iv
Skripsi ini menganalisis kebijakan Amerika Serikat terkait upaya mengatasi aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia tahun 2012-2014. Al- Shaabab merupakan kelompok terorisme yang telah berafiliasi dengan Al- Qaeda tahun 2012 dan telah melancarkan berbagai serangan baik di Somalia, bahkan diluar Somalia. Potensi ancaman yang semakin besar dari Al- Shaabab menyebabkan terganggunya pencapaian kepentingan AS, yaitu untuk membantu TFG menstabilkan Pemerintahan Somalia. Ancaman Al- Shaabab tidak hanya di Somalia, tetapi juga di negara AS. Hal ini ditandai dengan adanya warga Somalia yang tergabung dengan Al- Shaabab, tersebar di AS dan dapat mengancam keamanan internal AS. Selain itu, Al- Shaabab juga telah melancarkan serangan brutal pada Westgate Mall
di Nairobi tahun 2013. Sebagai negara pencetus War on Terror, AS terpanggil untuk melakukan tindakan segera dalam memerangi dan melemahkan kelompok terorisme Al- Shaabab.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan informasi terkait kebijakan AS terhadap kelompok Al- Shaabab di Somalia yang diperoleh dari buku-buku, jurnal ilmiah, surat kabar dan media elektronik online, serta wawancara dengan beberapa sumber. Kemudian, data yang terkumpul dianalisis secara eksplanatif dengan teori kebijakan luar negeri dan konsep kepentingan nasional. Analisis Kebijakan luar negeri mengacu kepada sikap AS dalam mengatasi terorisme Al- Shaabab di Somalia. Sedangkan konsep kepentingan nasional mengacu kepada alasan keterlibatan AS dalam kasus terorisme yang terjadi di Somalia.
Dalam skripsi ini ditemukan bahwa kebijakan AS melalui Light Footprint
atau jejak cahaya dinyatakan berhasil karena kemampuannya dalam melemahkan kekuatan Al- Shaabab. Hal tersebut ditandai dengan terbunuhnya beberapa petinggi Al- Shaabab, termasuk Ahmed Abdi Godane, selaku pemimpin utama Al- Shaabab melalui serangan drones AS. Pemberian US Aid, dukungan AS terhadap TFG dan AMISOM bertujuan untuk memperkuat TFG dan mempersempit ruang gerak gerakan Al- Shaabab. Disisi lain, kebijakan kebijakan tersebut juga bertujuan untuk mempertahankan posisi AS sebagai Great Power di wilayah Afrika. Selain itu, kesungguhan AS dalam menyerang Al- Shaabab dipicu oleh kepentingan keamanan warga negara AS, kebebasan Somalia dari aksi kekerasan demi terwujudnya keamanan dan perdamaian.
v
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Mengatasi Aksi Terorisme Al- Shaabab di Somalia Tahun 2012-2014”. Shalawat dalam salam penulis haturkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’at-nya di akhir kelak. Aamin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis
seorang diri, melainkan juga karena bimbingan, saran, motivasi dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil penulisan skripsi
ini, diantaranya:
1. Ayahanda, Drs. Ali Aceh dan Ibunda Rosdiani, S. Pd. Terima kasih atas
kepercayaan dan motivasinya kepada penulis untuk menempuh pendidikan
setinggi-tingginya. I love U, Mum n Dad.
2. Kakak Fathul Jannah Pasaribu, S. Pd.I dan Khodijah Khoirunnisa Pasaribu, S.
Pd, serta Adek Muhammad Yusuf, Murtado Muthohhari, dan Butet Sholihah
Pasaribu. Sharing ilmu yang berbeda-beda membuat kita semakin Terdepan. Semoga Allah SWT selalu memudahkan jalan kita dalam menggapai cita-cita.
Aamin.
3. Bapak Ahmad Alfajri, MA., selaku dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih
atas kesabaran dan semangatnya dalam membimbing, memotivasi, dan
membantu kelancaran proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Adian Firnas, M. Si., selaku dosen Pembimbing Akademik. Terima
kasih atas bimbingan dan motivasinya selama masa perkuliahan.
5. Bapak Armein Daulay. Terima kasih atas motivasi, bimbingan, dan sarannya
selama penulis menuntut ilmu, baik di bidang akademis maupun organisasi di
FISIP UIN Jakarta.
6. Dosen-dosen Jurusan Hubungan Internasional, terima kasih atas ilmu yang
vi
8. Keluarga kecil bahagia. Istiqamah, Elhumairoh Wijaya, dan Detty Oktavina.
Sahabat segala suku yang menyatu di rumah Mi’un. Hidup bersama kalian
takkan terlupakan.
9. Mbakku tersayang Santi Laila Tartila. Rekan seperjuangan Annisa, mas Kamil,
mbak Rizqi, Tjut Imani, Deswita, dll yang tidak bisa disebutkan satu-satu.
Terima kasih atas ilmu yang diajarkan dan dukungannya dalam penulisan
skripsi. Just wanna say: “I love u all”.
10. Abanganda Gunawan, Agus, Icun, Sitepu, dll. Semangat kalian yang
mendorong penulis untuk segera menyelesaikan skripsi and finally, I’ve
fisnished it.
11. Terkhusus buat Ainul, Soma, Yuli Saragih, kak Vivid. Juga buat halak kita,
Hasna, Wilda, Ulvha, Lia, dan kak Rindy. Terima kasih sudah menjadi
pengganggu sekaligus penghibur selama masa skripsi. Gak ada loe gak rame.
12. Teman-teman dari KKN Merdika, volunteer APEC SOM 1, HMJ HI
2012-2013, teman-teman KIBAR, surveyor ESD Kemdikbud. Tidak satu pun
kenangan bersama kalian yang akan penulis lupakan.
13. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga segala dukungan dan bantuan kalian mendapat imbalan dari Allah
SWT dan menjadi amal kebaikan.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah
khazanah keilmuan bagi pembacanya dan studi Hubungan Internasional.
vii
G. Sistematika Penelitian... 18
BAB II AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM A. Tragedy 9/11 dan Perubahan Visi Keamanan AS ... 19
1. Quadrennial Defence Review (QDR 2001) ... 23
2. National SecurityStrategy (NSS 2002) ... 24
3. National Strategy for Homeland Security (NSHS 2002) 26 B. Amerika Serikat dan Perang Global Melawan Terorisme ... 27
BAB III TERORISME AL- SHAABAB DAN AFILIASINYA DENGAN AL- QAEDA A. Dinamika Politik Internal Somalia ... 39
B. Gerakan Terorisme Al- Shaabab dan Perkembangannya... 46
C. Keterkaitan Al- Shaabab dengan Jaringan Al- Qaeda…….. 52
1. Al- Shaabab sebagai Afiliasi Al- Qaeda ... 53
a. Jihad Global….. ... 53
b. Perekrutan Prajurit…. ... 55
BAB IV KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP AKSI TERORISME AL- SHAABAB A. Analisis Bentuk dan Implementasi Kebijakan AS ... 57
1. Strategi Light Footprint atau Jejak Cahaya ... 58
a. Penggunaan Pesawat Tak Berawak (Drones Strike) 61
viii
3. Pemeberian Bantuan Melalui United States Agency
International Development (USAID) ... . 70 B. Analisis Kepentingan AS... . 73 1. Amerika Serikat Sebagai Negara Hegemon Dunia ... . 75 2. Membendung Kekuatan China di Wilayah Afrika Timur 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... …. 84
DAFTAR PUSTAKA ... xiii
ix
x
xi
AFRICOM US-Africa Command
AIAI Al-Ittihad Al-Islamiya
AMISOM African Union Mission in Somalia
ARCC Africa Regional Combatant Command
AS Amerika Serikat
AU African Union
AQAP Al- Qaeda in Arab Paninsula
AQIM Al- Qaeda in Islamic Maghreb
CIA Central Inteligence Agency
FTO Foreign Terrorist Organization
GWOT Global War on Terrorism
ICU Islamic Court Union
NSHS National Strategy for Homeland Security
NSS National Security Strategy
OLF Oromo Liberation Front
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
QDF Quadrennial Defense Review
RASOC Regional African Special Operations Command
SDA Sumber Daya Alam
TFG Transtitional Federal Government
TOC Transnational Organized Crime
USAID United State Aid Development Program
USC United Somali Congress
xii
Lampiran I Transkip Wawancara I
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Amerika Serikat (AS) dikenal sebagai negara yang memainkan peranan
penting dalam politik internasional.1 Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
kebijakan luar negeri AS yang berdampak luas di berbagai kawasan dunia, salah
satunya adalah perang melawan terorisme (war on terrorism).2 Kebijakan tersebut ditetapkan pasca tragedi serangan bom 11 September 2001 terhadap gedung World
Trade Center (WTC) yang merupakan pusat perdagangan dunia, dan Pentagon sebagai simbol sekaligus Pusat Pertahanan Amerika.3
Al- Qaeda merupakan jaringan terorisme internasional yang diklaim AS
sebagai pelaku utama penyerangan 9/11 dan dipimpin oleh Osama bin Laden. Hal
tersebut diungkapkan Presiden AS, George W. Bush dalam pidatonya:
American have many questions tonight. American are asking: Who attacked our country? The evidence we have gathered all points to a collection of loosely affiliated terrorist organizations known as Al- Qaeda. They are the same murderers indicted for bombing American embassies in Tanzania and Kenya, and responsible for bombing the USS Cole.4
Amerika memiliki banyak pertanyaan malam ini. Amerika bertanya: Siapa yang telah menyerang negara kita? Kami telah mengumpulkan bukti data
1Politik Internasional menurut Hans Morgenthau dalam bukunya “Politics Among Nations:
The Struggle for Power and Peace” dinyatakan bahwa semua elemen politik adalah sama, yaitu sama-sama meraih kekuasaan. Dikutip dari “Politics Realism in International Relations(2013)”,
Internet, diunduh 8 April 2014; Tersedia di http://plato.stanford.edu/entries/realism-intl-relations/ 2William Boardman, US Foreign Policy: Terrorism in Response to Terrorism [database On-line],Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di http://www.globalresearch.ca/us-foreign-policy-terrorism-in-response-to-terrorism/5359399.
3The Coalition Information Center, The Global War on Terrorism: The First 100 Days [Report]; Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di www.bits.de/public/documents/US_Terrorist_Attacks/100days.pdf.
organisasi teroris yang berafiliasi dikenal sebagai Al- Qaeda. Mereka adalah pelaku yang sama didakwa atas pemboman kedutaan AS di Tanzania dan Kenya, dan bertanggung jawab atas pemboman USS Cole. (terjemahan penulis)
Pernyataan Bush tersebut menunjukkan bahwa AS menuding Al- Qaeda
sebagai pelaku utama dan menjadi musuh AS di era abad ke-21. Bagi AS, Al- Qaeda
merupakan mafia yang penuh dengan kejahatan dan tujuannya bukanlah untuk
menghasilkan uang, melainkan lebih kepada pembentukan keyakinan radikal pada
semua orang.5
Tragedi 9/11 menyebabkan terjadinya perubahan konsepsi pertahanan dan
politik Amerika Serikat secara radikal sejak perang dunia kedua.6 Presiden Bush
mendeklarasikan kebijakan war on terror dengan tujuan untuk menghancurkan dan
menghilangkan ancaman terorisme dunia.7 Dalam hal ini, AS juga mengajak
sekutu-sekutunya untuk turut mencegah perkembangan aksi terorisme dengan
membentuk kebijakan “Global War on Terrorism(GWOT).”8
Pada tahun 2008, sebuah kelompok separatis Somalia atau dikenal dengan
Al- Shaabab telah menunjukkan keberpihakannya terhadap kelompok Al- Qaeda.9
Baik Al- Qaeda maupun Al- Shaabab saling memuji satu sama lain, terlihat dari
5 Ibid
6Sasmini, 2009, War on Terror dalam Perspektif HHI, [database on-line], Internet, diunduh pada 10 April 2014; Tersedia di http://sasmini.staff.uns.ac.id/2009/08/31/war-on-terror-dalam-perspektif-hhi/
7Ibid
8Anna Comelia Beyer, Hegemony and Power in Global War on Terrorism, published (E. Fels et al (eds), Power in the 21st Century, Global Power Shift, DOI 10. 1007/978-3-642-25082-8_2, Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2012)
pemberitaan keduanya di website10 masing-masing. Bahkan Al- Qaeda telah
memberikan bantuan persenjataan dan pasukan kepada Al- Shaabab.11
Shirwa Ahmed,12 seorang warga negara AS berdarah Somali-Amerika
melakukan bom bunuh diri pada 29 Oktober 2008 di kompleks PBB, konsulat
Ethiopia di Hargeisa dan menewaskan 24 orang.13 Peristiwa ini mengundang
kemarahan AS dan akhirnya menetapkan Al- Shaabab sebagai bagian dari jaringan
terorisme internasional.14
Sebagai respon terhadap pernyataan AS, pada 1 Februari 2012, Pemimpin
Al-Shaabab mengunggah sebuah video yang berisikan pernyataan afiliasi dan
dukungan penuh dalam segala kegiatan dan tunduk terhadap Pemimpin Al- Qaeda,
yaitu Osama bin Laden.15 Keberpihakan Al- Shaabab tersebut menunjukkan adanya
peningkatan kerjasama yang dilakukan oleh Al- Qaeda untuk mengimbangi
kekuatan AS di wilayah Afrika Timur.16
Sebelumnya, kelompok Al- Shaabab yang beroperasi di Somalia ini dikenal
sebagai kelompok yang berupaya untuk memisahkan diri dari Somalia dengan
10Website dalam Oxford Dictionary adalah halaman internet yang menjadi pusat informasi dari perusahaan/kelompok tertentu.
11Daniel L. Byman, Breaking the Bonds between Al-Qa’ ida and Its Affiliate Organizations [analysis paper];Saban Center at Brookings, number 7, 2012. Hal. 7
12Ahmed adalah warga negara AS naturalisasi, umur 27 tahun yang tinggal di Minneapolis. Lulus dari Roosevelt High School di Minneapolis pada tahun 2000 dan meninggalkan Minnesota untuk Somalia pada bulan Desember 2007 dan menghadiri kamp pelatihan Al Shabaab. Dia adalah pelaku bom bunuh diri pertama dari Amerika.
13Anti Demafation League, Al- Shaabab’s American Recruits, 2015 [database On-line], Internet, diunduh 20 Mei 2014; Tersedia di www.adl.org/assets/pdf/...hate/al-shabaabs-american-recruits.pdf
14Mohamed Ibrahim, “The Al‐Shabab Myth: Notoriety not Popularity”,
National Centre of Excellence for Islamic Studies, Vol 3, No. 5 (2010)
15BBC, Who are Al Shaabab Foreign Links? [database on-line], Internet; Diunduh pada tanggal 5 Juli 2014;Tersedia di http://www.bbc.com/news/world-africa-15336689
membangun negara yang menerapkan syariat Islam.17 Hal inilah yang
menyebabkan AS beserta sekutunya khawatir dengan keberadaan kelompok
tersebut. Kekhawatiran AS bertambah dengan adanya perluasan perlawanan yang
dilakukan oleh Al- Shaabab di negara selain Somalia.18
Somalia dijuluki dunia sebagai failed state.19 Hal ini memudahkan Somalia menjadi surga bagi gerakan terorisme akibat tidak adanya pemerintahan yang
mengontrol wilayah dengan efektif.20 Pemerintah Federal Transisi Somalia
(Transtitional Federal Government/TFG) yang merupakan pemerintahan resmi Somalia atas dukungan dari Uni Afrika (AU) dan PBB sejak tahun 2007,21 telah
mengupayakan diplomasi dan negosiasi dengan kelompok Al- Shaabab. Namun,
Al- Shaabab tetap menentang karena menganggap seluruh kebijakan TFG berada
di bawah pengaruh pihak Barat.22
Banyaknya intervensi pihak asing di Somalia menyebabkan konflik ini
berkepanjangan. Pada tahun 2006, Ethiopia melakukan invasi ke wilayah
kekuasaan Al- Shaabab di Mogadishu.23 Disusul dengan penyerangan militer
17Mohamed A. Mohamed. US Strategic Interest In Somalia: From Cold War Era to War on
Terror. Department of American Studies. 01 June 2009
18Ibid
19Failed state adalah kondisi negara yang belum mampu menstabilkan wilayah teritori dikarenakan banyaknya konflik, berbahaya karena banyaknya kepentingan, serta lemahnya pemerintahan dalam menghadapi pemberontak”. Dikutip dari tulisan Robert I. Rotberg, Chapter 1:
Failed States, Collapsed States, Weak States: Causes and Indicators, hal. 5; Tersedia di www.brookings.edu/.../statefailureandstateweaknessinatimeofterror.pdf
20Bridget L. Coggins, Do Failed States Produce More Terrorism: Initial Evidence From
Non- Traditional Threat Data (1999-2008) [working Paper]; Center for International Peace and Security Studies, McGill University, 2011, hal. 28
21BTI, Somalia Country Report, 2014, hal. 4 [database On-line], Internet; Tersedia di www.bti-project.de/uploads/tx_itao.../BTI_2014_Somalia.pdf
22Ibid
23Jeremy Presthold, The United States and Counterterrorism in eastern Africa. Di dalam Gershon Shafir, Everard Meade, and William J. Aceves, eds. Fromo Moral Manic to Permanent
Kenya dalam membantu pasukan Somalia melawan kelompok Al- Shaabab di tahun
2011.24 Hal ini merupakan salah satu alasan yang menjadi faktor pendorong
Al-Shaabab untuk berafiliasi dengan Al- Qaeda.25
Kemudian, pembentukan African Union Mission in Somalia (AMISOM) juga
terlihat lebih memihak kepada Pemerintah TFG dibandingkan dengan Al-
Shaabab.26 Hal ini dipandang kelompok Al- Shaabab sebagai bentuk keberpihakan
Uni Afrika dan TFG kepada pihak Barat (AS), sehingga Al- Shaabab merasa
terdiskriminasi dengan adanya desakan dan serangan yang dilancarkan oleh
AMISOM terhadap wilayah kekuasaan Al- Shaabab.27
Kompleksitas masalah yang terjadi di Somalia, mempertanyakan kembali
posisi AS sebagai polisi dunia. Kewajiban utama pasukan militer internasional
dalam operasi perdamaian adalah untuk memberikan keamanan bagi penduduk
sipil, tanpa adanya gangguan dari pasukan militer asing yang mengganggu
ketertiban umum.28
Proses perdamaian yang belum sempurna ini menyebabkan maraknya aksi
terorisme yang belum dapat dicegah, seperti yang telah dilakukan oleh kelompok
24Ibid. Hal. 142
25Lauren Ploch Blanchard, “US-Kenya Relations”, Congressional Research Service:
Current Political and Security Issues, 23 September 2013
26Paul D. Williams, The African Union Mission in Somalia and Civilian Protection
Challenges [research article], hal. 1; diunduh 20 Mei 2014; Tersedia di
www.bancroftglobal.org/wp.../AMISOM-PoC-Stability-2013.pdf
27International Crisis Group, Somalia: Al- Shaabab – It Will be a Long War (Nairobi: Africa Briefing N°99, 26 June 2014)
Al- Shaabab. Ditambah lagi Al- Shaabab yang telah berafiliasi dengan Al- Qaeda
semakin gencar dalam mengembangkan aksi perlawanannya terhadap Barat.29
Hal yang membuat dunia terkejut adalah ketika kelompok Al- Shaabab
melakukan aksi lintas batas negara. Serangan bom pada 21 September 2013 yang
ditujukan ke Westgate Mall, Kenya telah menewaskan 67 orang, dan hampir 200 orang termasuk lima orang diantaranya adalah warga negara Amerika Serikat
mengalami luka-luka selama pengepungan yang berlangsung empat hari.30
Westgate Mall merupakan pusat perbelanjaan mewah milik sebuah perusahaan Israel bernama Sony Holding Ltd.31
Kehadiran kelompok terorisme baru yang menjadi bagian dari Al- Qaeda ini
menjadi tantangan tersendiri bagi AS untuk lebih memfokuskan kebijakan luar
negerinya dalam mencegah tindakan teror yang semakin berkembang di wilayah
Afrika Timur. Perkembangan aksi teror yang dilakukan oleh Al- Shaabab telah
melintasi batas negara, menjadikannya sebagai kelompok terorisme internasional
yang masuk dalam kategori transnational organized crime (TOC).32
Permasalahan kompleks yang terjadi menjadi hambatan bagi kepentingan AS
di Somalia. Somalia merupakan negara yang memiliki arti penting bagi AS. Selain
hubungan diplomatik yang telah terjalin dengan Somalia pasca kemerdekaannya
29Daniel L. Byman, “Breaking the Bonds between Al-Qa’ ida and Its Affiliate Organizations” [analysis Paper]; Saban Center at Brookings, number 7 (2012), hal. 8
30Lauren Ploch Blanchard, “The September 2013 Terrorist Attack in Kenya: In Brief”,
Congressional Research Service, 14 November 2013
31Police Department of New York City, Analysis of Al-Shaabab’s at the Westgate Mall in
Nairobi, Kenya, hal. 5
pada tahun 1960, AS juga merupakan salah satu negara pendonor bantuan luar
negeri utama bagi Somalia.33
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini akan meneliti kebijakan AS
sebagai upaya dalam mengatasi aksi teror Al- Shaabab. Pembatasan penelitian
dimulai dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Tahun 2012 menjadi tahun yang
penting dikarenakan adanya deklarasi afiliasi antara Al- Shaabab dengan Al-
Qaeda. Afiliasi kedua kelompok tersebut menjadi perhatian AS, sehingga
memunculkan pernyataan bahwa kelompok Al- Shaabab termasuk jaringan
terorisme internasional yang disetarakan dengan Qaeda. Dengan kata lain,
Al-Shaabab menjadi musuh utama AS di wilayah Somalia. Tahun akhir penelitian
adalah 2014, tahun ini ditandai peristiwa duka bagi kelompok Al- Shaabab atas
keberhasilan AS dalam membunuh pemimpin Al- Shaabab, yaitu Abdi Godane.
Fenomena yang sangat kompleks ini sangat menarik untuk dibahas. Dimulai
dengan permasalahan internal Somalia yang masih dikategorikan sebagai negara
gagal, hingga kemunculan gerakan terorisme yang mengganggu kepentingan AS di
Somalia menyebabkan permasalahan yang sulit menuju penyelesaian. Oleh karena
itu, penelitian ini akan fokus pada kebijakan AS dalam mengatasi perkembangan
aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014.
A. Pertanyaan Penelitian
Dari uraian penjelasan pada permasalahan diatas, maka peneliti mengajukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimanakah kebijakan Amerika Serikat dalam mengatasi berbagai aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014?
B. Manfaat dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang muncul dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelompok Al- Shaabab melakukan aksi terorisme.
2. Untuk mengetahui dinamika hubungan AS dan Somalia dalam
menghadapi terorisme Al- Shaabab.
3. Untuk mengetahui kebijakan AS dalam mengatasi perkembangan
aksi terorisme Al- Shaabab di Somalia pada tahun 2012-2014
4. Untuk menganalisa kebijakan AS terkait terorisme Al- Shaabab di
Somalia pada tahun 2012-2014
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
Hubungan Internasional.
2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang
C. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, tinjauan pustaka sangat penting
untuk memberikan gambaran dan perbandingan fokus penelitian yang akan
dilakukan. Dalam penelitian ini, tinjauan pertama diambil dari skripsi yang ditulis
oleh Sandi Febrian pada tahun 2014 dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Kerjasama Pemerintah Transisi Federal Somalia (TFG) dan Uni Afrika dalam Menanggulangi Gerakan Al- Shaabab Tahun
2007-2012”.
Skripsi tersebut menjelaskan tentang proses kerjasama kedua aktor, TFG dan
Uni Afrika dalam menanggulangi aksi Al- Shaabab di Somalia. Dalam
penelitiannya, Sandi menggunakan konsep Kerjasama dan konsep Keamanan
sebagai acuan dalam penyimpulan penelitiannya.
Kesamaan skripsi Sandi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas
tentang gerakan Al- Shaabab. Akan tetapi secara keseluruhan, penelitian Sandi dan
penelitian ini jelas perbedaannya. Jika Sandi fokus terhadap kerjasama TFG dengan
Uni Afrika, maka penelitian ini membahas dari segi Amerika Serikat. Yaitu,
Kebijakan AS dalam mengupayakan pencegahan aksi terror dan efek jera bagi
kelompok Al- Shaabab.
Tinjauan kedua diambil dari tesis yang ditulis oleh Stephen Westcott dari
Murdoch University tahun 2011 yang berjudul “The Impact of Foreign Elements
Over Somalia’s Al- Shabaab”. Tesis yang ditulis oleh Stephen membahas tentang
terorisme Al- Shaabab. Tesis ini menjelaskan tentang elemen-elemen lain yang
hubungannya. Elemen-elemen yang dimaksud seperti: Al-Qaeda, Islam radikal dan
ekstrimis, dan lain-lain.
Beberapa ulasan penting dari tulisan tersebut bahwa beberapa tahun terakhir,
konflik di Somalia sebagian besar berada di Somalia bagian Selatan dan Tengah
yang terjadi antara gerilyawan Islam dan sekutunya terhadap Pemerintah Federal
Somalia (TFG). Al-Shabaab sebagai sebuah gerakan Islam bersenjata termotivasi
oleh aplikasi militan Salafi untuk mengayomi dunia Muslim dalam beberapa
dekade terakhir. Dengan demikian, tujuan utama organisasi gerilyawan Al-Shaabab
adalah untuk mendirikan sebuah pemerintahan Islam atas Somalia dan
berkontribusi terhadap gerakan Islam internasional.
Persamaan tesis dengan penelitian ini yaitu terletak pada obyek yang diteliti,
yaitu sama-sama membahas tentang kelompok Al-Shaabab. Akan tetapi, fokus
penelitian jelas berbeda karena subyek penelitian dalam tesis adalah Foreign
Elements (organisasi yang berhubungan dengan Al-Shaabab) sedangkan subyek penelitan ini adalah kebijakan Amerika Serikat.
Tinjauan berikutnya diambil dari tesis Charles M. Brown tahun 2005 dari
Naval Postgraduate School Monterey, California yang berjudul U.S National
Security Interest in Africa and the Future Global War on Terrorism (GWOT): A Proposal to Create an African Regional Combatant Command and a Regional
African Special Operations Command.
Penulisan tesis Brown bertujuan untuk menganalisa kebutuhan markas
komando militer regional dikawasan Afrika. Amerika Serikat memenuhi keinginan
terrorism (GWOT). Adapun fokus dari tesis ini tentang masalah strategis yang secara historis dan geopolitik terus mempengaruhi Afrika. Tesis tersebut juga
mengusulkan pembentukan Afrika Regional Combatant Command (ARCC) dan juga Regional African Special OperationsCommand (RA-SOC). Usulan
pembentukan ini untuk mendukung, membantu, dan menyarankan masa depan
strategi keamanan nasional Amerika Serikat untuk benua Afrika.
Secara garis besar, tesis yang ditulis oleh Charles fokus pada keinginan
Amerika Serikat untuk meningkatkan eksistensinya di wilayah Afrika. Dengan
memberikan usulan pembentukan organisasi militer yang bersifat regional untuk
tujuan stabilitas kawasan, baik dalam hal ekonomi, politik, militer dan budaya.
Perbedaan tesis dengan penelitian ini terletak pada fokus pembahasan
penelitian, penelitian ini lebih fokus pada analisa kebijakan AS dalam memerangi
tindakan teror kelompok Al- Shaabab di Somalia tahun 2012-2014. Artinya, yang
menjadi aktor dalam penelitian adalah AS, Somalia, dan kelompok Al- Shaabab.
Selain itu, fenomena yang diteliti masih baru sehingga hasil penelitian diharapkan
bermanfaat bagi peneliti lainnya di masa mendatang.
D. Kerangka Pemikiran
Manusia merupakan makhluk yang selalu cemas akan keselamatan dirinya
dari manusia lain. Sifat selalu ingin mendominasi dan mendapatkan keuntungan
tertinggi akan dilakukan manusia demi mendapatkan kekuasaan dan mencegah
dominasi yang lain.34
Menurut perspektif realisme, sifat dasar interaksi dalam sistem internasional
yakni anarki, kompetitif, kerap kali konflik, dan kerjasama dibangun hanya untuk
kepentingan jangka pendek.35 Hal ini berhubungan erat dengan sifat dasar manusia
yang selalu mempengaruhi suatu aktor dalam merumuskan kebijakan dan
strateginya. Sifat alami manusia tersebut menjadi faktor utama yang mempengaruhi
perpolitikan suatu negara.
Dalam menganalisa kebijakan Amerika Serikat terhadap aksi terorisme
Al-Shaabab di Somalia tahun 2012-2014, maka penelitian ini menekankan bahwa AS
sebagai kekuatan super power tentunya akan melakukan berbagai cara untuk
memenuhi kepentingan nasionalnya. Untuk memenuhi kepentingan nasional,
negara akan mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai bentuk respon terhadap
tindakan yang dianggap sebagai penghambat dalam pencapaian kepentingannya.
Adapun, analisa tentang kebijakan AS di Somalia ini tidak terlepas dari dua
kajian yang dianggap relevan untuk mengkaji dan menganalisis kebijakan AS,
diantaranya adalah Teori Kebijakan Luar Negeri ( The Theory of Foreign Policy)
dan Konsep Kepentingan Nasional (The Concept of National Interest).
1. Teori Kebijakan Luar Negeri (Theory of Foreign Policy)
Menurut K. J. Holsti, kebijakan luar negeri adalah tindakan atau gagasan yang
dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau
mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu dalam kebijakan sikap
atau tindakan dari negara lain.36
35Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal, 25
Menurut James N. Rosenau, kebijakan luar negeri memiliki tiga konsep, yaitu
sekumpulan orientasi (a cluster of orientations), seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak (a set of commitments to and plans for action) dan bentuk perilaku atau aksi (a form of behaviour).37
Kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi merupakan pedoman
bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi kondisi-kondisi eksternal yang
menuntut pembuatan keputusan dan tindakan berdasarkan orientasi tersebut.38
Kebijakan luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak
diartikan berupa rencana dan komitmen yang konkrit yang dikembangkan oleh para
pembuat keputusan untuk membina dan mempertahankan situasi lingkungan
eksternal yang konsisten dengan orientasi kebijakan luar negeri.39 Sedangkan
kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau tindakan diartikan pada
tingkatan yang lebih empiris yaitu berupa langkah-langkah nyata yang diambil oleh
para pembuat keputusan yang berhubungan dengan kejadian serta situasi
dilingkungan eksternal.40
Menurut James Rosenau, sumber-sumber dalam input perumusan kebijakan
luar negeri adalah;
1. Systemic Sources
Sumber-sumber eksternal merupakan sumber yang berasal dari lingkungan eksternal negara. Menjelaskan struktur hubungan antara negara-negara besar, pola-pola aliansi yang terbentuk antara negara-negara dan faktor situasional eksternal yang dapat berupa isu area atau krisis.
37James N Roesenau, The Study of Foreign Policy (New York: Free Press, 1972), hal. 15. 38Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal. 53-54
2. Societal Sources
Sumber yang berasal dari lingkungan internal, mencakup faktor kebudayaan dan sejarah, pembangunan ekonomi, struktur sosial dan perubahan opini publik.
3. Governmental Sources
Sumber-sumber dari pemerintahan merupakan aspek-aspek dari struktur pemerintah yang membatasi atau menambah suara-suara dalam pembuatan kebijakan luar negeri negara.
4. Idiosyncratic Sources
Sumber-sumber individu merupakan karakteristik seseorang yang mempengaruhi tingkah laku dan pembuatan kebijakan luar negeri. Seperti karakteristik seorang presiden yang berpengaruh terhadap tingkah laku politik luar negerinya.41
Dalam kasus Somalia yang belum terselesaikan hingga saat ini, AS
merupakan mitra utama TFG dalam upaya melawan gerakan Al- Shaabab.
Keputusan AS untuk terlibat dalam kasus tersebut dapat dijelaskan dengan teori
kebijakan luar negeri oleh Rosenau. Analisa penelitian ini akan terfokus pada faktor
eksternal dan internal AS, dimana situasi internal yang berhubungan dengan
masalah pembangunan ekonomi AS sangat berpengaruh dalam pengambilan
kebijakan Presiden Obama. Faktor eksternal menjadi alasan yang kuat bagi AS
dalam keterlibatannya di Somalia, hal ini berhubungan dengan upaya peningkatan
aliansi dan pertahanan kekuasaan di kawasan Afrika., serta isu atau krisis yang
terjadi.
2. Konsep Kepentingan Nasional ( TheConcept of National Interest )
Donald E. Nouchterein42 mendefinisikan kepentingan nasional sebagai
keinginan yang dirasakan oleh suatu negara dalam hubungannya dengan
negara-negara lain yang merupakan lingkungan eksternalnya.
Menurut Morgenthau, kepentingan nasional adalah kemampuan minimum
negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur
dari gangguan negara lain. Kemampuan pemimpin negara diukur dengan
penurunan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau
konflik.43
Dengan demikian, kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur bagi para
pengambil keputusan masing-masing negara sebelum merumuskan dan
menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri
(foreign policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai
”kepentingan nasional.”44
Kepentingan nasional terbagi dalam beberapa jenis yaitu: Pertama,
core/basic/vital interest. Kepentingan nasional pada level ini nilainya sangat tinggi sehingga suatu negara bersedia untuk berperang dalam mencapainya.
Misalnya seperti: melindungi daerah-daerah wilayah negara; menjaga dan
42Donald Nuchterlein, The Concept of National Interest: A Time for New Approach, dalam orbish, vol. 23, (1979), hal. 75
43T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin (Bandung: Refika Aditama, 2002), hal. 116
melestarikan nilai-nilai hidup yang dianut suatu negara. Kedua, Secondary
Interest. Jenis kedua ini meliputi kepentingan yang ingin dicapai masing-masing negara namun tidak ingin menggunakan kekerasan (berperang) dalam
pencapaiannya. Hal ini disebabkan negara masih melihat adanya kemungkinan
lain untuk mencapai tujuannya melalui jalan lain contohnya perundingan.45
Amerika Serikat merupakan negara pemenang pada Perang Dingin yang
mengharapkan terciptanya kehidupan dunia yang sejahtera. Somalia yang saat ini
masih dalam proses menuju perdamaian, menjadikan AS sebagai mitra utama
dalam menghadapi gerakan Al- Shaabab. Keterlibatan AS di Somalia tidak
terlepas dari kepentingan keamanan dunia dari serangan teroris, sekaligus untuk
mempertahankan eksistensinya sebagai satu-satunya negara super power.
E. Metode Penelitian
Untuk membantu penelitian dalam menganalisa permasalahan yang diangkat,
penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian menurut
John W. Creswell adalah langkah-langkah yang digunakan dalam mengumpulkan
dan menganalisis informasi untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu topik
atau masalah. Beberapa langkah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian
diantaranya adalah: Mengidentifikasi masalah penelitian; Meninjau literatur;
Menentukan tujuan penelitian; Pengumpulan data; Menganalisis dan menafsirkan
data; Pelaporan dan evaluasi penelitian.46
45Nicholson, Michael. Formal Theories In International Relations.(New York : Cambridge University Press, 1990), hal. 76
46John W. Creswell, Educational Research: Palnning, Conducting, and Evaluating
Metode kualitatif berdasarkan pada prosedur logika yang berawal dari hal
khusus sebagai hal yang diamati dan berakhir pada kesimpulan yang bersifat
umum.47 Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya data tidak berbentuk angka, tetapi
mengandalkan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi berupa publikasi dan sudah dikumpulkan oleh pihak atau
instansi lain. Sumber-sumber data ini berupa buku, jurnal, hasil penelitian, internet,
dan penerbitan-penerbitan lainnya.
Untuk menyempurnakan data yang diperoleh, penelitian ini menggunakan
wawancara dengan Abdi Dirshe, seorang analis sekaligus menjabat sebagai
Sekretaris Permanen Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Pemerintah
Federal Somalia. Sumber wawancara kedua adalah David Shinn, seorang mantan
dubes AS untuk Ethiopia (1996-1999) dan saat ini mengajar di Universitas George
Washington. Penelitian menggunakan teknik deskriptif-analistis, yaitu teknik
analisis data dengan menguraikan dan menjelaskan gejala dan fenomena penelitian
dengan mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gejala atau
fenomena tersebut lebih mendalam, sehingga fenomena tersebut tergambar dengan
jelas dan dapat dipahami. 48
Jadi, penelitian kualitatif dapat disimpulkan sebagai studi literatur dengan
pengumpulan berbagai data kepustakaan berkaitan dengan masalah yang diteliti,
kemudian menyeleksi data sehingga akhirnya sampai pada tahap menganalisa data
melalui sebuah pemahaman yang komprehensif.
47Bagong Suryanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan,(Jakarta: Kencana, 2007), hal. 169
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini adalah:
BAB I. PENDAHULUAN
Pembahasan pada bab ini akan dimulai dengan latar belakang permasalahan,
pertanyaan penelitian, dan manfaat, serta tujuan penelitian. Kemudian dilanjutkan
dengan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.
BAB II. AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM
Pada bab ini akan dijelaskan tentang tragedi 11 September 2001 dan
perubahan visi keamanan Amerika Serikat. Dilanjutkan dengan pembahasan
mengenai respon Amerika Serikat dalam memerangi terorisme global.
BAB III. TERORISME AL-SHAABAB DI SOMALIA DAN AFILIASINYA DENGAN AL- QAEDA
Bab ketiga akan menguraikan dinamika politik internal Somalia, gerakan
terorisme Al- Shaabab di Somalia serta perkembangannya. Lalu, diikuti dengan
pemaparan keterkaitan antara Al- Shaabab dengan jaringan Al- Qaeda.
BAB IV. KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI AKSI TERORISME AL-SHAABAB DI SOMALIA TAHUN 2012-2014
Bab keempat akan menganalisis bentuk-bentuk dan implentasi kebijakan
Amerika Serikat dalam mengatasi aksi terorisme Al- Shaabab. Kemudian,
dilanjutkan dengan analisis kepentingan Amerika Serikat di balik tindakan tersebut.
BAB V. PENUTUP
Bab kelima akan menyimpulkan hasil dari seluruh pembahasan serta analisis penelitian.
BAB II
AMERIKA SERIKAT DAN WAR ON TERRORISM
War on Terrorism atau Perang Melawan Terorisme adalah respon AS terhadap tragedi 11 September 2001. Tragedi tersebut adalah bukti nyata serangan
teroris, yang masih menyimpan duka mendalam bagi warga negara AS.49 Untuk
membahas lebih mendalam tentang kebijakan tersebut, maka pada bab ini akan
dijelaskan mengenai latar belakang kebijakan war on terrorism dan perubahan visi
keamanan AS, serta Perang AS melawan terorisme global.
A. Tragedi 9/11 dan Perubahan Visi Keamanan Amerika Serikat
Tragedi 11 September 2001 telah menjadi sejarah yang tidak terlupakan bagi
warga AS. Kejadian tersebut terjadi di luar prediksi dan menyadarkan masyarakat
dunia bahwa serangan tak terduga dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan tidak
diketahui besar kekuatannya. Tragedi ini menunjukkan bahwa aksi terorisme telah
menjadi ancaman dan tantangan baru dunia pasca berakhirnya Perang Dingin.50
Tragedi 9/11 adalah peristiwa dahsyat yang dilakukan oleh kelompok
terorisme Internasional di wilayah AS. Penyerangan tersebut dimulai dengan
pembajakan empat pesawat komersil oleh 19 orang yang merupakan kelompok
Al-Qaeda51 yang sedang terbang menuju San Francisco dan Los Angeles setelah lepas
49Richard F. Grimmett, Authorization For Use of Military Force in Response to the 9/11
Attacks (P.L. 107-40): Legislative History (CRS Report for Congres, 2007)
50Daniel Byman, “Remaking Alliances for the War on Terrorism”, The Journal of Strategic
Studies, Vol. 29, No. 5 (2006), hal. 767-811
51Ranne R. A. Kawilarang, Tragedi 9/11: Penabrakan pesawa-pesawat bajakan ke Menara
landas dari Boston, Newark, dan Washington, D.C.52 Para pembajak dengan
sengaja memilih penerbangan jarak jauh karena mengangkut bahan bakar yang
banyak guna memaksimalkan sasarannya.53
Di dalam dokumen laporan tragedi 9/11 dijelaskan bahwa penyerangan
terjadi sekitar pukul 08.45-10.30 waktu setempat. Kejadian tersebut telah
meruntuhkan menara gedung WTC bagian utara, tepatnya dilantai 80 dan menara
bagian selatan, lantai 60.54 Selain itu, serangan juga dilancarkan teroris menuju
Pentagon dan Gedung Putih.55 Akan tetapi, serangan yang diperkirakan menuju
Gedung Putih gagal karena pesawat terbalik dan menghantam tanah. Kegagalan
tersebut dikarenakan adanya perlawanan penumpang pesawat terhadap pelaku
pembajakan.56 Jumlah korban dari keseluruhan peristiwa ini mencapai 3500 orang,
dan sebanyak 10.000 orang luka-luka.57
AS meyakini bahwa pelaku penyerangan adalah teroris disinyalir dari Arab
Saudi dan beberapa negera Arab lainnya, tergabung dalam jaringan terorisme Al-
Qaeda yang berbasis di Afghanistan.58 Berikut adalah data pelaku pembajakan
pesawat tragedi 9/11 yang diperoleh CIA;
52The 9/11 Commission Report, 2001[report], Internet; diunduh pada 3 Mei 2014; Tersedia di http://www.9 11commission.gov/report/911Report.pdf
53Ibid
54Imelia Pebreyanti, “11-9-2001: Teror 9/11 Mencekam Amerika Serikat”, diunduh pada 11 September 2014; Tersedia di http://news.liputan6.com/read/2103399/11-9-2001-teror-911- mencekam-amerika-serikat.
55Ibid,
56The 9/11 Commission Report, 2001 [database On-line], Internet; diunduh pada 3 Mei 2014; Tersedia di http://www.9 11commission.gov/report/911Report.pdf
57Ibid
Tabel II.A.1. Pelaku Serangan Tragedi 9/11
Penerbangan Nama Warga Negara
AA Flight 11
Muhammed e-Amir Awad al-Sayed Atta Mesir Abd al-Aziz Abd al-Rahman Muhammed al-Umari Saudi Ustam bin Muhammad Abd al-Rahman al-Saqami Saudi Wail Muhammad Abdallah al-Shehri Saudi Walid Muhammad Abdallah al-Shehri Saudi
UA Flight 175
Marwan Yousef Muhammed Rashid Lekrab
al-Shehhi UAE
Ahmad Salih Said al-Kurshi al-Ghamdi Saudi Fayez Rashid Ahmad Banihammad UAE Hamza Salih Ahmad al-Hamid al-Ghamdi Saudi Mahanid Muhammad Fayiz al-Shehri Saudi
AA Flight 77
Hani Salih Hasan Hanjur Saudi Khalid bin Muhammed bin Abdallah al-Mihdhar Saudi Majid Muqid Mushan bin Ghanim Saudi Nawaf bin Muhammad Salim al-Hazmi Saudi Salim Muhammad Salim al-Hazmi Saudi
UA Flight 93
Ziad Samir Jarrah Lebanon
Ahmad Abdullah Abd al Rahman al-Nami Saudi Ahmad Ibrahim Ali al-Haznawi Saudi Said Abdalah Ali Sulayman al-Ghamdi Saudi Sumber: Central Inteligence Agency (CIA US)59
Menanggapi penyerangan tak terduga terhadap AS tersebut, George W. Bush
yang merupakan Presiden AS pada masa itu terkejut dan mengutuk perbuatan
teroris. Pada pukul 19.00 waktu setempat, dalam pidatonya Bush menyatakan:
“… Terrorist attacks can shake the foundations of our biggest buildings, but they cannot touch the foundation of America. These acts shatter steel, but they cannot dent the steel of American resolve. Today, our nation saw
evil-the very worst of human nature-and we responded with the best of America. We will make no distinction between the terrorist who committed these acts and those who harbor them.”60
Serangan teroris bisa menghancurkan fondasi bangunan terbesar kami, tetapi mereka tidak dapat menyentuh dasar Amerika. Serangan ini bisa saja menghancurkan bangunan baja, tetapi mereka tidak dapat menghentikan tekad Amerika. Hari ini, bangsa kita melihat kejahatan manusia yang paling buruk dan kami pastinya memberikan respon terbaik Amerika. Kami tidak akan membuat perbedaan, baik terhadap pelaku serangan maupun yang membiayai mereka. (terjemahan penulis)
Sikap marah yang ditunjukkan oleh Presiden AS tersebut mengundang
perhatian dunia. Terbukti dari banyaknya negara-negara yang menyampaikan duka
cita dan dan rasa simpati kepada AS, termasuk Negara Barat dan
Negara-Negara Muslim.61
Osama bin Laden merupakan pemimpin Al- Qaeda yang diyakini AS sebagai
dalang dari penyerangan WTC. Presiden Bush menyatakan bahwa AS telah
memiliki bukti koleksi jaringan teroris yang berafiliasi dengan AL- Qaeda. Teroris
yang dimaksud diantaranya adalah pelaku pemboman Kedutaan AS di Tanzania
dan Kenya, dan juga bertanggung jawab atas pengeboman USS Cole di Yaman.62 Pada tahun 2004, Osama bin Laden mengirim sebuah video kepada Aljazeera.
Di dalam pidatonya, Osama menyatakan kebenciannya terhadap AS dimulai sejak
tahun 1982, ketika AS beserta enam armadanya membantu Israel dalam
60George W Bush, 9/11 Address to the Nation: A Great People has been Moved to defend a
Great Nation, diunduh pada 5 Mei 2014; Tersedia di
http://www.americanrhetoric.com/speeches/gwbush911addresstothenation.htm
61Haley Sweetland Edwards, We Are All Americas: The World’s Response to 9/11 [database on-line], Internet; diunduh pada 15 Mei 2014; Tersedia di http://mentalfloss.com/article/28724/we-are-all-americans-worlds-response-911
62Nick Howen, Military Force and Criminal Justice: The US Response to 11 September and
penyerangan di Lebanon yang menewaskan banyak kaum muslim. Banyaknya
pertumpahan darah, ketakutan, dan hujan roket yang terjadi setiap hari menggugah
hati Osama untuk melakukan pembalasan terhadap pelaku penyerangan tersebut.63
Sehingga, penyerangan terhadap WTC dan Pentagon AS pada 11 September 2001
adalah bentuk pembalasan Osama terhadap dukungan dan koalisi AS-Israel di
Palestina dan Lebanon.64
Ketegangan antara state dan non-state actor, dalam hal ini AS dan Al- Qaeda menjadi isu popular sepanjang kekuasaan AS. Isu terorisme menjadi tantangan
keamanan dunia, sehingga diperlukan strategi sebagai upaya dalam menghadapai
musuh kedepannya. 65 Perubahan pengaturan keamanan AS sebagai akibat tragedi
9/11, dimulai dengan pengeluaran Quadrennial Defense Review (QDR) tahun 2001,
kemudian di tahun berikutnya dokumen National Security Strategi (NSS) dan
National Strategy for Homeland Security (NSHS) tahun 2002 menjelaskan tentang perubahan warna kebijakan AS sebagai dampak dari tragedi 9/11.
1. Quadrennial Defense Review (QDR) 2001
Langkah pertama dalam merespon tragedi 9/11 oleh Pemerintahan George W.
Bush dengan menerbitkan Quadrennial Defense Review (QDR) pada 30 September 2001. QDR 2001 ini berisikan tentang strategi perencanaan pertahanan dari model
“berbasis ancaman” yang mendominasi pemikiran dimasa lalu menjadi model
63Ibid
64Aljazeera, Full Transcript of Bin Laden’s Speech [database on-line], Internet; Tersedia di http://www.aljazeera.com/archive/2004/11/200849163336457223.html
“berbasis kemampuan” untuk masa depan.66 Tragedi 9/11 adalah momentum yang
menunjukkan bahwa AS masih memiliki keterbatasan militer terhadap ancaman tak
terduga, seperti yang telah dilakukan oleh kelompok teroris tersebut.
Sebagai upaya dalam menghadapi situasi global yang semakin berkembang,
QDR 2001 menjelaskan tentang kepentingan militer sangat dibutuhkan untuk
persiapan di masa mendatang. Kehadiran kelompok terorisme diakui AS sebagai
tantangan yang sulit, sehingga AS harus melanjutkan pergerakan yang lebih cepat
dalam pengembangan militernya. Hal ini dikarenakan komitmen AS sebagai negara
adidaya bertugas untuk menyediakan keamanan dan kesejahteraan bagi semua
warga Amerika dan menghormati komitmen AS di dunia.67
QDR adalah titik awal yang baik untuk transformasi sistem sumber daya
manusia Departemen Pertahanan. Selain melatih militer professional, AS juga
mendanai fasilitas hidup, seperti perawatan kesehatan, perumahan, bagi prajurit
guna mempertahankan kualitas kekuatan yang dibutuhkan dimasa depan.68
2. National Security Strategy (NSS) 2002
Di dalam National Security Strategy (NSS) 2002 langkah yang dipilih oleh
pemerintahan Bush dalam kerangka “global war on terror” adalah:69
1. Melakukan tindakan secara langsung serta berkelanjutan untuk senantiasa
menggunakan kekuatan nasional ataupun internasional. Fokus perhatiannya
adalah terletak pada teroris, organisasi teroris serta negara yang mensponsori
66Department of Defense, Quadrennial Defense Review Report [report], Unites States of America, 2001
67Ibid 68Ibid
gerakan terorisme internasional yang berupaya untuk menambah atau
menggunakan senjata pemusnah masal (WMD);
2. Berupaya untuk senantiasa melindungi masyarakat Amerika Serikat beserta
kepentingan negara baik di dalam negeri ataupun kepentingan negara yang
berada diluar wilayah Amerika Serikat, dengan cara mengidentifikasikan
ancaman, kemudian menghancurkan ancaman tersebut sebelum menggangu
atau memasuki wilayah kedaulatan Amerika Serikat. Hal ini dilakukan
dengan atau tanpa bantuan pihak internasional sebagai bagian dari upaya
membela diri dari ancaman teroris yang akan mengganggu masyarakat
ataupun negara Amerika Serikat;
3. Berupaya untuk meniadakan negara-negara yang di kemudian hari akan
menjadi sponsor terhadap gerakan teroris dengan cara memberikan
pemahaman atau paksaan terhadap suatu negara agar mengambil tanggung
jawab terhadap kedaulatan yang mereka miliki. Amerika Serikat juga akan
melakukan kampanye dalam upayanya melawan terorisme dengan
melakukan:70
a. Menggunakan pengaruhnya serta melakukan kerjasama dengan negara-
negara mitra utama dan pendukungnya untuk senantiasa memandang
bahwa terorisme tidak ubahnya dengan sebuah tindakan yang
menyerupai pembajakan, perbudakan, pembunuhan masal. Tindakan-
tindakan yang melanggar norma yang seharusnya dikecam dan tidak
akan pernah mendapatkan dukungan dari negara-negara bermartabat.
b. Mendorong dan mendukung pemerintahan yang moderat dan modern,
terutama dalam komunitas muslim dunia dan memastikan bahwa
idiologi terorisme tidak akan pernah mampu berkembang subur.
c. Memaksimalkan diplomasi publik untuk mempromosikan kebebasan,
mendapatkan saluran akses informasi, serta ide-ide secara baik. Dengan
harapan agar senantiasa menghidupkan harapan serta aspirasi kebebasan
terhadap komunitas-komunitas yang masih berada dibawah belenggu
pemerintahan yang mendukung terorisme.
3. National Strategy for Homeland Security (NSHS) 2002
Pada bulan Juli 2002, pemerintahan Bush mengeluarkan kebijakan strategi keamanan dalam negeri atau National Strategy for Homeland Security 2002. Pada
bagian awal naskah NSHS 2002, Presiden Bush memberikan pandangan yang
mengatakan bahwa: “saat ini negara kita menghadapi perubahan ancaman baru.”71
NSHS 2002 diterbitkan dua bulan sebelum NSS 2002. Bertujuan untuk
memberikan respon terhadap serangan 9/11 yang menjadi cerminan nyata bahwa
ancaman yang datang kini memang termodifikasi.72 Terorisme negara atau pun
organisasi terorisme internasional telah dan akan mendatangkan ancaman bahkan
serangan terhadap kepentingan domestik serta
kepentingan-kepentingan AS diluar negeri. Pemetaan terhadap ancaman ini penting agar upaya
pembenahan terhadap kerentanan bisa segera diperbaiki dengan harapan serangan
terhadap wilayah kedaulatan AS dapat dihindari dikemudian hari.
NSHS 2002 adalah sebuah produk konsultasi yang dilakukan selama delapan
bulan yang melibatkan pemerintah federal dengan segenap pengambil keputusan
lokal, seperti gubernur, walikota, dan para praktisi hokum yang bertujuan agar
terdapat kesamaan visi bahwa NSHS adalah sebuah strategy nasional bukan hanya
menjadi dominasi pemerintah federal.73
Dalam NSHS 2002, banyak pembenahan yang dilakukan oleh pemerintahan
Bush. Pembenahan ini terbagi atas beberapa bagian yang kesemuanya bermuara
pada tujuan strategis yang ingin dicapai, yakni; mampu mencegah serangan teroris
terhadap AS, mengurangi kerentanan AS terhadap bahaya serangan teroris, dan
meminimalisir kehancuran yang ditimbulkan akibat dari serangan teroris serta
melakukan upaya pemulihan pasca penyerangan teroris tersebut. Serangan 9/11
yang tidak terpikirkan sebelumnya kemudian menempatkan strategy environment
dalam situasi ketidakpastian. Akhirnya mengakibatkan situasi yang sulit karena
tidak dapat memprediksi kejadian secara tepat dan tepat.74
B. Amerika Serikat dan Perang Global Melawan Terorisme
Pada masa Perang Dingin, perang negara melawan negara adalah sesuatu hal
yang umum, maka saat ini justru jarang terjadi. Tantangan baru dunia adalah
kehadiran kelompok terorisme internasional yang tidak diketahui secara jelas
keseluruhan target sasarannya.75 Kehadiran konflik bersenjata yang dilakukan oleh
aktor-aktor non negara, pada hakikatnya masih diukur sebagai kekuatan yang relatif
73Ibid. 74Ibid
kecil jika dibandingkan dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh negara. Namun,
kekuatan kecil tersebut telah menciptakan sebuah kehancuran yang sifatnya besar.
Untuk itu, AS dalam hal ini merupakan negara nomor satu dunia harus melakukan
transformasi kekuatan militernya agar mampu secara objektif dalam mengantisipasi
tipe perang yang saat ini terjadi.
Dalam upaya merespon aksi terorisme, AS mencoba untuk menarik simpati
negara untuk turut mendukung kebijakan war on terrorism. Negara yang juga menjadi korban dalam serangan tersebut merupakan negara yang sangat
mendukung penuh kebijakan AS. Adapun negara yang menjadi korban dalam
tragedi 9/11 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.B.1. Korban Negara Bangsa sebagai Dampak 9/11
Sumber: www.state.gov.com76
AS memiliki keyakinan penuh atas tindakan terror yang dilakukan oleh
Al-Qaeda. Siapakah Al- Qaeda dan apa motifnya dalam melakukan aksi terorisme
sekaligus menjadikan AS sebagai sasaran utamanya. Al- Qaeda merupakan
pengikut aliran keras yang terdapat di kalangan gerilyawan Muslim yang berjihad
dengan dukungan AS ketika melawan invasi Uni Soviet pada tahun 1980-an di
Afghanistan. Kelompok jihad tersebut tergabung dalam suatu kelompok yang di
sebut sebagai “Taliban”. Pada pendudukan Uni Soviet pada tahun 1979-1989,
Al-Qaedamenarik banyak pemuda muslim dari seluruh dunia untuk ikut serta dalam
perang jihad anti Soviet. Seorang warga negara Arab Saudi bernama Osama bin
Laden dan seorang warga Palestina bernama Abdullah Azzam, merupakan tokoh
kunci yang mengembangkan dan membiayai gerakan perlawanan tersebut.77
Setelah kekalahan dan mundurnya Uni Soviet pada tahun 1989, Osama bin
Laden dan Abdullah Azzam bersepakat untuk tidak membubarkan pasukan
mujahidin. Mereka akhirnya membentuk organisasi yang di sebut sebagai Al-
Qaeda. Adapun yang menjadi pemimpin utamanya adalah Abdullah Azzam. Akan
tetapi setelah Abdullah Azzam meninggal, kepemimpinan Al- Qaeda diambil alih
oleh Osama bin Laden.78
Persekutuan yang akhirnya berakhir dengan tidak baik, ketika AS
mengizinkan dan mendukung Israel dalam penyerangan terhadap Lebanon tahun
1982.79 Kekecewaan Osama terhadap sikap AS yang telah menghancurkan negara
77A.M. Hendropriyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam: Terorisme
Jaringan Al- Qaeda, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), hal 189-190
78Ibid, hal. 191
Islam tersebut mengundang rasa sakit hati dan pembalasan yang terlaksana melalui
penyerangan WTC dan Pentagon AS tahun 2001.
Peristiwa inilah yang memberikan duka mendalam bagi warga AS. Tidak ada
kata maaf bagi pelaku serangan 9/11. Bagi AS, Osama bin Laden adalah tokoh
antagonis yang harus dibunuh karena dianggap sebagai dalang dari berbagai aksi
terorisme yang telah dilancarkan Al- Qaeda. Berbeda halnya dengan pandangan
Rohan Gunaratna, di dalam wawancaranya dengan seorang kelompok Al- Qaeda
dinyatatakan tentang Osama bin Laden bahwa:
The West, and the rest of the world, are accusing Osama bin Laden of being the prime sponsor and organizer of what they call ‘international terrorism’today. But as far as we are concerned, he is our brother in Islam. He is someone with knowledge and a mujahid fighting with his wealth and his self for the sake of Allah. He is a sincere brother and he is completely the opposite to what the dis- believers are accusing him of. We know that he is well established with the mujahideen in Afghanistan and other places in the world. What the Americans are saying is not true. However, it is an obligation for all Muslims to help each other in order to promote the religion of Islam.Osama bin Laden is one of the major scholars of the jihad, as well as being a main commander of the mujahideen worldwide. He fought for many years against the Communists in Afghanistan and now is engaged in a war against American imperialism.80 (Ibnul-Khattab, Komandan Militer Mujahidin di Kaukasus)
Barat, dan seluruh dunia, menuduh Osama bin Laden sebagai sponsor utama dan penyelenggara apa yang mereka sebut terorisme internasional saat ini. Tapi kita turut prihatin, karena dia saudara kita di Islam. Dia adalah seseorang yang berjuang dengan pengetahuan, harta dan dirinya demi Allah. Dia adalah saudara yang tulus dan dia benar-benar berlawanan dengan apa yang dituduhkan pihak Barat.Kita tahu bahwa ia telah membesarkan mujahidin di Afghanistan dan tempat-tempat lain di dunia. Apa yang dikatakan Amerika adalah tidak benar. Namun, sudah menjadi kewajiban bagi semua umat Islam untuk saling membantu dalam rangka untuk mempromosikan agama Islam. Osama bin Laden adalah salah satu ulama besar dari jihad, serta menjadi komandan utama mujahidin di seluruh dunia. Dia berjuang selama
tahun terhadap komunis di Afghanistan dan sekarang terlibat dalam perang melawan imperialisme Amerika. (terjemahan penulis)
Dua sumber yang berbeda akan memberikan keterangan yang berbeda pula,
inilah yang dapat disimpulkan untuk memahami dua pihak yang berseberangan.
Bagi AS, Al- Qaeda merupakan suatu kelompok yang sangat sulit ditebak. Dimulai
dari infrastruktur organisasi dan operasionalnya sangat berbeda dengan kelompok
gerilya atau kelompok teroris lain, kesalahan dalam pengambilan kebijakan oleh
AS juga mendatangkan dampak yang lebih besar, hal ini terbukti dari adanya
intervensi AS di Afghanistan tahun 2001 telah mendorong perkembangan
perekrutan, pelatihan , dan logistik Al- Qaeda ke jaringan global.81
Dari penyelidikan yang telah dilakukan oleh Pemerintah AS, terbukti bahwa
Al- Qaeda telah menyalurkan dana kepada beberapa kelompok teroris lain yang
dianggap sebagai afiliasinya. Adapun yang memiliki hubungan dengan aset dana
teroris global adalah: Al Qaida/Islamic Army Abu Sayyaf Group (Philippines),
Armed Islamic Group (Algeria), Harkat ul-Mujahidin (Kashmir), Al Jihad/Egyptian, Islamic Jihad, Islamic Movement of Uzbekistan, Asbat al-Ansar,
Salafist Group for Call and Combat (Algeria), Libyan Islamic Fighting Group, Al-Itihaad al-Islamiya, Islamic Army of Aden, Osama bin Laden, Muhamad Atif, Sayf al-Adl, Shaykh Sai’id, Muhammad Atef, Ibn Al-Shaykh al-Libi, Abu Zubaydah, Abd Hdi Iraqi, Ayman Zawahiri, Thirwat Salah Shihata, Tariq Anwar
al-Sayyid Ahmad, Muhammad Salah, Makhtab Al Khidamat/Al Kifah, Wafa
Humanitarian Organisation, Al Rashid Trust Mamoun Darkanzanli Import Export Company.82
Mengulas kembali ideologi utama Al- Qaeda berdasar pada pemahaman yang
keliru terhadap sistem kepercayaan Islamisme dan mengejar jihad. Para jihadis ini
menafsirkan bahwa jihad sebagai “perang suci”. Pada hakikatnya, jihad adalah
tenaga dari upaya maksimal seseorang untuk mencapai tujuan atau untuk mengusir
sesuatu yang dibenci.83
Al- Qaeda dinyatakan sebagai kelompok teroris multinasional pertama pada
abad ke-21. Awalnya, pergerakan Al- Qaeda dianggap menghina kekuatan AS dan
memunculkan respon yang berkelanjutan. Kebijakan Perang Global melawan
Terorisme atau jaringan Al- Qaeda menjadi arus utama politik luar negeri sejak
Pemerintahan George W. Bush.
Musuh yang dikenal saat ini adalah gerakan organisasi transnasional
ekstrimis, jaringan, dan individu. Anggota negara dan non-negara pendukung
gerakan memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mengeksploitasi Islam dan
menggunakan terorisme sebagai tujuan ideologis. Al- Qaeda dan afiliasinya yang
ekstrimis adalah manifestasi yang paling berbahaya, di bandingkan dengan
82Dikutip Rohan Gunaratna,” Inside Al- Qaeda”, hal 66-67 dari Muhammad Salah, “Secret
Relationship between al-Zawahiri and bin Laden: The Juhad Turned bin Laden into a Mujahid, “
beberapa kelompok ekstrimis kekerasan lain yang juga dapat menimbulkan
ancaman serius dan berkelanjutan.84
Hal yang paling mendasari alasan maraknya aksi terorisme ini termotivasi
oleh ideologi ekstrimis yang bertentangan dengan kebebasan, toleransi, dan
modernisasi. Sehingga, kelompok ekstrimis tersebut menggunakan terorisme
sebagai alat untuk mencapai tujuan kelompok dengan menargetkan orang-orang
biasa untuk menghasilkan rasa takut untuk memaksa atau mengintimidasi
pemerintah atau masyarakat dalam mengejar tujuan-tujuan politik, agama, atau
ideologi. Sehingga, menghambat dan melemahkan kemajuan politik, ekonomi,
keamanan, dan stabilitas sistem internasional dan masa depan masyarakat sipil.85
Sebagai upaya dalam memerangi terorisme, Pemerintahan AS mengkaji
secara mendalam yang menjadi target dalam perang melawan terorisme tersebut.
Ideologi yang radikal telah melakukan perekrutan pejuang dari seluruh penjuru
dunia menjadi tantangan global saat ini. Beberapa upaya yang telah dilakukan AS
dalam upaya pemberantasan terorisme pasca 9/11 adalah penggulingan rezim
“Taliban” di Afghanistan tahun 2001 dan juga Invasi AS di Irak pada tahun 2003.
Kebijakan perang melawan terorisme dari pemerintah Amerika Serikat di
bawah Presiden, George W. Bush, secara umum tergambar dalam sejumlah
dokumen seperti The National Security Strategy of the United States of America
(2002), National Strategy for Homeland Security (2002), National Security
84Fawaz A. Gerges, The Rise and Fall of Al- Qaeda, 2011, (New York: Oxford University Press, Inc), hal. 71
Strategty to Combat Weapons of Mass Destruction (2002), dan National Strategy for Combating Tenorism (2003). Selain ketiga dokumen strategi tersebut, ada pula
sejumlah “Executive Order” dari Presiden, dan pidato-pidato Presiden George W.
Bush yang kemudian dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam perang
melawan terorisme.86
PBB sebagai organisasi dunia juga turut mengeluarkan resolusi Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) terkait tindakan terorisme,
diantaranya;87
1. Resolusi DK PBB Nomor 1333 tahun 2000 tanggal 19 Desember 2000 yang
ditunjukkan secara khusus untuk pencegahan suplai senjata atau kapal
terbang atau kelengkapan militer ke daerah Afganistan dan seruan kepada
seluruh anggota PBB untuk membekukan aset-aset Osama bin Laden.
2. Resolusi DK PBB Nomor 1368 tahun 2001 tanggal 12 September 2001
tentang pernyataan simpati PBB terhadap Korban Tragedi 11 September
2001 dan seruan kepada seluruh negara anggota PBB untuk melakukan
langkah - langkah untuk merespon serangan teroris tersebut.
Tahun 2001 adalah awal dimulainya Perang Global Melawan Terorisme. AS
melakukan penyerangan ke Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban atas
persetujuan Senat AS pada September 2001, dengan mempergunakan kekuatan
militer melawan kelompok Al- Qaeda dan Pemerintah Taliban yang diduga
86The President, “Establishing the Global War on Terrorism Medals”, Federal Register, Vol. 68, No. 50 (2003)