• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN UMUM WASIAT

D. Di Negara Islam

Hukum keluarga Islam selama berabad-abad diakui sebagai landasan utama bagi pembentukan masyarakat (umat) Islam. Selain itu, kajian terhadap hukum keluarga Islam tetap penting dan terus berkembang juga karena dari persoalan-persoalan inilah selalu muncul perdebatan antara kekuatan konservatif dengan kekuatan-kekuatan progresif di dunia Islam. Oleh karena itu, mengkaji perkembangan hukum Islam di dunia Islam perlu dilaksanakan.11

Kebaradaan wasiat wajibah dalam sistem hukum keluarga Islam terutama bila dihubungkan dengan hukum kewarisan memiliki kedudukan sangat penting terutama dalam menjaga dan menjamin kesejahteraan keluarga bahkan masyarakat. Sehubung dengan arti pentingnya wasiat dalam hukum keluarga islam dan tengah-tengah hukum muslim sehingga mudah dimengerti jika ada beberapa negara Islam yang memasukan dictum wasiat wajibah dalam undang-undang kewarisan.12

11

M. Atho Mudzar dan Khairudin Nasution, Hukum keluarga di Dunia Islam Modern, Cet I, (Jakarta : Ciputat Press, 2003), h. 164

12

sarie, Wasiat Sebagai Bentuk Penerobosan Kewarisan Ahli Waris Non Muslim, (Semarang: Universitas Diponorogo, 2005), h. 36-37

1. Kuwait

Perundang-undangan yang sangat penting berhubungan dengan warisan adalah hukum Wasiat Wajibah (Law on Obligatory Bequest/ Qanun Wasiyyah al-Wajibah) tahun 1971, yang diundangkan tanggal 4 April 1971. Perundang-undangan ini dapat membeikan manfaat bagi cucu yang orang tuanya meninggal (descendant of the predeceased children of deceased persons) dimana menurut aturan ini cucu tersebut berhak mendapat bagian.13

Istilah Wasiat Wajibah dipergunakan pertama kali di Mesir melalui Hukum Waris 1946 guna menegakan keadilan dan membantu cucu yatim. Hukum Wasiat Wajibah Kuwait 1971 dibuat secara sederhana yang hanya memuat empat pasal. Ketentuan ini meskipun menderivasi dari UU Mesir, tentang “wasiat”, yaitu menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 180 menururt mufassir dan fruqaha tradisional terhadap ayat ini wasiat hanya diberikan kepada orang tua dan kerabat dekat.14

Sebagaimana disebutkan sebelumnya penduduk kuwait memeluk tiga mazhab fiqh, yaitu Maliki, Hambali, dan minoritas Syi’ah.15

Pemedapat mereka semua beragam, akan tetapi pendapat yang lebih tegas berasal dari kalangan

13

Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 165-166

14

Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 168-169

15

mazhab Zahiri “Wajib bagi setiap Muslim berwasiat kepada keluarga dekat yang tidak mendapatkan warisan.16

a. Butir Undang-Undang Wasiat Wajibah Tahun 1977

1) Bila seorang meninggal dunia (kakek/nenek) tidak berwasiat kepada cucunya dari anak-anaknya yang meninggal sebelumnya atau anak yang meninggal bersama dengan kakek, bagian (warisan) ayah dari harta yang ditinggalkan kakek saat meninggal akan berpindah kepada anaknya (cucu) sebagai harta wasiat yang harus diberikan kepadanya tapi tidak boleh melebihi sepertiga jumlah harta yang boleh diwasiatkan. Cucu tersebut tersebut tidak termasuk ahli waris kakek yang meninggal yang tidak memberinya dengan cara lain. Tanpa pertimbangan lain, itulah hak yang harus diberikan kepadanya. Wasiat itu menjadi hak keturunan generasi pertama dari anak anak perempuan orang yang meninggal. Akan tetapi wasiat itu menjadi hak garis keturunan laki-laki kebawah yang akan menghalangi keturunannya sendiri, tapi bukan keturunan garis lain (garis perempuan). Bagian anak laki-laki dari orang yang meninggalkan dibagi diantara anak-anak (cucu)-nya kebawah sesuai prinsip kewarisan yang seakan-akan hubungan itu melalui orang yang dihubungkan kepada orang

16

yang meninggal setelah dia dan kematiannya terjadi pada saat generasi itu masih memiliki hubungan dengannya.17

2) Jika orang yang meninggal berwasiat kepada cucu yangb melebihi harta yang harus diwasiatkan, pengaruhnya dianggap sebagai wasiat biasa dan jika dia berwasiat kurang dari batas itu, kewajiban memenuhi wasiat itu sebatas memenuhi haknya. Jika wasiat itu (mesti) diberikan kepada beberapa orang akan tetapi si mati hanya berwasiat untuk beberapa orang diantaranya, tidak kepada yang lainnya, maka wasiat itu harus juga diberikan kepada mereka (yang tidak diberi wasiat) sesuai haknya. Orang-orang yang tidak diberi wasiat wajibah dan juga orang-orang yang diberi wasiat wajibah kurang dari jumlah itu akan mengambil haknya dari sisa sepertiga harta yang boleh diwasiatkan. Jika sisa harta itu tidak c ukup, maka wasiat yang diberikan itu menjadi optimal.18

3) Wasiat wajibah lebih diutamakan dari pada wasiat biasa (optimal). Jika si mati tidak brwasiat kepada cucu yang seharusnya mendapatkan wasiat wajibah, tapi justru berwasiat kepada yang lain, maka cucu-cucu itu akan mengambil haknya dari sisa sepertiga harta yang diwasiatkan (jika masih ada sisa) atau mengambil harta yang diwasiatkan kepada orang lain itu. 19

17

Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 172

18

Mudzhar dan Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 172-173

19

2. Maroko

Prinsip wasiat wajibah yang diadopsi oleh tunisia dari hukum wasiat Mesir (1946) juga diberlakukan di Maroko dengan beberapa perubahan. Maroko merupakan negara keempat atau terakhir setelah Mesir, Syiria, dan Tunisia yang mengadopsi aturan ini demi menjamin cucu yatim. Menurut Undang-undang Maroko (1958) hak untuk mendapatkan wasiat wajibah tersedia bagi anak (dan seterusnya kebawah) dari anak laki-laki pewaris yang telah meninggal. Aturan ini tidak ditemukan dalam mazhab manapun dalam fiqh tradisional, sebab warisan hanya diperuntukan bagi ahli waris yang masih hidup.20

3. Mesir

Dalam kitab Undang-undang Mesir Tahub 1946 Nomor 71 dalam pasal 76, 77 dan 78 menetapkan bahwa :

a. Pewaris boleh berwasiat kepada orang yang menerima pusaka tanpa bergantung izin dari ahli waris atau tidak, sebagaimana halnya membolehkan wasiat kepada orang yang tidak menerima harta peninggalan atau dzawil arham.21

b. Menetapkan wasiat wajibah berdasarkan hasil kompromi dari beberapa pendapat ulama Mesir, dan tabi’in besar ahli fiqih dan ahli hadits, antara lain Said Ibnu Musyaiyah, Hasanul Bisrhry, Thawus

20

Mudzhar dan Khairuddin Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern, h. 115

21

M. Idris, Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, Cet IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 103

Imam Ahmad dan Ishaq bin Rawaih, serta Ibnu Hazm. Bahwa besarnya wasiat wajib kepada keluarga yang tidak memperoleh harta peninggalan sebesar apa yang diperoleh ayah atau ibunya dengan batas maksimal sepertiga dari harta peninggalan. 22

Undang-undang Mesir pasal 9 dan Undang-undang Syria pasal 215 menetapkan:

1. Wasiat sah meskipun diberikan kepada orang-orang yang berbeda agama dan kepercayaan dengan pihak mushii

2. Jika mushaa lah adalah orang asing maka disyaratkan ada sistem pertukaran satu sama lain.

Artinya, perbedaan agama tidaklah mencegah sahnya wasiat, demikian juga perbedaan Negara. Jika negara mushaa lah tidak menghalangi wasiat kepada orang seperti mushii, sebagai aplikasi atas persamaan dan sistem pertukaran satu sama lain, maka wasiat diperbolehkan apabila Negara mushi memperbolehkan akad semacam wasiat. Wasiat dicegah apabila Negara tersebut tidak memperbolehkannya.23

22

Ramulyo, Hukum Perkawinan, h. 103

23

Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid.X, Penerjemah. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, Cet.I, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 181-182

E. Contoh Penghitungan

Dokumen terkait