• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ANTROPOMETRI BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Pengukuran 1.4 Batasan Masalah BAB II Studi Pustaka

BAB III Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV Analisis

BAB V Kesimpulan dan Saran

PENGUKURAN BEBAN FISIK KERJA BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Pengukuran 1.4 Batasan Masalah BAB II Studi Pustaka

BAB III Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV Analisis

(2)

KECEPATAN REAKSI BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Pengukuran 1.4 Batasan Masalah BAB II Studi Pustaka

BAB III Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV Analisis

BAB V Kesimpulan dan Saran

PENGINDERAAN DAN INFORMASI BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Pengukuran 1.4 Batasan Masalah BAB II Studi Pustaka

BAB III Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV Analisis

BAB V Kesimpulan dan Saran

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya. Sahalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada arsitek peradaban, Rasulullah SAW.

Laporan Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi ini merupakan salah satu dari pemenuhan tugas perkuliahan pada mata kuliah Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, yakni yang diberikan oleh dosen pembimbing kami Nur Fajriah, ST.

Pada Laporan Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi ini terdapat empat praktikum, antara lain: antropometri, pengukuran beban fisik kerja, kecepatan reaksi, serta penginderaan dan informasi. Keempatnya mutlak dibutuhkan agar suatu pekerjaan yang dilakukan menjadi efektif, dan efisien, serta diharapkan dapat meminimalisir kecelakaan kerja.

Dalam kesempatan ini, penyusun tak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan hingga laporan praktikum ini selesai. Penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan laporan praktikum yang akan datang.

Akhirnya, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi penyusun dan pembaca umum.

Jakarta, November 2011

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam system kerja, manusia berperan sebagai central, yatu sebgai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, dan pengevaluasian system kerja, sehingga untuk dapat menghasilkan rancangan system kerja yang baik perlu dikenal sifat-sifat, keterbatasan, serta semua kemampuan yang dimiliki manusia.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaat informas-informasi mengenai sifat, kemampuan, serta keterbatasan manusia untuk merancang suatu system kerja. Dengan ergonomi, penggunaan dan penataan peralatan atau fasilitas dapat lebih efektif, serta memberikan kepuasan kerja. Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokkan dalam lima bidang penelitian, yakni: antropometri, biomekanika, fisiologi, penginderaan, dan lingkungan kerja fisik.

1.2 Perumusan Masalah

Pokok masalah yang diambil adalah system pengukuran tubuh manusia. Selanjutnya, akan diketahui manfaat yang diperoleh dari system kerja yang baik dan benar terhadap kinerja pada suatu proses produksi.

1.3 Tujuan Pengukuran

Adapun tujuan dari pengukuran antropometri adalah sebagai berikut:

1. Praktikan mampu mengintegrasikan berbagai pertimbangan ergonomic, khususnya dari sisi antropometri, dalam merancang berbagai system kerja untuk menghasilkan rancangan yang efektif, aman, sehat, dan efisien.

2. Praktikan mampu mengalokasikan metode pengukuran antropometri dalam perancangan system kerja.

3. Praktikan mampu mengidentifikasikan data-data dimensional manusia yang dibutuhkan dalam merancang stasiun kerja, serta mampu menggunakan berbagai alat pengukuran antropometri untuk penganbilan data-data.

(5)

4. Praktikan mampu menggunakan metode pengolahan data antropometri untuk mendapatkan informasi yang valid untuk perancangan stasiun kerja.

5. Praktikan mampu merancang berbagai ruang kerja (workspace) dari system kerja berdasarkan data antopometri yang telah diolah.

1.4 Batasan Masalah

Secara garis besar, batasan masalah pada praktikum antropometri ini adalah kegiatan pengukuran dimensi tubuh manusia dengan menggunakan kursi antropometri, yang terdiri dari:

1. Pengukuran pada posisi duduk samping

2. Pengukuran pada posisi duduk menghadap ke depan 3. Pengukuran pada posisi berdiri

(6)

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Ergonomi

Untuk dapat menghasilkan rancangan sistem kerja yang baik perlu dikenal sifat-sifat, keterbatasan, serta kemampuan yang dimiliki manusia. Dalam sistem kerja, manusia berperan sentral yaitu sebagai perencana, perancang, pelaksana, dan pengevaluasi sistem kerja yang bekerja secara keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik atau memuaskan. Ilmu yang mempelajari manusia beserta perilakunya didalam sistem kerja disebut ergonomi (Sutalaksana, 1979).

Ergonomi ialah ilmu yang sistematis dalam memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja. Dengan ergonomi diharapkan penggunaan proyek fisik dan fasilitas dapat lebih efektif serta memberikan kepuasan kerja (Sutalaksana 1979). Salah satu definisi ergonomi yang menitikberatkan pada penyesuaian desain terhadap manusia adalah dikemukakan oleh Annis & Mc Conville (1996) dan menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien. Sedangkan Pulat (1992) menawarkan konsep desain produk untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam penggunaan desain produk. Konsep tersebut adalah desain untuk reliabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian, dan efisien dalam pemakaian.

Antropometri merupakan salah satu tool ilmu yang digunakan untuk menciptakan kondisi kerja yang ergonomis. Ergonomi merupakan ilmu perancangan berbasis manusia (Human Centered Design). Dengan diterapkannya ergonomi, sistem kerja menjadi lebih produktif dan efisien. Menurut (Sutalaksana 1979), dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian Ergonomi dapat dikelompokkan dalam 4 bidang penelitian, yaitu :

1. Penelitian tentang Display

Display adalah alat yang menyajikan informasi tentang lingkungan yang dikomunikasikan

dalam bentuk tanda-tanda atau lambang-lambang. Display terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Display Statis dan Display Dinamis.

(7)

Display Statis adalah display yang memberikan informasi tanpa dipengaruhi oleh

variabel waktu, misalnya peta. Sedangkan Display Dinamis adalah display yang dipengaruhi oleh variabel waktu, misalnya spidometer yang memberikan informasi kecepatan kendaraan bermotor dalam setiap kondisi.

2. Penelitian tentang Kekuatan Fisik Manusia

Penelitian ini mencakup mengukur kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas tersebut. Penelitian ini merupakan bagian dari biomekanik.

3. Penelitian tentang Ukuran/Dimensi dari Tempat Kerja.

Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan ukuran tempat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh manusia, dipelajari dalam Antropometri.

4. Penelitian tentang Lingkungan Fisik

Penelitian ini berkenaan dengan perancangan kondisi lingkungan fisik dari ruangan dan fasilitas-fasilitas dimana manusia bekerja. Hal ini meliputi perancangan cahaya, suara, warna, temperatur, kelembaban, bau-bauan dan getaran pada suatu fasilitas kerja. Masalah ini akan dibahas lebih jelas pada praktikum Lingkungan Kerja Fisik.

2.2 Antropometri

Istilah anthropometry berasal dari kata “anthropos (man)” yang berarti manusia dan “metron (measure)” yang berarti ukuran (Bridger, 1995). Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomis dalam suatu perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas marupakan faktor yang penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat komplek, harus berpedoman kepada antropometri pemakainya. Menurut Sanders & Mc Cormick (1987); Pheasant (1988), dan Pulat (1992), antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.

(8)

Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai data antropometri yang diaplikasikan (Sutalaksana, 1979 dan Sritomo, 1995), yaitu: 1. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.

Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat. 2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu.

Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah.

3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata.

Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan lain- lain.

Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu diamati adalah seperti Berat dan pusat massa (centre of gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki, dan lain-lain.

Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmen-nya (Nurmianto, 1996).

Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal : 1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll).

2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll).

3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian, kursi, meja, dll). 4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:

1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada Anthropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam.

(9)

2. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:

a. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari performa atlet.

b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contoh: Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.

c. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh: Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator komputer.

Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, diantaranya:

1. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan berkurang ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60 tahun.

2. Jenis Kelamin

Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul. 3. Rumpun dan Suku Bangsa (Etnis)

Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis. 4. Pekerjaan

Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia. 5. Sosio ekonomi dan konsumsi gizi yang rendah

6. Kondisi saat pengukuran

Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus) yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga perlu mendapat perhatian, seperti:

1. Cacat tubuh

Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang- orang cacat. 2. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan

(10)

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain.

3. Kehamilan (pregnancy),

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti itu.

B.3 PENGUKURAN BENTUK TUBUH

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tubuh manusia,sehingga dirasakan nyaman dan menyenangkan. Terdapat 5 tingkat kenyamanan, yaitu:

5 - ketidaknyamanan/sakit yang tidak tertahankan 4 - sakit yang masih bisa ditahan

3 - sakit

2 - kematian rasa

1 - sensasi yang dirasakan 0 - tidak ada sensasi

Misalnya kita akan mengukur tingkat kenyamanan suatu kursi, maka untuk menentukan terjadinya sensasi tersebut, terdapat 9 titik penting pertemuan antara badan dengan kursi yang menentukan kenyamanan, yaitu:

A- daun pundak (bagian yang paling menonjol dari tulang belikat) B- dasar pundak C- daerah punggung yang melengkung

D- daerah lengkungan pinggang E- pantat

F- pantat paling bawah G- pangkal paha H- pertengahan paha I - ujung paha

B.4 Posisi Tubuh Dalam Bekerja

Kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Clark (1996), menyatakan bahwa desain stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai derajat stabilitas tubuh yang tinggi;

(11)

mengurangi kelelaan dan keluhan subjektif bila bekerja lebih dari 2 jam. Di samping itu tenaga kerja juga dapat mengendalikan kaki untuk melakukan gerakan

Mengingat posisi duduk mempunyai keutungan maupun kerugian, maka untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh, perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja yang sesuai dilakukan dengan

posisi duduk. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki;

2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan; 3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar;

4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian lebih dari 15 cm dari landasan kerja;

5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi; 6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama; dan

7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posisi duduk. Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat duduk yang dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan posisi. Ukuran tempat duduk disesuaikan dengan dimensi ukuran antropometri pemakaiannya. Fleksi lutut membentuk sudut 900 dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau injakan kaki (Pheasant, 1988). Jika landasan kerja terlalu rendah, tulang belakang akan membungkuk ke depan, dan jika terlalu tinggi bahu akan terangkat dari posisi

rileks, sehingga menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman. Sanders & Mc Cormick (1987) memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi duduk sebagai berikut:

1. Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik;

2. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu, dengan lengan bahwa mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun (sloping down

slightly); dan

3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang berlebihan. Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000), bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental,

(12)

sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Namun demikian mengubah posisi duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan melelahkan. Pada dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk.

Pada desain stasiun kerja berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja untuk periode yang lama, maka faktor kelelahan menjadi utama. Untuk meminimalkan

pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut Pulat (1992) dan Clark (1996) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri adalah sebagai berikut:

1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut;

2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg); 3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah, dan ke samping;

4. Sering dilakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah; dan diperlukan mobilitas tinggi. Dalam mendesain ketinggian landasan kerja untuk posisi berdiri, secara prinsip hampir sama dengan desain ketinggian landasan kerja posisi dudukan. Manuaba (1986); Sanders & Mc Cormick (1987); Grandjean (1993) memberikan rekomendasi ergonomis tentang ketinggian landasan kerja posisi berdiri didasarkan pada ketinggian siku berdiri sebagai tersebut berikut ini.

1. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk mengurangi pembebasan statis pada otot bagian belakang, tinggi landasan kerja adalah 5-10 cm di atas tinggi siku berdiri.

2. Selama kerja manual, di mana pekerjaan sering memerlukan ruangan untuk peralatan; material dan kontainer dengan berbagai jenis, tinggi landasan kerja adalah 10-15 cm di bawah tinggi suku berdiri.

3. Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan kerja adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku berdiri.

(13)

BAB III

Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.1. Hasil Pengukuran Dimensi Tubuh

Berikut ini adalah hasil pengukuran dimensi tubuh terhadap 4 praktikan.

Praktikan I

Nama Praktikan : Andry Satya Nugraha

Umur :

NIM : 101.0315.003

Jenis Kelamin : Laki-laki Suku Bangsa : Jawa

Tabel 3.1 Pengukuran Dimensi Tubuh Praktikan I

a. Posisi Duduk Samping

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Tinggi duduk tegak Tdt 97 cm

2. Tinggi duduk normal Tdn 96 cm

3. Tinggi mata duduk Tmd 83 cm

4. Tinggi bahu duduk Tbd 64 cm

5. Tinggi siku duduk Tsd 27 cm

6. Tinggi sandaran punggung Tsp 56 cm

7. Tinggi pinggang Tp 20 cm

8. Pantat popliteal Pp 50 cm

(14)

b. Posisi Duduk Menghadap ke Depan

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Lebar Bahu Lb 44,5 cm

2. Lebar Pinggul Lp 42,5 cm

3. Lebar sandaran duduk Lsd 35,5 cm

4. Lebar pinggang Lpg 36,5 cm

5. Siku ke siku Sks 56 cm

c. Posisi Berdiri

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Tinggi badan tegak Tbt 182 cm

2. Tinggi mata berdiri Tmb 170,5 cm

3. Tinggi bahu berdiri Tbd 148 cm

4. Tinggi siku berdiri Tsb 109 cm

5. Tinggi pinggang berdiri Tpb 104 cm

6. Jangkauan tangan ke atas Jta 220 cm

7. Panjang lengan bawah Plb 50 cm

8. Tinggi lutut berdiri Tlb 47 cm

(15)

Praktikan II

Nama Praktikan : Atho MS

Umur :

NIM : 092.0315.008

Jenis Kelamin : Laki-laki Suku Bangsa : Jawa

Tabel 3.2 Pengukuran Dimensi Tubuh Praktikan II

a. Posisi Duduk Samping

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Tinggi duduk tegak Tdt 96 cm

2. Tinggi duduk normal Tdn 95 cm

3. Tinggi mata duduk Tmd 82,5 cm

4. Tinggi bahu duduk Tbd 65 cm

5. Tinggi siku duduk Tsd 31 cm

6. Tinggi sandaran punggung Tsp 54 cm

7. Tinggi pinggang Tp 24 cm

8. Pantat popliteal Pp 46,5 cm

9. Pantat ke lutut Pkl 65,2 cm

b. Posisi Duduk Menghadap ke Depan

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Lebar Bahu Lb 46 cm

2. Lebar Pinggul Lp 34,5 cm

3. Lebar sandaran duduk Lsd 48,5 cm

4. Lebar pinggang Lpg 32 cm

(16)

c. Posisi Berdiri

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Tinggi badan tegak Tbt 170,3 cm

2. Tinggi mata berdiri Tmb 157,5 cm

3. Tinggi bahu berdiri Tbd 140,5 cm

4. Tinggi siku berdiri Tsb 110,5 cm

5. Tinggi pinggang berdiri Tpb 103 cm

6. Jangkauan tangan ke atas Jta 190 cm

7. Panjang lengan bawah Plb 40 cm

8. Tinggi lutut berdiri Tlb 45 cm

(17)

Praktikan III

Nama Praktikan : Nur Hildawati

Umur : 22 tahun

NIM : 102.0315.011

Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Jawa

Tabel 3.3 Pengukuran Dimensi Tubuh Praktikan III

a. Posisi Duduk Samping

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Tinggi duduk tegak Tdt 80 cm

2. Tinggi duduk normal Tdn 78 cm

3. Tinggi mata duduk Tmd 70 cm

4. Tinggi bahu duduk Tbd 52 cm

5. Tinggi siku duduk Tsd 20,5 cm

6. Tinggi sandaran punggung Tsp 50 cm

7. Tinggi pinggang Tp 25 cm

8. Pantat popliteal Pp 46 cm

9. Pantat ke lutut Pkl 59 cm

b. Posisi Duduk Menghadap ke Depan

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Lebar Bahu Lb 38,7 cm

2. Lebar Pinggul Lp 37 cm

3. Lebar sandaran duduk Lsd 35 cm

4. Lebar pinggang Lpg 29 cm

(18)

c. Posisi Berdiri

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Tinggi badan tegak Tbt 154 cm

2. Tinggi mata berdiri Tmb 142 cm

3. Tinggi bahu berdiri Tbd 127 cm

4. Tinggi siku berdiri Tsb 93 cm

5. Tinggi pinggang berdiri Tpb 96 cm

6. Jangkauan tangan ke atas Jta 191 cm

7. Panjang lengan bawah Plb 37 cm

8. Tinggi lutut berdiri Tlb 45 cm

(19)

Praktikan IV

Nama Praktikan : M. Tharom Baihaqi

Umur :

NIM : 082.0312.021

Jenis Kelamin : Laki-laki Suku Bangsa : Jawa

Tabel 3.4 Pengukuran Dimensi Tubuh Praktikan IV

a. Posisi Duduk Samping

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Tinggi duduk tegak Tdt 87 cm

2. Tinggi duduk normal Tdn 85 cm

3. Tinggi mata duduk Tmd 72 cm

4. Tinggi bahu duduk Tbd 57 cm

5. Tinggi siku duduk Tsd 20 cm

6. Tinggi sandaran punggung Tsp 41 cm

7. Tinggi pinggang Tp 55 cm

8. Pantat popliteal Pp 50 cm

9. Pantat ke lutut Pkl 65 cm

b. Posisi Duduk Menghadap ke Depan

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Lebar Bahu Lb 38,5 cm

2. Lebar Pinggul Lp 30 cm

3. Lebar sandaran duduk Lsd 38 cm

4. Lebar pinggang Lpg 25 cm

(20)

c. Posisi Berdiri

No. Data yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran

1. Tinggi badan tegak Tbt 168 cm

2. Tinggi mata berdiri Tmb 158 cm

3. Tinggi bahu berdiri Tbd 141 cm

4. Tinggi siku berdiri Tsb 106 cm

5. Tinggi pinggang berdiri Tpb 106,5 cm

6. Jangkauan tangan ke atas Jta 210 cm

7. Panjang lengan bawah Plb 40 cm

8. Tinggi lutut berdiri Tlb 50 cm

(21)

BAB IV

Analisis

Dalam praktikum pengukuran dimensi tubuh menggunakan kursi khusus, bernama kursi antropometri. Praktikum dilakukan oleh empat orang praktikan yang terdiri dari seorang praktikan perempuan, dan tiga praktikan laki-laki. Dalam pengukurannya terdapat 3 posisi pengukuran, yakni:

1. Pada posisi duduk samping, teridiri atas pengukuran tinggi duduk tegak, tinggi duduk normal, tinggi mata duduk, tinggi bahu duduk, tinggi siku duduk, tinggi sandaran punggung, tinggi pinggang, tinggi pantat popliteal, dan pengukuran pantat ke lutut. 2. Pada posisi duduk menghadap ke atas pengukuran lebar bahu, lebar pinggul, lebar

sandaran duduk, lebar pinggang, dan pengukuran dari siku ke siku.

3. Pada posisi berdiri, terdiri atas pengukuran tinggi badan tegak, tinggi mata berdiri, tinggi bahu berdiri, tinggi siku berdiri, tinggi pinggang berdiri, jangkauan tangan ke atas, panjang lengan bawah, tinggi lutut berdiri, dan berat badan.

(22)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum pengukuran dimensi tubuh, kita dapat mengaplikasikan metode pengukuran antropometri dengan menggunakan kursi antropometri, serta dapat mengidentifikasikan data-data dimensional manusia yang dibutuhkan dalam merancang stasiun kerja.

5.2. Saran

Adapun saran untuk perbaikan praktikum pengukuran dimensi tubuh, antara lain: 1.

Gambar

Tabel 3.1 Pengukuran Dimensi Tubuh Praktikan I
Tabel 3.2 Pengukuran Dimensi Tubuh Praktikan II
Tabel 3.3 Pengukuran Dimensi Tubuh Praktikan III
Tabel 3.4 Pengukuran Dimensi Tubuh Praktikan IV

Referensi

Dokumen terkait

memperoleh rancangan desain kursi pangkas rambut yang ergonomis yang disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia dengan pendekatan ilmu ergonomi yaitu antropometri..

Fasilitas kerja yang tidak ergonomis dapat diketahui melalui pengukuran antropometri (dimensi tubuh ) pekerja dalam posisi duduk dengan menggunakan alat Martin Human Body..

Pengukuran nilai koefisien kehilangan empiris yang paling akurat pada praktikum ini adalah dengan menggunakan pipa pitot karena memiliki kesalahan relatif paling kecil

Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai pengukuran debit di saluran terbuka, metode pengukuran menggunakan tiga metode yaitu metode cipoletti, metode pelampung,

Pada praktikum kali ini menggunakan metode Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa Pada praktikum kali ini menggunakan metode Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap

Penggunaan data antropometri operator laki-laki bertujuan agar rancangan ulang ini dapat sesuai dengan postur tubuh operator, pengukuran dimensi meja menggunakan

Tubuh manusia dengan posisi berdiri dengan kedua tangan direntangkan terdiri dari dimensi antropometri rentangan tangan dan pengukuran dimensi tubuh manusia pada posisi berdiri