• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Natrium Lauril Sulfat

Natrium lauril sulfat (NLS) adalah campuran dari natrium alkil sulfat, natrium dodesil sulfat, C12H25SO4- Na+, sangat larut dalam air pada suhu kamar dan digunakan dalam farmasi sebagai pembersih kulit sebelum operasi, yang memiliki sifat bakteriostatik terhadap bakteri Gram-positif bakteri dan juga dugunakan pada shampoo. NLS juga merupakan komponen dari emulsifying wax (Attwood et al., 2012).

Natrium Lauril Sulfat termasuk kedalam golongan surfaktan anionik. Natrium Lauril Sulfat (NLS) memiliki panjang rantai karbon 12 dan merupakan salah satu surfaktan yang paling umum. Surfaktan ini kurang ditoleransi oleh kulit. Ketika panjang rantai meningkat, yakni di kisaran C14- C18, penetrasi surfaktan melalui stratum korneum menurun seiring dengan potensi iritasi dan kapasitas busa yang menurun. Rantai dengan jumlah karbon yang lebih rendah dari 12 ditoleransi lebih baik oleh kulit daripada SLS tetapi menunjukkan bau yang lebih menonjol. Kombinasi dengan surfaktan lain dapat meningkatkan kompatibilitas NLS terhadap kulit sekaligus menghasilkan busa yang lebih baik. Lauril sulfat tersedia dalam bentuk berbagai garam: SLS, amonium lauril sulfat (ALS), magnesium lauril sulfat [Mg (LS) 2], dan trietanolamin lauril sulfat (teals). Toleransi lauril sulfat terhadap kulit berturut-turut sebagai berikut: Mg (LS) 2> teals> NLS> ALS (Paye et al., 2006).

2.6 Bentonit

Tanah yang digunakan dalam formulasi sabun untuk menyucikan

najis mughalladzah pada penelitian ini adalah bentonit. Menurut Husnain

(2010), tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat dan dari bahan-bahan organik yang melapuk

(Anggraeni, 2014). Berdasarkan zahir hadis, hukum menyamak dengan tanah

pada tempat yang terkena najis mughalladzah, Nabi Muhammad SAW tidak memperincikan bentuk dan keadaan tanah yang boleh digunakan untuk menyucikan najis mughalladzah. Ini seolah-olah menunjukkan semua jenis tanah yang ada di atas muka bumi ini boleh digunakan untuk

menyamak. Imam Al-Sharbini menyebutkan semua jenis tanah sekalipun debu pasir (Mughni al-Muhtaj, Juzu’ 1, Hlm 137). Tanah yang dicampur dengan benda asing tidaklah menjadi halangan selama ia tidak mengubah keaslian tanah dan suci. Sedangkan dari aspek tanah yang digunakan, Rasulullah SAW tidak pernah menyatakan lapisan tanah yang ke berapa perlu digunakan, karena pada asasnya tanah atau pasir adalah suci (Fatwa Malaysia, 2006).

Bentonit adalah koloid aluminium silikat terhidrasi terutama terdiri dari montmorilonite (Al2O3.4SiO2.H2O), mungkin juga mengandung kalsium,

magnesium dan besi. Bentonit berupa kristal, mineral seperti clay, tidak

berbau, kuning pucat hingga krem keabu-abuan, berbentuk bubuk halus yang bebas dari gift. Terdiri dari partikel sekitar 1-2 mm. Dalam bidang farmasi, bentonit biasanya digunakan untuk memformulasi suspensi, gel dan sol. Selain itu juga digunakan untuk mensuspensikan serbuk dalam sediaan cair dan mempersiapkan basis krim yang mengandung agen pengemusi minyak

dalam air (Rowe et al., 2009).

Bentonit merupakan jenis tanah liat dengan proporsi mineral montmorillonit mineral tanah liat yang tinggi, yang dihasilkan dari dekomposisi abu vulkanik. Dengan plastisitas tinggi, bentonit sangat

menyerap air dan memiliki susut tinggi dan swelling charateristics (Asad et

al., 2013).

2.7 Sifat Fisika Kimia Sabun

Secara umum, sifat fisik dalam sabun terdiri dari kekerasan, stabilitas busa, bilangan titer, mudah dibilas (Girgis, 1998), tegangan permukaan, tegangan antar muka dan stabilitas emulsi (Bird, 1998). Sedangkan sifat kimia pada sabun umumnya berupa pH, kadar air, jumlah asam lemak total, alkali bebas, asam lemak bebas dan minyak mineral (Girgis, 1998 dalam Anggraeni, 2014).

a. Kekerasan

Kekerasan menggambarkan ketahanan terhadap kerusakan mekanis. Bila sabun terlalu lunak, maka akan sukar untuk ditekan pada proses

finishing (Barel et al., 2009). Kekerasan sabun dipengaruhi oleh asam lemak jenuh yang digunakan pada pembuatan sabun. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap, tetapi memiliki titik cair yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu ruang,

sehingga akan menghasilkan sabun yang lebih keras (Gusviputri et al., 2013).

b. pH

Sabun pada umumnya mempunyai pH sekitar 10 (Mitsui, 1997). Sabun yang baik memiliki pH yang tidak jauh dari pH normal kulit yaitu (5,5-6,5) sampai pH netral (7). Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa pH merupakan parameter yang sangat penting dalam suatu produk kosmetik karena pH dari kosmetik yang dipakai mempengaruhi daya absorbsi kulit. Kosmetik dengan pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat

meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit menjadi teriritasi (Ayu et al.,

2010).

c. Busa

Busa adalah suatu dispersi koloid dimana gas terdispersi dalam fase kontinyu yang berupa cairan (Schramn, 2005). Busa merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan mutu sabun mandi. Pada peng- gunaannya, busa berperan dalam proses pembersihan dan melimpahkan wangi sabun pada kulit. Adanya senyawa tidak jenuh (asam lemak tidak jenuh) dalam campuran minyak, tidak akan menstabilkan busa (Gromophone,

1983 dalam Hernani et al., 2010).

d. Kadar Air

Menurut Spitz (1996), banyaknya air yang ditambahkan pada sabun akan berpengaruh terhadap kelarutan sabun. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut pada

saat digunakan (Hernani et al., 2010). Prinsip dari pengujian kadar air dalam

sabun adalah pengukuran kekurangan berat setelah pengeringan pada suhu

e. Jumlah Asam Lemak

Jumlah asam lemak adalah keseluruhan asam lemak baik asam lemak yang terikat dengan natrium maupun asam lemak bebas ditambah lemak netral (trigliserida netral/ lemak yang tidak tersabunkan). Untuk sabun yang mengandung banyak zat organik seperti silikat dan titandioksida dipergunakan cara ekstraksi dengan dietil eter atau petroleum eter (SNI, 1994).

f. Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada dalam contoh sabun, tetapi yang tidak terikat sebagai senyawa natrium maupun senyawa trigliserida (lemak netral). Adanya asam lemak bebas dapat diperiksa apabila pada pengujian alkali bebas ternyata tidak terjadi warna merah dari indikator phenolphtalein setelah pendidihan dalam alkohol netral. Asam lemak bebas yang melarut dalam alkohol netral selanjutnya dititrasi dengan KOH alkoholis (SNI, 1994).

g. Minyak Mineral

Minyak mineral tidak mungkin dapat disabunkan seperti halnya asam lemak bebas dan lemak netral, sehingga meskipun sudah disabunkan dengan KOH berlebihan akan tetap sebagai minyak dan pada penambahan air akan terjadi emulsi antara air dan minyak yang ditandai adanya kekeruhan (SNI, 1994).

Dokumen terkait