Register 39 Batu Tegi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.3. Parameter Demografi
5.3.3. Natalitas dan Mortalitas
Laju natalitas merupakan perbandingan antara jumlah individu bayi yang dilahirkan dengan jumlah seluruh induk betina reproduktif. Pada penelitian ini yang dihitung adalah laju natalitas kasar. Hal ini disebabkan karena 1) umur setiap individu monyet ekor panjang di alam tidak dapat diketahui secara pasti, 2) pengelompokkan umur berdasarkan ciri-ciri kualitatif dan 3) selang waktu antar kelas umur tidak sama. Oleh karena itu penentuan laju natalitas didasarkan pada hasil pengamatan tiap kelompok monyet ekor panjang yang memiliki struktur umur yang lengkap yang mencakup bayi, anak, muda dan dewasa. Laju natalitas
yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan laju natalitas masing-masing kelompok monyet ekor panjang di tiap tipe habitat.
Natalitas monyet ekor panjang akan berkaitan dengan sex rasio kelas umur reproduktif. Sedangkan fekunditas induk betina monyet ekor panjang umumnya sebanyak satu ekor dan sangat jarang lebih dari satu ekor pada tiap musim kelahiran. Fekunditas ini merupakan karakteristik biologis sehingga tidak dipengaruhi oleh sex rasio. Berdasarkan hasil penelitian Santosa (1993) di Pulau Tinjil, terdapat indikasi bahwa natalitas populasi monyet ekor panjang di alam akan mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya proporsi induk betina terhadap jantan.
Pendugaan laju mortalitas kelompok monyet ekor panjang di tiap tipe pentupan lahan didasarkan pada pendekatan peluang hidup setiap kelas umur.
Tabel 13 Natalitas kasar dan laju mortalitas kelompok monyet ekor panjang pada tiap tipe habitat
Tipe penutupan lahan Natalitas kasar Peluang hidup Laju mortalitas Peluang hidup Laju mortalitas Peluang hidup Laju mortalitas Bayi-anak Anak-Muda Muda - dewasa Hutan Primer Kelompok 1 0,500 0.80 0,2 0.75 0,25 0.21 0,79 Kelompok 2 0,560 0.85 0,15 0.64 0,36 0.23 0,77 Kelompok 3 0,57 0.75 0,25 0.6 0,4 0.28 0,72 Hutan Sekunder Kelompok 1 0,429 0.80 0,2 0.75 0,25 0.28 0,72 Kelompok 2 0,421 0.88 0,12 0.82 0,18 0.23 0,77 Kelompok 3 0,538 0.85 0,15 0.60 0,4 0.28 0,72 Hutan Pantai Kelompok 1 0,417 0.84 0,16 0.71 0,29 0.29 0,71 Kelompok 2 0,500 0.77 0,23 0.67 0,33 0.31 0,69 Kelompok 3 0,417 0.84 0,16 0.78 0,22 0.30 0,7 Kebun campuran Kelompok 1 0,500 0.83 0,17 0.68 0,32 0.28 0,72 Kelompok 2 0,391 0.87 0,13 0.81 0,19 0.24 0,76 Kelompok 3 0,467 0.78 0,22 0.76 0,24 0.24 0,76
Tabel 13 menunjukkan bahwa natalitas semua kelompok di hutan primer, hutan sekunder, hutan pantai dan kebun campuran memiliki nilai yang bervariasi antara 0,391 – 0,57. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setengah dari betina produktif mampu menghasilkan anak dengan asumsi bahwa jumlah pada setiap kelahiran 1 ekor. Hal ini sesuai dengan Van Lavieren (1982) yang menyatakan
bahwa monyet ekor panjang melahirkan anak satu ekor dan jarang sekali dua ekor. Monyet ekor panjang termasuk dalam a birth flow model yaitu golongan yang dapat menghasilkan individu-individu baru dengan kecepatan yang tetap sepanjang tahun. Satwa ini tidak mengenal musim kawin dan dapat melakukan perkawinan sepanjang tahun.
Pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh natalitas sehingga disebut populasi perkembangbiakkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi natalitas diantaranya seks rasio, jumlah populasi, maximum breeding age, minimum bereeding age, dan jumlah anak per tahun.
Tingkat kematian atau mortalitas merupakan faktor penentu kelestarian satwa. Penyebab kematian satwa tidak hanya karena faktor alam melainkan juga berasal dari campur tangan manusia. Tingkat kematian yang tinggi akan mengancam kelestaraian satwa liar. Pendugaan laju kematian monyet ekor panjang di alam didasarkan pada pendekatan peluang hidup setiap kelas umur.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa laju mortalitas tertinggi terdapat pada kelas umur muda ke dewasa. Hal ini diduga disebabkan karena adanya persaingan dalam kelompok dalam memperebutkan status sosial. Perkelahian individu dalam kelompok sebagian besar dilakukan oleh individu jantan, yang menyebabkan keluarnya individu jantan dewasa sehingga jumlah jantan dewasa semakin sedikit. Sedangkan kematian pada bayi umumnya disebabkan oleh kecelakaan atau dimangsa oleh predator (Priyono 1998). Pada umumnya kematian monyet ekor panjang yang disebabkan karena faktor alami sangat jarang terjadi. Kematian satwa ini di alam lebih banyak dikarenakan adanya perburuan dan penangkapan untuk memenuhi kuota dan dibunuh oleh masyarakat karena merusak tanaman pertanian dan perkebunan.
5.4. Penentuan Ukuran Populasi Minimum Lestari
Dengan menggunakan persamaan yang merupakan penjabaran dari Matriks Leslie, maka penentuan ukuran minimum lestari dilakukan untuk masing-masing kelompok. Tabel 14 menunjukkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa ukuran populasi minimum lestari terendah terdapat di kelompok satu pada habitat hutan primer sebesar 16 (enam belas) individu dengan struktur umur 2 bayi jantan, 3
bayi betina, 2 anak jantan, 4 anak betina, 2 muda jantan, 2 muda betina, 2 dewasa jantan dan 3 dewasa betina. Ukuran populasi minimum tertinggi pada kelompok 11 (sebelas) yang terdapat di kebun campuran dengan struktur umur 5 bayi jantan, 11 bayi betina, 7 anak jantan, 14 anak betina, 2 muda jantan, 4 muda betina, 6 dewasa jantan dan 12 dewasa betina.
Tabel 14 Ukuran populasi minimum lestari masing-masing kelompok
Kelompok Sex Rasio
MVP Bayi Anak Muda Dewasa
Jt Btn Jt Btn Jt Btn Jt Btn 1 1 : 2 18 2 3 2 4 1 2 2 3 2 1 : 2 30 2 5 4 7 1 2 3 6 3 1 : 2 23 2 5 2 5 1 2 2 4 4 1 : 2 28 3 7 3 7 2 4 4 8 5 1 : 2 49 5 11 2 5 2 5 7 14 6 1 : 2 36 4 8 4 8 2 4 2 4 7 1 : 2 32 3 6 3 7 1 3 3 6 9 1 : 2 33 3 6 3 7 2 3 3 6 10 1 : 2 46 4 8 5 10 2 4 4 9 11 1 : 2 61 5 11 7 14 2 4 6 12 12 1 : 2 34 3 7 4 9 2 4 4 9 Mean 35.67 3.25 6.92 3.58 7.67 1.67 3.42 3.58 7.33 SD 11.75 1.06 2.35 1.44 2.67 0.49 1.00 1.56 3.28
Nilai ukuran populasi minimum lestari dari 12 (dua belas) kelompok monyet ekor panjang yang ditemukan bervariasi sehingga diperoleh nilai rata-rata yaitu 35 individu yang terdiri dari 3 bayi jantan dan 6 bayi betina ; 3 anak jantan dan 7 anak betina ; 1 muda jantan dan 3 muda betina ; 3 dewasa jantan dan 7 dewasa betina.
Menurut Harcourt (2002), beberapa jenis primata memiliki nilai minimum yang bervariasi antara 50 sampai 100.000 individu sesuai dengan luas wilayah. Untuk monyet ekor panjang, luas wilayah minimum atau terkecil adalah 23 km2 dengan kepadatan populasi 33,5 ind/km2
Ukuran populasi minimum lestari untuk monyet ekor panjang diperoleh merupakan rata-rata dari berbagai ukuran kelompok dengan fecundity dan peluang
. Untuk genus Macaca memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi dibanding jenis primata lainnya karena mampu bertahan pada berbagai kondisi lingkungan bahkan pada lingkungan yang terganggu (Richard et al. 1989).
hidup yang sama. Nilai rata-rata dari peluang hidup kelas umur bayi ke anak adalah 0.82, kelas umur anak ke muda adalah 0,71 dan kelas umur muda ke dewasa adalah 0.26, sedangkan rata-rata dari fecundity adalah 0.48. Perbandingan nilai ukuran populasi minimum lestari masing-masing kelompok terhadap nilai rata-rata kelompok dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Nilai ukuran populasi minimum lestari masing-masing kelompok dan nilai rata-rata kelompok