• Tidak ada hasil yang ditemukan

Appendix II telah memasukkan seluruh jenis Nepenthes spp sebagai tumbuhan yang perdagangannya perlu diawasi Konservasi ini menghimbau kepada semua pihak

a.Kantung Bawah b Kantung atas

4.3.7 Nepenthes rigidifolia Akhriadi, Hernawati & R Tamin.

Batang roset pada anakan, dewasa memanjat, panjang 90 cm-4 m, diameter 0,8-1,1 cm, jarak antar nodus 0,5-5,1 cm, bentuk silindris berwarna hijau kemerahan. Daun tunggal, tanpa tangkai duduk pada batang, berwarna hijau tua sampai hijau kemerahan, bentuk lanset sampai memanjang, daging seperti kulit tidak terlalu kaku, permukaan licin. Kantung bawah bentuk seperti kendi berleher pendek, tinggi 9,6-15 cm, berwarna hijau bercak hijau tua sampai coklat tua, daging seperti kertas berbulu kasar dan rapat, memiliki sayap, zona pencernaan berbentuk bulat membesar, panjang 6 cm, zona berlilin berbentuk silindris, panjang 11 cm, bibir tebal mengembang sedi8kit keras, bergerigi rapat dan sangat jelas, berwarna hijau dengan garis-garis merah tua sampai coklat tua, peristome rapat seperti duri jelas terlihat berwarna hijau kecoklatan rata dan terkadang berlekuk meruncing dibagian depan, lebar mengembang dikedua sisi naik meninggi dibagian belakang, daun penutup bangun bulat telur, membulat dibagian ujung dan berlekuk dibagian pangkal, berwarna hijau dengan bercak-bercak merah sampai coklat tua, taji panjang 0,8-2 cm, silindris, tidak

bercabang berwarna coklat tua. Perbungaan majemuk tidak terbatas, dioceus, ibu tangkai bunga memiliki bulu yang jelas terlihat, panjang 4,2-6 cm. Buah

fusiformis, berlokus dengan banyak biji, bila tua berwarna coklat tua dan jika mengering membelah menjadi 4 bagian.

Spesimen : AS 08, 25 Januari 2009 (Fr) (MEDA-USU) Distribusi : Sumatera Utara, Endemik (Hernawati & Akhriadi, 2006). Habitat : Teresterial Biasanya hidup di hutan pegunungan 1000-1500 m dpl (Hernawati & Akhriadai, 2006). Pada lokasi penelitian jenis ini hidup pada ketinggian 1388-1405 m dpl. Pada ordinat 020 39' 14,2" LU/980 23" 33,6"BT.

Status Internasional : IUCN (1994) - CITES - Apendiks II.

a. Kantung Bawah b. Bibir (Lib)

c. Peristom d. Sayap

e. Buah

4. 4 Persentasi Jumlah Nepenthes spp. di TWA Sicikeh-Cikeh, kabupaten Dairi, Sumatera Utara .

Tabel 2. Jenis dan Jumlah Individu Nepenthes spp. pada 3 Lokasi Penelitian di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh- Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. No Jenis Lokasi I (Indv/375 m2) II (Indv/375 m2) III (Indv/375 m2) 1 N. reinwardtiana x N. spectabilis 56 - 303 2 N. reinwardtiana 271 4 110 3 N. reinwardtiana x N. tobaica 2 - - 4 N. tobaica 35 - 65 5 N. spectabilis 43 86 32 6 N. rigidifolia 8 - - 7 N. rhombicaulis - - 41 Jumlah Individu 415 90 551 Jumlah Jenis 6 2 5

Pada Tabel 2 dapat dilihat dengan jelas bahwa jumlah individu terbanyak pada lokasi I (Danau I) adalah N. reinwardtiana dengan jumlah individu 271. Pada lokasi II (Danau II) adalah N. spectabilis dengan jumlah individu 86 individu dan pada Lokasi III (Danau III) adalah N. reinwardtiana x N. spectabilis dengan jumlah individu 303, diikuti oleh N. reinwardtiana dengan jumlah individu 110.

Pada Lokasi I jumlah individu terbanyak adalah N. reinwardtiana dengan jumlah individu 271. Pada lokasi ini suhu udara rata-rata 20,40 0C, suhu tanah 22,27 0

C, pH tanah 5,20, pH air danau 4,6, kelembaban udara 87,13 %, intensitas cahaya 108100 Lux dan kedalaman serasah 10,73 cm (Tabel 5). Faktor fisik seperti ini sangat disukai oleh Nepenthes spp. seperti N. reinwardtiana, pada lokasi penelitian N.reinwardtiana hidup pada tempat-tempat terbuka di pinggir danau atau merambat di atas pohon yang tinggi untuk mendapatkan sinar matahari yang banyak. Kondisi Lokasi I yang terbuka sangat mendukung kehidupan N.reinwardtiana sehingga jumlahnya sangat banyak bila dibandingkan dengan jumlah yang lainnya. Menurut Mansur (2006) Nepenthes spp. menyukai kondisi habitat asam dengan suhu udara rata-rata 18-24 0C dan Intensitas cahaya tinggi.

Pada Lokasi II jumlah individu terbanyak adalah N. spectabilis dengan jumlah individu sebanyak 303 dan diikuti oleh . Pada lokasi ini suhu udara rata-rata 20,27 0C, suhu tanah 19,80 0C, pH tanah 4,9, pH air danau 4,8, kelembaban udara70,53 %, intensitas cahaya 33,926,67 Lux dan kedalaman serasah 17,20 cm (Tabel 5). Pada Lokasi II faktor fisik lingkungannya sangat berbeda dengan Lokasi I dan Lokasi III, perbedaan faktor fisik ini dipengaruhi oleh rapatnya vegetasi pohon sehingga mempengaruhi iklim mikro diantaranya intensitas cahaya lebih rendah. Keadaan seperti ini tentu sangat berpengaruh pada keanekaragaman dan jumlah individu Nepenthes spp. Hanya Nepenthes yang menyukai faktor fisik seperti ini yang dapat memiliki jumlah individu yang banyak. Menurut Hotta (1922) N. spectabilis sangat menyukai habitat yang terlindung dengan intensitas cahaya rendah.

Pada Lokasi II jumlah individu terbanyak adalah N. reinwardtiana x N. spectabilis dengan jumlah individu sebanyak 303 diikuti oleh N. reinwardtiana

dengan jumlah individu sebanyak 110. Pada lokasi ini suhu udara rata-rata 22,26 0C, Suhu tanah 23,67 0C, pH tanah 3,09 pH air danau 4,7 kelembaban udara 71,27 %, intensitas cahaya 70053,33 Lux dan kedalaman serasah 17,93 cm (Tabel 5). Keadaan lingkungan pada Lokasi III tidak begitu jauh berbeda dengan keadaan lingkungan pada Lokasi I hal ini menyebabkan tidak jauh berbedanya jenis-jenis yang ada pada kedua lokasi. N. reinwardtiana x N. spectabilis dan N. reinwardtiana sama-sama menyukai intensitas cahaya yang tinggi, kesamaan ini menyebabkan kedua jenis Nepenthes ini memiliki jumlah terbanyak pada Lokasi III. Namun, pada lokasi III pH tanah dan pH air lebih asam dan kedalaman serasah lebih dalam, ini merupakan habitat yang sangat sesuai bagi Nepenthes spp. sehingga pada lokasi ini ada dua jenis yang memiliki jumlah individu yang banyak.

Tabel 3. Perbandingan Jumlah Individu Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi

No Jenis Persentasi Jumlah

1 N. reinwardtiana 36,4583 % 385 2 N. reinwardtiana x N. spectabilis 33,9962 % 359 3 N. spectabilis 15,2462 % 161 4 N. tobaica 9,4697 % 100 5 N. rhombicaulis 3,8826 % 41 6 N. rigidifolia 0,7576 % 8 7 N. reinwardtiana x N. tobaica 0,1894 % 2

Pada Tabel 3 dapat dilihat dengan jelas bahwa jumlah individu terbanyak

adalah N. reinwardtiana dengan 385 indv/0,0025ha (36,4583%), diikuti oleh N. reinwardtiana x N. spectabilis dengan 359 indv/0,0025 ha (33,9962%), N. spectabilis dengan 161 indv/0,0025 ha (15,2462%), N. tobaica dengan 100

indv/0,0025 ha (9,4697%), N. rhombicaulis dengan 41 indv/0,0025 ha (3,8826%), N. rigidifolia dengan 8 indv/0,0025 ha (0,7576%) dan yang memiliki jumlah terendah yaitu N. reinwardtiana x N. tobaica dengan 2 indv/0,0025 ha (0,1894%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.

33.9962%

36.4583% 0.1894%

9.4697%

15.2462% 0.7576% 3.8826%

N. reinwardtiana x N. spectabilis N. reinwardtiana

N. reinwardtiana x N. tobaica N. tobaica

N. spectabilis N. rigidifolia

N. rhombicaulis

Gambar 11. Perbandingan Jumlah Individu Tiap Jenis Nepenthes spp.

N. reinwardtiana dengan 385 indv/0,0025ha (36,4583%), menempati urutan pertama dengan jumlah individu dan persentasi terbesar. Menurut Hotta (1922) N. reinwardtiana memiliki penyebaran yang luas di pulau Sumatera. Jenis ini termasuk ke dalam tumbuhan dataran rendah sampai dataran tinggi. Jenis ini menyukai tanah-tanah kritis dan sering hidup bersama-sama dengan jenis lain seperti

Gleichenia sp., Imperata cylindrica dan Eupatorium sp. Pada lokasi penelitian N. reinwardtiana ini ditemukan di sekitar Lokasi I, Lokasi II dan Lokasi III pada

kondisi lingkungan dengan suhu udara 20,270C-22,670C, intensitas cahaya 7053,33-

33926,67 Lux dan pada pH-tanah 3,09-5,8 (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa N. reinwardtiana memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan, yaitu pada pH-

N. reinwardtiana x N. spectabilis memiliki jumlah individu sebesar 359 indv/0,0025 ha dengan persentasi sebesar 33,9962%. Menurut Clarke (2001),

kehadiran suatu jenis hibrid alami Nepenthes spp. di suatu habitat dapat ditandai bila pada habitat tersebut juga diumpai dua atau lebih jenis Nepenthes spp., dan bersama- sama memberikan kontribusi ciri morfologi pada jenis hibrid alami itu. Pada lokasi penelitian N. reinwardtiana x N. spectabilis ditemukan pada Lokasi I dan Lokasi II, dengan kondisi lingkungan suhu udara 20,270C-22,670C, Intensitas cahaya 7053,33-

33926,67 Lux dan pada pH-tanah 3,09-5,8 (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa N. reinwardtiana x N. spectabilis menyukai kondisi lingkungan seperti pada Lokasi I

dan Lokasi III yaitu pada pH-Tanah asam dan sedikit asam dengan intensitas cahaya rendah dan tinggi.

N. spectabilis dengan jumlah individu 161 indv/0,0025 ha dan persentasinya sebesar15,2462%, menempati urutan ketiga. Menurut Mansur (2006) N. spectabilis memiliki toleransi pada cahaya matahari, namun pada umumnya hidup pada tempat- tempat terlindung dengan kelembaban udara yang tinggi. Hal ini sesuai dengan lokasi penelitian yaitu suhu udara 20,27-22,670C, kelembaban udara 71,27-1058% pada pH-Tanah 3,09-5,8 dan Intensitas cahaya 33926,67-70053,33 Lux (Tabel 5), sehingga N. spectabilis dapat ditemukan pada ketiga lokasi penelitian.

N. tobaica dengan jumlah individu 100 indv/0,0025 ha dan persentasinya sebesar 9,4697%. Pada lokasi penelitian jenis ini dijumpai pada lokasi I dan Lokasi III, di mana pada kedua lokasi ini intensitas cahaya tinggi dan daerah sekitar danau agak terbuka (Tabel 5). Pada kedua lokasi jenis ini ditemukan hidup berdampingan dengan Sphagnum sp. Menurut Hotta (1922) N. tobaica di kelompokkan sebagai tumbuhan khas Sumatera Utara dengan penyebaran yang cukup luas. Jenis ini tergolong pada tumbuhan dataran tinggi dan suka hidup pada tempat terbuka dengan vegetasi semak belukar

N. rhombicaulis dengan jumlah individu sebesar 41 indv/0,0025 ha dan persentasinya sebesar 3,8826%. Pada lokasi penelitian jenis ini hanya ditemukan pada lokasi III, hal ini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki penyebaran yang sempit selain itu lokasi yang cocok adalah Lokasi III dengan suhu udara 22,670C, suhu tanah 23,670C, pH-Tanah 3,09, pH-Air 4,7, kelembaban udara 71,27%, intensitas cahaya

7053,33 Lux dan kedalaman serasah 17,93 cm (Tabel 5). Menurut Mansur (2006) N. rhombicaulis adalah jenis endemik Sumatera Utara. Jenis ini tumbuha baik pada

tempat-tempat agak terlindung dan tahan terhadap pH asam.

N. rigidifolia dengan jumlah individu sebesar 8 indv/0,0025 ha dan persentasi sebesar 0,7576%. Menurut Hernawati & Akhriadi (2006) N. rigidifolia adalah jenis tumbuhan dataran tinggi dan termasuk dalam jenis endemik Sumatera Utara. Jenis ini memiliki penyebaran yang sempit dan suka pada habitat yang lembab dengan intensitas cahaya tinggi. Pada lokasi penelitian N. rigidifolia hanya ditemukan pada Lokasi I yaitu suhu udara 20,400C, suhu tanah 22,270C, pH-Tanah 5,20, pH-Air 4,6, kelembaban udara 87,13%, intensitas cahaya 108100 Lux dan kedalaman serasah 10,73 cm (Tabel 5).

N. reinwardtiana x N. tobaica memiliki jumlah terendah yaitu dengan jumlah individu sebesar 2 indv/0,0025 ha dan persentasinya sebesar 0,1894%. Menurut Mansur (2006) suatu jenis hibrid yang tidak toleran terhadap lingkungan akan memiliki jumlah yang sangat sedikit dalam populasinya. Suatu jenis hibrid membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat resisten dan memiliki jumlah yang banyak pada suatu lingkungan. Pada lokasi penelitian N. reinwardtiana x N. tobaica hanya ditemukan pada Lokasi I dengan suhu udara 20,400C, suhu tanah 22,270C, pH- Tanah 5,20, pH-Air 4,6, kelembaban udara 87,13%, intensitas cahaya 108100 Lux dan kedalaman serasah 10,73 cm (Tabel 5). Selain kondisi Lokasi I yang sesuai dengan tempat hidup jenis ini, jauhnya jarak antara N. reinwardtiana dengan N. tobaica dan tidak samanya pematangan bunga pada kedua jenis ini menyebabkan sulitnya terjadi perkawinan silang, hal ini juga menyebabkan jumlah jenis ini sangat sedikit dibanding dengan yang lainnya.

4. 5 Kerapatan Mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Mutlak

(FM), Frekuensi Relatif (FR) dan Indeks Nilai Penting (INP) Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi,

Sumatera Utara.

Dari tiga lokasi penelitian mempunyai Indeks Nilai Penting yang beragam dan jenis yang berbeda. Indeks Nilai Penting pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis dan Nilai Kerapatan Mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR) dan Indeks Nilai Penting (INP) Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

No Jenis KM (m/Ha) KR (%) FM FR (%) INP (%)

Lokasi I 1 N. reinwardtiana 7226,6667 65,3012 0,8667 37,1429 102,4441 2 N. spectabilis 1146,6667 10,3614 0,6000 25,7143 36,0757 3 N. reinwardtiana x N. spectabilis 1493,3333 13,4940 0,4000 17,1429 30,6368 4 N. tobaica 933,3333 8,4337 0,3333 14,2857 22,7194 5 N. rigidifolia 213,3333 1,9277 0,0667 2,8571 4,7849 6 N. reinwardtiana x N. tobaica 53,3333 0,4819 0,0667 2,8571 3,3391 Total 11066,6667 100,0000 2,3333 100,0000 200,0000 Lokasi II 1 N. spectabilis 2293 95,5556 1,0000 93,7500 189,3056 2 N. reinwardtiana 107 4,4444 0,0667 6,2500 10,6944 Total 2400 100,0000 1,0667 100,0000 200,0000 Lokasi III 1 N. reinwardtiana x N. spectabilis 8080 54.9909 0.6000 32,1429 87,1338 2 N. reinwardtiana 2933 19.9637 0.5333 28,5714 48,5351 3 N. tobaica 1733 11.7967 0.3333 17,8571 29,6539 4 N. rhombicaulis 1093 7.4410 0.2000 10,7143 18,1553 5 N. spectabilis 853 5.8076 0.2000 10,7143 16,5219 Total 14693 100.0000 1.8667 100,0000 200,0000

Pada Tabel 4. INP tertinggi pada Lokasi I adalah N. reinwardtiana sebesar

102,4441%, diikuti oleh N. spectabilis sebesar 36,0757%, N. reinwardtiana x N. spectabilis sebesar 30,6368%, N. tobaica sebesar 22,7194%, N. rigidifolia sebesar

4,7849% dan N. reinwardtiana x N. tobaica sebesar 3,3391%. INP tertinggi pada Lokasi II berturut-turut adalah N. spectabilis sebesar 189,3056 dan terendah adalah N. reinwardtiana sebesar 10,6944%. INP tertinggi pada Lokasi III berturut-turut adalah N. reinwardtiana x N. spectabilis sebesar 87,1338%, N. reinwardtiana sebesar 48,5351%, N. Tobaica sebesar 29,6539%, N. rhombicaulis sebesar 18,1553% dan terendah adalah N. spectabilis sebesar 16,5219%.

Nilai Penting tertinggi pada lokasi I adalah N. reinwardtiana sebesar 102,4441%, Hotta (1922) menambahkan bahwa N. reinwardtiana memiliki kemampuan bertahan pada kondisi lingkungan yang miskin unsur hara, jenis ini juga menyukai daerah yang terbuka dengan penyinaran matahari tinggi. Pada Lokasi I suhu udara rata-rata 20,40 0C, suhu tanah 22,27 0C, pH tanah 5,20, pH air danau 4,6, kelembaban udara 87,130/00, intensitas cahaya 108100 Lux dan kedalaman serasah

10,73 cm (Tabel 5). Faktor fisik lingkungan seperti ini sangat cocok dengan N. reinwardtiana sehingga dapat dikatakan wajar apabila INP nya tinggi pada lokasi I.

Selanjutnya Resosoedarmo et al. (1989), menambahkan bahwa dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu atau beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat. Meskipun demikian tidak ada batas yang nyata antara keduanya sebab keduanya dapat saja beroperasi secara bersama-sama atau saling mempengaruhi, misalnya saja kondisi tanah, topografi, elevasi dan iklim

Nilai Penting tertinggi pada lokasi II adalah N. spectabilis sebesar 189,3056%. Menurut Mansur (2006) N. spectabilis menyukai habitat lembab dan daerah yang ternaungi. Pada Lokasi II suhu udara rata-rata 20,27 0C, suhu tanah 19,80 0

C, pH tanah 4,9, pH air danau 4,8, kelembaban udara 70,530/00, intensitas cahaya 33926,67 Lux dan kedalaman serasah 10,20 cm (Tabel 5). Jenis ini tidak menyukai penyinaran matahari langsung, pada lokasi II terdapat banyak pohon dengan tajuk yang luas hal ini sesuai dengan habitat N. spectabilis.

Indeks Nilai Penting tertinggi pada lokasi III adalah N. reinwardtiana x N. spectabilis sebesar 87,1338%. N. reinwardtiana x N. spectabilis

dapat hidup dengan baik pada Lokasi III karena kondisi lingkungan yang sesuai yaitu intensitas cahaya tinggi, kelembaban tinggi dan pH asam. suhu udara rata-rata 22, 67 0

C, suhu tanah 23,670C, pH tanah 3,09, pH air danau 4,7, kelembaban udara 71,270/00,

intensitas cahaya 70053,33 Lux dan kedalaman serasah 17,90 cm (Tabel 5). Clarke (2000) menyatakan jenis-jenis hibrid dapat tumbuh baik dan memiliki

penyebaran yang luas apabila telah mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan. Jenis hibrid alami ini memiliki sifat yang cendrung mirip dengan induknya sehingga menyukai tempat-tempat lembab dan agak terbuka. Apabila lingkungannya sesuai maka ia akan tumbuh baik dan memiliki jumlah yang besar dalam populasinya. Beberapa jenis Nepenthes spp yang suka pada daerah dengan sinar matahari tidak

langsung maka akan cenderung hidup di bawah kanopi pohon untuk menghindarai sinar matahari langsung.

INP terendah pada lokasi I adalah N. reinwardtiana x N. tobaica sebesar 3,3391 %. Suseno & Riswan dalam Sofyan (1991) menyatakan bahwa kerapatan tumbuhan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan serta tersedianya biji. Rendahnya nilai INP disebabkan oleh faktor lingkungan yang ekstrim bagi tumbuhan itu sendiri dimana suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya sangat mempengaruhi.

INP terendah pada lokasi II adalah N. reinwardtiana sebesar 10,6944%. Pada lokasi II. tajuk pohon yang rapat pada lokasi ini, menyebabkan perubahan iklim mikro, sehingga N. reinwardtiana yang menyukai habitat terbuka jarang dijumpai pada lokasi ini. Menurut Clarke (2001) beberapa jenis dari Nepenthes spp. mampu bertahan hidup pada penyinaran matahari penuh atau menyukai sinar matahari langsung, seperti N. reinwardtiana. Jenis yang menyukai sinar matahari langsung pada daerah yang terbuka.

INP terendah pada Lokasi III adalah N. spectabilis sebesar 16.5219%. Menurut Azwar (2002) N. spectabilis hidup pada tempat-tempat terlindung, di habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi. Pada Lokasi III tajuk-tajuk pohon tidak terlalu rapat, sehingga banyak tempat yang agak terbuka,

habitat yang seperti ini tidak sesuai dengan habitat tempat hidup N. spectabilis, sehingga jenis ini memiliki jumlah yang sedikit dalam populasinya.

Pramono (1992), menambahkan bahwa pertumbuhan selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Pengaruh lingkungan terdiri dari faktor tanah, iklim, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lain.

Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi pada lokasi I terdapat pada jenis N. reinwardtiana yaitu sebesar 65,3012%, dan yang terendah terdapat pada jenis N. reinwardtiana x N. tobaica sebesar 0,4819%. Besarnya nilai KR pada N. reinwardtiana yaitu sebesar 65,3012%, ini menunjukkan bahwa jenis ini dapat

beradaptasi pada lokasi lingkungan tepatnya di bawah naungan jenis-jenis pohon yang terdapat pada lokasi ini, terutama jenis yang dominan. Kecepatan perkecambahan biji

yang ditandai dengan bayaknya jumlah individu merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan jenis tumbuhan untuk menghadapi dan menanggulangi persaingan yang terjadi (Indriyanto, 2006). Keberhasilan jenis-jenis ini untuk tumbuh dan bertambah banyak tidak lepas dari daya mempertahankan diri pada kondisi lingkungan. Sebaliknya yang memiliki nilai KR terendah terdapat pada jenis N. reinwardtiana x N. tobaica sebesar 0,4819%, hal ini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan rendah.

Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi pada Lokasi II terdapat pada jenis N. spectabilis yaitu sebesar 95,5556%, dan yang terendah terdapat pada jenis N. reinwardtiana sebesar 4,4444%. Besarnya nilai KR pada N. spectabilis

menunjukkan bahwa Lokasi II dengan vegetasi pohon yang rapat, kelembaban udara tinggi serta intensitas cahaya rendah sangat sesuai dengan habitat alaminya, sehingga jenis ini memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan tinggi. Rendahnya nilai KR pada N. reinwardtiana yang hanya sebesar 4,4444%, disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukungnya untuk tumbuh dan berkembang. Dimana jenis ini sangat membutuhkan cahaya dengan intensitas yang tinggi, jadi wajar apabila jenis ini kalah bersaing dengan jenis lainnya dalam tumbuh dan berkembang untuk membentuk jumlah individu yang tinggi dalam populasinya.

Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi pada Lokasi III berturut-turut adalah

N. reinwardtiana x N. spectabilis yaitu sebesar 54,9909%, diikuti oleh N. reinwardtiana sebesar 19,9637 %, N. tobaica sebesar 11,7967 %, N. rhombicaulis

sebesar 7,4410% dan N. spectabilis sebesar 5,8076%.

Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi pada Lokasi III yaitu N. reinwardtiana x N. spectabilis yaitu sebesar 54,9909%,. Ini juga diduga karena

faktor lingkungan yang cocok dengan syarat tumbuh dari jenis-jenis tersebut. Nilai Kerapatan Relatif (KR) terendah pada Lokasi III yaitu N. spectabilis sebesar 5,8076%. Selain karena faktor lingkungan, kecilnya nilai kerapatan relatif yang didapatkan ini merupakan sifat khas hutan hujan tropis (Resosoedarmo et al., 1989).

Menurut Suseno & Riswan (1875) dalam Sofyan (1991), kerapatan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan serta tersedianya biji, selain daripada itu tingginya kandungan air dan kurangnya cahaya menyebabkan biji cepat rusak sehingga jumlah jumlah yang dapat berkecambah sedikit.

Nilai Frekuensi Relatif (FR) tertinggi pada Lokasi I terdapat pada jenis N. reinwardtiana dengan nilai sebesar 37,1429%, sedangkan nilai terendah terdapat

pada jenis N. reinwardtiana x N. tobaica dan N. rigidifolia dengan nilai 2,8571%. Pada Lokasi II nilai FR tertinggi terdapat pada jenis N. spectabilis. sebesar 12,82%, nilai FR terendah pada lokasi ini antara lain terdapat pada jenis N. reinwardtiana

sebesar 6,2500%. Pada Lokasi III nilai FR tertinggi terdapat pada jenis N. reinwardtiana x N. spectabilis sebesar 32,1429% sedangkan yang terendah terdapat

pada jenis N. rhombicaulis dan N. spectabilis sebesar 10,7143%.

Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa jenis-jenis ini banyak terdapat di sekitar Danau TWA Sicikeh-Cikeh. Berdasarkan nilai FR tersebut dapat dilihat proporsi antara jumlah Nepenthes spp. dalam suatu jenis dengan jumlah jenis lainnya didalam komunitas serta dapat menggambarkan penyebaran individu didalam komunitas.

Penyebaran dan pertumbuhan dari pada individu sangat dipengaruhi oleh daya tumbuh biji, topografi dan keadaan tanah dan faktor lingkungan lainnya. Biji Nepenthes spp yang berada pada kondisi yang sesuai dengan habitat yang dibutuhkannya akan dapat tumbuh dengan baik, namun biji Nepenthes spp. yang berada pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai tidak akan dapat berkecambah (Moran, 1993).

Dari Tabel 4.4.1 dapat dilihat dengan jelas bahwa frekuensi kehadiran dari Nepenthes termasuk dalam kategori aksidental (nilai FR 0-25%) dan assesori (frekuensi 25-50%). Selanjutnya Suin (2002) menambahkan Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan dengan konstansi. Konstansi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis yang aksidental (frekuensi 0-25%), jenis assesori (frekuensi 25-50%), jenis konstan (frekuensi 50- 75%), dan jenis absolut (frekuensi di atas 75%).

Menurut Pramono (1992) pertumbuhan selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Pengaruh lingkungan terdiri

dari faktor tanah, iklim, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lain. Lebih lanjut Daniel et al. (1992) menambahkan bahwa pertumbuhan tumbuhan juga dipengaruhi oleh zat-zat organik yang tersedia, kelembaban, sinar matahari, tersedianya air dalam tanah dan proses fisiologi tumbuhan tersebut.

Pada ketiga lokasi penelitian INP tertinggi yaitu Lokasi III pada jenis N. spectabilis dengan jumlah sebesar 189,3056 %, INP tertinggi pada lokasi ini

disebabkan karena pada lokasi ini N. spectabilis mendominasi dengan jumlah individu terbanyak. selain itu, pada lokasi ini hanya terdapat 2 jenis Nepenthes dimana jenis

yang mendominasi dan yang memiliki penyebaran yang luas adalah N. spectabilis. Sedangkan pada Lokasi I dan Lokasi II jumlah jenis Nepenthes

sebanyak 5 dan 6, hal ini juga mempengaruhi nilai INP yang ada pada lokasi tersebut. Tabel 5 Data Faktor Fisik Lingkungan di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh

Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. No Lokasi (Danau) Parameter SU (‘C) ST (‘C) pH-T pH-A KU (%) IC (Lux) KS (Cm ) 1 1 20,40 22,27 5.20 4,6 87,13 108100 10.73 2 2 20,27 19.80 4,9 4,8 70.53 33926.67 17.20 3 3 22.67 23.67 3.09 4,7 71.27 70053.33 17.93 Keterangan : SU : Suhu Udara ST : Suhu Tanah pH-T : pH-Tanah pH-A : pH-Air KU : Kelembaban Udara IC : Intensitas Cahaya KS : Kedalaman Serasah

Pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa faktor fisik lingkungan pada ketiga lokasi penelitian sangat berbeda. Pada Lokasi I suhu udara rata-rata 20,40 0C, suhu tanah 22,27 0C, pH tanah 5,20, pH air danau 4,6, kelembaban udara 87,13 %, intensitas cahaya 108100 Lux dan kedalaman serasah 10,73 cm. Pada Lokasi II suhu udara rata-rata 22,26 0C, suhu tanah 23,67 0C, pH tanah 3,09 pH air danau 4,7 kelembaban udara71,27 %, intensitas cahaya 70053,33 Lux dan kedalaman serasah 17,93 cm dan Pada Lokasi III suhu udara rata-rata 22,26 0C, suhu tanah 23,67 0C, pH tanah 3,09 pH air danau 4,7 kelembaban udara71,27 %, intensitas cahaya 70053,33 Lux dan kedalaman serasah 17,93 cm. Perbedaan faktor fisik lingkungan ini akan berpengaruh pada keanekaragaman jenis dan jumlah individu Nepenthes spp.

4. 6 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Dari hasil analisis data didapatkan nilai pada Lokasi I, II dan III yang cukup bervariasi yaitu:

Tabel 6 Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Nepenthes spp di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh.

Lokasi

(Danau) H' E

1 1,2613 0,6105

2 0,1818 0,2623

3 1,0939 0,7837

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa indeks keanekaragaman di lokasi I sebesar 1,2613, hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman pada Lokasi I sedang. Pada lokasi II sebesar 0,1818, hal ini menunjukkan bahwa pada Lokasi II keanekaragaman sedikit dan pada Lokasi III didapat indeks keanekaragaman yaitu sebesar 1.0939, hal ini menunjukkan bahwa pada Lokasi III keanekaragaman sedang. Menurut Mason

Dokumen terkait