• Tidak ada hasil yang ditemukan

National Strategy for Homeland Security (NSHS 2002)

BAB II AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM

3. National Strategy for Homeland Security (NSHS 2002)

Pada bulan Juli 2002, pemerintahan Bush mengeluarkan kebijakan strategi keamanan dalam negeri atau National Strategy for Homeland Security 2002. Pada bagian awal naskah NSHS 2002, Presiden Bush memberikan pandangan yang

mengatakan bahwa: “saat ini negara kita menghadapi perubahan ancaman baru.”71

NSHS 2002 diterbitkan dua bulan sebelum NSS 2002. Bertujuan untuk memberikan respon terhadap serangan 9/11 yang menjadi cerminan nyata bahwa ancaman yang datang kini memang termodifikasi.72 Terorisme negara atau pun organisasi terorisme internasional telah dan akan mendatangkan ancaman bahkan serangan terhadap kepentingan-kepentingan domestik serta kepentingan- kepentingan AS diluar negeri. Pemetaan terhadap ancaman ini penting agar upaya pembenahan terhadap kerentanan bisa segera diperbaiki dengan harapan serangan terhadap wilayah kedaulatan AS dapat dihindari dikemudian hari.

71George W. Bush, National Strategy for Homeland Security, 2002. 72Ibid

NSHS 2002 adalah sebuah produk konsultasi yang dilakukan selama delapan bulan yang melibatkan pemerintah federal dengan segenap pengambil keputusan lokal, seperti gubernur, walikota, dan para praktisi hokum yang bertujuan agar terdapat kesamaan visi bahwa NSHS adalah sebuah strategy nasional bukan hanya menjadi dominasi pemerintah federal.73

Dalam NSHS 2002, banyak pembenahan yang dilakukan oleh pemerintahan Bush. Pembenahan ini terbagi atas beberapa bagian yang kesemuanya bermuara pada tujuan strategis yang ingin dicapai, yakni; mampu mencegah serangan teroris terhadap AS, mengurangi kerentanan AS terhadap bahaya serangan teroris, dan meminimalisir kehancuran yang ditimbulkan akibat dari serangan teroris serta melakukan upaya pemulihan pasca penyerangan teroris tersebut. Serangan 9/11 yang tidak terpikirkan sebelumnya kemudian menempatkan strategy environment

dalam situasi ketidakpastian. Akhirnya mengakibatkan situasi yang sulit karena tidak dapat memprediksi kejadian secara tepat dan tepat.74

B. Amerika Serikat dan Perang Global Melawan Terorisme

Pada masa Perang Dingin, perang negara melawan negara adalah sesuatu hal yang umum, maka saat ini justru jarang terjadi. Tantangan baru dunia adalah kehadiran kelompok terorisme internasional yang tidak diketahui secara jelas keseluruhan target sasarannya.75 Kehadiran konflik bersenjata yang dilakukan oleh aktor-aktor non negara, pada hakikatnya masih diukur sebagai kekuatan yang relatif

73Ibid. 74Ibid

75Leonard Freedman, Power & Politics in America : Sevent Edition, (USA: Harcourt Collage, 2000), hal.398

kecil jika dibandingkan dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh negara. Namun, kekuatan kecil tersebut telah menciptakan sebuah kehancuran yang sifatnya besar. Untuk itu, AS dalam hal ini merupakan negara nomor satu dunia harus melakukan transformasi kekuatan militernya agar mampu secara objektif dalam mengantisipasi tipe perang yang saat ini terjadi.

Dalam upaya merespon aksi terorisme, AS mencoba untuk menarik simpati negara untuk turut mendukung kebijakan war on terrorism. Negara yang juga menjadi korban dalam serangan tersebut merupakan negara yang sangat mendukung penuh kebijakan AS. Adapun negara yang menjadi korban dalam tragedi 9/11 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II.B.1. Korban Negara Bangsa sebagai Dampak 9/11

Sumber: www.state.gov.com76

76US Department of State, “The Global War on Terrorism: The First 100 Days” tersedia di http://2001-2009.state.gov/s/ct/rls/wh/6947.htm

AS memiliki keyakinan penuh atas tindakan terror yang dilakukan oleh Al- Qaeda. Siapakah Al- Qaeda dan apa motifnya dalam melakukan aksi terorisme sekaligus menjadikan AS sebagai sasaran utamanya. Al- Qaeda merupakan pengikut aliran keras yang terdapat di kalangan gerilyawan Muslim yang berjihad dengan dukungan AS ketika melawan invasi Uni Soviet pada tahun 1980-an di Afghanistan. Kelompok jihad tersebut tergabung dalam suatu kelompok yang di

sebut sebagai “Taliban”. Pada pendudukan Uni Soviet pada tahun 1979-1989, Al- Qaedamenarik banyak pemuda muslim dari seluruh dunia untuk ikut serta dalam perang jihad anti Soviet. Seorang warga negara Arab Saudi bernama Osama bin Laden dan seorang warga Palestina bernama Abdullah Azzam, merupakan tokoh kunci yang mengembangkan dan membiayai gerakan perlawanan tersebut.77

Setelah kekalahan dan mundurnya Uni Soviet pada tahun 1989, Osama bin Laden dan Abdullah Azzam bersepakat untuk tidak membubarkan pasukan mujahidin. Mereka akhirnya membentuk organisasi yang di sebut sebagai Al- Qaeda. Adapun yang menjadi pemimpin utamanya adalah Abdullah Azzam. Akan tetapi setelah Abdullah Azzam meninggal, kepemimpinan Al- Qaeda diambil alih oleh Osama bin Laden.78

Persekutuan yang akhirnya berakhir dengan tidak baik, ketika AS mengizinkan dan mendukung Israel dalam penyerangan terhadap Lebanon tahun 1982.79 Kekecewaan Osama terhadap sikap AS yang telah menghancurkan negara

77A.M. Hendropriyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam: Terorisme

Jaringan Al- Qaeda, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), hal 189-190

78Ibid, hal. 191

79Aljazeera, Full Transcript of Bin Laden’s Speech [database on-line], Internet; Tersedia di http://www.aljazeera.com/archive/2004/11/200849163336457223.html

Islam tersebut mengundang rasa sakit hati dan pembalasan yang terlaksana melalui penyerangan WTC dan Pentagon AS tahun 2001.

Peristiwa inilah yang memberikan duka mendalam bagi warga AS. Tidak ada kata maaf bagi pelaku serangan 9/11. Bagi AS, Osama bin Laden adalah tokoh antagonis yang harus dibunuh karena dianggap sebagai dalang dari berbagai aksi terorisme yang telah dilancarkan Al- Qaeda. Berbeda halnya dengan pandangan Rohan Gunaratna, di dalam wawancaranya dengan seorang kelompok Al- Qaeda dinyatatakan tentang Osama bin Laden bahwa:

The West, and the rest of the world, are accusing Osama bin Laden of being the prime sponsor and organizer of what they call ‘international terrorism’today. But as far as we are concerned, he is our brother in Islam. He is someone with knowledge and a mujahid fighting with his wealth and his self for the sake of Allah. He is a sincere brother and he is completely the opposite to what the dis- believers are accusing him of. We know that he is well established with the mujahideen in Afghanistan and other places in the world. What the Americans are saying is not true. However, it is an obligation for all Muslims to help each other in order to promote the religion of Islam.Osama bin Laden is one of the major scholars of the jihad, as well as being a main commander of the mujahideen worldwide. He fought for many years against the Communists in Afghanistan and now is engaged in a war against American imperialism.80 (Ibnul-Khattab, Komandan Militer Mujahidin di Kaukasus)

Barat, dan seluruh dunia, menuduh Osama bin Laden sebagai sponsor utama dan penyelenggara apa yang mereka sebut terorisme internasional saat ini. Tapi kita turut prihatin, karena dia saudara kita di Islam. Dia adalah seseorang yang berjuang dengan pengetahuan, harta dan dirinya demi Allah. Dia adalah saudara yang tulus dan dia benar-benar berlawanan dengan apa yang dituduhkan pihak Barat.Kita tahu bahwa ia telah membesarkan mujahidin di Afghanistan dan tempat-tempat lain di dunia. Apa yang dikatakan Amerika adalah tidak benar. Namun, sudah menjadi kewajiban bagi semua umat Islam untuk saling membantu dalam rangka untuk mempromosikan agama Islam. Osama bin Laden adalah salah satu ulama besar dari jihad, serta menjadi komandan utama mujahidin di seluruh dunia. Dia berjuang selama bertahun-

80Rohan Gunaratna, Inside Al- Qaeda: Global Network of Terror, (New York: Cloumbia University Press, 2002), hal. 16

tahun terhadap komunis di Afghanistan dan sekarang terlibat dalam perang melawan imperialisme Amerika. (terjemahan penulis)

Dua sumber yang berbeda akan memberikan keterangan yang berbeda pula, inilah yang dapat disimpulkan untuk memahami dua pihak yang berseberangan. Bagi AS, Al- Qaeda merupakan suatu kelompok yang sangat sulit ditebak. Dimulai dari infrastruktur organisasi dan operasionalnya sangat berbeda dengan kelompok gerilya atau kelompok teroris lain, kesalahan dalam pengambilan kebijakan oleh AS juga mendatangkan dampak yang lebih besar, hal ini terbukti dari adanya intervensi AS di Afghanistan tahun 2001 telah mendorong perkembangan perekrutan, pelatihan , dan logistik Al- Qaeda ke jaringan global.81

Dari penyelidikan yang telah dilakukan oleh Pemerintah AS, terbukti bahwa Al- Qaeda telah menyalurkan dana kepada beberapa kelompok teroris lain yang dianggap sebagai afiliasinya. Adapun yang memiliki hubungan dengan aset dana teroris global adalah: Al Qaida/Islamic Army Abu Sayyaf Group (Philippines),

Armed Islamic Group (Algeria), Harkat ul-Mujahidin (Kashmir), Al Jihad/Egyptian, Islamic Jihad, Islamic Movement of Uzbekistan, Asbat al-Ansar, Salafist Group for Call and Combat (Algeria), Libyan Islamic Fighting Group, Al- Itihaad al-Islamiya, Islamic Army of Aden, Osama bin Laden, Muhamad Atif, Sayf al-Adl, Shaykh Sai’id, Muhammad Atef, Ibn Al-Shaykh al-Libi, Abu Zubaydah, Abd al-Hdi al-Iraqi, Ayman al-Zawahiri, Thirwat Salah Shihata, Tariq Anwar al- Sayyid Ahmad, Muhammad Salah, Makhtab Al Khidamat/Al Kifah, Wafa

Humanitarian Organisation, Al Rashid Trust Mamoun Darkanzanli Import Export Company.82

Mengulas kembali ideologi utama Al- Qaeda berdasar pada pemahaman yang keliru terhadap sistem kepercayaan Islamisme dan mengejar jihad. Para jihadis ini

menafsirkan bahwa jihad sebagai “perang suci”. Pada hakikatnya, jihad adalah tenaga dari upaya maksimal seseorang untuk mencapai tujuan atau untuk mengusir sesuatu yang dibenci.83

Al- Qaeda dinyatakan sebagai kelompok teroris multinasional pertama pada abad ke-21. Awalnya, pergerakan Al- Qaeda dianggap menghina kekuatan AS dan memunculkan respon yang berkelanjutan. Kebijakan Perang Global melawan Terorisme atau jaringan Al- Qaeda menjadi arus utama politik luar negeri sejak Pemerintahan George W. Bush.

Musuh yang dikenal saat ini adalah gerakan organisasi transnasional ekstrimis, jaringan, dan individu. Anggota negara dan non-negara pendukung gerakan memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mengeksploitasi Islam dan menggunakan terorisme sebagai tujuan ideologis. Al- Qaeda dan afiliasinya yang ekstrimis adalah manifestasi yang paling berbahaya, di bandingkan dengan

82Dikutip Rohan Gunaratna,” Inside Al- Qaeda”, hal 66-67 dari Muhammad Salah, “Secret

Relationship between al-Zawahiri and bin Laden: The Juhad Turned bin Laden into a Mujahid, “

(Cairo: Al- Hayat, 1998) hal. 6 83Ibid, hal.69

beberapa kelompok ekstrimis kekerasan lain yang juga dapat menimbulkan ancaman serius dan berkelanjutan.84

Hal yang paling mendasari alasan maraknya aksi terorisme ini termotivasi oleh ideologi ekstrimis yang bertentangan dengan kebebasan, toleransi, dan modernisasi. Sehingga, kelompok ekstrimis tersebut menggunakan terorisme sebagai alat untuk mencapai tujuan kelompok dengan menargetkan orang-orang biasa untuk menghasilkan rasa takut untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dalam mengejar tujuan-tujuan politik, agama, atau ideologi. Sehingga, menghambat dan melemahkan kemajuan politik, ekonomi, keamanan, dan stabilitas sistem internasional dan masa depan masyarakat sipil.85 Sebagai upaya dalam memerangi terorisme, Pemerintahan AS mengkaji secara mendalam yang menjadi target dalam perang melawan terorisme tersebut. Ideologi yang radikal telah melakukan perekrutan pejuang dari seluruh penjuru dunia menjadi tantangan global saat ini. Beberapa upaya yang telah dilakukan AS dalam upaya pemberantasan terorisme pasca 9/11 adalah penggulingan rezim

“Taliban” di Afghanistan tahun 2001 dan juga Invasi AS di Irak pada tahun 2003.

Kebijakan perang melawan terorisme dari pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden, George W. Bush, secara umum tergambar dalam sejumlah dokumen seperti The National Security Strategy of the United States of America

(2002), National Strategy for Homeland Security (2002), National Security

84Fawaz A. Gerges, The Rise and Fall of Al- Qaeda, 2011, (New York: Oxford University Press, Inc), hal. 71

Strategty to Combat Weapons of Mass Destruction (2002), dan National Strategy for Combating Tenorism (2003). Selain ketiga dokumen strategi tersebut, ada pula

sejumlah “Executive Order” dari Presiden, dan pidato-pidato Presiden George W. Bush yang kemudian dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam perang melawan terorisme.86

PBB sebagai organisasi dunia juga turut mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) terkait tindakan terorisme, diantaranya;87

1. Resolusi DK PBB Nomor 1333 tahun 2000 tanggal 19 Desember 2000 yang ditunjukkan secara khusus untuk pencegahan suplai senjata atau kapal terbang atau kelengkapan militer ke daerah Afganistan dan seruan kepada seluruh anggota PBB untuk membekukan aset-aset Osama bin Laden. 2. Resolusi DK PBB Nomor 1368 tahun 2001 tanggal 12 September 2001

tentang pernyataan simpati PBB terhadap Korban Tragedi 11 September 2001 dan seruan kepada seluruh negara anggota PBB untuk melakukan langkah - langkah untuk merespon serangan teroris tersebut.

Tahun 2001 adalah awal dimulainya Perang Global Melawan Terorisme. AS melakukan penyerangan ke Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban atas persetujuan Senat AS pada September 2001, dengan mempergunakan kekuatan militer melawan kelompok Al- Qaeda dan Pemerintah Taliban yang diduga

86The President, Establishing the Global War on Terrorism Medals, Federal Register, Vol. 68, No. 50 (2003)

87Dikutip dari artikel jurnal yang ditulis oleh Lisa Meri, Terorisme Tindak Pidana Transnasional Dalam Pengadilan Nasional”, Jurisprudentie, Vol. 1 No. 2 (2014), hal. 45

melindungi Al- Qaeda.88 Hal serupa juga dilakukan oleh Presiden Bush terhadap rezim Saddam Husein di Irak pada Maret 2003. AS menuduh Irak tidak mematuhi resolusi-resolousi DK PBB dengan mengembangkan senjata pemusnah massal, dan dianggap memiliki jaringan dengan Osama bin Laden dan melindunginya di Irak.89 Dalam 100 hari perang, tepatnya 10 November 2001, Presiden George W. Bush menyampaikan kampanye Global War on Terrorism dan mencoba untuk menjalin koalisi negara dunia untuk:90

1. Mulai menghancurkan pegangan Al- Qaeda di Afghanistan dengan menggulingkan Taliban dari kekuasaan.

2. Menghancurkan operasi global Al- Qaeda dan pendanaan jaringan teroris. 3. Menghancurkan Kamp pelatihan teroris Al- Qaeda

4. Membantu orang yang tidak bersalah dari Afghanistan dan melindungi mereka dari terror Taliban.

5. Membantu Afghanistan mengesampingkan perbedaan lama untuk membentuk pemerintahan sementara yang mewakili semua warga Afghanistan, termasuk perempuan.

6. Presiden Bush menerapkan kebijakan luar negeri yang komprehensif dan visioner melawan terorisme internasional. Bush menyampaikan pada dunia bahwa negara yang mendukung, melindungi, ataupun mendonorkan

88Steve Bowman, War in Afghanistan: Strategy, Military Operations, and Issues for Congress, CRS 3 Desember 2009. Hal. 4

89Wendy S. Davis, Providing a Framework to Understanding Why the US Invaded Iraq in 2003 [thesis], 2007. Hal. 36

90US Departmen of State, The Global War on Terrorism: The First 100 Days, 2001, http://2001-2009.state.gov/s/ct/rls/wh/6947.htm

bantuan dianggap sama atau disetarakan dengan terorisme yang menjadi musuh bersama.

Sebagaimana disampaikan sebelumnya, aksi kelanjutan yang dilakukan AS adalah invasi AS ke Irak pada tahun 2003. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi AS melakukan invasi adalah: Tuduhan AS bahwa Irak telah mempersiapkan sejata pemusnah massal yang sangat mengancam keamanan negara-negara, menyingkirkan ancaman teroris internasional dan membebaskan rakyat Irak dari penindasan rezim Saddam Husein dengan cara memulihkan demokrasi di Irak.91 Dua aksi militer yang telah dilancarkan AS tidak memiliki dasar yang kuat, sehingga banyak negara yang beranggapan bahwa penggulingan rezim Taliban dan invasi AS ke Irak merupakan dua fenomena yang sangat merugikan.92 Hal ini dikarenakan tidak adanya jaminan keselamatan dari tindakan terorisme pasca upaya AS di Afghanistan dan Irak.

Pada tahun 2008, Kepemimpinan George W. Bush digantikan oleh Barack Obama. Obama merupakan Presiden terpilih dari Partai Demokrat, berbeda halnya dengan George W. Bush yang berasal dari parta Republik. Menindaklanjuti kebijakan war on terror oleh Obama, ia berusaha untuk bersikap lunak terhadap Irak dan Afghanistan dengan mengurangi pasukan militernya di kedua negara tersebut. Obama memiliki visi untuk menyeimbangkan kembali situasi AS terhadap

91Mustafa Abd Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, (Jakarta: Kompas, 2003), hal.57

92

Kebijakan War on Terror dengan cara merubah ideologi, perspektif, dan aliansi untuk memperkuat AS.93

Obama mengedepankan soft power dalam menghadapi tantangan global.94 Artinya, dalam menghadapi terorisme internasional, AS tidak serta merta memandang negara Islam sebagai sarang teroris, justru AS mencoba untuk menjalin aliansi yang baik dalam sektor ekonomi, politik, dan budaya dengan negara lain, seperti upaya yang dilakukan oleh Obama dengan membangun hubungan kembali dengan Iran terkait nuklir dengan Rusia dan berjanji akan mengakhiri kependudukan AS di Irak.95

Meski demikian, kebijakan war on terror tetap menjadi prioritas AS. Perkembangan gerakan-gerakan ekstrimis Islam radikal yang berpotensi menjadi ancaman, seperti Al- Shaabab yang berbasis di Somalia menjadi tantangan tersendiri bagi AS. Berkaitan dengan hal tersebut, AS berupaya untuk mengeluarkan kebijakan yang efektif yang diharapkan mampu mengatasi perkembangan gerakan Al- Shaabab kedepannya. Keseriusan AS dalam mengatasi pergerakan terorisme guna mencapai misi AS dalam menciptakan kehidupan dunia yang damai, dan mempertahankan kebebasan.

93Boaz Ganor, Identifing the Enemy in Counterterrorism Operations-A Comparison of the Bush and Obama Administrations”, International Law Studies: US Naval War Collage, Vol. 90 (2014), hal. 342-349

94Tom Curry, Obama Continues Ekstends Some Bush Terrorism Policies, 2013 [database on- line]; Internet, diunduh pada 28 Mei 2015 tersedia di http://nbcpolitics.nbcnews.com/_news/2013/06/06/18804146-obama-continues-extends-some- bush-terrorism-policies?lite

95 Ibid

Dokumen terkait