memberikan implikasi kaitannya dengan regulasi yang harus kita siapkan.

Terima kasih

F-PAN (BUDI YOUYASTRI) :

Kalau soal BHP bagaimana, kan itu kewenangan menteri menetapkan BHP. MENKOMINFO :

Tentunya saya melihat juga ingin ada kenaikan BHP dari lembaga, katakanlah dari sektor penyiaran. Karena kalau kita bandingkan total PNBP dari

Kominfo itu dihasilkan satu tahunnya kurang lebih 15 triliun. Menjadikan PNBP kominfo itu nomor 2 bagi Pemerintah setelah sektor migas. Dan bagi katakan 15 triliun. BHP frekuensi untuk telekomunikasi itu 10 triliun lebih hampir 11 triliun, dibandingkan yang tadi dibandingkan tidak sampai 11 miliar. Jadi jauh, tapi kami harus melihat seperti biasa. Tapi keinginannya tentunya kami menyesuaikan agar lebih fair lagi gitu Pak.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Pak Budi kok mukanya begitu, itu sudah puas atau masih mau tanya? F-PAN (BUDI YOUYASTRI) :

Kalau bisa mah, dari 10 TV yang mau diperpanjang sudah dengan BHP baru, begitu usulnya.

MENKOMINFO :

Bisa saja dibahas Pak Budi. Hanya mekanismenya kami juga harus secepatnya melakukan revisi tentang PNBP kemana, ke Presiden.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, MSc.) :

Apa yang diusulkan oleh mas Budi ini ya? kita kan perpanjangannya juga belum waktunya. Kalau bikin kepres apa namanya itu Pak, perpres itu kan bisa cepat, saya rasa itu kemurahan itu Pak, itu apa namanya sewa frekuensi itu, kalau bisa didobelkan dan harus ditingkatkan itu Pak.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Masukan itu ya Pak menteri ya, karena beberapa pada setuju ya? ada lagi? Pak Effendi selamat sore. Kalau sudah semua, mohon maaf saya menggantikan Pak Mahfudz ini, apakah sudah kita bisa masuk ke draft kesimpulan atau masih ada lagi pendalaman. Kita bisa masuk ya?

Ya ini tentu masih draft, silakan nanti kalau masih ada yang mau direvisi oleh Anggota Komisi I yang terhormat, silakan. Kami bacakan.

KETUA (DRS. MAHFUDZ SIDDIK, M.Si) :

Pak menteri, Pak menteri. BHP itu berapa sih? MENKOMINFO :

Bukan itu satu televisi Pak, tapi pendapatan pada Pemerintah. Ada, total PNBP yang dihasilkan dari lembaga penyiaran swasta berapa? sekarang.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Kita bacakan ya? saya boleh bacakan ya Ibu Evita itu nanti jadi konsen berikutnya itu ya?

Draft kesimpulan rapat kerja Komisi I DPR RI dengan Kominfo, Jakarta 18 April 2016.

1. Komisi I DPR RI mendesak kementerian komunikasi dan informatika agar modal bisnis penyelenggaraan palapa ring mampu menjamin kesinambungan program serta tidak memiliki potensi masalah dimasa mendatang yang berakibat program palapa ring tidak berjalan dengan baik. Sehubungan dengan hal tersebut, Komisi I DPR RI mendesak Kominfo untuk mengawasi pembangunan palapa ring yang dilakukan oleh seluruh pemenang tender, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan malsum dan standar yang ditetapkan.

Ini apakah tidak terlalu panjang ya, bahasanya? Penting semua ya? F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, ST., M.Si) :

Salahnya ini dikalimat pertama ini. KETUA (DRS. MAHFUDZ SIDDIK, M.Si) :

Saya usul ini kan gagasan intinya minta kita melakukan pengawasan. Langsung saja Komisi I mendesak Kominfo untuk melakukan pengawasan secara tepat terhadap penyelenggaraan program pembangunan palapa ring, agar tidak terjadi bla, bla, bla.

F-PAN (BUDI YOUYASTRI) :

Pimpinan boleh bertanya? Timeline dari pembangunan palapa ring sudah ada ya? selesainya kapan Pak menteri.

MENKOMINFO :

Untuk barat dan tengah direncanakan selesai kuartal pertama atau semester pertama 2018. Sedangkan untuk timur karena tendernya dimundurkan, selesainya itu kuartal ke-4, 2018.

PU nya jalannya sudah selesai, kalau tidak kami tidak bisa bangun viber optiknya.

KETUA RAPAT (MEUTYA VIADA HAFID):

Ya, kembali ke poin I. Komisi I DPR RI mendesak kementerian komunikasi dan informatika untuk melakukan pengawasan tepat, mau pakai secara juga boleh, mau tidak pakai secara juga tidak apa-apa itu. Terhadap penyelenggaraan pembangunan palapa ring agar tidak terjadi permasalahan yang mengakibatkan,

Dokumen terkait