• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara Yang Pertama Menerapkan Irigasi Tetes

Dalam dokumen Laporan Akhir Teknik Irigasi dan Drainas (Halaman 97-103)

PENGENALAN SISTEM IRIGASI TETES

6.4 Tinjaun Pustaka .1 Pengertian Irigasi Tetes.1 Pengertian Irigasi Tetes

6.4.7 Negara Yang Pertama Menerapkan Irigasi Tetes

Irigasi tetes telah digunakan pada zaman kuno denga mengisi pot tanah liat yang terkubur dengan air, yang pelan-pelan merambat ke rumput. Teknologi irigasi tetes modern ditemukan di Israel oleh Simcha Blass dan anaknya Yeshayuha. Sistem irigasi sendiri sudah mulai dikenal sejak peradaban Mesir Kuno yang memanfaatkan Sungai Nil untuk pengairan pertanian meraka. Di Indonesia irigasi tradisionalpun telah berlangsung sejak zaman nenek moyang. Hal tersebut dapat dilihat juga dalam cara pengairan dan bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia yaitu dengan cara membendung sungai secara bergantia untuk dialirkan ke sawah-sawah. Cara lain untuk pengairan adalah mencari sumber air pengunungan dan dialirkan dengan bambu.

6.5 Metodologi Praktikum 6.5.1 Waktu dan Lokasi

Pelaksanaan praktikum pengenalan sistem irigasi tetes ini dilakukan di dekat koridor belakang Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Andalas pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2016 pukul 6.30 WIB. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Teknik Sumber Daya Lahan dan Air Program Studi Teknik Pertanian.

6.5.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1. Unit penetes;

4. Gelas ukur; 5. Stopwatch;

6. Tanah gembur, pasir, dan padat; 7. Mistar;

8. Gelas plastik. 6.5.3 Metode Kerja

Adapun metode kerja dalam pelaksanaan praktikum ini adalah:

1. Gantungkan kedua unit penetes, satu untuk metode grafitasi dan satu lagi untuk metode tekanan;

2. Kemudian atur pengatur infus sehingga tiap tetesnya memiliki selang waktu 1 detik;

3. Letakkan tanah gambut, tanah berpasir, tanah padat dan gelas plastik dibawah unit penetes metode gravitasi;

4. Letakkan tanah gambut, tanah padat, dan gelas plastik di bawah unit penetes metode tekanan;

5. Tunggu hingga 60 menit, kemudian angkat tanah dan gelas plastik segera; 6. Ukur kedalaman dan diameter air pada tanah;

7. Ukur volume air yang ada pada gelas plastik menggunakan gelas ukur. 6.6 Hasil dan Pembahasan

6.6.1 Hasil

Tabel 11. Hasil Pengukuran Irigasi Tetes Menggunakan Metoda Gravitasi Jenis Tanah Diameter

(m) Tinggi (m) Waktu (s) Volume Basah (m3) Debit (m 3/s) Tanah Padat 0.1 0.067 3600 5.2595 × 10-4 1.4609722 × 10-7 Tanah Gembur 0.145 0.070 3600 1.15532375 × 10-3 3.2092326 × 10-7 Tanah Pasir 0.097 0.025 3600 1.84651625 × 10-4 5.1292118 × 10-8

Tabel 12. Debit Irigasi Tetes Menggunakan Metoda Gravitasi

Volume Air (ml) Volume Air (m3) Waktu (s) Debit (m3/s)

180 1.8 × 10-4 3600 5 × 10-8

Sumber: Hasil Analisis Data Praktikum

Tabel 13. Hasil Pengukuran Irigasi Tetes Menggunakan Metoda Tekanan Jenis Tanah Diameter

(m) Tinggi (m) Waktu (s) Volume Basah (m3) Debit (m 3/s) Tanah Gembur 0.157 0.068 3600 1.3157636 × 10 -3 3.6548989 × 10-7 Tanah Padat 0.133 0.075 3600 1.0414399 × 10-3 2.8928885 × 10-7

Sumber: Hasil Analisis Data Praktikum

Tabel 14. Debit Irigasi Tetes Menggunakan Metoda Tekanan

Volume Air (ml) Volume Air (m3) Waktu (s) Debit (m3/s)

160 1.6 × 10-4 3600 4.44444444 × 10-8

Sumber: Hasil Analisis Data Praktikum

6.6.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, untuk pengenalan sistem irigasi tetes ini menggunakan dua metode, yaitu metode gravitasi dan metode tekanan. Metode gravitasi memanfaatkan gaya gravitasi bumi untuk penetesan, sedangkan metode tekanan memanfaatkan tekanan yang diberikan oleh air dan didukung dengan adanya klep pada ujung pipa. Debit yang didapat pada metode gravitasi adalah sebesar 5 × 10-8 m3/s dan dengan metode tekanan sebesar 4.444 × 10-8 m3/s. Debit metode tekanan lebih besar dari metode gravitasi karena pada metode tekanan ada bantuan tekanan dari sumber air dan klep sehingga air lebih dipaksa untuk mengalir ke selang infus. Tetapi menurut hasil yang telah didapatkan tersebut, debit pada metode gravitasi lebih besar dari metode tekanan. Kesalahan data ini dipengaruhi oleh pipa yang tidak memiliki saringan, sehingga debu atau partikel lainnya dari sumber air terus mengalir ke selang infus..

Praktikum pengenalan sistem irigasi tetes ini menggunakan tiga jenis tanah, yaitu tanah padat, tanah pasir, dan tanah gembur. Pada metode gravitasi, didapatkan debit yang terbesar adalah pada tanah gembur yaitu sebesar , karena tanah gembur memiliki tekstur dan struktur tanah yang cepat menyerap air. Sedangkan debit adalah pada tanah pasir, karena tanah pasir mengandung debu dimana debu bersifat tahan air. Pada metode tekanan hanya menggunakan dua jenis tanah, yaitu tanah gambut dan tanah padat. Debit yang terbesar juga pada tanah gembur. Debit pada tanah padat lebih kecil karena pada tanah padat, saat air menyentuh permukaan tanah, tanah tidak langsung menyerap air tetapi dipercikan terlebih dahulu.

Praktikum ini pada saat menggunakan metode gravitasi diperoleh nilai volume basah terbesar yaitu 1.15532375 × 10-3 m3 pada tanah padat dan volume basah terkecil yaitu 1.84651625 × 10-4 m3 pada tanah pasir. Nilai debit terbesar diperoleh pada tanah gembur yaitu sebesar 3.2092326 × 10-7 m3/s dan nilai debit terkecil terdapat pada tanah pasir yaitu 5.1292118 × 10-8 m3/s. Metode tekanan diperoleh nilai volume basah terbesar terdapat pada tanah gembur yaitu sebesar 1.3157636 × 10-3 m3 , sedangkan nilai untuk volume basah terkecil terdapat pada tanah padat yaitu 1.0414399 × 10-3 m3. Debit terbesar yang diperoleh pada metode tekanan terdapat pada tanah gembur yaitu sebesar 3.6548989 × 10-7 m3/s dan untuk debit terkecilnya terdapat pada tanah padat yaitu sebesar 2.8928885 × 10-7 m3/s.

Faktor yang mempengaruhi saat pengambilan data adalah ada salah satu infus yang saat ditengah-tengah penetesan, selang waktu tetesnya tidak lagi 1 detik. Selain itu tanah yang digunakan saat mengikuti praktikum tidak di cek terlebih dahulu apakah keringnya sudah pas atau belum. Angin juga berpengaruh saat pengambilan data karena slang infus dapat bergoyang-goyang dan menyebabkan tetesan air menjadi tidak merata.

6.7 Penutup 6.7.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini yaitu penyerapan air ke tanah dengan menggunakan dua metoda irigasi tetes yaitu metoda gravitasi dan metoda tekan.

Pada metoda gravitasi diperoleh nilai yang lebih besar dibandingkan nilai pada metoda tekan. Berdasarkan literatur nilai yang lebih besar seharusnya nilai pada metoda tekan, karena pada metoda tekan terdapat tahanan di ujung pipa dan tekanan yang diperoleh dari sumber air atau pompa. Sedangkan pada metoda gravitasi tidak ada yang menahan air hanya tekanan dari gravitasi. Perbedaan dari data praktikum dengan literatur ini dapat dipengaruhi oleh faktor angin yang membuat selang infus bergerak sehingga membuat luasan air pada penyerapan permukaan tanah membesar. Faktor lainnya adalah selang yang tidak didukung dengan fasilitas yang baik, karena tidak terdapat emitter pada selang tersebut, hanya selang infus biasa. Tanah berpasir memiliki daya serap yang kurang baik, karena pada tanah berpasir memiliki kadar debu yang besar. Yang mana salah satu sifat dari debu sukar menyerap air.

Volume basah terbesar pada metode gravitasi adalah volume basah pada tanah padat yaitu sebesar 1.15532375 × 10-3 m3, sedangkan yang terkecil terdapat pada tanah pasir yaitu 1.84651625 × 10-4 m3 dan juga tanah pasir memiliki debit terkecil yaitu 5.1292118 × 10-8 m3/s, sedangkan untuk debit terbesar terdapat pada tanah gembur yaitu sebesar 3.2092326 × 10-7 m3/s. Pada metode tekanan volume basah terdapat pada tanah gembur yaitu sebesar 1.3157636 × 10-3 m3 dan memiliki debit terbesar yaitu sebesar 3.6548989 × 10-7 m3/s, sedangkan nilai untuk volume basah terkecil terdapat pada tanah padat yaitu 1.0414399 × 10-3 m3 dan juga memiliki debit terkecil yaitu 2.8928885 × 10-7 m3/s.

6.7.2 Saran

Adapun saran pada praktikum ini adalah :

3. Praktikan diharapkan lebih memahami materi objek yang akan dipraktikumkan;

4. Praktikan sebaiknya terlebih dahulu mengetahui literature pada objek yang akan dipraktkumkan agar bisa meminimalisir kesalahan saat praktikum;

5. Sebelum praktikum sebaiknya praktikan melihat kondisi alat terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan saat praktikum seperti praktikan-praktikan terdahlu.

BAB VII

Dalam dokumen Laporan Akhir Teknik Irigasi dan Drainas (Halaman 97-103)

Dokumen terkait