• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Definisi

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampain 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mugkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi (Williams, 2013;hal.674).

Masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Rustam Mochtar, 2012;h.87).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Vivian, 2013;hal.1).

Dari beberapa pengetian diatas, dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa pemulihan kembali, setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

b. Tahapan Masa Nifas

Menurut Rustam Mochtar, 2012 nifas dibagi dalam 3 periode :

1) Puerperium dini yaitu keputihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjala-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium intermediate yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 sampai 8 minggu.

3) Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat

sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan (Rustam Mochtar, 2012;hal.87).

c. Standar asuhan masa nifas

1) Standar 13: perawatan bayi baru lahir

Bidan memeriksa dan menilai ayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan yang harus mencegah dan menangani hipotermi (Depkes Ri, 2001;hal.3)

2) Standar 14: penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu untuk memulai ASI

3) Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ke tiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihanibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan, atau perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara

umu, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB (Depkes Ri, 2001;hal.3).

d. Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan asuhan masa nifas yaitu:

1) Mendeteksi adanya perdarahan pada masa nifas 2) Menjaga kesehatan ibu dan bayi

Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan

3) Melaksanakan skrining secara komprehensif

Dengan cara mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

4) Memberikan pendidikan kesehatan diri.

Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi, dan perawatan bayi sehat.

5) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara 6) Konseling mengenai KB (Vivian, 2013;hal.2-3).

e. Perubahan-Perubahan Pada Masa Nifas 1) Perubahan fisiologis masa nifas

(1) Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi oto-otot polos uterus (Vivian, 2013;hal.55).

Tabel 2.1. involusi uterus

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat uterus (gr) Diameter bekas melekat plasenta (cm) Keadaan servik

Bayi baru lahir Setinggi pusat 1000

Uri lahir 2 jari di bawah

pusat

750 12,5 Lembek

Satu minggu Pertengahan pusat-simfisis

500 7,5 Beberapa hari setelah

postpartum dapat dilalui 2 jari

Akhir seminggu pertama dapat dimasuki 1 jari Dua minggu Tak teraba di atas

simfisis

350 3-4

Enam minggu Bertambah kecil 50-60 1-2

Delapan minggu Sebesar normal 30

(2) Involusi tempat plasenta

Tempat plasenta merupakan tempat dengan pembukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.

(3) Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotondum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi (Vivian, 2013;hal.57).

(4) Perubahan pada servik

Perubahan pada servik adalah bentuk servik agak menganga seperti cocrong, segera setelah lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan srviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik berbentuk semacam cincin

Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi keadaan seperti sebelum hamil.

Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga

rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 postpartum, serviks sudah menutup kembali (Ari sulistyawati, 2009;hal.77).

(5) Lochea

Lochea adalah Cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas menurut Rustam Mochtar (2012;hal.87) meliputi:

(a) Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan

(b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pascapersalinan

(c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pascapersalinan

(d) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu

(e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah barbau busuk

(f) Lakiostasis: lochea tidak lancar keluarnya (6) Perubahan pada vagina dan perineum

Segera setelah pelahiran, vagina tetap membuka lebar, mengalami beberapa derajat memar, dan celah pada introitus. Setelah satu-dua hari pascapartum, tonus otot

vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang vagina menjadi berbanding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umunya longgar. Ukuranya menurun dengan kembalinya ruggae vagina sekitar minggu ke tiga pasca partum. Ruang vagina selalu sedikit lebih besar dari pada sebeluh kelahiran pertama. Latihan pengencangan otot akan perineum akan mengembalikan tonusnya dan memungkinkan wanita secara perlahan mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium dengan latihan setiap hari (Varney, 2008;hal.960).

(7) Perbahan tanda-tanda vital (a) Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum (Varney, 2007;hal.961).

(b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Setelah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat (Vivian, 2013;hal.60).

(c) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum

(d) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu, nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas (Vivian, 2013;hal.60).

(8) Perubahan sistem kardiovaskuler (a) Volume darah

Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobolisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis)

(b) Curah jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Setelah melahirkan juga meningkat lebih tinggi selama 30-60

menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum (c) Perubahan sistem hematologi (Vivian, 2013;hal.61). (9) Sitem pencernaan pada masa nifas

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya akivitas tubuh

Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penuruan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan (Ari Sulistyawati, 2009;hal.78).

(10) Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan, akan mengalami sulit untuk buang air keccil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.

Dinding kandung kemih memperlihatkan oedema, hyperemesis, kadang-kadang oedem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio urin (Ari Sulistyawati, 2009;hal.78).

2) Perubahan psikologi pada masa nifas menurut Vivian (2013;hal.65).

a) Adaptasi psikologi masa nifas

Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga merupakan dukungan yang posistif bagi ibu (Vivian, 2013;hal.65). Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :

(1) Fase taking in

(a) Terjadi pada 1-2 hari postpartum, umumnya ibu pasif dan ketergantungan, perhatianya tertuju pada diri sendiri

(b) Ia mungkin akan mengulang-ulang pengalamanya waktu melahirkan

(d) Peningkatan kebutuhan nutrisi (friscia Tresnawati, 2013;hal.64).

(2) Fase taking hold

Fase taking hold adalah fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Umumnya, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuanya dan tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah (Vivian, 2013;hal.66).

(3) Fase letting go

Fase letting go adalah fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah bisa menyesuaikan diri, merawat bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelunya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu sudah lebih madiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya (Vivian, 2013;hal.66).

b) Postpartum blues

Postpartum blues biasanya dimulai beberapa hari setelah melahirkan dan selesai 10-14 hari. Karakteristik postpartum blues biasanya menangis, merasa letih karena malahirkan,

gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri dan reaksi negatif terhadap anak dan keluarga (Varney, 2008;hal.964). c) Kesedihan dan duka cita /depresi

Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab yang kompleks lainya (Vivian, 2013;hal.69).

f. Kunjungan Nifas

Munurut Vivian (2013;hal.94) jadwal kunjungan rumah ada 3 yaitu: 1) Kunjungan I (Hari ke-1 sampai hari ke-7)

a) Pemberian ASI b) Perdarahan c) Involusi uterus

d) Pembahasan tentang kelahiram

2) Kunjungan II (Hari ke-8 sampai hari ke-28) a) Diet

b) Kebersihan/perawatan diri sendiri c) Senam

d) Kebutuhan akan istirahat

e) Bidan mengkaji adanya tanda-tanda postpartum blues f) Kelurga berencana

g) Tanda bahaya

h) Perjanjian untuk pertemuan berikutnya (Vivian, 2013;hal.95).

3) Kunjungan III (Hari ke-29 sampai ke-42)

Pemeriksaan 4-6 minggu pascapartum sering kali terdiri atas pemeriksaan riwayat lengkap fisik dan panggul dalam. Setiap catatan yang ada dalam kehamilan harus di tinjau.

Pada kunjungan ke III hal-hal yang perlu dikaji yaitu:

a) Penapisan adanya kontraindikasi terdahap metode KB yang belum dilakukan

b) Riwayat tambahan tentang periode waktu sejak pertemuan terakhir

Evaluasi fisik dan panggul spesifik tambahan yang berkaitan dengan kembalinya saluran reproduksi dan tubuh pada status tidak hamil (Vivian, 2013;hal.96).

Dokumen terkait