BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
4. Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan konsep abstrak mengenai masalah besar dan bersifat umum yang sangat penting serta bernilai bagi kehidupan masyarakat.
Nilai budaya itu menjadi acuan tingkah laku sebagian besar anggota masyarakat yang bersangkutan; berada dalam alam pikiran mereka dan sulit untuk diterangkan secara rasional. Nilai budaya bersifat langgeng, tidak mudah berubah aaupun tergantikan dengan nilai budaya yang lain. Anggota masyarakat memiliki nilai sebagai hasil proses belajar sejak masa kanak kanak hingga dewasa yang telah mendarah daging.
Hasil penelitian yang di dapatkan berdasarkan teknik pengupulan data melalui kaji pustaka dengan teknik mencatat?pengodean. Di peroleh data penelitian yaitu ungkapan/pernyataan yang mengandung nilai pendidikan moral. Sumber data penelitian ini bersumber dari kata, kalimat dan ungkapan/pernyataa yang bermakna nilai pendidikan dalam dua novel yaitu
“Mendayung Impian” Karya Reyhan M. Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah di cantumkan dalam korpus data penelitian ini, peneliti mendeskripsikan enam nilai pendidikan budaya dalam novel “Mendayung Impian” Karya
Reyhan M. Abdurrohman dan sebanyak empat data nilai pendidikan budaya dalam novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa. Dan dapat di lihat sebagai berikut:
a. Nilai pendidikan budaya novel “Mendayung Impian” Karya Reyhan M. Abdurrohman.
Data 1
Tok...tok....tok... Apai Sahat mengetuk pintu
Terdengar suara orang bernyanyi. Vano tidak tau apa yang dinyanyikan dari dalam. Sepertinya banyak orang berkumpul.
Klek
Wanita paruh baya membuka pintu.
“ sudah pulang , Apai.”
“ Iya. Ini bawa teman juga. Namanya Topan. Dia dulu pernah liburan ke sini juga.”
“ Oh, iya, iya. Lalu wai anang malu.” Wanita itu sepertinya tak menghiraukan apakah Vano pernah datang atau tidak. Ia cuek dengan itu
(Halaman 69)
Data di atas menggambarkan bagaimana budaya Desa Meliau, khususnya penghuni rumah panjang yang di Tempat Apai Sahat, mereka akan menjemput tamu yang berkunjung rumah panjang, mereka semua cukup ramah, mereka sangat menghargai setiap tamu yang datang tanpa membeda-bedakan, kebiasaan mereka akan melakukan acara adat, melakukan ritual penjemputan tamu, bernyanyi dan biasa mereka lakukan, dan hampir setiap malam penghuni rumah panjang lakukan ritual kebiasaan mereka yang lakukan sejak lama dan diwariskan turun temurun.
Data 2
Vano melangkahkan kakinya di rumah betang panjang, rumah ini dihuni oleh masyarakat yang masih punya garis keturunan dengan Apai Sahat. Kedua belas pintunya diwariskan secara turun.temurun.
Mata Vano menyisir setiap sudut ruangan-ruangan panjang itu diterangi beberapa lampu masih putih yang digantungdi tengah langit-langit. Bangunan rumah ini seluruhnya dari kayu. Beberapa orang sedang duduk melingkar. Di, tengahnya ada dua orang, yakni pria dan wanita yang berpakaian adat hasil tenun sendiri sambil menari Ngajat. Yang lain duduk bernyanyi sambil menikmati tarian dua orang itu.
( Halaman 70)
Data di atas menggambarkan tentang kepercayaan garis sila-sila keluarga dan penghuni Rumah Betang panjang, menurut hukum adat suku Dayak Iban, mereka yang mempunyai keturunan layak tinggal di rumah betang panjang, mereka akan diwariskan dua belas pintu secara turun- temurun, pembuatan rumah betang panjang tersebut seluruhnya dari kayu yang berasal dari hutan.
Selain itu,kebiasaan penghuni Rumah betang panjang setiap malam mereka, melakukan tarian-tarian adat lengkap menggunakan pakaian adat hasil tangan mereka sendiri, suku Dayak Iban cukup terkenal dengan tarian ngajad tarian ini biasa di tariakan oleh kesatria suku Dayak Iban sebelum maju berperang, selain itu kain tenum mereka terkenal dengan motif khas yang tidak di miliki suku mana pun.
Data 3
“ Apai, saya tidur dulu, ya. Biar besok tidak kesiangan.” Vano meminta izin setelah menhabiskanmakan malamnya.
“Silahkan, silahkan. Tidur yang nyenyak, ya.”
Vano lalu masuk ke kamar. Terdengar iringan musik dan suara orang menyanyi dari balik kamarnya. Setiap malam mereka memang belajar menari. Tepatnya mengajarkan secara turun temurun agar tarian itu bisa lestari.(Halaman 92)
Data di atas menggambarkan tentang sikap kagum Vano dengan budaya suku Dayak Iban yang masih tetap memberjuangkan budaya leluhur dan dapat mewariskannya secara turun-temurun kepada generasi penerusnya.
Nilai positif jika semua warga Indonesia memiliki kepedulian dan rasa cinta pada budaya yang tinggi seperti warga Meliau. Mungkin tak ada lagi kasus pencuriaan kebudayaan oleh negara tetangga. Mungkin Indonesia bisa terkenal kerena kebudayaan yang beragam.
Data 4
Jam dinding usang menunjukkan pukul dua belas siang waktunya untuk palang. Matahari yag seharusnya tepat di atas kepala tak terlihat. Tertutup awan hitam.
Murid kelas berhamburan keluar. Disusul Vano yang membubukarkan kelasnya. Anak-anak berebutan meraih tangan Vano, kemudian mencium punggung tangan sebelum akhirnya keluar kelas dengan wajah riang. Vano memandang wajah anak-anak yang bergantian mencium tangan dengan haru.
(Halaman 104)
Data di atas mengambarkan tentang bagaimana vano menanam kan nilai budaya sejak dini, berjabat tangan, mencium tangan dan meminta agar mereka terbiasa sebagai bentuk penghargaan, menghormati dan menghargai guru ataupun orang yang lebih tua, dengan kebiasaan, mereka akan terdidik sehingga di dalam diri mereka tidak lahir rasa kesembongan dan keangkukan setiap siswanya.
Data 5
Diam-diam Vano kagum dengan Warga Meliau. Mereka tetap berjuang melestarikan budaya warisan leluhur. Terus mengajari menari dan juga menenun pada anak-anaknya.
Bayangkan jika semua warga Indonesia memiliki kepedulian dan rasa cinta pada budaya yang tinggi seperti warga Meliau. Mungkin tak ada lagi kasus pencuriaan kebudayaan oleh negara tetangga. Mungkin Indonesia bisa terkenal kerena kebudayaan yang beragam.
(Halaman 244)
Data di atas menggambarkan tentang sikap suku Dayak Iban Desa Meliau melestarikan budaya warisan leluhur, Indonesia mempunyai beragam dain berbagai budaya dari beberapa suku yang ada trus mewariskan ke generasi berikutnya.
Di era kemajuan, warisan leluhur kini mulai hilang dan bergeser ini disebabkan oleh masuknya pengaruh budaya asing yang memberikan warna lain dalam kehidupan mereka, masyarakat tidak mampu mempertahan dan melestarikan budaya mereka, justru mulai mengikuti budaya asing yang
masuk yang dapat menghilangkan jati negara Indonesia. Berbeda pada Suku Dayak Iban desa Meliau tetap menjaga samoai sekarang
Data 6
“ Lestari hanya ingin menikah dengan orang yang Lestari cinta.”
“ Siapa yang kamu cintai itu”
“ Entahlah,” Lestari menjawab singkat, penuh keraguan.
Mata Bapak Lestari melotot.“ Bahkan kamu tidak mengetahuinya?! Dan ingat, harusnya dengan orang yang bersuku sama, Dayak Iban Iban. Itu sudah peraturan adat yang tak tertulis.”
Vano sedikit kaget. Namun ia segera menyadarkan diri. Ia akan memendam rasa itu.( Halaman 296)
Data di atas menggambarkan tentang penghuni rumah panjang yang masih berpengang kuat pada adat lisan dan tertulis, termasuk soal penikahan, anak gadis dari suku Dayak Iban hanya bisa menikah dari suku lain tradisi ini merupakan menjadi peraturan adat lisan dari turun-temurun.
Mereka percaya dengan menikah dengan suku yang sama mereka dapat menjaga adat mereka serta mewariskan ke genarasi berikutnya turun- temurun tanpa ada ada campuran adat suku lain dalam kehidupan mereka.
b. Nilai pendidikan budaya novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa
Data 1
Mas Gagah! Mas Gagaaaaaahhhh!” teriakku kesal sambil mengetuk Pintu kamar Mas Gagah keras-keras.
Tak ada jawaban. Padahal kata Mama Mas Gagah ada di dalam kamarnya. Kuliat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah
Tulisan berbasa arab gundul. Tak bisa ku baca. Tapi aku bisa membaca artinya: jangan masuk sebelum memberi salam!
“ Assalamu’alaikum!” seruku.
Pintu kamar terbuka dan kuliat senyum lembut Mas Gagah.
“ Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Ada apa Gita Kok teriak-teriak seperti itu” tanyanya. (Halaman 4)
Data di atas menggambarkan tentang sikap Mas Gagah tentang mengajarkan Gita budaya ketimuran masih perlu mewarnai kehidupan sehari- hari, kebiasaan dan budaya mengetuk pintu, memberi salam adalah untuk rasa saling menghargai sudah tercipta. Ketika saling menghargai akan tercipta rasa sayang. Suasana yang tercipta dari rasa menghargai dan menyayangi dapat menjadi obat penghilang rasa lelah dari setumpuk masalah kehidupan.
Jika ini terjadi di rumah, di sekolah, di masyarakat, di lingkungan RT maka tidak menutup kemungkinan akan tercipta kerukunan diantara umat beragama. Bermula dari budaya mengetuk pintu ternyata efeknya dapat menjaga toleransi umat beragama.
Data 2
“ Sok keren banget sih Mas? Masa nggak mau salaman sama Tresye?Dia itu cewek paling keren di Sanggar Gita tahu?” tegurku suatu harui.” Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang!”
“ justru karena Mas menghargai dia makanya Mas begitu,”
dalilnya, lagi-lagi dengan nada yang amat sabar. “ Gita liatkan orang Sunda salaman? Santun meski nggak sentuhan. Itu sangat baik!”. (Halaman 7)
Data di atas menggambarkan sikap Mas Gagah tentang kebiasaanya menjaga kehormatan diri dan orang lain, mengajarkan kepada Gita tentang kebiasaan dan budaya sunda yang penting untuk diapikasikan kedalam kehidupan, adat Sunda yang selalu mengedepankan kesantunan dan sikap baik, tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Data 3
Dan seminggu yang lalu, ketika aku melewati stasiun itu lagi, aku sempat ngobrol dengan beberapa orang disekitar rel. Seorang Ibu muda tinggal di dekat sana mengatakan kalau anak-anak di sekitar stasiun banyak yang liar. Mereka sebagian besar belum atau tidak bersekolah. Ada yang dipaksa orang tuanya jadi pengemis atau pengamen. Ada yang sengaja mencari uang sendiri menjadi penyemir sepatu, penjual es atau, yang paling banter menjadi penjual koran. Kakek Mar’i tukang cukur yang tinggal di sekitar sana berkata, banyak di antara ana-anak itu yang sudah berani memeras pelajar-pelajar SD yang lewat aerah itu.
Banyak pula yang mencuri atau memeras barang orang lain.
“ Orang tua di mana, Pak?” tanya ku pada Pak Jaya. Pak Jaya ini kabarnya salah satu keamanan Pasar Senen. Ia sendiri tinggal di sekitar Senen.
“ Wah, orang tua mereka pasti sibuk mencari duit, Neng! Kerjanya macam-macam. Tukang sampah, tkang cukur, dagang kue, ngemis, jualan koran..., ada juga yang jadi perek” (halaman 82)
Data di atas menggambarkan tentang kehidupan serta kegiatan yang mereka lakukan sejak generasi ke generasi, karena kebutuhun hidup yang memaksa mereka melakukan sesuatu kebiasaan yang memprihatinkan jika pemerintah tidak segera bertindak
Selain itu, melakukan tindak kriminal menjadi hal biasa dan akan menjalar ke anak-anak dan lingkungan mereka yang tentu akan mengancam keselamatan masyarakat umum tentunya.
Data 4
Ada beberapa hal yang aku sukai dari orang-orang cina, ketekunan, keuletan dan kedisiplinan diri serta langkah-langkah mereka selalu penuh dengan perhitungan. dapat melihat faktor- faktor tersebut sebenarnya mereka kunci dari keberhasilan mereka dalam negeri ini. Ternyata mereka meraih semua itu dengan kerja bukan dengan main-main. ( halaman 187)
Data di atas menggambarkan pernyataan tentang kehidupan sehari-hari yang mereka tanamkan dalam kehidupan, orang berketurunan cina membudayakan ketekunan, keuletan dan dan disiplin dalam melakukan sesuatu hingga jarang diatara mereka tidak memperoleh keberhasilan dalam negeri,
Budaya orang cina tersebut dapat dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari sehingga masyarakat di negeri akan terus berkembang, perkembangan sesuatu negara tidak lepas dari sumbangan masyarakat itu sendiri.
Untuk lebih jelas terkait objek analisis, dapat dilihat pada tabel nilai pendidikan di bawah ini:
Tabel 1 : Nilai pendidikan yang terdapat pada novel “Mendayung Impian”
Karya Reyhan M.Abdurrohman dan novel “Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa.
No Nilai Pendidikan Novel “Mendayung Impian”
Karya Reyhan M.Abdurrohman Halaman
1 2
3
4
Religius Moral
Sosial
Budaya
45-46, 49, 120-121, 222.
7-8, 9-10, 77, 89-90, 92, 107, 150, 175, 194-195, 246, 289.
13, 17, 23, 36, 83, 112-113, 162, 188, 207, 238, 252, 266.
69, 70-71, 92, 104, 244, 296.
No Nilai Pendidikan Novel “Ketika Mas Gagah
Pergi” Karya Helvy Tiana Rosa Halaman 1
2 3 4
Religius
Moral Sosial Budaya
4-5, 6, 8, 13, 17, 26-27, 28- 29, 34-35, 38, 42, 49, 51, 101-102, 120, 121, 179, 182, 184, 206, 228, 238.
7, 10, 12, 20, 60, 63, 75, 77, 105-106, 144.
12, 20, 22, 24, 33, 39, 82, 103, 187-188, 210.
4-5, 7, 182-183, 187.