• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP AKS

1. Strategi Light Footprint atau Jejak Cahaya

Dilihat dari sumber kebijakan luar negeri yang didefenisikan oleh Rosenau, penulis melihat bahwa light footprint ini adalah keputusan yang ditetapkan karena di dorong oleh kondisi domestik yang tidak kondusif, akibat krisis moneter di masa

164Anak Agung Banyu Perwita, Yayan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 25

165Juliet Eilperin dan Kevin Sieff, Obama Commits US to intesified fight againts terrorists in

east Africa [database on-line], Internet: Diunduh pada 28 Juli 2015; Tersedia di

http://www.washingtonpost.com/politics/us-to-expand-support-in-kenya-somalia-for-

counterterrorism-operations/2015/07/25/b6f386f0-3210-11e5-97ae-30a30cca95d7_story.html 166Lihat tabel IV. A. 1

167David Rohde, The Obama Doctrine: How the President ‘s Drone War is Backfiring [database on-line], Internet: Diunduh pada 28 Juli 2015; Tersedia di http://foreignpolicy.com/2012/02/27/the-obama-doctrine/

transisi (aspek societal) AS. Presiden Obama yang dilantik pada tahun 2009 menerima tanggung jawab untuk pemulihan krisis tersebut.168 Permasalahan ini mengharuskan Obama lebih memfokuskan arah kebijakannya dalam ruang lingkup internal. Terlepas dari itu, AS sebagai negara kontraterorisme akhirnya menggunakan strategi light footprint sebagai alternatif dalam memerangi terorisme guna menghemat anggaran akibat krisis yang terjadi.169

Light Footprint atau jejak cahaya merupakan strategi militer AS yang telah diaplikasikan dalam operasi militer pada konflik Irak dan Afghanistan.170 Hal yang sama juga dilakukan di Somalia, Al- Shaabab sebagai kelompok teroris yang telah disetarakan dengan Al- Qaeda menjadi target militer AS. Strategi militer jejak cahaya ini ditandai dengan penggunaan pesawat tak berawak (drones) dan mengurangi jumlah pasukan yang terjun di daerah lawan.171 Dengan kata lain, AS membatasi ruang lingkup keterlibatannya dan hanya mengirimkan logistik, inteligen serta dukungan udara, bukan secara fisik melakukan pertempuran.172

Dalam implementasinya, terdapat beberapa perdebatan terkait penggunaan

drones sebagai senjata utama AS dalam menghadapi terorisme. Pertama, terkait bahaya penggunaan drones. Kedua, terkait legalitas penggunaan drones dalam

168International Monetary Fund, World Economic Outlook: Crisis and Recovery (Washington, DC: International Monetary Fund, 2009), hal. 3

169Major Fernando M. Lujan, Light Footprints voices The Future of American Military

Intervention, (USA: Voice From the Field, Center for a New American Security,2013), hal. 8 170Ibid, hal. 5

171Julia Knight, Thoughts on the Light Footprint Strategy, Foreign Policy Association, 17 Desember 2012

172Philip Attuquayefio, “Drones, The US And The New Wars In Africa”, Journal Of

hukum internasional.173 Drones adalah produk teknologi yang canggih dan dapat berakibat buruk sebagaimana senjata pemusnah massal, sehingga diperlukan aturan tertentu yang mengatur masalah penggunaannya. Penggunaan drones terhadap negara lain dapat mengancam masyarakat sipil, namun ketiadaan hukum internasional yang mengatur penggunaan drones masih memberikan keleluasaan bagi AS untuk menggunakannya.174

Drones telah dikembangkan oleh AS sejak tahun 1990 untuk kepentingan militer. Akan tetapi, tragedi 9/11 mengubah penggunaan drones menjadi senjata dalam war on terrorism.175 George W. Bush adalah Presiden AS pertama yang menggunakan drones sebagai senjata. Pada periode pemerintahan Bush tahun 2004 hingga 2008, penggunaan drones mencapai 44 kali. Berbeda halnya dengan periode Pemerintahan Obama, terhitung dari tahun 2009 hingga 2014 telah menggunakan senjata drones sebanyak 239 kali atau hampir lima kali lipat dari Bush.176

Selain drones, AS juga menempatkan CIA sebagai mitra penting dalam memerangi terorisme. Situasi Somalia yang masih lemah menjadi jalan yang mudah bagi CIA untuk mengumpulkan informasi inteligen dalam upaya memerangi terorisme. Keterlibatan CIA dalam kasus terorisme erat kaitannya dengan tugas CIA sebagai salah satu lembaga perlindungan AS.177

173Witny Tanod, Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Kekuatan Bersenjata Dengan

Menggunakan Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Drones) Dalam Hukum Internasional, Lex Crimen,

Vol.II. No.1. Jan-Mrt 2013 174Ibid

175David Rohde, The Obama Doctrine: How the President ‘s Drone War is Backfiring, The Magazine; diunduh 25 Agustus 2015; Tersedia di http://foreignpolicy.com/2012/02/27/the-obama- doctrine/

176Ibid

177CIA, Vision, Mission, Ethos 7 Challenges [database on-line], Internet; Diunduh pada 5 Juni 205; Tersedia di https://www.cia.gov/about-cia/cia-vision-mission-values

a. Penggunaan Pesawat Tak Berawak (Drones Strike)

Penggunaan drones dalam memerangi Al- Shaabab di Somalia merupakan salah satu keberhasilan Obama melalui pendekatan light footprint. Pertama, dengan adanya drones maka AS dapat mengurangi jumlah pasukan militernya dari daerah konflik. Hal ini diharapkan dapat mengurangi resiko korban jiwa pasukan AS di Somalia.178 Kedua, drones AS telah berhasil menewaskan beberapa tokoh penting Al- Shaabab, termasuk pemimpin utamanya, yaitu Ahmed Godane pada 1 September 2014.179 Hal ini berdampak pada melemahnya kepemimpinan Al- Shaabab di Somalia.180

Terhitung dari tahun 2012 - 2014, African Centre for the Study and Research on Terrorism (ACSRT) menyebutkan beberapa Pemimpin Al- Shaabab yang tewas dalam serangan drones AS, diantaranya:181

1. Januari 2012, Bilal Al- Berjawi, seorang deputi senior untuk Fazul Abdullah Mohammed (Pemimpin senior Al- Qaeda di Afrika Timur). 2. 29 Oktober 2013, Ibrahim Ali Abdi alias Anta Anta, pelatih master operasi

pembuatan bom dan ahli bunuh diri tewas dalam serangan drone predator di Somalia.

178Julia Knight, Thoughts on the Light Footprint Strategy, Foreign Policy Association, 17 Desember 2012

179Emanuel Boussios, Changing The Rules of War: The Controversies Surrounding the

United States’ Expanded Use of Drones, JTR , Volume 6, Issue 1-Januari 2015, Hal. 44 180Ibid

181African Union, Incident Preliminary Analysis: Top Al- Shaabab Figure Killed in Airstrike,

3. 26 Januari 2014, Ahmed Mohammad Awey, seorang komandan senior Al- Shaabab,

4. 27 Januari 2014, Sahal Iskuduq, seorang komandan senior dan anggota senior Amniyat.182

Keberhasilan AS dalam menargetkan Pemimpin Al- Shaabab tentu mempengaruhi kapasitas operasional Al- Shaabab dikarenakan kehilangan figur yang berpengalaman dan berpengetahuan dalam perang gerilya. Drones AS menjadi senjata ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup Al- Shaabab. 183 Dibalik keberhasilan tersebut, penggunaan drones juga berdampak buruk bagi masyarakat sipil. Drones AS terkait kepentingan nasional melawan terorisme telah menewaskan masyarakat sipil. Biro Jurnalisme Investigasi AS melaporkan bahwa sejak tahun 2007 hingga tahun 2012, drones AS yang digunakan di Somalia telah mengakibatkan kematian 58-169 individu per September 2012, diantaranya 11-57 orang adalah masyarakat sipil.184

Namun demikian, Pemerintah Transisi Federal Somalia telah menyuarakan dukungan terhadap penggunaan drone AS di Somalia. Di dalam wawancara yang dilakukan oleh Wall Street Journal, Perdana Menteri Abdiweli Mohamed Ali

182Amniyat adalah badan inteligen Al- Shaabab yang bertugas untuk melakukan pembunuhan, perencanaan dan pelaksanaan misi bom bunuh diri. Dikutip dari Strategic Intelligence Service Counter Terrorism and National Security Intelligence, “Al- Shaabab Amniyat Divison Masterminds of Terror Attacks” [database on-line], Internet; Diunduh pada 5 Juli 2015; Tersedia di http://www.intelligencebriefs.com/kenya-to-launch-special-anti-terror-phone-and-internet-tap- plan-against-al-shabaab-amniyat-division/

183African Union, Incident Preliminary Analysis: Top Al- Shaabab Figure Killed in Airstrike,

ACSRT/Incident-Preliminary-Analysis-003-2015, Februari 2015, hal 2

184Center for Civilian in Conflict, 2012, The Civilian Impact of Drones: Unexamined Costs,

Unanswered Questions (USA: Center for Civilians in Conflict (formerly CIVIC) and Human Rights

mengatakan bahwa ia tidak keberatan dengan serangan pesawat tak berawak AS selama ada koordinasi dengan Pemerintah Somalia.185 Kemudian dilanjutkan oleh Omar Jamal, perwakilan tetap Somalia untuk PBB, mengatakan bahwa Pemerintah Somalia berkoordinasi dengan NATO, AS, dan Inggris, telah diinformasikan terkait penggunaan pesawat tak berawak, dan mereka menyetujui dengan mengupayakan kondisi untuk menghindari korban sipil.186

Melalui wawancara dengan Abdi Dirshe, Sekretaris Permanen Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Somalia, dia berkata bahwa:

The Somali government has offered amnesty to all Al-Shabab members and its leadership if they renounce violence. Godane decided to continue waging extreme violence against the people of Somalia.187

Pemerintah Somalia telah menawarkan amnesti kepada para anggota dan pemimpin Al- Shaabab untuk menghentikan tindakan kekerasan. Godane memutuskan untuk melanjutkan dan melancarkan serangan kekerasan terhadap warga Somalia. (Terjemahan penulis)

Dari hasil wawancara tersebut, dapat dikatakan bahwa AS dan pemerintah Somalia telah berupaya untuk menyelesaikan konflik damai dengan Al- Shaabab. Namun, Godane teguh pendirian untuk melawan, dan akhirnya tewas melalui serangan drones AS. Penulis melihat bahwa AS dan Somalia akan terus

185Ibid, hal. 18. Dikutip dari Julian E. Barnes, “US Expands Drone Flights to Take Aim at

East Africa,” The Wall Street Journal, September 21, 2011.

186Ibid, hal. 18. Dikutip dari Press Conference: Omar Jamal, April 4, 2012, http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/04/press-conference-omarjamal-somalia.html (at 10:49); see also “Mr. Omar Jamal (Somalia) on the outcome of London Conference,” Press Conference, April 3, 2012, http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/04/press-conference-mr- omar-jamal-somalia-on-the-outcome-oflondon-conference.html (at 12:50).

mengupayakan perdamaian dengan pihak Al- Shaabab. Kematian Godane diharapkan dapat mewujudkan penyelesaian damai dengan melakukan dialog.188

Strategi light footprint yang awalnya sebagai alternatif untuk menyerang pasukan Al- Shaabab telah berkembang menjadi kebijakan prioritas utama AS dalam memerangi terorisme di Somalia. Kematian Pemimpin utama Al- Shaabab dan beberapa petinggi lainnya dalam serangan pesawat tak berawak AS telah melemahkan kelompok ini. Meskipun demikian, AS tetap waspada akan keberlanjutan dari kelompok yang berafiliasi dengan Al- Qaeda tersebut. Bahkan,

Presiden Obama dalam pidatonya masih sering menyerukan: “Let’s kill the people who trying to kill us.”189 Pernyataan tersebut sebagai bentuk kekhawatiran AS terhadap kondisi perkembangan Al- Shaabab di tahun mendatang.

b. Pengumpulan Informasi Intelijen

Spy atau mata-mata sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan yang dicapai oleh musuh. Central Intelligence Agency (CIA) adalah lembaga inteligen AS yang turut terlibat dalam mengawasi kelompok Al- Shaabab.190 Keterlibatan CIA di Somalia berhubungan dengan kebijakan kontraterorisme sebagai keberlanjutan dari tragedi 9/11 tahun 2001.

188Lihat wawancara lampiran II, pertanyaan nomer 6.

189Scott Shane, Drone Strikes Reveals Uncomfortable Truth: U.S is Often Unsure About Who

Will Die,23 April 2015 [databae on-line], Internet; Diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di http://www.nytimes.com/2015/04/24/world/asia/drone-strikes-reveal-uncomfortable-truth-us-is- often-unsure-about-who-will-die.html?_r=0

190CIA adalah agen rahasia sebagai pusat informasi , wawasan, bertindak secara konsisten memberikan keuntungan taktis dan strategis bagi Amerika Serikat. Dikutip dari website CIA; Tersedia di https://www.cia.gov/about-cia/cia-vision-mission-values

Kehadiran CIA di Somalia sebagai upaya kontraterorisme bukan untuk melakukan operasi langsung terhadap Al- Shaabab, melainkan hanya menyarankan dan melatih agen Somalia.191 Para agen tersebut menyebar di seluruh wilayah Somalia secara rahasia, bertugas untuk mencari informasi keberadaan Al- Shaabab. Uniknya, inteligen Somalia tidak digaji Pemerintah Somalia, melainkan oleh Pemerintah AS senilai $200 perbulan.192 Hal ini dikarenakan kekuatan Pemerintah Federal Somalia yang masih tergolong lemah mengharuskan AS untuk mengambil alih peran tersebut.

Saat ini CIA memiliki dua basis di Mogadishu, yaitu di daerah bandara yang

disebut “Pink House” dan diawasi ketat oleh inteligen Somalia dan penjara rahasia

bawah tanah yang dijadikan sebagai Markas National Security Army (NSA) Somalia.193 Keberadaan kedua markas tersebut telah dikonfirmasi kebenarannya oleh The Nation, adapun sumber yang memberikan informasi diantaranya pejabat senior intelijen Somalia; anggota senior Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG); mantan tahanan yang ditahan di penjara bawah tanah; dan beberapa analis Somalia dan para pemimpin milisi, yang mana beberapa diantaranya telah bekerja dengan agen AS, termasuk dari CIA.194

Sejauh ini, CIA terlihat berjalan sendiri dalam memperkuat agen Somalia. AS tidak bekerjasama dengan Pemerintah dalam hal inteligen karena krisis

191Jeremy Scahill, The CIA’s Secret Sites in Somalia, The Nation; 10 Desember 2014 [database on-line]; Internet; Tersedia di http://www.thenation.com/article/cias-secret-sites-somalia/

192Ibid

193Jeffrey Gettleman, Mark Mazzetti, dan Eric Cshmitt, US Relies on Contractors in Somalia

Conflict, The New York Times, 10 Agustus 2011

194Jeremy Scahill, The CIA’s Secret Sites in Somalia, The Nation; 10 Desember 2014 [database on-line]; Internet; Tersedia di http://www.thenation.com/article/cias-secret-sites-somalia/

kepercayaan oleh AS terhadap TFG yang dinilai masih sangat korup dan tidak dapat dipercaya.195

Data-data yang diperoleh dari berbagai sumber di atas dapat diketahui bahwa CIA adalah perpanjangan tangan AS di Somalia yang berfungsi sebagai pusat informasi dan pengawasan terhadap aksi terorisme Al- Shaabab. Kerjasama yang dijalin oleh CIA dengan inteligen Somalia menjadi suatu upaya AS untuk meningkatkan kinerja inteligen Somalia. Yang menjadi hambatan adalah kinerja inteligen Somalia yang masih terpisah dari Pemerintah TFG akibat ketidakpercayaan AS terhadap Pemerintah Somalia.

2. Dukungan Amerika Serikat Terhadap Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG) dan Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM)

Isu terorisme yang berkembang pasca tragedi 9/11 menjadi prioritas kebijakan luar negeri AS. Terorisme Al- Qaeda dan afiliasinya menjadi target utama AS dalam Perang melawan Terorisme. Al- Shaabab sebagai afiliasi Al- Qaeda di Somalia turut menjadi target serangan AS. Sehubungan dengan hal tersebut, AS memberikan dukungan penuh terhadap Pemerintah Transisi Somalia dan AMISOM sebagai misi regional Uni Afrika di Somalia.

Sesuai dengan input kebijakan luar negeri Rosenau, dukungan AS terhadap TFG lebih kepada pembentukan aliansi, sedangkan dukungan terhadap AMISOM berhubungan dengan great power structure.

195Jeffrey Gettleman, Mark Mazzetti, dan Eric Cshmitt, US Relies on Contractors in Somalia Conflict, The New York Times, 10 Agustus 2011

a. Pemerintah Federal Transisi Somalia (TFG)

Setelah mengalami hubungan yang fakum selama 22 tahun, akhirnya AS memberikan pengakuan secara resmi kepada Pemerintahan Federal Transisi Somalia pada pada 17 Januari 2013.196 Pemerintah Somalia telah berhasil melakukan transisi politik pada tahun 2012 dengan terpilihnya Hassan Sheikh Mohamud sebagai Presiden.197 Kemajuan politik Somalia menjadi awal hubungan yang baik antara AS- Somalia.

Namun, keberadaan Al- Shaabab di Somalia adalah tantangan terberat TFG dalam mengupayakan kestabilan wilayah. Kelompok Al- Shaabab adalah gerakan separatis yang berkembang menjadi gerakan terorisme internasional dan telah berafiliasi dengan Al- Qaeda di tahun 2012,198 menjadi alasan priotitas AS di Somalia.

Sebagai langkah peningkatan hubungan dengan TFG, beberapa upaya yang dilakukan AS dalam menghadapi permasalahan di Somalia, antara lain:199

1. Memberikan bantuan kemanusiaan di Somalia untuk masalah kekeringan, kelaparan dan pengungsi.

196Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013 [Database On-line] Internet; Diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm

197BBC, Somali Election: Hassan Sheikh Elected as Presiden [BBC News: 11 Sepetember 2012]; Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-africa- 19540325

198\Holly Yan, What is Al-Shaabab, and what does it want? [Database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Maret 2015; Tersedia di http://edition.cnn.com/2015/04/02/world/africa/al- shabaab-explainer/

199Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013 [Database On-line] Internet; Diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm

2. Peningkatan hubungan ekonomi melalui ekspor dan impor antara kedua negara.

3. Somalia telah terdaftar sebagai anggota dalam beberapa organisasi internasional, termasuk PBB, IMF, dan Bank Dunia.

4. AS melakukan dialog rutin dengan para pejabat Somalia dan pemangku kepentingan lainnya di Somalia melalui Kedutaan Besar AS di Kenya, yang juga menangani cakupan konsuler untuk Somalia.

Selain itu, AS juga berkomitmen untuk mengembangkan pasukan keamanan Somalia yang mandiri. Kegiatan tersebut diwujudkan melalui pelatihan militer oleh AS terhadap Tentara Nasional Somalia.200 Wendy R. Sherman, wakil menteri urusan politik AS di dalam pidatonya mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan dana lebih dari $ 170 juta untuk merekrut dan melatih kekuatan militer yang diperuntukkan dalam melindungi lembaga dan warga negara. Kekuatan tersebut beroperasi dibawah kontrol sipil, dan menghormati hak asasi manusia, serta hukum internasional.201

Kampanye melawan al-Shabaab merupakan bagian penting dari perjuangan Somalia untuk mencapai kestabilan. Kebijakan AS dalam mendukung upaya kestabilan dan keamanan TFG dipandang sebagai awal pembentukan aliansi AS- Somalia. Sistem internasional yang multipower mendorong negara-negara great power untuk menjalin aliansi sebagi mitra jangka panjang.

200Lihat lampiran 1, wawancara David Shinn.

201Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014[Naskah Pidato]; Internet, diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm

b. Misi Perdamaian Uni Afrika di Somalia (AMISOM)

Selain dukungan terhadap TFG, AS juga turut berkontribusi dalam mewujudkan misi Uni Afrika di Somalia. AMISOM adalah misi penjaga perdamaian regional yang dioperasikan oleh Uni Afrika dengan persetujuan PBB.202 Sebagai misi regional, AMISOM merupakan hasil dari kontribusi pasukan negara-negara Uni Afrika yang siap dikirimkan ke Somalia. Berikut ini adalah jumlah pasukan dari setiap negara yang tergabung dalam AMISOM:

Tabel IV.A.1. Negara-Negara Pendonor Pasukan AMISOM

No TCCs Commencement Number of Troops

1 Burundi December, 2007 5,432 2 Djibouti December, 2011 960 3 Kenya February, 2012 4,652 4 Sierra Leone April, 2012 850 5 Uganda March, 2007 6,223

Sumber: Africa Series (2014)203

AS sebagai negara great power turut memberikan dukungan terhadap AMISOM. Sebagai bentuk dukungan, Pemerintah AS telah menyediakan peralatan dan pelatihan untuk negara-negara pendonor pasukan di dalam AMISOM. Peralatan tersebut diberikan secara langsung kepada negara-negara yang berkontribusi pasukan dan diawasi oleh Departemen Luar Negeri.204 Sejak pengoperasiannya awal tahun 2007, AS telah memberikan dana bantuan sebesar $ 512.000.000 kepada AMISOM.205

202AMISOM, AMISOM Background [Database on-line]; Internet, diunduh 10 Juli 2015; Tersedia di http://amisom-au.org/amisom-background/

203Daniel E. Agbiboa, Davies Paper Memorial Institute of International Studies, Africa Series, No. 3, Maret 2014, hal. 3

204Wendy R. Sherman, U.S Foreign Policy in Somalia, 3 Juni 2014[Naskah Pidato]; Internet, diunduh pada 10 Juni 2015; Tersedia di http://www.state.gov/p/us/rm/2014/227079.htm

Dukungan dan kontribusi terhadap AMISOM adalah upaya AS dalam menjaga eksistensinya di lingkungan internasional. Kehadiran kekuatan-kekuatan baru, muncul dan berupaya mengimbangi kekuatan AS merupakan bukti perubahan sistem internasional yang multipolar.206 Beberapa aktor baru di Afrika, seperti China, Uni Eropa menjadi tantangan tersendiri bagi AS di wilayah Afrika Timur. Perang Melawan Terorisme adalah kebijakan sekaligus alat yang digunakan AS untuk lebih spesifik terlibat dalam kasus di Somalia.

3. Pemberian Bantuan Melalui United States Agency International Development (USAID)

Keterlibatan AS dalam situasi Somalia yang tidak stabil, dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, berhubungan dengan peningkatan hubungan AS-Somalia; Kedua, terkait krisis kemanusiaan dan pemerintahan, dan; Ketiga, isu terorisme yang telah berkembang dan menjadi ancaman terhadap Somalia. Ketiga faktor ini sesuai dengan sumber kebijakan luar negeri yang didefenisikan oleh Rosenau, yaitu

systemic sources yang menjadi foreign policy inputs meliputi isu area dan krisis.

USAID merupakan organisasi bantuan asing pertama yang menekankan bantuannya pada bantuan jangka panjang dan gerakan sosial. Bantuan-bantuannya ini terbebas dari unsur politik dan militer sehingga bisa secara langsung memberikan bantuannya kepada negara-negara berkembang di dunia.207 Tujuan

206Julian Culp dan Johannes Plagemann, Hoorai for Global Justice? Emerging Democracies in a Multipolar World, GIGA Research Programme: Power, Norms, and Governance in International Relations, No. 242, December 2013, hal. 8

207USAID, Energy Sector Governance Strengthened, 497-013 [Database On-line]; Internet, diunduh pada 10 Agustus 2015; Tersedia di http://www.usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497- 013.html

dari didirikannya USAID sendiri yaitu untuk memberikan bantuan yang benar- benar dibutuhkan oleh negara-negara didunia dan membantu negara-negara didunia dalam mempertahankan kemerdekaan mereka.208

AS mengeluarkan berbagai kebijakan di Somalia guna mempromosikan stabilitas politik dan ekonomi, mencegah penggunaan Somalia sebagai surga bagi terorisme internasional, dan meringankan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh konflik berkepanjangan, kekeringan, kemiskinan, dan tata kelola yang buruk.209 Ditambah dengan komitmen AS untuk membantu pemerintah Somalia dalam memperkuat lembaga-lembaga demokrasi, meningkatkan stabilitas dan keamanan, dan memberikan hasil untuk rakyat Somalia.210

Sebagaiaman dijelaskan diatas, AS melalui USAID adalah lembaga bantuan yang berupaya untuk membangun negara dari keterpurukan yang diakibatkan oleh krisis kemanusiaan maupun ancaman terorisme. Kesungguhan USAID dalam membantu permasalahan Somalia terlihat jelas dari diagram dibawah ini:

208Ibid

209Hassan Mahadallah, US-Somalia Relation: Some Complicating Factors [database on-line]; Internet, diunduh pada 10 Juli 2015; Tersedia di http://somalitalk.com/2007/mahadallah/index.html 210Bureau of African State, US-Somalia Relation, 2013; Tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2863.htm

Gambar IV.A.1. Presentase Bantuan bilateral dan multilateral tahun 2007-2011

Sumber: Global Humanitarian Assistance

Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa AS telah lama mengirimkan bantuan luar negerinya ke Somalia. Terhitung dari tahun 2007 sampai 2011, USAID telah memberikan dana bantuan sebesar $862,8 juta. Bantuan Pembangunan tersebut diperuntukkan untuk AS mendukung pembentukan Pemerintahan Nasional pasca-transisi yang mendorong Somalia untuk bersatu dalam jangka panjang.211

Bantuan AS terhadap Somalia kembali meningkat pasca pengakuannya terhadap Pemerintahan Hassan Sheikh Ahmed tahun 2012 silam. Wendy Sherman (2014), dalam pidatonya, menyampaikan bahwa AS telah memberikan dana lebih dari $315 juta bantuan bilateral. Kontribusi dana tersebut dirancang untuk memperkuat sektor publik dan swasta, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan akses ke teknologi modern, dan memperbaiki iklim untuk industri kunci seperti

Dokumen terkait