• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses netralisasi bertujuan untuk memisahkan sejumlah asam lemak bebas yang terdapat pada minyak. Asam lemak bebas tersebut akan bereaksi dengan basa membentuk sabun.

1. Kadar Asam Lemak Bebas 0 5 10 15 20 25 30 35 40 % F F Minyak Kasar 10 Be A 15 Be 20 Be Minyak Kasar 0.475 16.173 33.759 10 Be 0.192 4.525 15.79 15 Be 0.197 10.322 11.533 20 Be 0.194 15.872 11.682 Minyak A Minyak B Minyak C

Gambar 2. Histogram Hubungan Antara Penurunan FFA Dengan Konsentrasi Basa

Berdasarkan hasil pengukuran kadar FFA pada minyak A setelah netralisasi pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai FFA minyak A turun dari 0.48 menjadi 0.19 persen. Nilai Hasil uji banding nilai tengah (Lampiran 3) kadar FFA minyak A sebelum netralisasi dengan minyak A setelah netralisasi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara minyak A kasar dengan minyak A setelah netralisasi. Kadar FFA sesudah netralisasi jauh lebih rendah dibandingkan minyak A sebelum netralisasi atau dengan persen penurunan 59.57 persen. Menurut hasil analisis ragam (Lampiran 4) pada persen FFA minyak A setelah netralisasi dapat disimpulkan bahwa penurunan FFA dengan ketiga konsentrasi basa menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Berdasarkan uji lanjut Duncan, antar ketiga konsentrasi basa untuk perlakuan netralisasi minyak A memiliki hasil yang berbeda nyata pula.

Minyak B memiliki nilai FFA yang turun dari 16.17 persen hingga 4.5 ± 0.2 - 15.9 ± 0.1 persen. Pada minyak B pengukuran kadar FFA terendah didapat dari perlakuan netralisasi dengan konsentrasi kaustik soda 10 oBe juga. Penurunan FFA dari 16.2 ± 0.4 persen menjadi 4.5 ± 0.2

persen atau dengan persen penurunan FFA sebesar 72.02 persen. Hasil uji banding nilai tengah (Lampiran 1) kadar FFA minyak B sebelum netralisasi dengan minyak B setelah netralisasi juga menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara minyak B kasar dengan minyak B setelah netralisasi. Dengan perlakuan netralisasi 15 oBe didapati nilai FFA sebesar 10.3 ± 0.1 persen sedangkan perlakuan 20 oBe nilai FFA minyak B menjadi 15.9 ± 0.1 persen. Menurut uji lanjut Duncan (Lampiran 6) pada persen FFA minyak B setelah netralisasi dapat disimpulkan bahwa penurunan FFA antar ketiga taraf konsentrasi basa menunjukkan hasil yang berbeda nyata.

Untuk minyak C yang memiliki kadar FFA sebelum netralisasi sebesar 33.8 ± 0.1 persen, pengukuran kadar FFA terendah didapat pada minyak yang diberi basa 15 oBe dengan FFA 11.5 ± 0.1 persen dan dengan pemberian basa 20 oBe sebesar 11.7 ± 0 persen. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan (Lampiran 8) pada minyak C setelah netralisasi didapati bahwa perbandingan kadar asam lemak bebas antara minyak C yang diberi perlakuan 15 oBe dibandingkan dengan perlakuan 20 oBe tidak berbeda nyata.

Berdasarkan gambar 2 dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis minyak mengalami penurunan kandungan asam lemak bebas setelah netralisasi. Penurunan kandungan asam lemak bebas pada minyak hasil netralisasi disebabkan terutama oleh reaksi yang terjadi antara basa dengan asam lemak bebas. Netralisasi dengan basa menyebabkan terbentuknya sejumlah sabun. Perbedaan tingkat konsentrasi basa yang digunakan berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kandungan asam lemak bebas. Hal ini disebabkan dengan semakin tingginya jumlah basa yang ditambahkan maka akan semakin besar jumlah asam lemak bebas yang tersabunkan sehingga jumlah asam lemak bebas pada minyak akan berkurang pula.

2. Rendemen

Rendemen minyak A berkisar dari 92.48 persen sampai 95.72 persen. Pada minyak B rendemen tertinggi berada pada perlakuan pemberian basa 20 oBe yaitu 86.03 persen, sedangkan yang paling rendah berada pada pemberian basa 10 oBe yaitu 82.48 persen sedangkan untuk minyak C memiliki kisaran rendemen antara 74.56 persen hingga 75.63 persen. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Minyak A Minyak B Minyak C

R e nde m e n 10 Be 15 Be 20 Be

Gambar 3. Histogram Hubungan Antara Konsentrasi Basa dan Rendemen Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa rendemen ketiga minyak paling rendah berada pada konsentrasi basa 10 oBe, sedangkan rendemen yang paling tinggi didapati pada netralisasi yang menggunakan konsentrasi basa 20 oBe. Hal ini disebabkan karena penambahan basa yang lebih encer memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan penambahan dengan basa yang lebih pekat sehingga jumlah sabun yang terbentuk pada penambahan basa yang encer akan lebih banyak.

Berdasarkan Gambar 3 dapat disimpulkan semakin banyak basa yang digunakan semakin rendah rendemen yang didapat. Jumlah basa yang banyak akan menyabunkan minyak dibandingkan dengan jumlah penggunaan basa yang sedikit. Apabila penambahan basa pada netralisasi dilakukan tanpa perhitungan, maka semakin besar susut yang terjadi dan penurunan FFA tidak optimal. Contoh perhitungan terlampir pada Lampiran 17.

3. Kejernihan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Minyak A Minyak B Minyak C

% T ra n s m is i Minyak Kasar 10 Be 15 Be 20 Be

Gambar 4. Histogram Hubungan Antara Konsentrasi Basa dan Kejernihan (% T)

Berdasarkan Gambar 4, tingkat kejernihan setelah netralisasi mengalami peningkatan pada ketiga jenis minyak. Dapat dibaca pada gambar 4 yang menunjukkan minyak A yang memiliki persen transmisi tertinggi adalah netralisasi dengan perlakuan konsentrasi basa 20 oBe sekitar 88 ± 2 persen transmisi sedangkan yang terendah yaitu 84 ± 2 persen transmisi didapati pada konsentrasi basa 10 oBe. Pada minyak B dengan persen transmisi tertinggi berada pada perlakuan pemberian basa

dengan konsentrasi 15 oBe sekitar 74 ± 1 persen transmisi sedangkan kejernihan yang paling rendah berada pada perlakuan basa 10 oBe yaitu 71 ± 1 persen transmisi. Pada minyak C, tingkat kejernihan berkisar antara 72 ± 2 persen transmisi hingga 76 ± 2 persen transmisi Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 5, 7, 9) diperoleh hasil bahwa ketiga konsentrasi basa yang digunakan untuk netralisasi terhadap kejernihan tidak memiliki pengaruh yang nyata.

Peningkatan tingkat kejernihan pada ketiga jenis minyak ini disebabkan oleh reaksi netralisasi yang menyebabkan komponen warna, pengotor dan asam lemak bebas terpisah menjadi sabun. Secara umum dapat terlihat bahwa pengunaan basa yang paling banyak jumlahnya yaitu basa dengan konsentrasi 10 oBe. Hal ini akan menyebabkan warna minyak menjadi keruh karena emulsi sabun yang terbentuk pada saat netralisasi. Sedangkan menurut Ketaren (1986), basa yang digunakan pada saat netralisasi akan membentuk sabun yang dapat mengurangi zat warna dan kotoran pada minyak.

Berdasarkan penilaian pada rendemen, kandungan asam lemak bebas, dan kejernihan setelah netralisasi maka dipilih perlakuan terbaik yang digunakan untuk minyak A adalah dengan pemberian basa 20 oBe, untuk minyak B perlakuan terbaik dengan pemberian basa 10 oBe dan untuk minyak C dengan pemberian basa 20 oBe. Ketiga minyak dengan perlakuan terbaik tersebut akan dipucatkan pada proses selanjutnya

Dokumen terkait