KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI Nepenthes spp.
DI TAMAN WISATA ALAM SICIKEH-CIKEH
KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
ANDINI SAPUTRI
050805011
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI Nepenthes spp. DI TAMAN
WISATA ALAM SICIKEH-CIKEH KABUPATEN DAIRI
SUMATERA UTARA.
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
ANDINI SAPUTRI 050805011 Disetujui Oleh
Pembimbing II Pembimbing I
Etti Sartina Siregar, S.Si, M.Si Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS.
NIP. 132 240156 NIP 131 945 347
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERSETUJUAN
Judul : KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI
Nepenthes spp. DI TAMAN WISATA ALAM SICIKEH-CIKEH KABUPATEN DAIRI
SUMATERA UTARA
Kategori : SKRIPSI
Nama : ANDINI SAPUTRI
Nomor Induk Mahasiswa : 050805011
Program Studi : SARJANA S-1 BIOLOGI
Departermen : BIOLOGI
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Didiskusikan di
Medan, Juni 2009
Komisi Pembimbing:
Pembimbing II Pembimbing I
Etti Sartina Siregar, S.Si, M.Si Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS.
NIP. 132 240156 NIP 131 945 347
Diketahui/Disetujui Oleh
Departermen Biologi FMIPA USU
Ketua
Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc
PERNYATAAN
KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI Nepenthes spp.
DI TAMAN WISATA ALAM SICIKEH-CIKEH
KABUPATEN DAIRI, SUMATERA UTARA.
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2009
Andini Saputri
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Penyayang atas rahmat, kekuatan dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “ Keanekaragaman dan Pola Distribusi Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Seicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara”
Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Papa (Edi Saputra) dan Mama (Lilis Suryani) yang telah menjaga dan membesarkan penulis dengan ikhlas, serta setia memberi dukungan dan perhatian juga kasih sayang sehingga penulis selalu mendapat kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih lepada adik-adikku tercinta Adinda Pelangi Saputri dan Dimas Wahyu Cahyo Saputra atas kasih sayang dan dukungannya dalam menemani penulis dalam suka dan duka.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Retno Widhyasti MS., selaku dosen pembimbing I dan Etti Sartina Siregar S.Si.,M.Si. selaku dosen pembibing II, yang telah banyak memberikan, arahan, waktu dan perhatiannya yang besar terutama saat penulis memulai penulisan hingga penyusunan skripsi penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Drs. Nursal. M.Si dan Drs. Arlen. H.J. M.Si. selaku penguji, yang telah banyak memberi masukan dan motifasi kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan baik.
Ucapan terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada Mr. Whoo salah satu LSM dari Taiwan, yang telah memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis dalam bentuk Bea Siswa penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada Prof. Dr. Dwi Suryanto M.Sc. selaku Ketua Departermen Biologi FMIPA USU dan Nunuk Priyani M.Sc. selaku Sekretaris Departermen Biologi FMIPA USU, Dekan serta Pembantu Dekan FMIPA USU. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada BKSDA I SUMUT atas bantuan yang telah diberikan pada penulis selama penelitian berlangsung.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Abanganda Mahya dan Barita yang selalu membantu selama penelitian dan selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua sahabat-sahabatku BIO 05 Seneng, Santi, Yanti, Eriks, Patimah, Dwi, Winda, Widia, Azai, Nikmah, Diana, Pipi, Dahin, Juned, Andi, Rahmad, Simlah, Siti, Delni, Ulan, Susi, Rico, Tarifar, Sarah lili, Misran, Beka, Tober, Valen, Ocid, Riris, Rute, Julita, Kalista, Kabul, Irfan, Sarah, Fendi, Utin, Imus, Ummi, atas persahabatan yang indah selama ini.Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada adik angkatan BIO 06 Zuki, Kasbi, Rahma, Santi, Indah, Andri, Hariadi, Rudi, Zens, Nikmah yang selama ini telah membantu selama penelitian dan dorongan yang begitu berarti bagi penulis.
KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI Nepenthes spp. DI TAMAN WISATA ALAM SICIKEH-CIKEH
KABUPATEN DAIRI, SUMATERA UTARA.
ABSTRAK
Penelitian tentang Keanekaragaman dan Pola Distibusi Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2009. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga lokasi yaitu disekitar Danau I, Danau II dan Danau III. Peletakan titik sampling menggunakan metode Purposif Rendom Sampling. Areal pengamatan seluas 1.125 m2 dengan jumlah total plot sebanyak 45. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh 7 jenis
Nepenthes spp. yaitu N. rigidifolia, N. rhombicaulis, N. spectabilis, N. tobaica N. reinwardtiana, N. reinwardtiana x N. spectabilis dan N. reinwardtiana x N. tobaica. Individu dengan persentasi tertinggi adalah N. reinwardtiana dengan 385
indv/0,0025ha (36,4583%) dan yang memiliki jumlah terendah yaitu N. reinwardtiana x N. tobaica dengan 2 indv/0,0025 ha (0.1894%), dengan INP tertinggi pada Lokasi I (Danau I) adalah N. reinwardtiana sebesar 102.4441%. Pada Lokasi II (Danau II)
adalah N.spectabilis sebesar 189.3056% dan pada Lokasi III (Danau III) adalah N. reinwardtiana x N. spectabilis sebesar 87.1338%. Keanekaragaman tertinggi
terdapat pada lokasi I (Danau I) sebesar 1.2613. Pola distribusi Nepenthes spp. pada ketiga lokasi penelitian menyebar secara acak (random).
DIVERSITY AND DISTRIBUTIONS OF Nepenthes spp. IN SICIKEH-CIKEH CONSERVATION FOREST, SUB PROVINS DAIRI, NORTH SUMATERA.
ABSTRACT
A study on Diversity and Distribution of Nepenthes spp in Sicikeh-Cikeh Conservation Forest Sub Provins Dairi, North Sumatera had been conducted from January to February 2009. The research area divided to 3 areas : Lake I, Lake II and Lake III. Sampling area was settled by using purposive sampling methode. Area size of observation was 1.125 m2 with 45 plot. The result showed that 7 spesies of
Nepenthes spp. had been dicover thereare N. rigidifolia, N. rhombicaulis, N. spectabilis, N. tobaica, N. reinwardtiana, N. reinwardtiana x N. spectabilis dan N. reinwardtiana x N. tobaica. N. reinwardtiana was the highest species that discover
with 385 species/0,0025ha (36,4583%) and the lowest species was N. reinwardtiana x N. tobaica with 2 species/0,0025 ha (0.1894%), the highest INP in location I (Lake I) was N. reinwardtiana with 102.4441% of diversity, in location II (Lake II) was N.spectabilis with 189.3056% of diversity and location III (Lake III) was N. reinwardtiana x N. spectabilis with 87.1338%. The highest index diversity of the Nepenthes spp. was discover in location I (Lake I) with 1.2613. The distribution of Nepenthes spp. in Sicikeh-cikeh Conservation Forest is randomized.
DAFTAR ISI
2.1 Tumbuhan Nepenthes spp. 5
2.2 Habitat Nepenthes spp. 5
2.3 Klasifikasi Nepenthes spp. 6
2.4 Deskripsi Umum Nepenthes spp. 11
2.5 Pemanfaatan Nepenthes spp. 12
2.6 Hibrid Alami Nepenthes spp. dan Penentuannya 13
2.7 Daerah Penyebaran Nepenthes spp. 13
2.8 Status Perlindungan Nepenthes spp. 13
2.9 Strategi Konservasi Nepenthes spp. 14
BAB 3 Bahan dan Metode
BAB 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Kekayaan Jenis Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
4.2 Kunci Identifikasi Jenis Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh
25
4.3 Deskripsi Jenis Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh
4.3.1 Nepenthes spectabilis Danser 27
4.3.2 Nepenthes tobaica Danser 30
4.3.3 Nepenthes reinwardtiana Miq. 33
4.3.4 Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata. 35
4.3.5 Nepenthes reinwardtiana x Nepenthes spectabilis 37 4.3.6 Nepenthes reinwardtiana x Nepenthes tobaica. 39 4.3.7 Nepenthes rigidifolia Akhriadi, Hernawati & R.Tamin. 41
4.4 Persentasi Jumlah Nepenthes spp. di TWA Sicikeh-Cikeh Kabupaten dairi, Sumatera Utara
42
4.5 Kerapatan Mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR) dan Indeks Nilai Penting (INP) Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
45
4.6 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Nepenthes spp. di Sekitar Danau TWA Sicikeh-Cikeh.
50
4.7 Indeks Similaritas 51
4.8 Pola Distribusi Nepenthes spp. di TWA Sicikeh-Cikeh
4.9 Peta Penyebaran Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
53 57
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 58
5.2 Saran 58
Daftar pustaka 59
DAFTAR TABEL
Tabel Judul halaman
1 Jenis - Jenis Nepenthes spp. yang Terdapat di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
22
2 Perbandingan Jumlah Individu Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
22
3 Kerapatan Mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR) dan Indeks Nilai Penting (INP) Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
47
4 Data Faktr Fisik Lingkungan 52
5 Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Nepenthes spp. di TWA Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
50
6 Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
7 Indeks Similaritas Nepenthes spp. pada Tiga Lokasi yang Dibandingkan
52
8 Indeks Morista Nepenthes spp di TWA Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul halaman
1 Morfologi Kantung Nepenthes spp. 8
2 Sketsa Beberapa Bentuk Kantung Nepenthes spp. 10
3 Perbandingan Jumlah Individu Tiap Jenis Nepenthes spp. 23
4 Nepenthes spectabilis Danser 29
5 Nepenthes tobaica Danser. 31
6 Nepenthes reinwardtiana Miq. 33
7 Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata. 35
8 Nepenthes reinwardtiana x Nepenthes spectabilis. 37
9 Nepenthes reinwardtiana x Nepenthes tobaica. 40
10 11 12 13
Nepenthes rigidifolia Akhriadi, Hernawati & R. Tamin. Peta Penyebaran Nepenthes spp. di Lokasi I
Peta Penyebaran Nepenthes spp. di Lokasi II Peta Penyebaran Nepenthes spp. di lokasi III
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul halaman
A Peta Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh 60
B Peta Danau Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh 51
C Peta Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh dan Penyebaran
Nepenthes spp.
62
D Jalur Pengamatan 63
E Jenis-Jenis Hibrid Alami Nepenthes spp. Di Sumatra dan Peninsular, Malaysia bagian barat
64
F Pengamatan Nepenthes spp. di Sekitar Danau Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi.
65
G Data Nilai K, KR, F, FR dan INP Nepenthes spp. di Sekitar Danau Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh
66
H Data Faktor Fisik Lingkungan 70
I Perhitungan Indeks Morista ( Pola Distribusi ) Nepenthes spp. di TWA Sicikeh-Cikeh.
72
J Contoh Perhitungan. K, KR, F, FR, INP, H’, E , IS dan Indeks Morista
75
K Hasil Identifikasi Spesimen 76
KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI Nepenthes spp. DI TAMAN WISATA ALAM SICIKEH-CIKEH
KABUPATEN DAIRI, SUMATERA UTARA.
ABSTRAK
Penelitian tentang Keanekaragaman dan Pola Distibusi Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara, telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2009. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga lokasi yaitu disekitar Danau I, Danau II dan Danau III. Peletakan titik sampling menggunakan metode Purposif Rendom Sampling. Areal pengamatan seluas 1.125 m2 dengan jumlah total plot sebanyak 45. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh 7 jenis
Nepenthes spp. yaitu N. rigidifolia, N. rhombicaulis, N. spectabilis, N. tobaica N. reinwardtiana, N. reinwardtiana x N. spectabilis dan N. reinwardtiana x N. tobaica. Individu dengan persentasi tertinggi adalah N. reinwardtiana dengan 385
indv/0,0025ha (36,4583%) dan yang memiliki jumlah terendah yaitu N. reinwardtiana x N. tobaica dengan 2 indv/0,0025 ha (0.1894%), dengan INP tertinggi pada Lokasi I (Danau I) adalah N. reinwardtiana sebesar 102.4441%. Pada Lokasi II (Danau II)
adalah N.spectabilis sebesar 189.3056% dan pada Lokasi III (Danau III) adalah N. reinwardtiana x N. spectabilis sebesar 87.1338%. Keanekaragaman tertinggi
terdapat pada lokasi I (Danau I) sebesar 1.2613. Pola distribusi Nepenthes spp. pada ketiga lokasi penelitian menyebar secara acak (random).
DIVERSITY AND DISTRIBUTIONS OF Nepenthes spp. IN SICIKEH-CIKEH CONSERVATION FOREST, SUB PROVINS DAIRI, NORTH SUMATERA.
ABSTRACT
A study on Diversity and Distribution of Nepenthes spp in Sicikeh-Cikeh Conservation Forest Sub Provins Dairi, North Sumatera had been conducted from January to February 2009. The research area divided to 3 areas : Lake I, Lake II and Lake III. Sampling area was settled by using purposive sampling methode. Area size of observation was 1.125 m2 with 45 plot. The result showed that 7 spesies of
Nepenthes spp. had been dicover thereare N. rigidifolia, N. rhombicaulis, N. spectabilis, N. tobaica, N. reinwardtiana, N. reinwardtiana x N. spectabilis dan N. reinwardtiana x N. tobaica. N. reinwardtiana was the highest species that discover
with 385 species/0,0025ha (36,4583%) and the lowest species was N. reinwardtiana x N. tobaica with 2 species/0,0025 ha (0.1894%), the highest INP in location I (Lake I) was N. reinwardtiana with 102.4441% of diversity, in location II (Lake II) was N.spectabilis with 189.3056% of diversity and location III (Lake III) was N. reinwardtiana x N. spectabilis with 87.1338%. The highest index diversity of the Nepenthes spp. was discover in location I (Lake I) with 1.2613. The distribution of Nepenthes spp. in Sicikeh-cikeh Conservation Forest is randomized.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Nepenthes spp. tergolong dalam ‘Carnivorous plant’ atau tumbuhan pemangsa yang
sering juga disebut dengan ‘Insectivorous plant’ atau tumbuhan pemangsa serangga.
Nepenthes spp. memiliki kantung unik yang berfungsi sebagai sumber hara seperti
nitrat dan fosfat. Umumnya Nepenthes spp. hidup di tempat-tempat terbuka atau agak
terlindung di habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang
cukup tinggi. Tipe-tipe habitat Nepenthes spp. yang telah ditemukan yaitu hutan hujan
tropis dataran rendah dengan ketinggian 0 – 1000 m dpl, hutan pegunungan dengan
ketinggian diatas 1000 m dpl dan suhu udara yang sangat dingin sering diselimuti
kabut, hutan gambut, hutan kerangas, gunung pasir, padang savana dan pinggiran
danau (Mansur, 2006).
Nepenthes spp. tumbuh dan tersebar mulai dari Australia Utara, Asia Tenggara
sampai Cina bagian Selatan. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 82 jenis
Nepenthes spp. 64 jenis diantaranya hidup di Indonesia. Borneo (Kalimantan,
Serawak, Sabah dan Brunei) yang merupakan pusat penyebaran Nepenthes spp. hidup
sekitar 32 jenis. Sumatera menempati urutan kedua yaitu 29 jenis Nepenthes spp.
(Hernawati, 2001).
Beberapa jenis alami Nepenthes spp. yang ada di Sumatera dan telah
teridentifikasi yaitu : Nepenthes adnata., Nepenthes albomarginata.,
Nepenthes ampullaria., Nepenthes angasanensis., Nepenthes aristolochioides.,
Nepenthes bongso., Nepenthes gracilis., Nepenthes diata., Nepenthes dubia.,
Nepenthes raflesiana., Nepenthes spathulata., Nepenthes reinwardtiana.,
Nepenthes sumaterana., Nepenthes tobaica. dan masih ada beberapa jenis lagi yang
merupakan silang alami. Habitat alami dari jenis-jenis Nepenthes spp. di Sumatera
setiap tahunnya semakin terancam, baik oleh pembalakan liar, kebakaran hutan
dilakukan melalui usaha konservasi, baik secara in-situ maupun ex-situ dengan
mekanisme budidaya dan pemuliaan (Akhriadi et. al, 2004).
Eksploitasi Nepenthes spp. dari alam untuk kepentingan ekonomi semata,
degradasi hutan yang mengancam habitat alami dari Nepenthes spp. memperburuk
keberadaannya di alam. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian tentang
Nepenthes spp. khusunya di hutan Sumatera baik penyebaran, morfologi, variasi jenis,
habitat alami, pemanfaatan bahkan sampai pada ancaman terhadap populasinya serta
strategi konservasi yang dapat diupayakan (Azwar, 2002).
Kawasan Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh tergolong ke dalam hutan gambut
dataran tinggi yang berbeda dengan hutan gambut dataran rendah, terutama pada
faktor lingkungannya. Perbedaan ini tentu saja berpengaruh terhadap
keanekaragaman tumbuhan yang ada termasuk Nepenthes spp. Kawasan ini
mempunyai tiga danau yang disekelilingnya banyak ditemukan Nepenthes spp.
Namun sejauh ini penelitian tentang keanekaragaman jenis dan pola distribusi
Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh, Kabupaten Dairi Sumatera
Utara belum pernah dilakukan sehingga berdasarkan hal tersebut penelitian ini perlu
dilakukan.
1.2Permasalahan
Bagaimanakah keanekaragaman dan pola distribusi Nepenthes spp. di Taman Wisata
Alam Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara?
1.3Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan pola
distribusi Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh, Kabupaten Dairi,
1.4Manfaat
Untuk memberikan informasi tentang keanekaragaman dan pola distribusi
Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera
Utara sebagai sumber plasma nutfah dalam merumuskan strategi konservasi untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Nepenthes spp.
Kantung semar atau dalam nama latinnya Nepenthes spp. pertama kali dikenalkan
oleh J.P Breyne pada tahun 1689 di Indonesia, sebutan untuk tumbuhan ini berbeda
antara daerah satu dengan yang lain. Masyarakat di Riau mengenal tanaman ini
dengan sebutan periuk monyet, di Jambi disebut dengan kantong beruk, di Bangka
disebut dengan ketakung, sedangkan nama sorok raja mantri disematkan oleh
masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini, sementara di Kalimantan setiap suku
memiliki istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes spp. Suku Dayak Katingan
menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak Bakumpai dengan telep ujung,
sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan selo bengongong yang artinya
sarang serangga (Hernawati, 2001).
Saat ini tercatat 82 jenis Nepenthes spp. yang sudah dipublikasikan.
Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa
serangga. Kemampuannya itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantong yang
menjulur dari ujung daunnya. Organ itu disebut pitcher atau kantong. Kemampuannya
yang unik dan asalnya yang dari negara tropis itu menjadikan Nepenthes spp. sebagai
tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia. Namun,
di Indonesia justru tak banyak yang mengenal dan memanfaatkannya. Selain
kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman ini adalah
bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Secara keseluruhan, tumbuhan ini
memiliki lima bentuk kantong, yaitu bentuk tempayan, bulat telur atau oval, silinder,
corong, dan pinggang (Witarto, 2006).
Nepenthes spp. dikenal sebagai tumbuhan yang unik dan merupakan bentuk
tumbuhan berbunga yang tidak umum dijumpai. Tumbuhan tersebut sebenarnya tidak
memiliki bunga yang memikat, tetapi variasi warna dan bentuk dari kantung-kantung
bernektar tersebut secara ekologis berfungsi sebagai perangkap serangga, beberapa
reptil dan hewan kecil lainnya (Kurniawaty, 2006).
Hewan yang terperangkap didalam kantung Nepenthes spp. kemudian
diproses secara kimiawi oleh mikroorganisme dekomposer yang mendiami cairan di
dalam kantung. Proses dekomposisi tersebut menyediakan beberapa nutrisi penting
yang mungkin tidak tersedia atau tidak diperoleh secara optimal oleh Nepenthes spp.
dari lingkungannya (Frazier, 2000).
2.2 Habitat Nepenthes spp.
Nepenthes spp. hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di habitat yang
miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi. Nepenthes spp.
bisa hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut,
hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana. Ketinggian tempat tumbuhnya,
Nepenthes spp. dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : Nepenthes spp. dataran rendah,
menengah, dan dataran tinggi. Karakter dan sifat Nepenthes spp. berbeda pada tiap
habitat. Pada habitat yang cukup ekstrim seperti di hutan kerangas yang suhunya bisa
mencapai 30º C pada siang hari, Nepenthes spp. beradaptasi dengan daun yang tebal
untuk menekan penguapan air dari daun. Sementara Nepenthes spp. di daerah savana
umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang
dari 2 m (Azwar, 2002).
2.3 Klasifikasi Nepenthes spp.
Nepenthes spp. termasuk kedalam family Nepenthaceae yang monogenerik, yaitu
family yang hanya memiliki satu genus (Keng, 1969). Family tersebut merupakan satu
dari tiga family Tumbuhan berbunga yang ketiga-tiganya dikenal sebagai tumbuhan
pemangsa (Benson, 1957). Morfologi kantung Nepenthes spp. adalah kunci utama
dalam determinasi jenis-jenis tumbuhan tersebut. Namun untuk beberapa jenis,
karakteristik akar dan daun juga sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan
Menurut Qronquist (1981) dalam Jones & Luchsinger (1989), kalasifikasi
lengkap Nepenthes spp. berdasarkan system klasifikasi Tumbuhan berbunga yang
disusun oleh Qronquist adalah sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Tumbuhan dewasa Nepenthes spp. tumbuh memanjat pada tumbuhan lain. Anakan
dan tumbuhan yang belum dewasa daunnya tersusun dalam bentuk roset akar yang
dilengkapi dengan tendril pada setiap ujungnya. Sebahagian besar daun dalam roset
membentuk kantung yang membulat dan lonjong dengan dua sayap yang terletak
didepan tabung. Setelah dua sampai tiga tahun pertumbuhannya relativ lambat,
tumbuhan mulai masuk pada tahap memanjat. Internodus batang memiliki jarak yang
lebih panjang dari pada internodus pada roset (Clarke, 2001).
a. Akar
Menurut Clarke (2001) akar Nepenthes spp. merupakan akar tunggang,
sebagaimana tanaman dikotil lainnya. Perakaran tumbuh dari pangkal batang,
memanjang, dengan akar-akar sekunder di sekitarnya. Akar yang sehat berwarna
hitam dan tampak berisi (gemuk), tetapi perakaran Nepenthes spp. rata-rata kurus dan
sedikit, bahkan hanya terbenam sampai kedalaman 10 cm dari permukaan tanah.
Hal itu wajar karena Tumbuhan Nepenthes spp. umumnya tumbuh di lahan yang
miskin unsur hara sehingga diduga fungsi utama akar bukan untuk menyerap unsur
b. Batang
Batang Nepenthes spp. termasuk batang memanjat (Scandens), yaitu batang
nya tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda
mati atau tumbuhan lain. Pada saat memanjat batang menggunakan alat khusus untuk
berpegangan, berupa sulur daun. Bentuk batang Nepenthes spp. bervariasi ada yang
segitiga, segiempat, membulat, bersudut, dan lain-lain, tergantung jenis nya. Diameter
batang pun sangat kecil yaitu antara 3-30 mm dengan warna bervariasi yaitu hijau,
merah, ungu tua (Clarke, 2001).
c. Daun dan kantung
Bentuk daun Nepenthes spp. rata-rata lanset (Ovatus) dan lonjong (Oblongus).
Permukaan daun licin dan tidak berbulu. Tepi daun bervariasi, ada yang rata,
bergelombang dan bergerigi. Dari ujung daun muncul kantung dengan
bermacam-macam bentuk tergantung jenisnya. Menurut Mansur (2006), kantung Nepenthes spp.
dibedakan menjadi tiga yaitu kantung roset, kantung bawah dan kantung atas.
Kantung roset keluar dari ujung daun roset. Kantung atas keluar dari ujung daun
bagian atas, berbentuk corong, pinggang atau silinder, dan tidak memiliki sayap.
Bentuk tersebut memungkinkan serangga yang sedang terbang pun dapat terperangkap
oleh kantung. Kantung bawah muncul dari ujung daun bagian bawah dan biasanya
menyentuh tanah. Kantung bawah memiliki sayap yang berfungsi sebagai tempat
berpijak bagi serangga hingga mencapai mulut kantung. Kantung merupakan alat
pencernaan tanaman. Di dalam kantung, serangga akan terbenam dalam cairan
kantung. Cairan tersebut mengandung ion-ion positif sehingga bersifat asam, juga
mengandung enzim proteolase, dan enzim kitinase (Purwanto, 2007).
Fungsi taji pada kantung Nepenthes spp. belum diketahui secara pasti.
Keberadaan bentuk dan banyaknya gerigi pada taji sering menjadi kunci penanda
jenis. Hanya satu jenis dari tumbuhan ini yang tidak memiliki spur, yaitu
N. Ephippiata. Pada N. lowii struktur ini hampir hilang karena mengalami rudimenter
(Clarke, 2001). Adapun sketsa bentuk umum kantung Nepenthes spp. ditunjukkan
Gambar 1. Morfologi Kantung Nepenthes spp.
Menurut Clarke (2001), Bagian yang terdapat dipermukaan bawah penutup
tersebut sering disebut juga kepala (Boss) atau terbalik (Keel) dalam beberapa
literature. Bagian ini merupakan daerah pembentukan dan konsentrasi nectar yang
kadang bias membasahi keseluruhan bagian penutup. Nektar ini bisa selalu ada atau
kadang tidak tergantung jenisnya.
Lid atau operkulum merupakan penutup kantung yang menaungi material
didalamnya dari curahan hujan atau incaran hewan pemakan bangkai seperti burung,
tikus dan beberapa primate kecil, tetapi tidak selalu demikian. Contohnya pada
kantung N. ampullaria Jack, N. dubia Danser, dan N. inermis Danser yang sering
dijumpai dalam keadaan penuh dengan air karena penutupnya tidak berkembang
sesuai dengan ukuran silindris kantung. Bentuk dan ukuran penutup merupakan
karakter yang sangat perlu diperhatikan dalam membedakan dua atau lebih jenis yang
cenderung memiliki bentuk dan warna kantung yang mirip. Bentuk dan ukuran
penutup yang umumnya orbicular ini sangat penting fungsinya sebagai pelindung
material yang ada didalam kantung (ICPS. 2003).
Ujung tambahan (Filiform appendage) merupakan juluran sempit memanjang
yang bergantungan di ujung penutup dan hanya dimiliki oleh beberapa jenis.
Bentuknya yang khas tersebut penting dalam identifikasi. Bibir (Lip) dan gerigi pada
Bentuknya melingkar dan sering bergerigi, bervariasi dari ukuran yang sangat kecil
dan tidak jelas seperti N. ampullaria dan N. gracilis hingga yang sangat lebar dan
tampak dengan jelas seperti N. hamata dan N. edwarsiana. Gerigi pada bibir
merupakan bagian yang licin namun menarik perhatian serangga karena selain
warnanya yang mencolok, bagian ini bernektar berasal dari glandular crest yang
berada tepat di atasnya (Purwanto, 2007).
Zona berlilin (Waxy zone) berada dibagian kantung sebelah dalam.
Warna antara sisi sebelah luar dan sisi sebelah dalam bisa sangat jauh berbeda.
Contohnya pada N. rajah yang sisi luarnya berwarna kuning terang sedangkan pada
sisi sebelah dalam berwarna merah keunguan. Perbedaan warna antara bagian luar dan
dalam ini diduga untuk lebih menarik perhatian serangga. Pada beberapa jenis zona ini
hampir tidak dapat ditentukan secara pasti, khususnya pada N. Ampullaria,
N. dubia dan N. inermis. Lilin tersebut berfungsi untuk menghalau serangga yang
ingin keluar dari dalam kantung. Hewan atau seranga yang terjebak jarang yang dapat
keluar dari zona ini (Witarto, 2006).
Menurut Clarke (2001), zona pencernaan (Degestive zone) merupakan daerah
dekomposisi. Bagian tersebut mengandung cairan sarat mikroorganisme decomposer.
Keadaan pH cairan tidak dapat ditentukan secara pasti untuk setiap jenisnya, karena
sering berfariasi antara 2-7 tergantung musim dan keadaan lingkungannya.
Sayap (Wing) dimiliki semua kantung Nepenthes spp. pada kantung anakan atau
kantung rosetnya. Fungsi dari sayap ini tidak sepenuhnya dimengerti. Suatu percobaan
dengan menghilangkan bagian ini dari kantung roset N. rafflesiana yang dilakukan
oleh Moran (1993), tidak menunjukan perbedaan signifikan pada hasil penangkapan
serangga dengan kantung roset yang masih memiliki sayap. Pada kantung atas, sayap
tereduksi dan hilang.
Sulur daun (Tendril) adalah bagian yang menghubungkan kantung dengan
helaiaan daun. Panjangnya berbeda antara kedua jenis kantung. Kantung atas biasanya
memiliki sulur daun yang lebih panjang dibandingkan dengan kantung roset
Bentuk kantung Nepenthes spp. pada umumnya menyerupai kendi, piala,
terompet ataupun periuk. Setiap jenis Nepenthes spp. setidaknya memiliki dua bentuk
kantung, karena antara kantung bawah (Lower pitcher) dan kantung atas
(Upper pitcher) menunjukkan bentuk yang jauh berbeda
(Laufferenburger & Walker, 2000). Menurut Mansur (2006), adapun sketsa beberapa
bentuk umum kantung Nepenthes spp. ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini:
Gambar 2. Sketsa Beberapa Bentuk Kantung Nepenthes spp.
Keterangan Gambar
(A)Bentuk kendi (Ventricose). A-1 kendi berleher panjang seperti pada kantung atas (upper
pitcher) N. diatas Jebb & Cheek., A-2 kendi gentong, bentuk umum kantung bawah (lower pitcher), A-3 kendi bermulut lebar sepetri N. clipeata Danser., A-4 kendi berperut besar , bentuk kantung pada Nepenthes spp.,(B) bentuk piala / gelas. B-1 bentuk cawan piala (strikingly infundibular) seperti pada N. dubia Denser. dan N. inermis Denser., B-2 bentuk gelas tambun (globose), khas pada N. ampullaria Jack., B-3 bentuk bola-tambun(urceolate) bermulut seperti pada N. aristolochiodes Jebb & Cheek., (C) bentuk terompet(infundibular). C-1 bentuk terompet panjang / langsing, bentuk khas pada
N.spectabilis Danser., C-2 bentuk terompet pendek/tambun seperti pada N. rafflesiana
2.5 Pemanfaatan Nepenthes spp.
Nepenthes spp. memang belum sepopuler tanaman hias lainnya seperti anggrek, dan
aglaonema. Namun, saat ini kepopuleran Nepenthes spp. sebagai tanaman hias yang
unik semakin meningkat seiring dengan minat masyarakat pecinta tanaman hias untuk
menangkarkannya. Nama tanaman dari famili Nepenthaceae ini sudah terkenal hingga
ke mancanegara. Bahkan di Negara-negara seperti Australia, Eropa, Amerika, Jepang,
Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka budidaya tanaman ini sudah berkembang menjadi
skala industri. Ironisnya, tanamanan pemakan serangga ini kebanyakan jenisnya
berasal dari Indonesia. Selain berpotensi sebagai tanaman hias, Nepenthes spp. juga
dapat digunakan sebagai obat tradisional (Hernawati & Akhriadi , 2006).
Sementara itu, kandungan protein didalam kantongnya berpotensi untuk
pengembangan bertani protein menggunakan tanaman endemik Indonesia
(Witarto, 2006). Dalam penelitiannya baru-baru ini Witarto (2006), berhasil
mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan kantong bawah dari Nepenthes
gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun.
Pemanfaatan Nepenthes spp. oleh masyarakat lokal beranekaragam.
Contohnya: N. ampullaria di daerah Bangka digunakan untuk mengantikan rotan.
Batangnya yang panjang dikupas kemudian dijemur untuk dapat digunakan. Didaerah
tersebut jenis ini mendapatkan perlakuan yang sama dengan rotan. Selain itu, cairan
yang terdapat di dalam kantung dapat digunakan sebagai obat batuk, selain campuran
cairan kantung N. ampullaria dengan bunga kenanga dan garam juga dapat digunakan
sebagai obat untuk mencuci mata (Heyne, 1987 dalam Akmalia, 1999)
2.6 Hibrid Alami Nepenthes spp. dan Penentuannya
Frazier (2001) dalam Clarke (2001), mengemukakan bahwa Nepenthes spp.
merupakan tumbuhan diocious, sehingga tidak diragukan lagi bahwa semua jenis
Nepenthes spp. melakukan regenerasi generatif melalui penyerbukan silang
(Cross-pollinating). Yang menarik, penyerbukan silang tersebut tidak hanya terjadi
(hybridogamy). Clarke (1977) menambahkan, banyaknya jenis hybrid alami
Nepenthes spp. yang telah membuktikan hal tersebut.
Penyerbukan lintas jenis atau sering juga disebut dengan penyerbukan bastar,
dapat terjadi dengan sendirinya di alam. Pembasteran belum tentu menghasilkan
keturunan baru, oleh sebab itu hasil dari pembastaran tersebut sering kali dipakai
sebagai pengukuran jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara dua jenis tumbuhan
yang dibastarkan. Selain itu tumbuhan baru hasil pembastaran belum tentu subur
(Fertil), atau dengan kata lain tidak dapat menghasilkan biji (Tjitrosoepomo, 1985)
Namun, Clarke (2000) mengungkapkan bahwa, semua jenis hibrid alami
Nepenthes spp. yang diamati bersifat fertil, walaupun belum diketahui apakah tingkat
fertilitas semua jenis hibrid alami tersebut sama atau berbeda dengan tetuanya.
Ia melanjutkan bahwa, kebanyakan dari hibrid alami Nepenthes spp. ditentukan
ataupun diduga sebagai jenis hibrit alami setelah hasil identifikasi menunjukkan
bahwa jenis hibrid yang dimaksut memiliki ciri-ciri gabungan antara keduanya.
Stace (1982) dalam Clarke (2001), menyatakan bahwa kemampuan suatu jenis
hybrid alami meregenerasi dirinya sehingga membentuk populasi yang terpisah satu
sama lain ( Independent) dari tetunya merupakan suatu mekanisme yang penting bagi
proses spesiasi. Akan tetepi pada Nepenthes spp., menurut Clarke (2001), hibrid alami
pada jenis ini sering sekali gagal bertahan dan mencapai jumlah populasi yang besar
dan mandiri.
2.7 Daerah distribusi Nepenthes spp.
Nepenthes spp. tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia Tenggara,
hingga Cina bagian Selatan. Indonesia sendiri memiliki Pulau Kalimantan dan
Sumatera sebagai surga habitat tanaman ini. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32
jenis diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei) sebagai
pusat distribusi Nepenthes spp. Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29
jenis yang sudah berhasil diidentifikasi. Keragaman jenis Nepenthes spp. di pulau
lainnya belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan hasil penelusuran
di Sulawesi minimum 10 jenis, Papua 9 jenis, Maluku 4 jenis, dan Jawa 2 jenis
(Hernawati & Akhriadi 2006).
Sampai dengan tahun 1997, telah teridentifikasi 86 jenis Nepenthes spp.
(Rischer, 2001). Tumbuhan ini kebanyakan tersebar di regional Malaysia-Indonesia
dan Filipina dengan daerah kelimpahan utama di Borneo 34 jenis (Core, 1962, Keng,
1969 & Rischer, 2001). Jenis-jenis yang sangat terisolasi dijumpai di Madagaskar,
Kaledonia (Selandia Baru), Cina Utara, Cape York di Australia Utara dan dibeberapa
tempat lainya di wilayah tropika (Handerson, 1959). Didaerah Sumatera Nepenthes
dapt ditemukan di Jawa, Kalimantan (Borneo), Sulawesi, Papua dan beberapa pulau
lainnya (Clarke, 1977).
2.8 Status Perlindungan Nepenthes spp.
Status Nepenthes spp. termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan
Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya
serta Peraturan Pemerintah No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on International Trade in
Endangered Species (CITES), dari 103 jenis Nepenthes spp. di dunia yang sudah
dipublikasikan, 2 jenis: N. rajah dan N. khasiana masuk dalam kategori Appendix-1.
Sisanya berada dalam kategori Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan
perdagangan sangat dibatasi (Azwar, 2002)
2.9 Strategi Konservasi Nepenthes spp.
Nepenthes spp. di alam diprediksikan akan terus mengalami penurunan dari tahun ke
tahun. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya : kebakaran hutan,
penebangan kayu secara eksploitatif, pengembangan pemukiman, pertanian, dan
perkebunan serta eksploitasi yang berlebihan untuk tujuan komersil
(Hernawati & Akhriadi 2006).
Hutan rawa gambut di Sumatera dan Kalimantan sebagai salah satu habitat
alami Nepenthes spp., hampir setiap tahun mengalami kebakaran. Konversi lahan
yang harus dilakukan seiring dengan semakin bertambahnya populasi penduduk.
Hal ini pulalah yang ditengarai sebagai penyebab makin berkurangnya habitat
Nepenthes spp. di alam. Oleh sebab itu, diperlukan usaha konservasi, baik in-situ
maupun ex-situ dengan cara budidaya dan pemuliaan. (Azwar, 2002).
Gentry (1989) mengajukan suatu konsep konservasi regional yang menyeluruh
pada suatu kawasan tempat jenis-jenis endemik bertahan, sehingga mengurangi resiko
kerusakan habitat dan memperbesar peluang kelestarian jenis-jenis tersebut. Disisi
lain, pengetehuan tentang daerah distribusi suatu jenis tumbuhan sangat berguna bagi
konservasi untuk kepentingan taksonomi tumbuhan tersebut. Oleh sebab itu,
inventarisasi dan pemetaan geografis Nepenthes spp. sebagai jenis yang tidak umum
dan langka dipandang penting bagi tujuan konservasi Tumbuhan tersebut
(Clarke, 1977).
Pengawasan perdagangan Nepenthes spp. perlu dilakukan. Convention on
International trade in Endangered Species of Wild fauna and Flota (CITES)
Appendix II telah memasukkan seluruh jenis Nepenthes spp. sebagai tumbuhan yang perdagangannya perlu diawasi. Konservasi ini menghimbau kepada semua pihak
untuk berupaya meningkatkan dukungan konservasi terhadap jenis-jenis langka
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Letak dan Luas
Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh ditetapkan berdasarkan surat keputusan Menteri
Kehutanan No. 78/Kpts-II/1989 tanggal 7 Februari 1989 dengan luas 575 Ha Lokasi
ini dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu
Kabanjahe-Sidikalang-Sicikeh-cikeh lebih kurang 450 Km dengan waktu tempuh sekitar lima jam dan
Medan-Samosir-Sidikalang-Sicikeh-Cikeh lebih kurang 500 Km (BKSDA 1 SUMUT, 2003)
Secara administratif pemerintahan, Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh terdapat di
Dusun Pancur Nauli, Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi,
Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada 02O 35’- 020 45’ Lintang Utara (LU) dan 980 20’- 980 30’ Bujur Timur (BT). Dusun Pancur Nauli berbatasan langsung dengan kawasan hutan Seicikeh–Cikeh yang terdiri atas tiga jenis status
kawasan hutan, yaitu Hutan Adat, Hutan Lindung Adian Tinjoan seluas 19.000 ha dan
TWA Sicikeh-Cikeh. Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Pancur Nauli.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kerajaan.
Kondisi hutan ini berbeda-beda. Di Hutan Adat, penduduk membuka dan
mengelola lahan pertanian. Di Kawasan Hutan Lindung, ada bagian yang sudah
sedikit terbuka, tetapi masih sering dijumpai jenis tumbuhan yang menarik seperti
angrek dan pohon. Sedangkan kondisi Hutan Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh
masih dalam keadaan yang cukup baik. Pemisahan Hutan Lindung dengan Taman
3.2 Topografi
Keadaan topografi di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh pada umumnya datar,
sebagian bergelombang sedang dan ringan, dengan ketinggian antara 1500-2000 mdpl.
Keadaan geologi dan tanah terdiri dari bahan induk batuan beku dan vulkanik dengan
jenis tanah podsolik coklat-kecoklatan kelabu (BKSDA 1 SUMUT, 2003). Gambaran
lokasi penelitian pada setiap lokasi adalah:
Lokasi 1 : Secara geografis danau 1 terletak pada 020 39’ 11,0” LU dan 980 23’ 12,5”
Berdasarkan informasi dari BKSDA 1 SUMUT, diperoleh data curah hujan Taman
Wisata Alam Sicikeh-Cikeh adalah rata-rata 2000-2500 mm pertahaunnya. Dimana
curah hujan tertinggi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Mei. musim
kemarau terjadi pada bulan Juni sampai September.
3.3.2 Tipe Iklim
Berdasarkan Schmidt-Ferguson, tipe iklim dikawasan Taman Wisata Alam
Sicikeh-Cikeh adalah tipe B, dengan suhu maksimum dengan 14-300C dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 90-100%.
3.4 Vegetasi
Keragaman tumbuhannya sangat tinggi, dari tumbuhan tingkat rendah sampai
tumbuhan tingkat tinggi. Pada umumnya terdiri dari pohon berdaun lebar dan berdaun
(Euginia spp.), Hotting (Palaqium spp.) dan lain-lain. Selain populasi yang masih
relatip cukup baik, bagian penutup tanah banyak ditemui Tumbuhan yang berbunga
indah antara lain family Nepenthaceae, Orchidaceae, berbagai jenis herba,
paku-pakuan rotan liana dan sebagainya (BKSDA 1 SUMUT, 2003).
3.5 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2009 di kawasan
Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh, Dusun Pancur Nauli, Desa Lae Hole, Kecamatan
Parbuluan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditetepkan
dengan metode Purposive Sampling. Metode ini merupakan metode penentuan
lokasi penelitian secara sengaja yang dianggap representatif.
3.6 Metode Penelitian
Penentuan areal lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Purposive
Sampling. Pengambilan data pada areal penelitian dilakukan dengan menggunakan Metode Kuadrat pada plot 5 m x 5 m dengan jumlah plot pada masing-masing lokasi sebanyak 15 plot
3.7 Pelaksanaan Penelitian 3.7.1 Di Lapangan
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan Metode Kuadrat. Lokasi penelitian
dibagi tiga yaitu:
Lokasi 1 : Danau 1 dengan ketinggian 1.433 m dpl.
Lokasi 2 : Danau 2 dengan ketinggian 1.410 m dpl.
Lokasi 3 : Danau 3 dengan ketinggian 1.412 m dpl.
Penentuan ketinggian lokasi penelitian didasarkan atas survey dan penelitian
sebelumnya. Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat plot dengan ukuran 25 m2 , sebanyak 15 plot pada satu lokasi penelitian. Pada setiap plot dicatat jumlah, jenis
Spesimen dari setiap plot pengamatan dikoleksi dan diberi label gantung
setelah terlebih dulu mencatat ciri-ciri morfologinya. Kemudian dilakukan
pengawetan spesimen yaitu spesimen dibungkus dengan kertas koran dan dimasukkan
kedalam kantung plastik dan diberi alkohol 70%. Udara dalam kantong plastik
dikeluarkan kemudian ditutup dengan lakban. Selanjutnya dibawa ke laboraturium
Taksonomi Tumbuhan untuk dikeringkan dan diidentifikasi di Herbarium MEDA
Universitas Sumatera Utara.
Faktor abiotik yang harus diukur meliputi suhu udara dengan Termometer Air
Raksa, kelembaban udara dengan Hygrometer, pH tanah dengan Soil Ph, suhu tanah
dengan Soil Termometer, intensitas cahaya dengan Lux Meter, ketinggian dengan
Altimeter dan kedalaman serasah dengan pengaris besi dan titik ordinat dengan GPS.
3.7.2 Di Laboraturium
Spesimen yang didapat kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven dan
selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku-buku acuan antara lain:
a. Malayan Wild Flowers, Dicotyledons (Henderson, 1959).
b. Synopsis of Orders and Families or Malayan Gymnosperms, Dicotyledons,
and Monocotyledons (Keng, 1969).
c. Nepenthes di Sumatera (Hotta, 1922).
d. Nepenthes of Sumatera and Peninsular Malaysia (Clarke,2001).
e. Nepenthaceae (Cheek & Jebb, 2001).
f. A Nepenthes Introductions (Rischer,2001) [www.schwaben.de/home/ Schmidt
3.8 Analisis Data
Menurut Indriyanto (2006), data yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan
nilai Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan mutlak (KM),
Kerapatan Relatif (KR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’),
Indeks Similaritas (IS), Indeks Keseragaman (E) dari masing-masing lokasi penelitian.
Untuk menentukan pola distribusi atau persebaranya dihitung berdasarkan indeks
Morishita (I∂) (Magurran, 1983).
Jumlah plot yang ditempati suatu jenis
dengan :
ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu seluruh jenis
e. Indeks Keseragaman H’ E =
H maks
Keterangan : E = Indeks keseragaman ; H’= indeks keragaman H maks = Indeks keragaman maksimum, sebesar Ln S
Keterangan: A = Jumlah jenis yang terdapat pada lokasi A B = Jumlah jenis yang terdapat pada lokasi B
C = Jumlah jenis yang sama pada kedua lokasi yang dibandingkan
g. Pola Distribusi
Untuk menghitung pola distribusi menggunakan Indeks morista sedangkan untuk
melihat peta penyebaran Nepenthes spp. digunakan sofwer Arcveuw 3.3
Rumus Indeks Morista adalah sebagai berikut:
q
Distribusiindividu ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kekayaan Jenis Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Dari penelitian yang dilakukan pada tiga lokasi penelitian yaitu di sekitar danau satu,
danau dua dan danau tiga Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh, Kabupaten
Dairi, Sumatera Utara ditemukan 7 jenis Nepenthes spp., 5 jenis diantaranya adalah
jenis alami yaitu N. rigidifolia Akhriadi, Hernawati & R. Tamin,
N. rhombicaulis Sh. Kurata, N. spectabilis Danser, N. tobaica Danser dan
N. reinwardtiana Miq. 2 jenis lagi adalah hasil persilangan alami di alam yaitu
N. reinwardtiana x N. spectabilis dan N. reinwardtiana x N. tobaica (Tabel 1).
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kawasan TWA Sicikeh-Cikeh memiliki
jumlah jenis Nepenthes spp. yang cukup tinggi, bila dibandingkan dengan penelitian
sejenis yang pernah dilakukan diantaranya: Salmon & Maulder (1995) melaporkan 1
jenis di daerah Goh Lemboeh, gunung Lauser yaitu N. mikei. Wistuba & Rischer
(1996), juga telah mempublikasikan 1 jenis Nepenthes spp. dari kawasan ini dengan
nama N. lavicola. Akhmalia (1999) menemukan empat jenis Nepenthes di kawasan
hutan Stasiun Riset Squa Balimbing Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL), yaitu
N. ampullaria, N. mirabilis, N. rafflesiana dan N. sanguinea. Salmon & Maulder
(1995) menemukan 1 jenis Nepenthes spp. di Puncak Angasan, Gunung Lauser, yaitu
N. angasanensis., Wahyudi et. al (2000) melaporkan bahwa 4 jenis Nepenthes spp.
di lereng barat Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Bengkulu, yaitu N. gracilis,
N. mirabilis, N. reinwardtiana dan N. rafflesiana. Arif (2005) menemukan 6 jenis
Nepenthes spp. termasuk dua diantaranya adalah jenis hibrid di kawasan Hutan
Tabel 1. Jenis-Jenis Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada Lokasi I (Danau I) merupakan lokasi
terbanyak ditemukannya jenis Nepenthes spp. yaitu 6 jenis. Keenam jenis tersebut
adalah N. reinwardtiana x N. spectabilis, N. reinwardtiana, N. reinwardtiana x
N. tobaica, N. tobaica, N. spectabilis dan N. rigidifolia. Pada Lokasi I (Danau I) suhu
udara rata-rata 20,40 0C, suhu tanah 22,270C, pH tanah 5,20, pH air danau 4,6, kelembaban udara 87,13 0/00, intensitas cahaya 108.100 Lux dan kedalaman serasah 10,73 cm (Tabel 5). Menurut Harianto et. al. (2008) beberapa jenis organisme sangat
menyukai kondisi lingkungan tertentu sehingga lingkungan yang sesuai dengan jenis
tersebut akan banyak individu yang menghuninya. Mansur (2006) menyatakan bahwa
Nepenthes spp. menyukai kondisi habitat dengan pH tanah dan pH air asam, suhu
udara rata-rata 18-24 0C dan Intensitas cahaya tinggi. Pada lokasi ini ditemukan 2 jenis persilangan alami yaitu N. reinwardtiana x N. spectabilis dan N. reinwardtiana
x N. tobaica. Kehadiran suatu jenis hibrid alami Nepenthes spp. di suatu habitat dapat
ditandai bila pada habitat tersebut juga diumpai dua atau lebih jenis Nepenthes spp.
(Clarke, 2000). Pada lokasi I ditemukan bahwa jarak antara jenis N. tobaica,
N. spectabilis dan N. reinwardtiana saling berdekatan hal ini mempermudah
terjadinya perkawinan silang.
Pada Lokasi II (Danau II) ditemukan 2 jenis Nepenthes spp. yaitu
N. spectabilis dan N. reinwardtiana. Pada lokasi II suhu udara rata-rata 20,270C, suhu tanah 19,800C, pH tanah 4,9, pH air danau 4,8, kelembaban udara 70,530/00, intensitas cahaya 33.926,67 Lux dan kedalaman serasah 10,20 cm (Tabel 5). Pada Lokasi ini
antaranya intensitas cahaya rendah, sehingga hanya beberapa jenis Nepenthes spp.
yang dapat toleran dengan keadaan ini. Keadaan ini juga menyebabkan jumlah jenis
pada lokasi ini sedikit. Pada Lokasi II (Danau II) tidak ditemukan jenis hibrid, hal ini
disebabkan karena jauhnya jarak antara N. spectabilis dan N. reinwardtiana sehingga
memperkecil kemungkinan untuk melakukan persilangan.
Pada Lokasi III (Danau III) ditemukan 5 jenis Nepenthes spp, yaitu
N. reinwardtiana x N. spectabilis, N. reinwardtiana, N. tobaica, N. spectabilis dan
N. rhombicaulis. Faktor fisik lingkungan pada lokasi ini adalah Suhu udara rata-rata
22,670C, suhu tanah 23,670C, pH tanah 3,09, pH air danau 4,7, kelembaban udara 71,270/00, intensitas cahaya 70053,33 Lux dan kedalaman serasah 17,90 cm (Tabel 5). Faktor fisik seperti ini sangat disukai oleh Nepenthes spp. sehingga ia memiliki
jumlah jenis yang banyak. Pada Lokasi III ditemukan persilangan antara
N. reinwardtiana x N. spectabilis hal ini disebabkan karena dekatnya jarak antara
kedua jenis ini dan proses pematangan bunga antara kedua jenis ini sama sehingga
kemungkinan terjadinya perkawinan silang besar. Menurut Polunin (1994),
Penyerbukan Nepenthes spp. di bantu oleh angin karena bentuk serbuk sari yang kecil
dan ringgan sehingga dalam proses penyerbukannya jarak antara satu jenis dan jenis
yang lainnya sangat mempengaruhi.
4.2Kunci Identifikasi Jenis Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Morfologi kantung merupakan karakter kunci dalam identifikasi Nepenthes
spp. (Clack & Jebb, 2000). Pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa setiap
jenis Nepenthes spp. yang dijumpai memiliki karakter kantung atas (Upper Pitcher)
yang khas dan relatif konstan bentuknya, sedangkan kantung bawah (Lower Pitcher),
pada masing-masing jenis memperlihatkan beberapa variasi bentuk. Sering kali juga
dijumpai kantung bawah pada beberapa jenis memiliki bentuk yang sangat mirip satu
sama lain. Hernawati & Akhriadi (2006) menyatakan bahwa, selain karakter kantung,
karakter batang pada Nepenthes spp. juga dapat digunakan sebagai kunci identifikasi,
karena pada beberapa jenis memiliki bentuk batang yang berbeda dengan jenis
Berdasarkan hasil pencandraan dan perbandingan karakter dari jenis-jenis
Nepenthes spp. yang dijumpai, maka disusun kunci identifikasi Nepenthes spp.
kawasan Taman Wisata Alam Seicikeh-cikeh Kabupaten Dairi, sebagai berikut:
1.a. Batang berbentuk segi tiga………...N. rhombicaulis
b. Batang berbentuk silindris…………..………....2
2.a. Kantung atas berbentuk silindris……….…...….N. spectabilis
b. Kantung atas berbentuk pinggang………..….…3
3.a. Zona pencernaan kantung atas membengkak bulat dan membesar mendekati
tendril……..……..………...4
b. Zona pencernaan kantung atas membengkak bulat dan menyempit
mendekati tendril……..……….…….……..………..5
4.a. Kantung atas bermotif hijau muda dominan berbercak merah……....N. tobaica
b. Kantung atas bermotif hijau kekuningan dominan berbercak coklat tua
sampai hitaman ...…...…....N. reinwardtiana x N. spectabilis
5.a. Bibir tebal mengembang dengan celah bergerigi rapat...N. rigidifolia
b. Bibir membulat dengan celah bergerigi jarang...6
6.a. Bibir berwarna putih susu... N. reinwardtiana x N. tobaica
4.3Deskripsi Jenis Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
4.3.1 Nepenthes spectabilis Danser.
Batang roset pada anakan, dewasa memanjat, panjang 90 cm-5 m, diameter 0,5-0,7 cm, jarak antar nodus 1-8 cm, bentuk silindris berwarna hijau kemerahan, pada bagian
yang telah tua memperlihatkan retakan kulit batang tidak teratur, permukaan berbulu
rapat dan pendek berwarna coklat tua. Daun tunggal, tanpa tangkai duduk pada
batang, berwarna hijau tua sampai hijau kemerahan, bentuk lanset sampai memanjang,
daging seperti kulit tidak terlalu kaku, ibu tulang daun jelas berwarna hijau kemerahan
dengan 3-6 vena membujur di kedua sisinya, ujung runcing, pangkal tumpul, dan
memperlihatkan tambahan daun setelah pangkal (subpetiolatus) yang menjepit batang
¾-½ lingkaran, tepi rata berwarna hijau kemerahan, panjang sulur 30-40 cm, diameter
0,16-0,19 cm, berwarna merah, permukaan licin. Kantung bawah bentuk seperti
kendi berleher pendek, tinggi 17 cm, berwarna hijau bercak hijau tua sampai coklat
tua, daging seperti kertas berbulu halus dan rapat, memiliki sayap, zona pencernaan
berbentuk bulat membesar, panjang 6 cm, zona berlilin berbentuk silindris, panjang
11 cm, bibir tebal mengembang tidak terlalu keras, bergerigi rapat dan sangat jelas,
berwarna hijau dengan garis-garis merah tua sampai coklat tua, peristome rapat seperti
duri jelas terlihat berwarna hijau kecoklatan rata dan terkadang berlekuk meruncing
dibagian depan, lebar mengembang dikedua sisi naik meninggi di bagian belakang,
daun penutup bangun bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk dibagian
pangkal, berwarna hijau dengan bercak-bercak merah sampai coklat tua, taji panjang
0,8-2 cm, silindris, tidak bercabang berwarna coklat tua. Kantung atas bentuk seperti
terompet panjang dan melengkung dibagian pangkal, silindris dibagian atas dan
tengah, tinggi 20-25 cm, berwarna hijau bercak hijau tua sampai coklat tua, daging
seperti kertas berbulu halus dan rapat, zona pancernaan berbentuk silindris, panjang
13,5 cm, zona berlilin berbentuk silindris panjang 15 cm, tidak bersayap, bibir tebal
mengembang tidak terlalu keras, bergerigi rapat dan sangat jelas, berwarna hijau
dengan garis-garis merah tua sampai coklat tua, peristome rapat seperti duri jelas
terlihat berwarna hijau kecoklatan rata dan terkadang berlekuk meruncing dibagian
depan, lebar mengembang dikedua sisi naik meninggi dibagian belakang, daun
berwarna hijau dengan bercak-bercak merah sampai coklat tua. Taji panjang 0,8-2 cm,
silindris, tidak bercabang berwarna coklat tua. Perbungaan majemuk tidak terbatas,
dioceus, pada bunga jantan panjang ibu tangkai bunga 15-30 cm, anak tangkai 1,5-2
cm, duduk jarang dan merata sepanjang ibu tangkai, bercabang dan menopang dua
anak tangkai, masing-masing dengan satu anak daun pelindung dibagian pangkal,
pada bunga betina tiap bagian lebih pendek dan anak tangkai satu sama lain duduk
lebih rapat dipucuk dibandingkan dengan bunga jantan. Buah fusiformis, berlokus
dengan banyak biji, bila tua berwarna coklat tua dan bila kering membelah menjadi 4
bagian.
Spesimen : AS 05, 25 Januari 2009 (Fl) (MEDA-USU) Distribusi : Sumatera Utara, Endemik (Hernawati & Akhriadi, 2006). Habitat : Teresterial. Biasanya hidup di hutan pegunungan1000-2500 m
dpl (Hotta, 1922). Pada lokasi penelitian jenis ini hidup pada
ketinggian 1399-1425 m dpl. Pada ordinat 020 39' 11,1" LU/980 23" 14,2"BT.
Status Internasional : IUCN (1994)- lR/cd; CITES – Apendiks II.
a. Kantung Bawah b. Kantung Atas
c. Bunga Jantan d. Bunga Betina
e. Lip ( Bibir) f. Taji
Gambar 3. Nepenthes spectabilis Danser.
4.3.2. Nepenthes tobaica Danser.
Batang roset pada anakan, dewasa memanjat, panjang 4-7 m, diameter 0,2-0,55 cm, jarak antar nodus 1,67-12 cm, bentuk silindris berwarna hijau kemerahan, permukaan
berbulu rapat dan pendek berwarna coklat tua. Daun tunggal, tanpa tangkai duduk
pada batang, berwarna hijau tua pada permukaan atas dan merah pada permukaan
bawah, bentuk lanset , daging seperti kulit agak kaku, ibu tulang daun jelas berwarna
hijau kemerahan dengan 1-3 vena membujur di kedua sisinya, ujung runcing, pangkal
tumpul, menjepit batang ½ lingkaran, tepi rata berwarna hijau kemerahan, panjang
sulur 4,5-6 cm, diameter 0,16 cm, berwarna merah, permukaan licin. Kantung bawah
bentuk pinggang, membulat di bagian bawah agak mengecil di bagian tengah, tinggi
10 cm, warna biasanya dominan merah, tapi terkadang hijau sampai ungu, daging
lembut seperti selapaut, memiliki sayap, zona pencernaan berbentuk bulat membesar,
panjang 3 cm, zona berlilin berbentuk silindris, panjang 7 cm, bibir melingkar agak
oval sampai bulat rata di bagian depan meninggi di bagian belakang, bergerigi rapat,
berwarna hijau sampai merah, daun penutup bangun bulat telur, membulat di bagian
ujung dan berlekuk di bagian pangkal, berwarna hijau sampai merah, taji tunggal
sampai bercabang 3, panjang 0,5 cm, silindris, berwarna hijau sampai merah.
Kantung atas bentuk bentuk pinggang, membulat di bagian bawah agak mengecil di bagian tengah dan silindris di bagian atas, tinggi 12-25 cm, berwarna hijau samapi
merah terkadang diantaranya, daging lembut seperti selapaut, memiliki sayap, zona
pencernaan berbentuk bulat membesar, panjang 3-5 cm, zona berlilin berbentuk
silindris, panjang 7-15 cm, bibir melingkar agak oval sampai bulat rata di bagian
depan meninggi di bagian belakang, bergerigi rapat, berwarna hijau sampai merah,
daun penutup bangun bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian
pangkal, berwarna hijau sampai merah, taji tunggal sampai bercabang 3, panjang 0,5
cm, silindris, berwarna hijau sampai merah. Perbungaan majemuk tidak terbatas,
dioceus, pada bunga jantan panjang ibu tangkai bunga 10-20 cm, anak tangkai 0,3-0,5
cm, duduk jarang dan merata sepanjang ibu tangkai, bercabang dan menopang dua
anak tangkai, masing-masing dengan satu anak daun pelindung di bagian pangkal,
pada bunga betina, duduk jarang dan merata sepanjang ibu tangkai, bercabang dan
bagian pangkal. Buah fusiformis, berlokus dengan banyak biji, bila tua dan
mongering membelah menjadi 4 bagian, berwarna coklat tua.
Spesimen : AS 06, 25 Januari 2009 (Fl, Fr) (MEDA-USU) Distribusi : Nangro Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jambi (Hernawati & Akhriadi, 2006).
Habitat : Teresterial. Biasanya hidup di dataran rendah sampai hutan pegunungan 400-2000 m dpl (Hotta,1922). Pada lokasi
penelitian jenis ini hidup pada ketinggian 1388-1405 m dpl.
Pada ordinat 020 39' 10,3" LU/980 23" 13,7"BT. Status Internasional : IUCN (1994)- lR/cd; CITES – Apendiks II.
a. Kantung Bawah b. Kantung Atas
c. Bunga Jantan d. Buah
d. Lip (Bibir) e. Daun Penutup kantung atas
4.3.3. Nepenthes reinwardtiana Miq.
Batang roset pada anakan, dewasa memanjat, panjang 272 cm-7 m, diameter 0,5-0,7 cm, jarak antar nodus 1,67-12 cm, bentuk segi tiga berwarna hijau kecoklatan. Daun
tunggal, tanpa tangkai duduk pada batang, pada permukaan berwarna hijau dan
permukaan bagian bawah hijau kemerahan, lanset pada anakan dan lebih membulat
pada dewasa, daging seperti kulit tidak terlalu kaku, ibu tulang daun jelas berwarna
hijau kemerahan dengan 2-4 vena membujur dikedua sisinya, ujung runcing, pangkal
tumpul, menjepit batang ½ lingkaran, tepi rata berwarna hijau kemerahan, panjang
sulur 13,6 cm, diameter 0,7 cm, berwarna merah, permukaan licin. Kantung bawah
bentuk pinggang, membulat dibagian bawah agak mengecil dibagian tengah, tinggi
8,5-10 cm, warna biasanya dominan hijau berbintik-bintik merah, terkadang berwarna
merah, daging lembut seperti selapaut, memiliki 2 sayap, zona pencernaan berbentuk
bulat membesar, panjang 3 cm, zona berlilin berbentuk silindris memiliki dua
spotmata dibagian dinding dalam kantung , panjang 7cm, bibir sedikit tebal,
melingkar agak oval sampai bulat rata di bagian depan meninggi di bagian belakang,
bergerigi rapat dan agak jelas, berwarna hijau sampai merah, daun penutup bangun
bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, berwarna hijau
sampai merah. Taji tunggal, panjang 0,5 cm, silindris, berwarna hijau sampai merah.
Kantung atas bentuk pinggang, membulat di bagian bawah agak mengecil di bagian tengah, tinggi 12,5-18 cm, warna biasanya dominan hijau berbintik-bintik
merah,terkadang berwarna merah, daging lembut seperti selapaut, memiliki 2 sayap
tanpa bulu, zona pencernaan berbentuk bulat membesar, panjang 5-5,5 cm, zona
berlilin berbentuk silindris, panjang 7,5-15 cm, pada bagian dalam kantung terdapat
spot mata, yaitu lingkaran berwarna biru tua samapi hitam. Bibir sedikit tebal,
melingkar agak oval sampai bulat rata di bagian depan meninggi di bagian belakang,
bergerigi rapat dan agak jelas, berwarna hijau sampai merah, daun penutup bangun
bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, berwarna hijau
Spesimen : AS 02, 25 Januari 2009 (MEDA-USU) Distribusi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung dan
Kalimantan (Hernawati & Akhriadi, 2006).
Habitat : Teresterial. Biasanya hidup di dataran rendah sampai hutan pegunungan 100-1500 m dpl (Hotta, 1922). Pada lokasi
penelitian jenis ini hidup pada ketinggian 1388-1405 m dpl.
Pada ordinat 020 39' 11,7" LU/980 23" 10,9"BT. Status Internasional : IUCN (1994)- lR/cd; CITES – Apendiks II.
a.Kantung Bawah b. Kantung atas
c. Spot Mata d. Daun Penutup Kantung Atas
e. Taji
4.3.4. Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata.
Batang roset pada anakan, dewasa memanjat, panjang 2 m, diameter 0,43cm, jarak antar nodus 2,3 cm, bentuk silindris berwarna hijau. Daun tunggal, tanpa tangkai
duduk pada batang, berwarna hijau pada permukaan atas dan hijau kemerahan pada
permukaan bawah, bentuk lanset, daging seperti kulit tidak terlalu kaku, ibu tulang
daun jelas berwarna hijau, yang menjepit batang ½ lingkaran, tepi rata berwarna hijau
kemerahan, sulur 13,6 cm, diameter 0,26 cm, berwarna merah. Kantung bawah
bentuk seperti pingang, tinggi 9 cm, berwarna merah dengan bercak-bercak merah tua
tidak terlalu rapat, daging seperti kertas, zona pencernaan berbentuk bulat sangat besar
tiga kali lipat diameter zona berlilin, panjang 3 cm, zona berlilin berbentuk silindris
agak lebih besar, panjang 7 cm, bibir tebal mengembang tidak terlalu keras, bergerigi
rapat dan sangat jelas, berwarna hijau dengan garis-garis merah tua sampai coklat tua,
peristome rapat seperti duri jelas terlihat berwarna merah dan terkadang berlekuk
meruncing dibagian depan, lebar mengembang dikedua sisi naik meninggi dibagian
belakang, daun penutup bangun bulat telur, membulat dibagian ujung dan berlekuk
dibagian pangkal, berwarna merah bercak-bercak merah tua, taji panjang 1 cm,
silindris. Kantung atas bentuk seperti pingang tidak terlalu besar, silindris dibagian
atas dan tengah agak lebih langsing, tinggi 9 cm, berwarna hijau, daging lembut
seperti membran, zona pancernaan berbentuk silindris, panjang 13,5 cm, zona berlilin
berbentuk silindris panjang 15 cm, tidak bersayap, bibir tebal mengembang tidak
terlalu keras, bergerigi rapat dan sangat jelas, berwarna hijau, taji panjang 1cm,
silindris, tidak bercabang berwarna hijau.
Spesimen : AS 07, 25 Januari 2009 (MEDA-USU) Status Internasional : IUCN (1994)- lR/cd; CITES – Apendiks II.
a. Kantung Bawah b. Kantung Atas
c. Daun Penutup d. Bibir (Lip)
e. Peristome f. Taji