• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Teknik Irigasi dan Drainas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Akhir Teknik Irigasi dan Drainas"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGIE YULIA SARI 1411112008 KELOMPOK III (TIGA)

ASISTEN LAPANGAN

1. USWATUN HASANAH 1311111023

2. CANDRA ISRAMI AMRY 1311111033

3. ASRA FITRA HASAN 1311112002

4. DEA EVANTRI 1311112009

5. RAFLES NUGROHO 1311112019

ASISTEN PENANGGUNGJAWAB

1. MUHAMMAD ZULFIKAR IQBAL 37/LWRE/2015

2. YELVI YUSNA 38/LWRE/2015

3. AHMAD HABIBI 39/LWRE/2015

4. DOKI WARDIMAN 40/LWRE/2015

5. ANGRIA RESTI 41/LWRE/2015

KOORDINATOR ASISTEN JENDRIVALDI 36/LWRE/2015

(2)

MENYETUJUI/MENGESAHKAN Padang,...November 2016

ASISTEN LAPANGAN

USWATUN HASANAH CANDRA ISRAMI AMRY ASRA FITRA HASAN

1311111023 1311111033 1311112002

DEA EVANTRI RAFLES NUGROHO 1311112009 1311112019

ASISTEN PENANGGUNGJAWAB

MUHAMMAD ZULFIKAR IQBAL YELVI YUSNA

37/LWRE/2015 38/LWRE/2015

AHMAD HABIBI DOKI WARDIMAN ANGRIA RESTI 39/LWRE/2015 40/LWRE/2015 41/LWRE/2015

KOORDINATOR ASISTEN

JENDRIVALDI 36/LWRE/2015

KEPALA LABOR

TEKNIK SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR

(3)

No Nama No. BP Tanda Tangan

1. Uswatun Hasanah 1311111023

2. Candra Isrami Amry 1311111033

3. Asra Fitra Hasan 1311112002

4. Dea Evantri 1311112009

5. Rafles Nugroho 1311112019

ASISTEN PENANGGUNGJAWAB

No Nama No. BP Tanda Tangan

1. Muhammad Zulfikar Iqbal 37/LWRE/2015

2. Yelvi Yusna 38/LWRE/2015

3. Ahmad Habibi 39/LWRE/2015

4. Doki Wardiman 40/LWRE/2015

5. Angria Resti 41/LWRE/2015

(4)

Segenap puji dan syukur senantiasa kami perbaharui kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada kami sebagai penulis, khususnya dalam penyelesaian Laporan Akhir Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase yang telah kami jalani di Land And Water Resources

Engineering Laboratory selama satu semester ini yang dimulai dari tanggal 3

September 2016 sampai 29 Oktober 2016.

Laporan ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh saat melaksanakan praktikum di lapangan. Dengan selesainya laporan akhir praktikum ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan baik berupa moril maupun materi. Ucapan terima kasih terutama kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Teknik Irigasi dan Drainase. Selanjutnya kepada asisten yang telah berkenan membimbing kami selama praktikum dan teman-teman serta rekan kelompok.

Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran agar dapat menjadi acuan perbaikan kami kedepan dan memiliki manfaat bagi pembaca.

Padang, November 2016

(5)

Halaman PENGUKURAN DEBIT DI SALURAN TERBUKA...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan...2

1.3 Manfaat...2

1.4 Tinjaun Pustaka...2

1.5 Metodologi Praktikum...8

1.5.1 Waktu dan Lokasi...8

1.5.2 Alat dan Bahan...8

1.5.3 Metode Kerja...8

1.6 Hasil dan Pembahasan...9

(6)

BAB III

PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN AIR IRIGASI

(CROPWAT)...32

3.5.1 Waktu dan Lokasi...39

3.5.2 Alat dan Bahan...39

3.5.3 Metoda Kerja...39

3.6 Hasil dan Pembahasan...42

3.7 Penutup...46

4.5.1 Waktu dan Lokasi...58

4.5.2 Alat dan Bahan...58

4.5.3 Metode Kerja...58

4.6 Hasil dan Pembahasan...59

4.6.1 Hasil...59

5.5.1 Waktu dan Lokasi...71

5.5.2 Alat dan Bahan...71

(7)

5.6.1 Hasil...73 PENGENALAN SISTEM IRIGASI TETES...78

6.1 Latar Belakang...78

6.2 Tujuan...79

6.3 Manfaat...79

6.4 Tinjaun Pustaka...79

6.5 Metodologi Praktikum...83

6.5.1 Waktu dan Lokasi...83

6.5.2 Alat dan Bahan...83

6.5.3 Metode Kerja...84

6.6 Hasil dan Pembahasan...84

6.6.1 Hasil...84 PENGENALAN IRIGASI CURAH (SPRINKLE IRRIGATION)...88

7.1 Latar Belakang...88

7.2 Tujuan...88

7.3 Manfaat...88

7.4 Tinjaun Pustaka...89

7.5 Metodologi Praktikum...93

7.5.1 Waktu dan Lokasi...93

7.5.2 Alat dan Bahan...93

7.5.3 Metode Kerja...94

7.6 Hasil dan Pembahasan...94

7.6.1 Hasil...94

7.6.2 Pembahasan...95

7.7 Penutup...96

(8)
(9)

Gambar Halama

1. Hasil Pengamatan Praktikum (Sabtu)...13

2. Hasil Pengamatan Praktikum (Senin)...13

3. Hasil Pengamatan Praktikum (Selasa)...14

4. Hasil Pengamatan Praktikum (Rabu)...14

5. Hasil Pengamatan Praktikum (Kamis)...15

6. Hasil Pengamatan Praktikum (Jumat)...15

7. Grafik Lengkung Debit...16

8. Simbol pada KP-07...24

9. Bendung...26

10. Bendungan...26

11. Print screen Langkah Kerja...39

12. Data Klimatologi...40

13. Tabel Montly Rain...40

14.Data Crop...41

15. Data Soil...41

16. Tabel dari Crop Water Requirements...42

17. Grafik Crop Water Requirements...43

18. Crop irrigation schedule...44

19. Grafik crop irrigation schedule...45

20. Grafik Hubungan CHOmbrometer dengan Evaporasi...60

21. Grafik Hubungan CHOmbrometer dengan Volume Infiltrasi...62

22. Bentuk Penampang Trapesium...69

23. Bentuk Penampang Empat Persegi Panjang...69

(10)
(11)

Tabel Halama

1. Jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman...6

2. Pengukuran dengan Menggunakan Pelampung...9

3. Koefisien Pelampung...10

4. Tabel Pengukuran Cipoletti...10

5. Pengukuran dengan Menggunakan Current Meter...10

6. Curah Hujan dan Evaporasi...59

7. Pengukuran Infiltrasi...61

8. Data Praktikum...73

9. Data Praktikum Mandiri...74

10. Curah Hujan 10 Tahun Terakhir...75

11. Hasil Pengukuran Irigasi Tetes Menggunakan Metoda Gravitasi...84

12. Debit Irigasi Tetes Menggunakan Metoda Gravitasi...85

13. Hasil Pengukuran Irigasi Tetes Menggunakan Metoda Tekanan...85

14. Debit Irigasi Tetes Menggunakan Metoda Tekanan...85

(12)

BAB I

DEBIT DI SALURAN TERBUKA

Latar Belakang

Pembangunan dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah tak terelakkan lagi. Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumnya membutuhkan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga menghasilkan produksi yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut. Pemberian air yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut. Saluran irigasi mengetahui debit aliran dalam sebuah saluran yang sangat penting tersebut.

Kebutuhan air dalam sebuah kegiatan pertanian sudah tidak terelakan lagi. Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian umumnya membutuhkan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik hinga menghasilkan produksi maksimal. Pemberian air pada tanaman haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Susahnya air disuatu tempat menjadi salah satu faktor petani kesusahan dalam usaha pertanian. Maka diperlukan sistem manajemen irigasi yang baik. Mengetahui debit aliran dalam sebuah saluran irigasi sangat penting, agar dapat mengontrol laju penggunaan air pada petak sawah dengan sesuai kebutuhan suatu lahan atau tanaman.

Susahnya air disuatu tempat menjadi salah satu faktor petani kesusahan dalam usaha pertanian. Maka diperlukan sistem manajemen irigasi yang baik. Menganalisa kebutuhan air tentunya dibutuhkan perhitungan tertentu dan perhitungan ini berkaitan dengan debit. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah jumlah air yang tersedia mencukupi kebutuhan tanaman atau sebaliknya. Sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan tertentu apabila kebutuhan air yang tersedia kurang ataupun berlebih.

(13)

yang lebih manual seperti menggunakan pelampung. Sebagai mahasiswa, diharapkan dapat mengoperasikan alat untuk mengkur debit dengan baik, yaitu dengan current meter. Mahasiswa Teknik Pertanian juga diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan dengan baik untuk pengukuran debit di saluran terbuka ini.

Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoleti; 2. Mengukur debit dengan pelampung;

3. Mengukur debit dengan current meter.

Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :

1. Agar praktikan mampu mengukur debit dengan current meter; 2. Agar praktikan mampu mengukur debit dengan pelampung;

3. Agar praktikan mampu menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoleti.

Tinjaun Pustaka 1.4.1 Pengertian Debit

(14)

tiap satu satuan waktu. Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.Satuan debit adalah meter kubik per detik (m3 /s).

1.4.2 Jenis Aliran Tebuka

Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Menurut asalnya, saluran dapat digolongkan menjadi :

1. Saluran alam (natural)

a. Geometri saluran tidak teratur;

b. Material saluran bervariasi – kekasaran berubah-ubah;

c. Lebih sulit memperoleh hasil yang akurat dibandingkan dengan analisis aliran saluran buatan;

d. Perlu pembatasan masalah, bila tidak analisis menjadi lebih kompleks (missal erosi dan sedimen);

e. Meliputi semua alur air yang terdapat se!ara alamiah dibumi, mulai anakselokan ke!il dipegunungan, selokan ke!il, kali, sungai ke!il dan sungaibesar sampai ke muara sungai.

2. Saluran buatan (artificial) a. Dibuat oleh manusia;

b. Contoh: Saluran irigasi, kanal, saluran pelimpah, kali, selokan, gorong-gorong dll;

c. Umumnya memiliki geometri saluran yang tetap (tidak menyempit/melebar);

d. Dibangun menggunakan beton, semen, besi; e. Memiliki kekasaran yang dapat ditentukan;

f. Analisis saluran yang telah ditentukan memberikan hasil yang relatif akurat.

Klasifikasi saluran terbuka berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kamiringan dasar:

1. Saluran prismatik (prismatic channel)

Yaitu saluran yang berbentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya tetap. Contoh: saluran drainase, saluran irigasi

2. Saluran non prismatik (non prismatic channel)

Yaitu saluran yang berbentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah-ubah. Contoh: sungai

(15)

1. Canal: semacam parit dengan kemiringan dasar yang landau, berpenampang segi empat,segi empat, segi tiga, trapezium maupun lingkaran. Terbuat dari galian tanah, pasangan batu, beton ataukayu maupun logam.

2. Talang (flume): semacam selokan kecil yang terbuat dari logam, beton atau kayu yang melintas di atas permukaan tanah dengan suatu penyanggah.

3. Got Miring (chute): semacam selokan dengan kemiringan dasar yang relatif curam.

4. Bangunan Terjun (drop structure): semacam selokan dengan kemiringan yang tajam. Perubahan muka air terjadi pada jarak yang sangat dekat.

5. Gorong-gorong (culvert): saluran tertutup yang melintasi jalan atau menerobos gundukan tanah dengan jarak yang relatif pendek.

6. Terowongan (tunnel): saluran tertutup yang melintasi gundukan tanah atau bukit dengan jarak yang relatif panjang.

1.4.3 Metode Pengukuran Debit 1. Metode Cipoletti

Alat ukur debit cippoletti adalah suatu alat ukur debit berdasarkan peluapan sempurna dengan ambang tipis. Alat ukur debit ini digunakan untuk mengukur debit saluran yang tidak begitu besar, dan biasa dipakai pada saluran terti-air (saluran yang langsung ke sawah). Alat ini sesuai dipakai di pegunungan dimana tanah mempunyai kemiringan yang cukup besar. Alat ukur cipoletti juga merupakan penyempurnaan alat ukur ambang tajam yang dikontraksi sepenuhnya. Alat ukur cipoletti mempunyai potongan pengontrol trapesium, mercunya horizontal dan sisi-sisinya miring kesamping. Prinsip kerja bangunan ukur

Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara headdengan debit. Rumus umum untuk alat ulur cipoletti adalah:

(16)

2. Metode Pelampung

Pengukuran debit menggunakan alat pelampung pada prinsipnya sama dengan metode konvensional, hanya saja kecepatan aliran diukur dengan menggunakan pelampung. Metode pengukuran debit dengan menggunakan pelampung biasa digunakan pada saat banjir dimana pengukuran dengan cara konvensional tidak mungkin dilaksanakan karena faktor peralatan dan keselamatan tim pengukur. Pengukuran debit dengan pelampung perlu memperhatikan syarat-syarat lokasi sebagai berikut :

a. Syarat lokasi pengukuran seperti pada metode konvensional; b. Kondisi aliran sedang banjir dan tidak melimpah;

c. Geometri alur dan badan sungai stabil;

d. Jarak antara penampang hulu dan hilir minimal 3 kali lebar sungai pada kondisi banjir.

Rumus umum untuk metode pelampung ini adalah;

Q=C ∙ Ap∙ Vp ... (2)

C=(1−0.116)(√1−λ−0.1) dimana λ=h

d ... (3) Ap=lebar atas+lebar bawah

2 × h ...(4)

Vp=s

t ...(5)

Keterangan:

Q = debit (m3/s)

C = koefisien pelampung Ap = Luas permukaan (m2)

Vp = Kecepatan (m/s)

h = ketinggian pelampung basah (m) d = kedalaman (m)

(17)

3. Metode Current Meter

Pengukuran debit dengan menggunakan current meter (alat ukur arus) dilakukan dengan cara merawas, dari jembatan, dengan menggunakan perahu, dengan menggunakan winch cable way dan dengan menggunakan cable car. Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel penggantung dan posisi kabel penduga tidak tegak lurus terhadap muka air, maka kedalaman air harus dikoreksi dengan besarnya sudut penyimpangan. Rumus umum untuk metode current meter:

Q=V ∙ A ... (6)

A=kedalaman sebelum+kedalaman sesudah

2 ×lebar segmen ...(7)

Keterangan:

Q = debit (m3/s)

V = kecepatan (m/s) A = luas penampang (m2)

Tabel 1. Jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman Kedalaman saluran

Sumber : Modul Teknik Irigasi dan Drainase 2016

1.4.4 Syarat-syarat Saluran untuk Pengukuran Debit

1. Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga air, dimana tidak ada perubahan bentuk penampang atau debit yang menyolok;

(18)

6. Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali diameter baling – baling alat ukur arus yang digunakan;

7. Apabila dilakukan di lokasi bending, harus dilakukan di sebelah hilir atau hulu bending pada lokasi yang tidak ada pengaruh pengempangan (arus balik). 1.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Debit

1. Hujan, intensitas hujan dan lamanya hujan mempengaruhi besarnya infiltrasi, aliran air tanah, dan aliran permukaan tanah. Lama waktu hujan sangat penting dalam hubungannya dengan lama waktu pengaliran air hujan menuju sungai. 2. Topografi, daerah permukaan miring akan menyebabkan aliran permukaan

yang deras dan besar bila dibandingkan dengan daerah yang agak datar.

3. Geologi, jenis dan struktur tanah mempengaruhi kepadatan drainase. Kepadatan drainase yang rendah menunjukkan secara relative pengaliran melalui permukaan tanah yang panjang menuju saluran, kehilangan air yang besar sehingga air saluran menjadi lambat.

4. Keadaan vegetasi, makin banyak pohon menyebabkan makin banyak air yang lenyap karena evapotranspirasi maupun infiltrasi sehingga akan mengurangi run off yang dapat mempengaruhi debit sungai.

5. Manusia, dengan pembuatan bangunan-bangunan, pembukaan tanah pertanian, urbanisasi, dapt merubah sifat keadaan Daerah Aliran Sungai.

6. Angin, karena angina berpengaruh pada kecepatan aliran fluida maka berpengaruh pula pada debit air. Semakin cepat angin yang berhembus pada aliran tersebut maka debit aliran semakin tinggi. Semakin lambat angin yang berhembus maka aliran akan memiliki kecepatan aliran yang rendah, maka debit air pun akan rendah.

(19)

1.5 Metodologi Praktikum 1.5.1 Waktu dan Lokasi

Pelaksanaan praktikum pengukuran debit di saluran terbuka ini dilaksanakan di Jaringan Irigasi Gunung Nago, Kecamatan Pauh pada hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2016 pukul 6.30 WIB. Sedangkan untuk pengambilan data menggunakan current meter dilanjutkan untuk hari Senin sampai Jumat tanggal 24 Oktober 2016 sampai tanggal 28 Oktober 2016 setiap pukul 7.00 WIB. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Teknik Sumber Daya Lahan dan Air, Universitas Andalas.

1.5.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1. Bangunan Cipoletti;

2. Current Meter; 3. Pelampung; 4. Stopwatch; 5. Meteran; 6. Rambu ukur. 1.5.3 Metode Kerja

Adapun metode kerja dalam praktikum ini adalah: 1. Cipoletti

a. Ukur lebar bawah dan lebar atas dari bangunan cipoletti; b. Ukur tinggi muka air.

(20)

c. Saat pelampung sudah sampai di jarak 30 m, matikan stopwatch. ambil pelampung dengan cara memegang bagian atasnya, dan ukur bagian pelampung yang basah;

d. Lakukan sebanyak tiga kali pengulangan.

3. Current Meter

a. Pasang semua bagian dari alat current meter; b. Set waktunya menjadi 45 detik;

c. Ukur kedalaman dan panjang datum;

d. Ukur kedalam muka air setiap segmen dengan jarak setiap segmen 1 m, dari kedalaman ini dapat ditentukan titik awal, kemudian kalikan ketetapan titik dengan kedalaman muka air, maka didapatkan tinggi stick

yang akan digunakan;

e. Benamkan stick pada setiap segmen, kemudian tandai pada stick tinggi muka air, dan hitung setiap garis yang ada pada stick sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan tadi;

f. Kemudian tekan start pada CDU, tunggu hingga 45 detik, kemudian akan muncul nilai dari kecepatan aliran;

g. Lakukan cara ini pada setiap segmen.

1.6 Hasil dan Pembahasan 1.6.1 Hasil

Tabel 2. Pengukuran dengan Menggunakan Pelampung

Parameter Saluran Primer

Jarak (m) 30

Waktu Tempuh 1 (s) 56.34

Waktu Tempuh 2 (s) 55.60

Waktu Tempuh 3 (s) 55.88

Debit (m3/s) 2.089830753

(21)

Tabel 3. Koefisien Pelampung

Sumber: Analisis Data Praktikum

Tabel 4. Tabel Pengukuran Cipoletti

Parameter Saluran Primer

Lebar (m) 7.10

Tinggi Permukaan (m) 0.46

Koefisien Cipoletti 1.86

Debit (m3/s) 4.120102689

Sumber: Analisis Data Praktikum

Tabel 5. Pengukuran dengan Menggunakan Current Meter

Hari/Tanggal Kedalaman Kecepatan

Luas

(22)

0.93 0.197 0.92 0.18124

0.99 0.2395 0.96 0.22992

0.935 0.2095 0.962 0.20164375

Senin 24-10-2016

0 0 0 0

1.08207

1.05 0.1855 0.525 0.0973875

1 0.1745 1.025 0.1788625

0.94 0.1975 0.97 0.191575

0.97 0.2035 0.955 0.1943425

1.02 0.2195 0.995 0.2184025

1 0.1995 1.01 0.201495

Selasa 25-10-2016

0 0 0 0

1.013825

0.94 0.1935 0.47 0.090945

1.02 0.1805 0.98 0.17689

0.92 0.174 0.97 0.16878

0.94 0.189 0.93 0.17577

0.98 0.2185 0.95 0.207575

0.93 0.203 0.955 0.193865

Rabu 26-10-2016

0 0 0 0

1.0559825

0.98 0.191 0.49 0.09359

0.94 0.1895 0.96 0.18192

0.87 0.183 0.995 0.165615

0.89 0.2085 0.88 0.18348

0.89 0.2335 0.89 0.207815

0.86 0.2555 0.875 0.2235625

(23)

27-10-2016

0.89 0.2035 0.445 0.0905575

0.85 0.1935 0.87 0.168345

0.79 0.211 0.82 0.17302

0.82 0.233 0.805 0.187565

0.8 0.268 0.81 0.21708

0.8 0.223 0.8 0.1784

Jumat 28-10-2016

0 0 0 0

1.0419

0.92 0.2085 0.46 0.09591

0.84 0.204 0.88 0.17952

0.8 0.2265 0.82 0.18573

0.84 0.231 0.82 0.18942

0.84 0.233 0.84 0.19575

0.6 0.2305 0.82 0.19557

Sumber: Analisis Data Praktikum

(24)

0 1 2 3 4 5 6 7

Profil Irigasi Muka Air

Lebar Irigasi (m)

Gambar 2. Hasil Pengamatan Praktikum (Senin)

Sumber: Analisis Data Praktikum

0 1 2 3 4 5 6 7

Profil Irigasi Muka Air

Lebar Irigasi (m)

Gambar 3. Hasil Pengamatan Praktikum (Selasa)

(25)

0 1 2 3 4 5 6 7

Profil Irigasi Muka Air

Lebar Irigasi (m)

Gambar 4. Hasil Pengamatan Praktikum (Rabu)

Sumber: Analisis Data Praktikum

0 1 2 3 4 5 6

Profil Irigasi Muka Air

Lebar Irigasi (m)

Gambar 5. Hasil Pengamatan Praktikum (Kamis)

(26)

0 1 2 3 4 5 6 7

Profil Irigasi Muka Air

Lebar Irigasi (m)

Gambar 6. Hasil Pengamatan Praktikum (Jumat)

Sumber: Analisis Data Praktikum

0.6

Gambar 7. Grafik Lengkung Debit

Sumber: Analisis Data Praktikum

1.6.2 Pembahasan

(27)

mempengaruhi perbedaan pengukuran ini yaitu dari metode pengukuran yang berbeda dan kesalahan praktikan dalam melalukan pengambilan data. Tinggi muka air memiliki pengaruh terhadap debit air. Tingginya muka air menandakan bahwa debit dari aliran tersebut besar.

Pengukuran dengan metode pelampung, pengukuran debit dilakukan dengan mengukur bagian dari pelampung yang basah. Sebelum itu diukur terlebih dahulu jarak dari titik nol sampai titik akhir pengambilan pelampung sejauh 30 m. Hitung waktu yang ditempuh pelampung hingga sampai pada titik akhir pengambilan pelampung. Debit yang didapatkan pada pengukuran dengan metode ini adalah 2.089830753 m3/s. Faktor yang mempengaruhi dalam pengukuran debit dengan

metode ini adalah saat mengambil pelampung, praktikan mengalami kesulitan untuk menandai bagian pelampung yang basah dan tidak yang tidak basah, karena pelampung terbuat dari pipa PVC dimana bagian basahnya menjadi tidak terlalu jelas.

Pengukuran dengan metode current meter, pengukuran debit air dibantu dengan bantuan alat current meter. Output dari current meter adalah kecepatan dari aliran yang mana yang dilihat adalah kecepatan rata-ratanya. Pada metode ini jaringan irigasi dibagi menjadi segmen-segmen dimana jarak setiap segmen adalah 1 m. Setiap segmen diukur kedalaman dan kecepatan aliran rataannya. Debit yang didapatkan perharinya yaitu 1.07436375 m3/s, 1.08207 m3/s, 1.013825

m3/s, 1.013825 m3/s, 1.0559825 m3/s, 1.0149675 m3/s, dan 1.0419 m3/s. Debit

yang diperoleh selama pengukuran berbeda-beda, hal ini dipengaruhi ada atau tidaknya hujan yang terjadi pada malam hari sebelum pengukuran dilakukan.

(28)

Saat metode current meter, pengukuran debit air dibantu dengan bantuan alat current meter. Output dari current meter adalah kecepatan dari aliran. Pada metode ini jaringan irigasi dibagi menjadi segmen-segmen dimana jarak setiap segmen adalah 1 m. Setiap segmen diukur kedalaman dan kecepatan alirannya. Pengukuran debit dengan mentode ini diukur setiap hari. Debit yang didapatkan perharinya yaitu 1.07436375m3/s, 1.08207 m3/s, 1.013825 m3/s, 1.013825 m3/s,

1.0559825 m3/s, 1.0149675 m3/s, dan 1.0419 m3/s. Debit setiap hari berbeda-beda,

hal ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya hujan yang terjadi pada malam sebelum pengukuran. mempengaruhi pengukuran debit dapat berasal dari faktor alam seperti keadaan aliran dan hujan serta kesalahan pengambilan data oleh praktikan dan ketidakseriusannya praktikan saat menjalankan praktikum.

Metoda yang paling efektif adalah current metter karena hasil yang dihasilkan langsung terdapat pada display pada current metter. Namun terdapat juga kelemahan pada pengukuran pada current metter yaitu pengukuran akan berpengaruh jika ada objek yang berada di depan current metter saat melakukan pengukuran, karena akan menghambat debit yang akan diukur. Waktu pengukuran yang paling baik adalah dipagi hari, sekitar jam 07.00 WIB. Jika melakukan pengukuran pada siang hari maka banyak sampah dan kotoran-kotoran lain yang dapat merubah konsentrasi dari air itu sendiri. Serta dapat juga berpengaruh pada pengukuran debit karena air sudah mengalami pencemaran.

1.7.2 Saran

(29)

1. Praktikan diharapkan melakukan pengambilan data dengan sungguh-sungguh, untuk meminimalisir human error;

2. Praktikan diharapkan memahami objek yang akan dipraktikumkan;

(30)

BAB II

PENGENALAN SISTEM IRIGASI

2.1 Latar Belakang

Pengenalan jaringan irigasu menjadi salah satu sesuatu yang penting bagi seorang mahasiswa yang berkecimpung di bidang pertanian, terutama bidang teknik pertanian. Tanpa adanya sistem irigasi, usaha pertanian menjadi tidak maksimal, dikarenakan irigasi menjadi faktor penting atau penunjang dalam bidang usaha pertanian. Irigasi menjadi suatu usaha manusia untuk mengalirkan air dari sumbernya ke lahan pertanian guna untuk memenuhi kebutuhan air tanaman menurut jumlah air yang dibutuhkan tanaman tersebut tentunya menurut kondisi ruang dan waktu. Irigasi tidak terlepas dari jaringan irigasi, dalam jaringan irigasi ada empat unsur pokok dari bangunan irigasi, bangunan utama, jaringan pembawa, kelengkapan pendukung, saluran pembuang, dan petak tersier.

Menyadari akan pentingnya suatu Negara dalam mendukung ketahanan pangan dan produktivitas perekonomian Negara salah satunya dalam bidang / sektor pertanian. Menurut PP Nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi dinyatakan fungsi irigasi salah satunya untuk mendukung produktivitas pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya kepada para petani. Terlebih lagi untuk mensusekseskan program pemerintah indoneisa, dalam mengejar targer surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 perlu didukung dengan berbagai upaya untuk peningkatan supply air baju untuk pertanian dengan pembangunan bendung atau dengan meningkatkan kinerja suatu daerah jaringan irigasi.

(31)

dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang. Selain dapat dimanfaatkan oleh petani, dapat pula dimanfaatkan oleh penduduk setempat yang bertempat tinggal di dekat jaringan irigasi tersebut.

2.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi; 2. Mengenal tata cara pemberian ./ kode pada bangunan irigasi; 3. Mengenal macam fungsi, kelengkapan dan cara pengoperasian.

2.3 Manfaat Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Agar praktikan dapat mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi; 2. Agar praktikan dapat mengenal tata cara pemberian ./ kode pada bangunan

irigasi;

3. Agar praktikan dapat mengenal macam fungsi, kelengkapan dan cara pengoperasian.

2.4 Tinjaun Pustaka 2.7.1 Pengertian Irigasi

(32)
(33)
(34)
(35)

Gambar 8. Simbol pada KP-07

Sumber: KP-07

2.7.2 Pengertian dan Fungsi Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang dapat dan diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.

Fungsi dari jaringan irigasi : 1. Menurunkan suhu tanah;

2. Menjamin ketersediaan air apabila terjadi kekeringan; 3. Memasok kebutuhan air;

(36)

Sistem irigasi ini masih banyak dijumpai di sebagian besar masyarakat Indonesia karena tekniknya yang praktis.

2. Irigasi bawah permukaan

Irigasi bawah permukaan merupakan irigasi yang dilakukan dengan cara meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona perakaran tanaman melalui sistem saluran terbuka maupun dengan pipa bawah tanah.

3. Irigasi pancaran

Irigasi pancaran adalah irigasi modern yang menyalurkan air dengan tekanan sehingga menimbukan tetesan air seperti hujan ke permukaan lahan pertanian. Pancaran air tersebut diatur melalui sistem pengatur baik manual maupun otomatis. Sistem ini banyak digunakan dinegara-negara maju seperti Amerika Serikat, New Zealand, dan Australia. Selain untuk pengairan, sistem ini juga dapat digunakan untuk proses pemupukan.

4. Irigasi tetes

Irigasi tetes adalah sistem irigasi dengan menggunakan pipa atau selang berlubang denga menggunakan tekanan tertentu yang nantinya akan keluar dalam bentuk tetesan langsung pada zona perakaran.

2.4.4 Klasifikasi Saluran Irigasi 1. Jaringan irigasi sederhana

Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas.

2. Jaringan irigasi semi teknis

Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen.

3. Jaringan irigasi teknis

Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. 2.4.5 Perbedaan Bendung dan Bendungan

(37)

terjadinya banjir, mengukur debit sungai, dan melambatkan aliran sungai. Ada dua macam bendung yaitu bendung tetap dan bendung gerak. Bendung tetap bermanfaat untuk menaikkan tinggi muka air hingga batas tertentu supaya air bisa dialirkan ke irigasi. Bendung gerak memiliki beberapa pintu yang bisa digerak-gerakkan untuk keperluan mengatur ketinggian muka air di sungai.

Gambar 9. Bendung

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bendung

(38)

1. Konstruksi bendung memiliki ukuran yang lebih kecil daripada bendungan; 2. Tingkat kerumitan dalam pembuatan bendung juga lebih sederhana

dibandingkan dengan bendungan yang memerlukan perencanaan yang matang; 3. Pada dasarnya bendung berguna untuk menaikkan muka air sedangkan

bendungan berfungsi untuk menahan laju air. 2.4.6 Bangunan Irigasi

Dalam jaringan irigasi ada 4 unsur banguann irigasi : 1. Bangunan utama

Bangunan utama adalah suatu komplek bangunan yang direncanakan dibangun disepanjang sungai atau aliran untuk membelokkan air ke saluran irigasi. Bangunan utama dapat terdiri dari mengatur debit dan mengurangi sedimen yang masuk kesaluran irigasi. Bangunan utama terdiri bangunan pengelak dengan peredam energi, pengambilan utama pintu bilas, kolam olak, kantung lumpur dan tanggal banjir.

2. Jaringan pembawa

Jaringan pembawa terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan saluran utama terdiri dari saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan saluran tersier terdiri dari atas saluran serta saluran kuarter di petak tersier.

3. Saluran pembuang

Saluran pembuang terdiri dari kumpulan petak saluran pembuang utama, yaitu saluran yang menampung kelebihan air dari jaringan sekunder dan tersier keluar daerah irigasi. Saluran pembuang tersier adalah saluran yang menampung dan membuang kelebihan air dari petak sawah ke saluran pembuang primer atau sekunder.

(39)

Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer, dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air.

2.5 Metodologi Praktikum 2.5.1 Waktu dan Lokasi

Pelaksanaan praktikum pengenalan sistem irigasi ini dilaksanakan di irigasi Gunung Nago, Kecamatan Pauh pada hari Sabtu tanggal 29 Oktober 2016 pukul 6.30 WIB. Irigasi ditelusuri dari bendung sampai jembatan Jamsek. Praktikum mandiri dilakukan pada hari Selasa tanggal 1 November 2016 pukul 7.30 dari jembatan Mesjid Almutaqin sampai Mesjid Raya Kampung Dalam. Proses pengambaran sketsa irigasi dilakukan di Laboratorium Teknik Sumber Daya Lahan dan Air.

2.5.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1. Pea jaringan;

2. Roll meter (50 m); 3. Alat tulis;

4. Kertas millimeter. 2.5.3 Metode Kerja

Adapun metode kerja dari pelaksanaan praktikum ini adalah:

(40)

2.6 Hasil dan Pembahasan 2.6.1 Hasil

Setelah melaksanakan praktikum mengenai pengenalan jaringan irigasi dan melakukan survei jaringan irigasi dari Mesjid Al-Muttaqin sampai ke Mesjid Raya Kampung Dalam, didapatkan hasil berupa sketsa jaringan irigasi Gunung Nago dan hasil wawancara dengan tiga narasumber.

Narasumber 1 : Nama: Ibu Roslaini Umur : 53 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Narasumber 2 : Nama : Ibu Ernawati

Umur : 47 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Narasumber 3 : Nama : Pak Nardi

Umur : 55 tahun Pekerjaan : Petani 2.6.2 Pembahasan

(41)

Narasumber kedua adalah Ibu Ernawati. Menurut Ibu Ernawati, air irigasi disekitar rumah beliau dimanfaatkan warga sekitar untuk irigasi sawah dan untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi dan mencuci. Ibu Ernawati sendiri menggunakan air irigasi untuk menggerakkan kincir yang berguna untuk menumbuk tepung. Tetapi air irigasi sekarang sudah tercemar karena dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga. Ibu Ernawati mengharapkan kedepannya agar jaringan irigasi akan lebih bagus lagi, apalagi sekarang banyak bangunan irigasi yang sudah mulai diperbaiki.

Narasumber ketiga yaitu Pak Nardi. Menurut Pak Nardi, air irigasi di daerah tersebut lancar, tetapi polongan air irigasinya kecil. Kebutuhan untuk irigasi sawah tidak terlalu terpebuhi karena masyarakat banyak membuang sampah ke saluran irigasi, sehingga menyebabkan polongannya tersumbat. Irigasi tersebut mayoritas digunakan untuk sawah. Untuk permasalahan pembagian air irigasi, Pak Nardi mengatakan bahwa para petani didaerah tersebut damai, tidak sampai ada perebutan air, tetapi masih banyak saluran cacing yang tersumbat. Pak Nardi berharap agar polongan tersebut dapat diperbesar. Selain irigasi, Pak Nardi juga mengharapkan adanya penyaluran pupuk dan pengadaan traktor kecil agar bisa dibawa ke sawah rawa, karena di daerah tersebut masih banyak sawah rawa.

2.7 Penutup 2.7.1 Kesimpulan

(42)

2.7.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu:

1. Sebaiknya saat sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa telah menyiapkan terlebih dahulu KP-07;

2. Praktikan diharapkan untuk memahami isi dari KP-07 yang dibawa saat praktikum;

3. Praktikan harus mengetahui dan memahami simbol-simbol dari bangunan irigasi yang sering digunakan;

(43)

BAB III

PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN AIR IRIGASI (CROPWAT)

3.1 Latar Belakang

Air menjadi salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, hewan, dan tanaman. Pengendalian air sangant diperlukan dalam pengaturan di bidang irigasi. Pengendalian ini dilakukan agar tidak terjadi kekurangan air pada musim kemarau. Terpenuhinya kebutuhan air irigasi, diharapkan tidak terjadi kelebihan air pada musim hujan. Kelebihan air ini mengakibatkan air terbuang percuma tanpa adanya pemanfaatan sehingga menjadi aliran permukaan.

Pengetahuan tentang keirigasian terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan secara umum. Masuknya era digital juga merambah pada ranah ilmu keirigasian. Perhitungan tentang keirigasian baik mulai dari kebutuhan air irigasi, kebutuhan air tanaman, kebutuhan air pada suatu lahan dan sebagainya. Perhitungan dapat dihitung dengan menggunakan rumus manual. Berkembangnya teknologi semua dapat dihitung dengan menggunakan

software.

(44)

memprediksi tanggal penanaman dan tanggal pemanenan yang baik dari data klimatologi tahun sebelumnya. Cropwat 8.0 dapat menaksir dengan tepat penurunan lahan akibat tekanan air dan dampak iklim. Pemahaman yang mendalam tentang pengaplikasian Cropwat 8.0 dalam kegiatan keirigasian ini sangat bermanfaat dan bahkan seharusnya sangat dibutuhkan sebagai mahasiswa teknik pertanian.

3.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mengenal software komputer untuk menghitung kebutuhan air tanaman;

2. Mengenal software komputer untuk menghitung kebutuhan air irigasi beserta karateristiknya.

3.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :

1. Agar praktikan mampu mengetahui karakteristik dari kebutuhan air tanaman dan air irigasi;

2. Agar praktikan mampu menghitung kebutuhan air irigasi; 3. Agar praktikan mampu menghitung kebutuhan air tanaman; 4. Agar praktikan mampu mengoperasikan software Cropwat 8.0.

3.4 Tinjauan Pustaka 3.4.1 Sejarah Cropwat

(45)

Roma. Cropwat v.5.7 dilengkapi dengan fasilitas yang terhubung dengan program

climwat yang berupa database dari sumber data klimatologi dari 3261 stasiun 144 negara di seluruh Asia, Afrika, Timur Tengah, Eropa Selatan, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Software cropwat 8.0 (Crop Water Requirement) adalah program komputer

untuk perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi berdasarkan data tanah, iklim, dan tanaman. Selain itu, program ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanaman. Prosedur perhitungan yang digunakan dalam semua cropwat 8.0 didasarkan pada dua publikasi dari FAO irigasi dan drainase series yaitu No. 56 “Evapotranspirasi Tanaman Pedoman Untuk Kebutuhan Air Tanaman Komputasi” dan No. 33 “Tanggapan Hasil Untuk Air”.

3.4.2 Metode dan Rumus Yang Digunakan Pada Cropwat 1. Metode Penman-Monteith

Rumus yang menjelaskan ETo secara teliti adalah rumus Penman-Monteith, yang diuraikan dengan persamaan :

ETo=

0.408∙ ∆(RnG)+Y2

(

esea

)

T900 +273

+Y(1+0.3μ2)

...(8)

Keterangan :

ETo : evapotranspirasi tanaman acuan (mm/ hari)

Rn : radiasi netto pada permulaan tanaman (MJ/m2/hari)

(46)

∆ : kurva kemiringan tekanan uap (kPa/˚C) Y : konstanta psychometric (kPa/˚C)

2. Metode USDA / System Soil Taxonomy

Sistem ini pernah dikenal namun sulit digunakan. Sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat komunikasi antar tanah oleh pakarnya. Tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB. Beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam sistem WRB yang lebih mewakili. Sistem ini bersifat hierarkis. Pada saat pertama terdapat penggolongan 12 (pada versi pertama berjumlah sepuluh) dengan kelompok utama yang disebut soil order "ordo tanah" adalah :

Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing ord0. Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di bumi dan atmosfer.

3.4.3 Fungsi Cropwat

(47)

2. Pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanam.

3. Mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani.

4. Menilai kinerja tanaman yang berhubungan dengan kebutuhan air. 5. Perencanaan dan pengembangan irigasi.

6. Dapat menakar dengan tepat penurunan lahan akibat tekanan air dan dampak iklim yang membuat model ini menjadi sarana terbaik untuk perencanaan dan manajemen irigasi.

7. Menghitung evapotranspirasi acuan, kebutuhan air dan irigasi tanaman.

8. Mendukung pembuatan keputusan terkait dengan perencanaan dan manajemen. 3.4.4 Tools dan Fungsinya pada Cropwat

1. New, berfungsi untuk membuat file baru atau input data baru. 2. Open, berfungsi untuk membuka file yang ada di dalam database. 3. Save, berfungsi untuk melakukan penyimpanan data atau analisis. 4. Close, berfungsi untuk menutup file atau data yang aktf.

5. Print, berfungsi untuk melakukan printout data atau hasil analisis.

6. Chart, berfungsi untuk menampilkan data atau hasil analisis berupa grafik

(climate, ETo, RHmin, CWR, Irrigation Schedule, etc).

7. Options, berfungsi untuk memberi pilihan.

8. ETo File, berfungsi untuk menyimpan data atau berisikan data-data evapotranspirasi.

9. Rain File, berfungsi untuk menyimpan data atau berisikan data-data hujan.

10. Crop File, berfungsi untuk menyimpan data atau berisikan data-data tumbuhan.

(48)

16. Climate/ETo, berfungsi untuk memasukkan data-data evapotranspirasi.

17. Rain, berfungsi untuk memasukkan data-data hujan.

18. Crop, berfungsi untuk melihat data tanaman. 19. Soil, berfungsi untuk melihat data tanah.

20. CWR, berfungsi untuk melihat grafik yang berhubungan dengan

evapotranspirasi.

21. Schedule, berfungsi untuk penjadwalan atas data-data yang dimasukkan.

22. Crop Pattern, berfungsi untuk mengetahui pola tanam.

23. Scheme, berfungsi untuk mengetahui skema dari pola tanam.

3.4.5 Unsur-unsur Klimatologi yang Dibutuhkan 1. Suhu atau Temperatur Udara

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya sesuatu dan dinyatakan dalam skala ˚C atau satuan suhu lainnya. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur disebut termometer. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan semakin ke kutub maka akan semakin dingin.

2. Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut psicometer atau higrometer. Kelembaban udara dapat mempengaruhi fisiologis tanaman. Kelembapan udara dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelembapan mutlak dan kelembapan nisbi. Kelembapan mutlak (absolut) ialah jumlah massa uap air yang ada dalam suatu satuan volume di udara. Kelembapan nisbi (relatif) ialah banyaknya uap air di dalam udara berupa perbandingan antara jumlah uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.

3. Intensitas Radiasi Matahari

(49)

matahari merupakan faktor yang paling utama yang berperan dalam proses pembentukkan cuaca di atmosfer bumi karena dari radiasi mataharilah “panas” diperoleh untuk menjadi “penggerak” siklus-siklus di atmosfer yang menyebabkan perubahan cuaca dari waktu ke waktu. Dalam obervasi meteorologi sinoptik (permukaan), radiasi matahari diamati dengan alat solarimeter.

4. Tekanan Udara

Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat danya berat dari lapisan udara. Permukaan bumi secara langsung ditekan oleh udara, karena udara memiliki massa. Tekanan udara dapat diukur dengan menggunakan barometer. Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan udaranya. Kondisi ini karena makin tinggi tempat akan makin berkurang udara yang menekannya. Satuan hitung tekanan udara adalah milibar, sedangkan garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat dengan tekanan udara yang sama disebut isobar.

5. Angin

(50)

tempat yang mempunyai curah hujan yang sama disebut Isohyet Curah hujan atau presipitasi adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh hingga permukaan bumi. Banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat di bumi dapat diketahui dengan mengukur besarnya curah hujan tersebut menggunakan alat penakar hujan. Ada pula beberapa sebutan untuk alat penakar hujan yaitu sering disebut fluviometer ataupun ombrometer.

3.5 Metode Praktikum 3.5.1 Waktu dan Lokasi

Pelaksanaan praktikum pengenalan perangkat lunak kebutuhan air irigasi

(CROPWAT) ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sumber Daya Lahan dan

Air pada hari Sabtu tanggal 3 September 2016 pukul 6.30 WIB. 3.5.2 Alat dan Bahan

1. Seperangkat komputer dan aplikasi Cropwat 8.0; 2. Data klimatologi bulanan dan data tanaman. 3.5.3 Metoda Kerja

1. Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan dengan menggunakan

software Cropwat 8.0 untuk mengetahui laju evapotranspirasi dan menentukan

(51)

Gambar 11. Print screen Langkah Kerja

(52)

2. Muncul window seperti gambar di atas, lalu pilih Climate/ETo dan input-kan data yang telah didapat. Data yang diperoleh dari sumber website weather base

pada stasiun Seminyak Bali Indonesia, dapat dilihat pada gambar di atas. Data yang diinputkan berupa temperatur minimum, temperatur maksimum, kelembaban, kecepatan angina, dan pancaran sinar matahari. Data output-nya berupa radiasi dan evapotranspirasi dalam mm/hari.

Gambar 12. Data Klimatologi

Sumber: Simulasi Data Softwarei Cropwat

3. Klik Rain, lalu input-kan data yang diperoleh. Data yang telah di input berupa curah hujan dan akan mengeluarkan nilai output curah hujan efektif. Total curah hujan sebesar 6740.0 mm dan hujan efektif sebesar 2153.4 mm.

Gambar 13. Tabel Montly Rain

(53)

4. Pilih Crop, lalu klik Open, lalu klik FAO. Pilih jenis tanaman yang akan di

input-kan, disini dipilih jenis tanaman Beans-DR.CRO. Jenis tanaman dry

beans yang ditanam pada tanggal 15 Oktober 2016 akan panen pada tanggal 1

Februari 2017. Dengan kedalaman akar mula-mula 0.30 m sampai 0.90 m. Data lengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 14.Data Crop

Sumber: Simulasi Data Software Cropwat

(54)

6. Klik CWR maka akan mucul data-data per dekade dalam bentuk tabel. Agar lebih jelasnya lalu klik Chart;

7. Pilih Schedule, lalu klik Chart.

3.6 Hasil dan Pembahasan 1. Tabel dan Grafik Crop Water Requirements

Gambar 16. Tabel dari Crop Water Requirements

Sumber: Simulasi Data Software Cropwat

Data ouput dari Crop Water Requirements yang dihasilkan untuk tanaman

(55)

Gambar 17. Grafik Crop Water Requirements

Sumber: Simulasi Data Software Cropwat

(56)

2. Tabel dan Grafik Crop Irrigation Schedule

Gambar 18. Crop irrigation schedule

Sumber: Simulasi Data Software Cropwat

(57)

Gambar 19. Grafik crop irrigation schedule

Sumber: Simulasi Data Software Cropwat

Grafik pada schedule menunjukkan penyimpanan air pada tanah black clay soil dengan hari setelah tanam pada tanaman dry bean. Tanah black clay soil

(58)

3.7 Penutup 3.7.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum objek ini dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan software CROPWAT 8.0 kita dapat menentukan laju evapotranspirasi dan kebutuha air pada tanaman yang akan ditanam. Aplikasi

CROPWAT 8.0 juga dapat menentukan waktu pemanenan pada tanaman yang akan ditanami sesuai dengan tanggal penanaman. Dengan menggunakan data meteorogi suatu wilayah, yang berupa temperatur maksimum, temperatur minimum, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin dan sinar matahari akan menghasilakn ouput berupa radiasi sinar matahari, evapotranspirasi dan efisiensi curah hujan. Data meteorologi ini membantu dalam menentukan kebutuhan air pada tanaman yang akan ditanami pada wilayah tersebut. Aplikasi ini juga menunjukkan waktu pemberian air yang tepat agar tanaman tidak mengalami kekeringan. Data output yang diperoleh untuk tanaman dry beans dengan menggunakan tmedia tanam black clay soil menunjukkan nilai pada Actual Irrigation Requirement sebesar -681.0 mm. Nilai ini diperoleh dari efektif curah hujan yaitu sebesar 1139.7 mm dengan kebutuhan air yang dibutuhi tanaman yaitu sebesar 458.7 mm. Nilai ini menunjukkan bahwa efisiensi hujan yang turun mencukupi kebutuhkan air tanaman, bahkan berlebih. Hujan yang turun berkisar 41.2% sedangkan efisiensi irigasi 100%. Aplikasi ini bisa membantu para petani untuk menghasilkan produk pertanian yang lebih baik lagi.

3.7.2 Saran

Adapun saran untuk praktikan yang akan melakukan objek ini yaitu:

1. Praktikan sebaiknya memahami terlebih dahulu materi tentang aplikasi

CROPWAT 8.0;

(59)

karena akan mengganggu praktikan yang sedang melakukan praktikum objek lain;

4. Setelah melakukan praktikum objek ini diharapkan praktikan langsung mencari data meteorologi, dikarenakan data meteorologi yang lengkap menjadi salah satu data yang sulit untuk dicari;

(60)

BAB IV

PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN

4.1 Latar Belakang

Persyaratan tumbuh suatu tanaman salah satunya irigasi. Irigasi dapat diberikan pada tanaman melalui berbagai cara. Memberikan irigasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan suatu tanaman, maka sebelumnya harus dilakukan penentuan kebutuhan air tanamannya. Tingkat kebutuhan air suatu tanaman atau evapotranspirasi (ETo) telah mewakili banyaknya kebutuhan air suatu tanaman dari besarnya penguapan yang dihasilkan oleh evaporasi dan transpirasi. Menentukan besarnya kebutuhan air tanaman salah satu caranya melalui perhitungan. Perhitungan biasanya dilakukan atas dasar data-data cuaca yang didapat maupun pengukuran langsung.

Air sungai dibutuhkan dalam kelangsungan hidup manusia. Air tidak hanya untuk diminum, namun banyak hal lain yang didukung oleh penyediaan air irigasi. Kebutuhan air tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, dan kebutuhan air untuk tanaman. Kebutuhan air untuk tanaman sangat penting untuk memenuhi senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman. Selama penggunaan air irigasi perlu diperhitungkan air yang digunakan agar lebih efisien. Sehingga air tidak digunakan telalu berlebihan ataupun kekurangan.

Air dapat hilang dalam proses evapotranspirasi. Evapotranspirasi terjadi pada siang hari ketika keberadaan matahari menyebabkan air dari tanah dan tumbuhan menguap. Kebutuhan air tanaman (ET) dapat diukur melalui perkalian antara koefisien evapotranspirasi tumbuhan dengan nilai evapotranspirasi standar. Operator yang berada di bidang pertanian dapat mengetahui nilai evaporasi denga berbagai metode yang tepat untuk melakukan pengairan. Pengairan tersebut dilakukan agar tidak terjadinya kehilangan air yang berkepanjangan.

(61)

Sebagai mahasiswa teknik pertanian sangan dituntut untuk mengetahui tata cara yang baik dalam pengolahan pengairan. Dampak pengolahan pengairan sendiri dapat dirasakan oleh banyak pihak, baik manusia, hewan maupun tanaman.

Klimatologi memiliki peran di berbagai bidang, contohnya dalam bidang pertanian, perikanan dan kelautan, telekomunikasi, pariwisata, transportasi, industri, bangunan, kekayaan hayati, persebaran penduduk, hingga budaya. Peranan klimatologi dalam bidang transportasi misalnya untuk mengetahui keadaan cuaca saat penerbangan. Klimatologi perlu dipelajari karena klimatologi dapat menjelaskan gejala atmosfer dan meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan akibat negatif yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca/iklim. Budidaya tanaman pertanian sangat bergantung pada keadaan iklim dan cuaca. Dalam bidang teknik pertanian klimatologi berperan dalam menentukan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi. Mempelajari klimatologi juga dapat untuk menyusun rekayasa bidang teknik, sosial dan ekonomi dengan menerapkan teknologi pemanfaatan sumberdaya cuaca/iklim.

4.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Menentukan besarnya nilai kebutuhan air tanaman (crop water requirement); 2. Menentukan evaporasi yang terjadi perhari;

3. Menetukan infiltrasi yang terjadi perhari; 4. Menentukan curah hujan yang terjadi perhari.

4.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :

(62)

4.4 Tinjauan Pustaka 4.4.1 Pengertian Klimatologi

Klimatologi adalah studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan sebagai kondisi cuaca yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang. Klimatologi juga mencakup aspek aseanografi dan biogeokimia. Jadi klimatologi adalah ilmu yang mencari sifat iklim, mengapa iklim diberbagai tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data dan dengan statistik dalam pengerjaannya. Kebanyakan orang sering mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik.

Klimatologi dilakukan dengan berbagai cara. Paleoklimatologi memproyeksikan ulang iklim pada masa lalu dengan memeriksa catatan seperti inti es dan cincin pertumbuhan pohon (dendroklimatologi). Paleotempestologi menggunakan catatan yang sama untuk menentukan frekuensi badai dalam jangka waktu ribuan tahun lamanya. Studi kontemporer iklim melibatkan data meterologi yang diakumulasikan dalam jangka waktu beberapa tahun, seperti data curah hujan, temperatur, dan komposisi atmosfer. Pengetahuan atmosfer dan dinamikanya juga dikumpulkan dalam permodelan, seperti permodelan statistika atau permodelan matematika, yang mengintegrasikan berbagai pengamatan dan menguji kecocokannya. Permodelan digunakan untuk memahami iklim pada masa lalu, iklim sekarang, dan iklim pada masa depan. Klimatologi historis adalah studi iklim sebagai faktr yang mempengaruhi perkembangan sejarah manusia dan fokus hanya pada kurun waktu ratusan atau puluhan ribu tahun saja.

(63)

dimodelkan sebagai proses stokastik, namun secara umum diterima sebagai perkiraan terhadap proses iklim yang terlalu kompleks untuk dianalisa.

4.4.2 Perbedaan Arah Hujan dan Intensitas Hujan

Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang terdapat dalam siklus hidrologi dan sangat dipengaruhi oleh iklim. Intensitas curah hujan merupakan ukuran jumlah hujan per satuan waktu tertentu selama hujan berlangsung. Hujan umumnya dibedakan menjadi 5 tingkat sesuai intensitasnya seperti :

1. Sangat lemah, intensitasnya < 0.02 mm/menit; 2. Lemah, intensitasnya (0.02-0.05) mm/menit; 3. Sedang, intensitanya (0.05-0.25) mm/menit; 4. Deras, intensitasnya (0.25-1) mm/menit; 5. Sangat derat, intensitasnya > 1 mm/menit.

Arah hujan sangat dipengaruhi oleh letak geografis suatu wilayah dan juga dipengaruhi oleh angina muson. Data hujan mempunyai variasi yang sangat besar dibandingkan unsur iklim lainnya, baik variasi menurut tempat maupun waktu. Data hujan biasanya disimpan dalam satu hari dan berkelanjutan.

Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman.

(64)

turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.

4.4.3 Metode Pengukuran Curah Hujan

Metode yang digunakan untuk pengukuran curah hujanmeliputi : 1. Metode Blaney-Criddle

Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi dari tumbuhan yang pengembangannya didasarkan pada kenyataan bahwa evapotranspirasi bervariasi sesuai dengan keadaan temperatur, lamanya penyinaran matahari, kelembaban udara, dan kebutuhan tanaman yang diuraikan dengan persamaan :

... (9) Keterangan :

U : selama pertumbuhan tanaman (inc).

K : koefisien empiris yang tergantung pada tipe dan lokasi tanaman.

P : persentase jumlah jam penyinaran matahari per bulan dalam 1 tahun (%). T : temperatur bulan ke-n (˚F).

2. Metode Radiasi

Berdasarkan metode radiasi besarnya evapotranspirasi diuraikan dengan persamaan :

... (10) Keterangan :

ET : evapotranspirasi (mm/hari). C : faktor koreksi f (RH, n/N, U).

(65)

(n/N) : faktor lamanya penyinaran matahari. N : maksimun lamanya penyinaran matahari.

Ra : radiasi matahari ekdtra terestial tergantung dari letak lintang. 3. Metode Penmant Modifikasi

Rumusan besanya evapotranspirasi dinyatakan dalam :

... (11) Keterangan :

ET : evapotranspirasi (mm/hari). e : faktor koreksi.

W : faktor bobot.

Rn : radiasi netto ekivalen (mm/hari).

...(12) Rns : (1 - )ẞ

...(13) Keterangan :

Ra : radiasi matahari. Rni : f(t) f(ed) f(n/N).

N : maksimum lamanya penyinaran. (1-W) : faktor bobot f(t ˚C, elevasi, U dan e). f(u) : fungsi kecepatan angin.

(66)

Tk : temperatur (K)

F(ed) : fungsi efek tekanan uap

...(16) f(n/N): fungsi efek matahari

...(17) 4. Metode Panci Evaporasi

Rumusan besaran evapotranspirasi dinyatakan dalam :

...(18) ...(19) ...(20) Keterangan :

Kp : koefisien panci

Kc : koefisien tanaman

5. Metode rata-rata aritmatik (aljabar)

Pengukuran yang dilakukan dibeberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah stasiun. Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :

a. Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS. b. Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS. 6. Metode Thiessen

Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Pada metode ini stasiun hujan minimaltiga untuk perhitungan.

7. Metode Isohyet

Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama. Metode Isohyet adalah metode paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-rata disuatu daerah.

(67)

Evaporasi adalah proses dimana air menjadi uap air dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer. Kedalaman air juga mempengaruhi evaporasi, karena untuk menaikkan temperatur air yang mempunyai lapisan tebal lebih banyak diperlukan panas daripada yang mempunyai lapisan tipis.

Proses ini sebenarnya terdiri dari dua kejadian yang saling berkelanjutan yaitu:

1. Interface Evaporation : yaitu proses pertukaran air di permukaan menjadi uap

air di permukaan (interface) yang besarnya tergantung dari energi dalam yang tersimpan (stored energy)

2. Vertical Vapor Transfer : yaitu perpindahan lapisan udara yang jenuh uap air dari interface ke lapisan di atasnya, dan hal ini bila memungkinkan proses penguapan akan berjalan terus. Transfer ini dipengaruhi oleh kecepatan angin, topografi dan iklim lokal. Disamping itu penguapan juga dipengaruhi oleh kelembaban udara, tekanan udara, kedalaman air dan kualitas air.

Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tanaman. Transpirasi tergantung pada kelembaban dari udara atau atmosfer dan juga pada beberapa banyak kelembaban tanah dimana tanaman miliki. Transpirasi berbeda dengan penguapan/evaporasi sederhana, sebab proses berlangsung pada jaringan hidup dan dipengaruhi oleh fisiologi tumbuhan. Umumnya transpirasi berlangsung melalui stomata.

(68)
(69)

4.4.5 Infiltrasi

Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Didalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara menuju mata air, danau, sungai, atau secara vertikal yang dikenal dengan perkolasi menuju air tanah. Faktor yang mempengaruhi :

1. Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh.

Air yang tergenang di atas permukaan tanah terinfiltrasi ke dalam tanah, yang menyebabkan suatu lapisan di bawah permukaan tanah menjadi jenuh air. Apabila tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat dianggap bahwa air mengalir ke bawah melalui sejumlah tabung kecil. ALiran melalui lapisan tersebut serupa dengan aliran melalui pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan tanah (D)

memberikan tinggi tekanan pada ujung atas tabung, sehingga tinggi tekanan total yang menyebabkan aliran adalah D+L.

Tahanan terhadap aliran yang diberikan oleh tanah adalah sebanding dengan tebal lapis jenuh air L. Pada awal hujan, dimana L adalah kecil dibanding D, tinggi tekanan adalah besar dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air masuk ke dalam tanah dengan cepat. Sejalan dengan waktu, L bertambah panjang sampai melebihi D, sehingga tahanan terhadap aliran semakin besar. Pada kondisi tersebut kecepatan infiltrasi berkurang. Apabila L sangat lebih besar daripada D, perubahan L mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan gaya tekanan dan hambatan, sehingga laju infiltrasi hampir konstan.

2. Kelembaban tanah

(70)

mengembang dan menutupi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode awal hujan.

3. Pemampatan oleh hujan.

Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh butiran air hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir halus (seperti lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi. Untuk tanah pasir, pengaruh tersebut sangat kecil.

4. Tanaman penutup.

Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau hutan, dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya tanaman penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan terbentuk lapisan humus yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga. Apabila terjadi hujan lapisan humus mengembang dan lobang-lobang (sarang) yang dibuat serangga akan menjadi sangat permeabel. Kapasitas infiltrasi bisa jauh lebih besar daripada tanah yang tanpa penutup tanaman.

4.4.6 Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporai terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer

(vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hamper semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman.

Faktor yang mempengaruhi : 1. Ketersediaan air;

(71)

4.4.7 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman

1. Topografi, untuk lahan miring membutuhkan air lebih banyak dari lahan datar karena air akan cepat mengalir;

2. Hidrologi, semakin banyak curah hujan semakin sedikit kebutuhannya;

3. Klimatologi, untuk rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan evapotranspirasi; 4. Evaporasi, dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, angina, dan lain-lain;

5. Transpirasi, pada siang hari tubuh tanaman dapat melampaui evaporasi dari permukaan air, tetapi sebalinya jika malam.

6. Evapotranspirasi, sering disebut kebutuhan konsumtif makanan. 4.5 Metodologi Praktikum

4.5.1 Waktu dan Lokasi

Pelaksanaan praktikum penentuan kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air tanaman ini dilakukan di samping rumah kaca Fakultas Pertanian pada hari sabtu jam 06.30 tanggal 18 September 2016. Pengambilan dilakukan pada hari Minggu sampai hari Jumat setiap sebelum jam 07.00 tanggal 19 September 2016 sampai 23 September 2016. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Teknik Sumber Daya Lahan dan Air Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Andalas, Padang

4.5.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1. Ember;

(72)

4.5.3 Metode Kerja

Adapun metode kerja dalam pelaksanaan praktikum ini adalah: 1) Curah Hujan

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan;

2. Ukur kayu reng sepanjang 120 cm sebanyak 4 batang dan tanamkan ke dalam tanah, 3 untuk kaleng biscuit dan 1 untuk ombrometer;

3. Pasang kaleng biscuit di atas 3 kayu reng tersebut;

4. Pasang ombrometer pada 1 kayu reng dan ikat agar posisinya tidak berubah; 5. Ukur diameter kaleng biskuit.

2) Evapotranspirasi

1. Letakkan ember kira-kira 30 cm dari letak kaleng biskuit dan letakkan di atas susunan batu bata agar letak ember rata;

2. Ukur diameter ember dan tinggi ember serta diameter kaleng biskuit; 3. Isi ember dengan air, tetapi jangan sampai penuh;

4. Ukur tinggi air dan ruang kosongnya. 3) Infiltrasi

1. Tanamkan single ring pada tanah hingga meninggalkan ruang setinggi 30 cm;

2. Isi single ring yang telah dibenamkan dengan air, kemudian ukur pengurangan air setiap 10 menit. Pengukuran dihentikan ketika air sudah jenuh;

(73)

4.6 Hasil dan Pembahasan 4.6.1 Hasil

Tabel 6. Curah Hujan dan Evaporasi

No CHOmbrometer

Sumber: Analisis Data Praktikum

Keterangan :

CHombro: Curah hujan yang tertampung pada ombrometer (mm)

CHkaleng: Curah hujan yang tertampung pada kaleng (mm)

(74)

0

Gambar 20. Grafik Hubungan CHOmbrometer dengan Evaporasi Sumber: Analisis Data Praktikum

Tabel 7. Pengukuran Infiltrasi

(75)

19.64320

Sumber: Analisis Data Praktikum

Keterangan : F : Infiltasi Fo : Infiltrasi awal Fc : Infiltrasi konstan K : Koefisien

F(t) : Kapasitas infiltrasi (mm) f(t) : Volume infiltrasi (mm)

0

Gambar

Tabel 1. Jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman
Tabel 2. Pengukuran dengan Menggunakan Pelampung
Tabel 3. Koefisien Pelampung
Gambar 1. Hasil Pengamatan Praktikum (Sabtu)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika harga kubis maupun bawang merah pada masa tanam sebelumnya tinggi, maka petani akan berlomba-lomba ikut menanam komoditas tersebut lebih banyak relatif

Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan hidup. Jadi, interaksi

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa Mapindo jurusan Akomodasi Perhotelan dalam menggunakan preposisi tempat dan mengidentifikasi

Pada beberapa stasiun lainnya ada yang memiliki fasilitas pendukung seperti di Stasiun Gubeng terdapat fasilitas zebra cross, Stasiun Wonokromo terdapat fasilitas

Petugas yang bertanggung jawab dibagian pembelian harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain: jumlah bahan makaann yang diperlukan untuk tiap-tiap porsi,

Atom yang mengikat suatu atom dengan prioritas tinggi akan diprioritaskan (jangan menjumlakan nomor- nomor atom, melainkan mencari atom tunggal yang berprioritas tinggi). 4)

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan penulis kelapangan, di SMAN I Cigugur kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa kelas XI adalah kegiatan ekstrakurikuler yang

Jalur yang dapat langsung diakses ke puncak Gunung Ciremai terdapat tujuh jalur, yaitu jalur dari Palutungan, Linggarjati, Setianegara, Cibuntu, dan Padabeunghar di Kabupaten