• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Tanaman Sayuran Kubis-kubisan (Crucifer).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyakit Tanaman Sayuran Kubis-kubisan (Crucifer)."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT TANAMAN SAYURAN

KUBIS-KUBISAN (CRUCIFER)

Oleh :

Dr. Ir. I Made Sudarma, MS.

NIP. 195808241984031002

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

KATA PENGANTAR

Sayuran kubis-kubisan (crucifer), sudah menjadi kebutuhan bahan pangan pokok keseharian masyarakat Indonesia. Banyak tanaman sayuran ini di tanam di dataran tinggi, namun ada beberapa varietas yang dapat ditanam di dataran rendah. Kabutuhan sayuran terus meningkat khususnya di Bali, mengingat Bali menjadi tujuan wisata utama bagi wisatawan manca Negara maupun domestik. Restoran dan rumah makan, untuk menyajikan kebutuhan wisatawan terus meningkat, sehingga kebutuhan sayuranpun terus meningkat pula. Produksi sayuran pada areal pertanaman selalu mendapat hambatan berupa gangguan penyakit yang dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi hal tersebut sudah selayaknya para petani (grower) mencari solusi untuk mengatasinya. Mahasiswa merupakan pewaris masa depan bangsa yang tertarik akan budidaya sayuran harus mengatahui penyakit yang menjadi kendala dalam mempertahankan produksi tetap optimal. Pengetahuan untuk mendukung mengatasi hal tersebut di atas, adalah penyakit tanaman sayuran kubis-kubisan (crucifer), yang didalamnya berisi: sejarah penyakit, gejala penyakit, penyebab penyakit, faktor yang mempengaruhi penyakit (epidemiologi), dan cara pengendalian penyakit. Pada buku ini sudah disajikan secara lengkap materi beserta gambar gejala dan patogen, dengan harapan mahasiswa dapat dengan mudah mengadakan diagnosis penyakit di lapang maupun di laboratorium, untuk memenuhi standar kompetensi lulusan.

Penulis menyadari dalam penyusunan buku ini sudah tentu ada kekurangan, terlebih lagi referesinya kebanyakan bersumber dari luar Indonesia. Namun pengaruh globalisasi penyakit yang ada di belahan dunia lain, akan dengan cepat menyebar ke Negara lainnya. Oleh karena itu pengetahuan penyakit sayuran secara lengkap akan membantu dalam mengkarantina produk yang dimport dari luar negeri ke Indonesia. Buku ini akan selalu direvisi demi kesempurnaannya setiap tahun. Semoga sajian buku ini dapat menambah nilai pengetahuan mahasiswa khususnya Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Melalui kesempatan ini penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Rektor Universitas Udayana, dan Bapak Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas perhatian dorongan sehingga Buku ini terwujud.

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENYAKIT AKIBAT BAKTERI (BACTERIAL DISEASES) ……….. 1

1.1 Busuk Hitam (Black Rot) ………. 2

1.2 Bercak Daun Bakteri (Bacterial Leaf Spot) ………. 9

1.3 Busuk Lunak Bakteri (Bacterial Soft Rot) ………... 16

1.4 Bercak Daun Xanthomonas (Xanthomonas Leaf Spot) ………... 21

DAFTAR PUSTAKA ………. 22

BAB II PENYAKIT AKIBAT JAMUR (FUNGAL DISEASES) ………. 24

2.1 Embun Tepung (Downy Mildew) ……… 25

2.9 Busuk Akar Phytophthora (Phytophthora Root Rot) ……… 85

2.10 Tepung (Powdery Mildew) ……… 90

2.11 Karat Putih (White Rust) ……… 95

2.12 Bercak Cincin (Ring Spot) ………. 110

2.13 Busuk Batang Sclerotinia (Sclerotinia Stem Rot) dan Busuk Lunak Berair (Watery Soft Rot) ………... 116

2.14 Layu Verticillium (Verticillium Wilt) ……… 132

2.15 Bercak Daun Putih (White Leaf Spot) ………... 145

2.16 Kuning Fusarium (Fusarium Yellow) ……… 153

DAFTAR PUSTAKA ………. 159

BAB III PENYAKIT AKIBAT VIRUS (VIRUS DISEASES) ………. 167

3.1 Cauliflower Mosaic Virus (CaMV) ………. 168

3.2 Radish Mosaic Virus (RaMV) ……….. 175

3.3 Turnip Mosaic Virus (TuMV) ………... 182

(4)

DAFTAR PUSTAKA ………. 190

BAB IV PENYAKIT AKIBAT NEMATODA ………. 192

4.1 Kista Kubis (Cabbage Cyst) ………. 193

4.2 Puru Akar (Root Knot) ………. 205

DAFTAR PUSTAKA ………. 212

BAB V ABNORMALITAS TANAMAN (BUKAN INFEKSI PATOGEN) …….. 214

5.1 Noda Hitam (Black Speck) ……….. 215

5.2 Butiran Coklat (Brown Bead) ……….. 217

5.3 Oedema ……… 218

5.4 Batang Berlobang (Hollow Stem) ……… 220

5.5 Ujung Terbakar (Tipburn) ……… 222

5.6 Kahat Hara (Nutritional Deficiencies) ………. 223

DAFTAR PUSTAKA ………. 225

DAFTAR ISTILAH (GLOSSARY) ………... 227

ooOoo DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Inang jamur Peronospora parasitika (Pers. Ex Fr.) Fr. penyebab penyakit embun tepung pada kubis (Minchinton, 1998) …………... 34

(5)

Tabel 2.3 Klasifikasi jamur A. brassicae dan A. brassicicola (Wikipedia,

2013) ……….. 46 Tabel 2.4 Beberapa produk yang tercatat digunakan untuk menghadapi

penyakit karat putih di Hawaii, seperti yang telah terdaftar di National Pesticide Information Retrieval System (Patnude dan

Nelson, 2013) ……… 109 Tabel 2.5 Tanaman kubis tahan penyakit kuning Fusarium (Sherf, 1979) …… 158

ooOoo

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penyakit busuk hitam pada kubis dengan gejala lesio berbentuk V

(6)

Gambar 1.2 Lesio berasal dari gigitan serangga (tanda panah) (Babadoost,

1999) ……… 3 Gambar 1.3 Vaskular berwarna hitam pada kubis (tanda panah) (Babadoost,

1999) ………. 4 Gambar 1.4 Gejala tanaman kubis yang terserang bakteri Xanthomonas

campestris pv. campestris (A-B), dan (C-D) koloninya pada cawan

Petri (Vicente dan Holub, 2012) ………... 5 Gambar 1.5 Daur hidup patogen busuk hitam (Canthomonas campestris pv.

campestris) (Wikipedia, 2013a) ……….. 7 Gmabar 1.6 Gejala penyakit bercak daun bakteri pada daun kubis (A-D) dan

kubis bunga (E) (Gabor et al., 2013) ……… 10 Gambar 1.7 Pseudomonas syringae dilihat dengan menggunakan mikroskop

elektron (A), koloninya (B) (Microbewiki, 2011, Wikipedia,

2013b) ………... 12 Gambar 1.8 Gejala penyakit busuk lunak bakteri pada tanaman broccoli (A),

kubis (kol) (B), dan kubis bunga (C) seperti tanda panah (Gabor et

al., 2013) ……….. 17 Gambar 1.9 Bakteri Erwinia carotovora dilihat di bawah mikroskop elektron

(Syred, 2013) ……… 18 Gambar 1.10 Daur penyakit busuk lunak bakteri sayuran yang disebabkan

oleh Erwinia sp. (Agrios, 2005) ……….. 19 Gambar 1.11 Gejala penyakit bercak daun Xanthomonas, nekrotis tampak di

antara tulang daun (Black, 2001) ………. 21 Gambar 2.1 Gejala dan tanda (sign) penyakit embun tepung pada kubis.

Catatan bercak kuning mengendap (a), dan sporulasi patogen pada permukaan bawah daun (b). sporulasi patogen diperbesar (close

up) (Gevens, 2013) ……….. 25 Gambar 2.2 Daur infeksi embun tepung (Minchinton, 1998) ………. 27 Gambar 2.3 Sporangium yang mampu dipencarkan oleh angin (foto

mikroskop elektron) ……… 32 Gambar 2.4 Gejala akar gada pada tanaman kubis (A), tanaman kubis yang

terjangkit akar gada di lapangan tampak kerdil (B) (Hansen, 2009) 36 Gambar 2.5 Siklus penyakit akar gada yang disebabkan oleh Plasmodiophora

brassicae (Agrios, 2005) ………. 38 Gambar 2.6 Bercak daun Alternaria pada daun kubis. Lesio berwarna coklat

sampai hitam dan meluas melingkar konsentris (A dan B), kubis bunga yang terinfeksi Alternaria (C) dan brussel sprout yang

terinfeksi Alternaria (D) (Gorny et al., 2013) ………. 45 Gambar 2.7 Konidia Alternaria brassicae (A) (McKenzie, 2013a), (dan

Alternaria brassicicola (B) (Woundenberg et al., 2013) ……….. 47 Gambar 2.8 Daur penyakit bercak daun Alternaria ……… 48 Gambar 2.9 Gejala penyakit kaki hitam pada semua bagian tanaman kubis

(Babadoost, 1989; Gabor et al., 2013) ……… 51 Gambar 2.10 Benih dalam uji blotter menunjukkan miselium putih dan

(7)

bibit terinfeksi dalam uji blotter menunjukkan oiknidia pada hipokotil dan kotiledon (B), dan piknidia pada benih (Ca dan Cb)

(ISTA-PDC, 2008) ……….. 52 Gambar 2.11 Jamur kaki hitam terlihat di bawah mikroskop : (a) piknidium

stadium Phoma lingam; (b) konidia satu sel yang muncul dari piknidium dalam coil gelatin dalam cuaca lembab, (c) perithesium dari stadium seksual, Leptosphaeria maculans. Perithesium berisi dengan sekelompok aski; (d) askus mengandung delapan

askospora multi sel, (e) askospora (Babadoost, 1989) ………. 53 Gambar 2.12 Daur penyakit kaki hitam (Dominiak-Olson et al., 1990) ……….. 54 Gambar 2.13 Gejala penyakit akar hitam yang disebabkan oleh Aphanimyces

raphani pada radish (Gabor et al., 2013) ……… 58 Gambar 2.14 Reproduksi secara seksual Aphanomyces raphani (Drechsler,

1929) ………. 60 Gambar 2.15 Struktur seksual Aphenomyces raphani, A-E digambar dari biakan

maize-meal agar dengan bantuan kamera, pembesaran 920

(Drechsler, 1929) ………. 61 Gambar 2.16 Struktur seksual Aphenomyces raphani, A-F, digambar dari biakan

maize-meal agar dengan bantuan kamera, pembesaran 920

(Drechsler, 1929) ………. 62 Gambar 2.17 Gejala penyakit batang kawat pada kubis (Babadoost, 1988) ……. 66 Gambar 2.18 Busuk krop Rhizoctonia pada kubis (Babadoost, 1998) …………. 66 Gambar 2.19 Basidium dan basidiospora Thanatephorys cucumeris (A), dan

miselium Rhizoctonia solani (Ceresini, 1999) ……… 68 Gambar 2.20 Bentuk hifa jamur Rhizoctonia solani dengan inti dua (kiri),

dan berinti banyak (kanan) (Ceresini, 1999) ………... 69 Gambar 2.21 Reaksi C3, penggabungan sempurna (Ceresini, 1999) ………. 70 Gambar 2.22 Reaksi anastomosis dalam strain Rhizoctonia solani

multinukleat, a. tanpa fusi, b. fusi dengan kematian sel yang

berfusi, c dan d fusi sempurna (Bar = 10 µm) (Garcia et al., 2006) 71 Gambar 2.23 Gejala bercak daun Cercospora pada daun (tanda panah) Lobak

(kiri), dan salada (kanan) (Gabor et al., 2013) ……… 75 Gambar 2.24 Konidiofor dan stromata Cercospora brassicicola (a), dan konidia

(b) (To-Anun, 2011) ……… 76 Gambar 2.25 Gejala penyakit rebah kecambah pada tanaman kubis (A-B),

gelaja batang kawat (C), dan pertumbuhan tanaman lambat (D)

(Gabor et al., 2013) ………. 79 Gambar 2.26 Miselium Pythium dan sporangia dalam jaringan akar yang

terinfeksi (A) dan oospora (B) (Agrios, 2005) ……… 81 Gambar 2.27 Daur penyakit rebah kecambah dan busuk benih yang disebabkan

oleh Pythium sp. (Agrios, 2005) ……….. 82 Gambar 2.28 Gejala penyakit busuk akar Phytoiphthora pada tanaman kubis

(8)

Gambar 2.29 Oogonium muda tanpa antheridium (A), oogonium dan ntheridium tidak subur (B), oogonium dibuahi dengan perkembangan oospora, oogonium dengan oospora dalam berbagai stadium perkembangan (D-G), mengindikasikan ketebalan dinding oospora, antheridium dalam paragynous (B-G), dan oogonium dengan atheridium

amphygenous (H) (Topmpkins, 1936) ……… 87 Gambar 2.30 Daur hidup patogen Phytophthora sp. ……… 88 Gambar 2.31 Gejala penyakit tepung pada tanaman kubis (A-B), dan

Oilseed rape (C) (Gradders et al., 2006; Gabor et al., 2013) ……. 91

Gambar 2.34 Gejala karat putih pada tanaman crucifer yang disebabkan oleh jamur Albugo candida (Gabor et al., 2013)

………. 97

Gambar 2.35 Sporangiofor dan sporangium dari jamur Albugo candida

(McKenzie, 2013) ……… 99 Gambar 2.36 Albugo candida, penyebab penyakit karat putih; reproduksi

aseksual Albugo (A), bagian daun terinfeksi yang menunjukkan miselium, haustoria, sporangiofor dan sporangia; (B) percabangan sporangiofor dengan rantai basigonous dari sporangia; (C-F) perkembangan sporangiofor dan sporangia; (G-I) perkecambahan sporangium dan pembentukan zoospora; (J) zoospra biflagella; (K) zoospora encysted; (L) perkecambahan zoospora encysted; (M) infeksi; (N) miselium interseluler dan dikelilingi haustoria dalam

jaringan inang (Pujari, 2013) ………... 100 Gambar 2.37 Albugo candida, (A) sporangium; (B) ultrastruktur sporangium

(Pujari, 2013) ………... 101 Gambar 2.38 Albugo candida. (A) bagian miselium interseluler; (B) haustorium

berkembang dari miselium dalam sel inang sebagai interseluler

yang diungkapkan di bawah mikroksop elektron (Pujari, 2013) … 102 Gambar 2.39 Albugo candida penyebab karat putih pada crucifer.(A) oogonium

dan antheridium dengan tabung fertilisasi; (B) dinding oospora mulai terbentuk, terlihat pembelahan nukleus; (C) oospora masak dalam bagian melintang; (D-E) perkecambahan oospora; (F) zoospora biflagela; (G) zoospore encysted; (H) zoospora

(9)

Gambar 2.40 Albugo candida. (A) oogonium dengan banyak inti; (B) pembentukan bercak penerima kearah antheridium melekat; (C) inti dalam antheridium dan oogonium; (D) pembentukan tabung pembuahan dan migrasi inti oogonium dalam daerah peripheral meninggalkan satu inti female dalam pusat oogonium; (E) penyatuan male dengan female; (F) pembentukan oospora dan

karyogami; dan (G) oospora masak (Pujari, 2013) ………. 104 Gambar 2.41 Albugo sp. (A-B) perkecambahan oospora; (C) zoospore dibentuk

dalam vesikel (Pujari, 2013) ……… 105 Gambar 2.42 Daur hidup Albugo. (A) hifa dalam sel inang menunjukkan

haustoria berbentuk bulat; (B) daun terinfeksi dalam dalam penampang melintang sporangiofor dan rantai sporangia; (C ) perkecambahan sporangium; (D) sporangia melepas zoospora; (E) zoospore; (F) Zoospora tanpa bulu cambuk; (G) perkecambahan zoospora tanpa bulu cambuk; (H) entheridium dan oogonium; (I) plasmogamy; (J) karyogami; (K) oospora; (L) perkecambahan oospora menghasilkan zoospora dalam vesikel; (M) zoospore; (N)

perkecambahan zoospora tanpa bulu cambuk (Pujari, 2013) ……. 106 Gambar 2.43 Gejala penyakit bercak cincin pada tanaman kubis, penyakit parah

di kebun (A), bercak cincin tampak pada daun sebelah bawah (B), dan bercak cincin tampak jelas pada daun kubis (C) (Gabor et al.,

2013) ……… 111 Gambar 2.44 Mycosphaerella brassicicola. A = Ascomata pada inang (bar=400

µm), B = ascomata (bar = 20 µm), C = aski (bar = 40 µm), D = askus (bar = 5 µm), dan E-F = askospora (bar = 5 µm)

(MycoBank, 2013) ……….. 113 Gambar 2.45 Daur penyakit bercak cicncin pada tanaman kubis (modifikasi dari

Agrios, 2005) ………... 114 Gambar 2.46 Gejala penyakit busuk batang dan busuk berair yang disebabkan

oleh jamur Sclerotinia sclerotiorum (Gabor et al., 2013) ………… 117 Gambar 2.47 Sklerotia dari jamur Sclerotinia (A), Pertumbuhan miselium pada

permukaan batang tanaman (B), Gejala pada polong yang terinfeksi (C), dan Gejala bsuk daun salada (D) (Pernezny dan

Purdy, 2009) ……… 118 Gambar 2.48 Gejala penyakit Sclerotinia di lapang (A) dan Sclerotia dalam

rongga batang (Agrios, 2005; Pernezny dan Purdy, 2009) ……… 120 Gambar 2.49 Daur penyakit busuk Sclerotinia pada sayuran dan bunga yang

disebabkan oleh Sclerotinia sclerotiorum (Agrios, 2005) ……….. 122 Gambar 2.50 Gejala penyakit layu Verticillium pada tanaman kubis bunga,

tampak daun rusak di sebelah bawah tanaman (A), perubahan warna pada jaringan vaskular (B) penampang melintang, dan penampang horizontal (C) (Gabor et al., 2013) ………...

(10)

(A), dan struktur istirahat (B) (Jabnoun-Khiareddine et al., 2010) 135 Gambar 2.52 Bentuk konidiofor (a), fialida (b) dan konidia (c) (A-B), dan

mikrosklerotia (C) (Gomeez-Alpizar, 2001) ………... 135 Gambar 2.53 Daur penyakit layu Verticillium (Berlanger dan Powelson, 2000) .. 136 Gambar 2.54 Gejala penyakit bercak daun putih yang disebabkan oleh jamur

Pseudocercosporella capsellae (Gledders et al., 2008; Gaboor et

al., 2013) ……….. 146 Gambar 2.55 Pseudocercosporella capsellae. A, Konidiofor tanpa fascicle

muncul dari stomata, B, kelompok konidiofor hialin pendek pada sel stomatik. C, konidia. D, Bercak daun pada Brassica pekinensis

(Hisen, 1973) ………... 148 Gambar 2.56 Daur penyakit bercak daun putih yang disebabkan oleh

Mycosphaerella capsellae (stadium aseksualnya,

Pseudocercosporella capsellae) (Gladders et al., 2008) …………. 149 Gambar 2.57 Gejala penyakit kuning Fusarium pada tanaman kubis (Sherf,

1979; Gabor et al., 2013) ……… 154 Gambar 2.58 Fusarium oxysporum, jamur yang menyebabkan penyakit kuning

Fusarium pada kubis dan tanaman yang tidak berhubungan

dengan kubis, seperti yang telah ditemukan di bawah mikroskop: (a) konidiofor, manyak membawa makrokonidia; (B) akrokonidia; (C) mikrokonidia; (d) klamidospora berdinding tebal (Babadoost,

1988b) ………... 156 Gambar 3.1 Gejala penyakit Cauliflower mosaic virus pada daun kubis bunga

(Gabor et al., 2013) ………. 169 Gambar 3.2 Aphis Myzus persicae sebagai vektor Cauliflower mosaic virus

(Wikipedia, 2013a) ……….. 170 Gambar 3.3 Electron micrograph dari virion CaMV (Haas et al., 2002) ……… 171 Gambar 3.4 Diagram skema dari genom CaMV. Garis tipis menggambarkan

benang ganda DNA sirkular (8 kbp) dengan sekuen diskontinu (1-3). ORFs major ditunjukkan dengan warna kode tanda panah untuk pergerakan protein sel ke sel (I), faktor penularan aphis (II dan III), pertanda selubung protein (IV), pertanda aspartic proteinase, reverse gtranscriptase dan RNase H (V), dan pencantuman sebuah protein tubuh/transactivator translasi (VI). Garis hitam padat dari lingkaran dalam adalah daerah

intergenik panjang dan kecil dengan kandungan promoter 35S dan 19S. Dua garis tanda panah di luar tercatat 35S dan 19S RNA

(11)

klorosis-nekrotis pada daun Tendergreen mustard 6 hari setelah inokulasi; (B) belang sistemik dengan bercak cincin pada daun lobak Chinese White winter; (C) pola cincin nekrotis sistemik pada daun kubis bunga snowball Y, 15 hari setelah inokulasi; (D) cincin nekrotis yang diinokulasi pada daun tembakau Turki, 10 hari setelah inokulasi; dan (E) Enasi pada permukaan atas daun (adaxial) daun

lobak Chinese white winter (Campbell, 1973) ……… 177 Gambar 3.7 Partikel RaMV dinodai dengan phosphotungstae (bar= 100 nm)

(Campbell, 1973) ………. 178 Gambar 3.8 Vektor sebagai penulat RaMV, (A) Aphis hijau (Myzus persicae

Sulzer.); (B) Aphis kubis (Rhopalosiphum pseudobrassicae

Davis.); dan (C ) aphis salada atau aphis kubis (Brevicoryne

brassicae L.) ……… 180 Gambar 3.9 Gejala penyakit Turnip mosaic virus pada tanaman kubis (Gabor

et al., 2013)

………. 183

Gambar 3.10 Partikel virus dari Turnip mosaic virus, yang dilihat di bawah

mikroskop electron ……….. 184 Gambar 3.11 Gejala klorosis pada Crocus sativus yang diinfeksi dengan TuMV

sendiri (a), gejala mosaic, klorosis dan nekrotis pada Erodium mosichatum yang diinfeksi dengan TuMV sendiri (b), belang diamati pada Lobelia speciosa dengan Arabis mosaic virus,

Cucumber mosaic virus dan Turnip mosaic virus (c), dan (d) mosaic parah diamatai pada Nasturtium officanale yang diinfeksi dengan TuMV sendiri, (e) mosaic parah diamati pada

Tropaecolum majus diinfeksi dengan Broad bean wilt virus 1,

Turnip mosaic virus, Verbena latent virus serta Carmovirus yang

tidak terindentifikasi (Corona et al., 2007) ……….. 186 Gambar 3.12 Gejala dan partikel morfologi Turnip yellow mosaic virus (TYMV)

yang diisolasi dari kubis China (Sawi) di Okayama Jepang. Tanaman sawi cv. Kigoro 85 diinokulasi secara alami dengan mosaik kuning yang parah dan berubah bentuk (a) dan bercak nekrotis pada daun krop (b), (c) bercak klorosis pada daun yang diinokulasi, vein clearing dan mosaik kuning sistemik pada daun sawi cv. Ohsho yang diinfeksi secara mekanik dengan TYMV pada umur 20 hari setelah inokulasi. (d) mikrograf elektron partikel virus dalam cairan daun sawi cv. Ohsho dengan metode

staining negatif langsung. Bar 30 nm (Kirino et al., 2008) 188 Gambar 3.13 Partikel Turnip yellow mosaic virus (TYMV) (Jean-Yves, 2004) 189 Gambar 3.14 Kumbang anjing (Phyllotreta sp.) (A), dan (B) Psylliodes sp.

(Coleoptera: Chrysomelidae) ……….. 190 Gambar 4.1 Gejala tanaman kubis yang terinfeksi H. cruciferae (a) kiri, (b)

kista pada cabang akar, dan (c) kista betina dewasa (Mennan dan

(12)

Gambar 4.2 Kerusakan akar kubis yang diinfeksi oleh Heterodera cruciferae,

(A) kubis putih dan (B) kohlrabi (Jabbari dan Nikman, 2008) …… 195 Gambar 4.3 Kista betina dewasa dan kantong gelatin pada tanaman kubis sakit

akibat Heterodera cruciferae. (A, C) kubis putih dan (B, D) kohlrabi (skala bar: A: 500 µm, B: 400 µm; C: 150 µm, D: 200

µm) (Jabbari dan Nikman, 2008) ………. 195 Gambar 4.4 Female. (A,B) Vulva dan anus, dan (C ) seluruh tubuh dengan telur

(bar A dan B: 25 µm; C: 50 µm) (Jabbari dan Niknam, 2008) 197 Gambar 4.5 Kista. (A) ujung proros, (B) cyst, (C) pola permukaan kutikula,

dan (D) di bawah jembatan (skala bar: A, C, dan D: 25 µm; B: 250

µm) (Jabbari dan Niknam, 2008) ……… 197 Gambar 4.6 Juvenile stadium kedua. (A) daerah anterior, (B,C) ekor, hialin

dan (D) J2 pada akar kubis (skala bar: A, B dan C: 25 µm: D: 20

µm) (Jabbari dan Niknam, 2008) ……… 198 Gambar 4.7 Male dan telur. (A) male di dalam kutikula larva, (B) telur

mengandung larva stadium kedua, (C ) ujung anterior dari male

(skala bar: 25 µm) (Jabbari dan Niknam, 2008) ……….. 199 Gambar 4.8 Juvenile stadium empat metamorphosis menjadi male (B kiri).

Dewasa maltre (A), dan juvenile stadium kedua infektif (Ferris,

1999) ……… 201 Gambar 4.9 Kista nematode Heterodera schachtii (Thorne, 1961) ……… 203 Gambar 4.10 Gejala penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda

(Meloidogyne spp.) (Gabor et al., 2013 ……….. 206 Gambar 4.11 Stadium dalam daur hidup nematode puru akar. (A) telur nematoda

dengan juvenile stadium kedua siap untuk menetas, (B) juvenile stadium kekedua mempenetrasi jaringan akar. (C) nematode puru akar betina dalam akar tanaman menyebabkan pembentukan dan memakan pada sel raksasa. (D) penampang memanjang

Meloidogyne betina memakan sel raksasa. (E) telur puru akar

betina menetas di luar akar (Agrios, 2005) ………. 209 Gambar 4.12 Daur penyakit namatoda puru akar dari genus Meloidogyne

(Agrios, 2005) ……….. 210 Gambar 5.1 Gejala noda hitam yang disebabkan oleh kerusakan fisiologi pada

kubis dan kubis China (Sawi) (Gabor et al., 2013) ……… 216 Gambar 5.2 Gejala kerusakan butiran coklat (brown bead) pada kepala brokoli

(Gabor et al., 2013) ……….. 217 Gambar 5.3 Gejala oedema pada daun dan krop kubis yang disebabkan oleh

kelainan fisiologis tanaman (Gabor et al., 2013) ………. 219 Gambar 5.4 Gejala kerusakan oedema akibat kelainan fisiologis tanaman

(Gabor et al., 2013) ………. 221 Gambar 5.5 Gejala ujung terbakar akibat kelaian fisiologis tanaman (Gabor et

(13)

Gambar 5.6 Gejala kahat hara pada tanaman kubis bunga dan sawi (Gabor et

al., 2013) ………. 224

ooOoo

(14)

Mahasiswa setelah mempelajari penyakit tanaman sayuran

kubis-kubisan (crucifer) diharapkan mampu:

Menguasai penyakit tanaman sayuran kubis-kubisan (crucifer), meliputi

sejarah penyakit, gejala penyakit, penyebab penyakit, faktor yang

mempengaruhi perkembangan penyakit (epidemiologinya), dan cara

pengendaliannya.

Mendiagnosis penyakit tanaman sayuran kubis-kubisan (crucifer).

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan Pertambangan karena untuk membiayai operasionalnya membutuhkan dana besar untuk itu salah satu pemenuhanya menggunakan hutang yang besar pula, tetapi

Hasil kultur in vitro menunjukkan bahwa eksplan yang sudah diinfeksi dapat tumbuh pada media seleksi antibiotik higromisin (Gambar 6) meskipun pertumbuhannya tidak

Dalam hal ini asimilasi diartikan sebagai proses berubahnya fonem sebagai akibat dari pertemuan morfem afiks dengan kata dasar sehingga fonem-fonem yang bertemu

Sebanyak satu orang mengalami cemas sedang yaitu pada primigravida.Simpulan:Berdasarkan statistik dengan menggunakan Uji T tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

1) Kelemahan utama dari rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas-batas pemilihan, peneliti harus mengambil fakta yang

Keseluruhan dari hasil olah data kuesioner dapat disimpulkan bahwa aplikasi yang dibuat telah memenuhi syarat kelayakan yang sudah ditentukan sebelumnya dan dapat

Dari hasil running LINGO, tidak ada beras yang masuk ke gudang BULOG I, jumlah supply beras yang masuk ke gudang BULOG II sebesar 9.678,61 ton dari beras petani Surabaya, 10.000

Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan dan sesuai dengan Tabel 5, dapat diketahui bahwa terdapat 21 responden (77,8%) mengalami diare tidak memanfaatkan