• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Akhir

Dalam dokumen 3. BAB I V docx (Halaman 47-56)

Nilai Akhir G ambar 4.3. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Setiap Siklus

Sumber: (Hasil Penelitian, 2014)

Dari gambar 4.3 diatas, meingkatnya hasil belajar siswa dapat diindikasikan bahwa siswa sudah bisa menerima pembelajaran dengan model AIR dan pendekatan pembelajaran saintifik. Pada grafik awal

menunjukkan rata-rata hasil belajar sebesar 45, setelah menggunakan model pembelajaran diketahui siklus I hasil belajar 72 serta siklus II diketahui nilai akhir 79,2.

Siklus I Siklus II 0 10 20 30 40 50 60 70

Persentase

Persentase Gamb ar 4.4. Grafik Persentase Poin Peningkatan Persiklus

Sumber: (Hasil Penelitian, 2014)

Pada siklus I masih ada beberapa siswa yang belum terampila memecahkan masalah matematika siswa sehingga diperoleh 58,82 % sedangkan pada siklus II sebesar 15,69 % poin peningkatan masing-masing siklus.

Dikarenakan hasil belajar siswa dan siswa dapat memecahkan masalah matematika serta terampil mengalami peningkatan, maka peneliti mengakhhiri sampai pada tahap siklus II. Walaupun demikian, masih ada siswa yang kurang terampil dan kurang mampu memecahkan masalah matematika siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa.

Gambar 4.5. Kegiatan Diskusi Kelompok Siswa Model Pembelajaran AIR dengan Pendekatan Saintific Appoach

Dalam diskusi kelompok, peran guru sebagai fasilitator membantu dan membimbing siswa untuk dapat terampil dan mampu memecahkan masalah matematika, namun terkadang, guru membantu kelompok belajar siswa secukupnya apabila dibutuhkan.

Gambar 4.6. Kelompok Siswa Yang Mempresentasikan Hasil Kegiatan Diskusi Kelompok

Pada setiap akhir siklus diadakan tes sebagai alat untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Pelaksanaan tes individual ini dilakukan setiap akhir pembelajaran. Tes tertulis yang digunakan berupa essai. Ketuntasan belajar individual ditetapkan jika siswa mendapat nilai ≥ 68 dan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan ≥ 31,8% siswa mendapatkan nilai ≥ 68 pada siklus I sedangkan siklus II 50%. Data hasil tes setiap akhir siklus dan sebelum pelaksanaan tindakan disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.4. Hasil Tes Tertulis Siswa Pada Tiap Siklus

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai Tertinggi 85 100

Nilai Terendah 50 40

Rata-rata Nilai Siswa 70 78,1

Ketuntasan Klasikal Belajar Siswa

31,8% 50%

Sumber: (Hasil Penelitian, 2014)

Hasil belajar individual maupun klasikal mengalami kenaikan. Meningkatnya nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar secara klasikal tersebut menunjukan peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Melalui pendekatan scientific appoach, materi yang dibahas menjadi lebih nyata, lebih menarik, dekat dengan kehidupan sehari-hari

siswa dan siswa mengalami sendiri sehingga pemahaman siswa lebih mendalam.

Pada siklus 2, siswa diminta untuk menggunakan alat dan bahan melalui kegiatan percobaan untuk mengetahui pola bilangan. Kegiatan tersebut membuat siswa lebih termotivasi untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran yang disampaikan. Siswa belajar dengan baik karena mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Hasil belajar tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya melaui sumber belajar yang dirancang oleh guru.

Peningkatan pemahaman siswa juga sangat dipengaruhi keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa yang sejalan dengan meningkatnya aktivitas siswa pada tiap siklus.

B. Pembahasan

Pada pelaksanaan tindakan pertama, guru mengalami cukup kesulitan karena perencanaan yang telah disusun tidak dapat terlaksana dengan baik. Permasalahan yang kerap kali muncul dilapangan adalah siswa tidak mau terlibat aktif dalam diskusi kelompok ataupun bekerja secara individu, meskipun diketahui peningkatan hasil belajar kelompok cukup baik, sehingga ditemukanlah akar permasalahan diatas: (1) siswa

kurang peduli baik sesama teman ataupun kelompok, (2) siswa masih cenderung individu, dan (3) siswa masih belum dapat mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran AIR.

Sedangkan pelaksanaan siklus kedua, guru sudah bisa menerapkan model pembelajaran AIR dengan pendekatan saintific appoach dan siswa sudah bisa menerima pembelajaran model AIR. Setiap siswa dalam kelompoknya masing-masing terlibat secara aktif dalam melakukan percobaan dan mengamati hasilnya. Kerja sama dalam kelompok terlihat sangat baik. Pembagian tugas antaranggota kelompok sudah terlihat merata dan maksimal.

Pada saat mendiskusikan hasil percobaan, masing-masing siswa sudah berkontribusi secara aktif dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan semua siswa ikut bekerja sama dalam melakukan percobaan dan mengamati hasilnya sehingga mereka mempunyai bekal pengetahuan yang hampir sama sebagai bahan diskusi kelompok. Siswa tidak lagi bergantung pada temannya yang dianggap pintar. Prosentase keaktifan siswa mencapai 50% dan sudah memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

1. Kualitas pembelajaran mengalami peningkatan kreatifitas siswa dengan model Auditory Intellectualy Repetition (AIR) dengan pendekatan scientific learning.

2. Kualitas pembelajaran mengalami peningkatan kemampuan memecahkan masalah matematika model Auditory Intellectually Repetition (AIR) dengan pendekatan scientific learning.

3. Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dengan pendekatan scientific learning lebih efektif dari pembelejaran yang konvensional.

B. Saran

Kualitas hasil belajar siswa dapat ditunjukkan pengetahuan siswa (KI-3), dan kompetensi keterampilan (KI-4). Penguatan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah matematika menjadi faktor penentu peningkatan hasil belajar siswa, hal ini bergantung pada strategi pembelajaran didalam kelas. Untuk strategi pembelajaran model Auditory Intellectually Repetition (AIR) dengan pendekatan scientific learning bisa dijadikan sebagai alternatif dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran matematika siswa.

Hasil ini menunjukkan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) dengan pendekatan scientific learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran yang klasik ataupun model pembelajaran konvensional dan peneliti berharap, model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dengan pendekatan scientific learning bisa diterapkan pada bidang studi-bidang studi lainnya, mengingat kualitas pembelajaran bergantung pada model ataupun strategi pembelajaran didalam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruz Media.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rikna Cipta. Iriyanto. 2012. Learning Methamorposis, Hebat Gurunya Dahsyat Muridnya.

Jakarta: Erlangga.

Iryanti, Puji. 2011. Prinsip Dasar Penilaian Matematika. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Isjoni. 2010. Cooperatif Learning, Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfa Beta.

Mangun, Sigit. 2013. Pembelajaran Berbasis Riset. Jakarta: Akademia Permata. Mustaqimah. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Auditory Intellectually

Repetition (AIR) Dengan Setting Model TGT (Teams Games-Tournament Terhadap Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta. Skripsi S1 Tidak Diterbitkan. Fakultas Sains dan Teknologi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga.

Purniawati, Sisca. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Pada Materi Bangun Datar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabean. Skripsi S1 Tidak Diterbitkan. FKIP Pendidikan Matematika Universitas Satya Wacana.

Shadiq, Fajar. 2011. Psikologi Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Shadiq, Fajar. 2011. Strategi Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Silberman, Mel. 2001. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperatif Learning, Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Dalam dokumen 3. BAB I V docx (Halaman 47-56)

Dokumen terkait