• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2016 Menurut Komponen

Dalam dokumen ttp://papuabarat.bps.go.id (Halaman 28-33)

Kondisi perekonomian konsumen di Papua Barat selama tahun 2016 cenderung mengalami perbaikan. Di samping itu, konsumen juga berpersepsi bahwa rasa optimisme terhadap perekonomian terus mengalami peningkatan. Peningkatan ITK didorong oleh komponen pendapatan rumah tangga, pengaruh inflasi terhadap konsumsi rumah tangga, dan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan I-2016 sebesar 98,53, artinya

Variabel Pembentuk Triwulan

I II III IV

Pendapatan Rumah Tangga 99,32 102,15 109,87 103,78 Pengaruh inflasi terhadap konsumsi rumah

tangga 92,79 112,49 110,20 104,07 Tingkat konsumsi beberapa komoditi

makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll,) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, rekreasi)

103,93 115,38 110,86 117,82

INDEKS TENDENSI KONSUMEN 98,53 107,81 110,17 106,88

Tabel 4.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat Triwulan I-IV Tahun 2016 Menurut Variabel Pembentuknya

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

Nilai Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2016 Menurut Komponen Nilai Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2016 Menurut Komponen

Kondisi perekonomian konsumen di Papua Barat selama tahun 2016 cenderung mengalami Kondisi perekonomian konsumen di Papua Barat selama tahun 2016 cenderung mengalami perbaikan. Di samping itu, konsumen juga berpersepsi bahwa rasa optimisme terhadap perbaikan. Di samping itu, konsumen juga berpersepsi bahwa rasa optimisme terhadap perekonomian terus mengalami peningkatan. Peningkatan ITK didorong oleh komponen perekonomian terus mengalami peningkatan. Peningkatan ITK didorong oleh komponen pendapatan rumah tangga, pengaruh inflasi terhadap konsumsi rumah tangga, dan tingkat pendapatan rumah tangga, pengaruh inflasi terhadap konsumsi rumah tangga, dan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan

konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan

http://papuabarat.bps.go.id

Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat Triwulan I

http://papuabarat.bps.go.id

http://papuabarat.bps.go.id

Variabel Pembentuk

http://papuabarat.bps.go.id

Pendapatan Rumah Tangga

http://papuabarat.bps.go.id

Pengaruh inflasi terhadap konsumsi rumah

http://papuabarat.bps.go.id

Tingkat konsumsi beberapa komoditi

http://papuabarat.bps.go.idhttp://papuabarat.bps.go.idhttp://papuabarat.bps.go.idhttp://papuabarat.bps.go.idhttp://papuabarat.bps.go.id

inflasi terhadap konsumsi rumah tangga (nilai indeks 92,79). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai indeks dan tingkat optimisme semua nilai variabel pembentuk ITK mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. Di triwulan ini indeks pendapatan rumah tangga kini mengalami penurunan optimisme (nilai indeks 99,32). Demikian pula dengan indeks tinggi konsumsi makanan dan bukan makanan juga mengalami penurunan optimisme (nilai indeks 103,93). Penurunan optimisme nilai indeks tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan serta bukan makanan terjadi karena tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2015 relatif tinggi, di mana pada triwulan itu terdapat momen peringatan Hari Raya Natal, dan perayaan malam tahun baru, dan selanjutnya di triwulan ini tingkat konsumsi rumah tangga kembali normal.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan II-2016 sebesar 107,81, artinya kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan I-2016). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tinggi konsumsi makanan dan bukan makanan (nilai indeks 115,38). Peningkatan terjadi pada nilai indeks tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan serta bukan makanan karena tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2016 relatif tinggi, dimana pada triwulan ini terdapat momen puasa yang umumnya justru meningkatkan pola konsumsi konsumen.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan III-2016 sebesar 110,17, artinya kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan II-2016). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tinggi konsumsi makanan dan bukan makanan (nilai indeks 110,86). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai indeks dan tingkat optimisme pendapatan rumah tangga kini mengalami perbaikan dari triwulan sebelumnya (nilai indeks 109,87). Peningkatan kondisi ekonomi konsumen terjadi pada nilai indeks tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan serta bukan makanan karena tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2016 relatif tinggi, dimana pada triwulan ini terdapat momen Hari Raya Idul Fitri dan Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang umumnya justru meningkatkan pola konsumsi konsumen.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan IV-2016 sebesar 106,88, artinya kondisi ekonomi konsumen tetap mengalami perbaikan namun mengalami penurunan optimisme dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan III-2016). Perbaikan kondisi ekonomi konsumen terutama didorong oleh tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan (nilai indeks 117,82). Adanya momen Hari Raya Natal serta perayaan tahun baru pada

http://papuabarat.bps.go.id

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan II

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan II 2016 sebesar 107,81, artinya 2016 sebesar 107,81, artinya kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan I kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan I 2016). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tinggi konsumsi 2016). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tinggi konsumsi makanan dan bukan makanan (nilai indeks 115,38). Peningkatan terjadi pada nilai indeks tingkat makanan dan bukan makanan (nilai indeks 115,38). Peningkatan terjadi pada nilai indeks tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan serta bukan makanan karena konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan serta bukan makanan karena tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan II

tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan II--2016 relatif tinggi, dimana pada triwulan ini 2016 relatif tinggi, dimana pada triwulan ini terdapat momen puasa yang umumnya justru meningkatkan pola konsumsi konsumen.

terdapat momen puasa yang umumnya justru meningkatkan pola konsumsi konsumen. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan III

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Papua Barat pada Triwulan III

kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan II kondisi ekonomi konsumen mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (Triwulan II 2016). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tinggi konsumsi 2016). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama disebabkan oleh tinggi konsumsi makanan dan bukan makanan (nilai indeks 110,86). Bila dibandingkan dengan triwulan makanan dan bukan makanan (nilai indeks 110,86). Bila dibandingkan dengan triwulan

http://papuabarat.bps.go.id

sebelumnya, nilai indeks dan tingkat optimisme pendapatan rumah tangga kini mengalami sebelumnya, nilai indeks dan tingkat optimisme pendapatan rumah tangga kini mengalami perbaikan dari triwulan sebelumnya (nilai indeks 109,87). Peningkatan kondisi ekonomi konsumen perbaikan dari triwulan sebelumnya (nilai indeks 109,87). Peningkatan kondisi ekonomi konsumen

penghujung tahun ditengarai menjadi salah satu penyebab tingkat konsumsi rumah tangga atas bahan makanan maupun komoditi non makanan relatif tinggi. Beberapa komoditi yang lebih banyak dikonsumsi pada triwulan IV-2015 dibandingkan pada triwulan sebelumnya antara lain bahan makanan, makanan jadi, pakaian, pulsa HP, pendidikan, serta transportasi. Perbaikan kondisi ekonomi konsumen juga meningkat pada indeks komponen pendapatan rumah tangga kini (nilai indeks 103,78), hal tersebut dapat disebabkan adanya bonus akhir tahun maupun tunjangan hari raya yang biasa diterima konsumen pada triwulan IV. Indeks Komponen Pengaruh Tingkat Konsumsi juga mengalami perbaikan, hal ini dapat dilihat dari nilai indeks sebesar 104,07. Konsumen menganggap inflasi relatif tidak mempengaruhi tingkat konsumsi mereka. Hal ini bisa disebabkan lebih rendahnya inflasi pada bulan-bulan di Triwulan IV.

D. Posisi ITK Papua Barat di Kawasan Sulampua

Nilai ITK pada seluruh provinsi di kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) pada Triwulan I diindikasikan mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen kecuali Provinsi Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Utara. Menurut komponen penyusun indeks, terdapat lima dari seluruh provinsi di kawasan Sulampua yang mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada komponen pendapatan rumah tangga kini yaitu Provinsi Sulteng, Sulsel, Sulbar, Maluku, dan Malut.

Gambar 4.2 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat di Kawasan Sulampua Triwulan I Tahun 2016

Sumber; BPS Papua Barat

http://papuabarat.bps.go.id

Nilai ITK pada seluruh provinsi di kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) pada Nilai ITK pada seluruh provinsi di kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) pada Triwulan I diindikasikan mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen kecuali Provinsi Papua, Triwulan I diindikasikan mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen kecuali Provinsi Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Utara. Menurut komponen penyusun indeks, terdapat lima dari seluruh Papua Barat, dan Sulawesi Utara. Menurut komponen penyusun indeks, terdapat lima dari seluruh provinsi di kawasan Sulampua yang mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada komponen provinsi di kawasan Sulampua yang mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada komponen pendapatan rumah tangga kini yaitu Provinsi Sulteng, Sulsel, Sulbar, Maluku, dan Malut.

Pada komponen pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi hanya Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Barat yang mengalami penurunan kondisi ekonomi. Sementara itu komponen tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan di seluruh kawasan Sulampua cenderung mengalami perbaikan kondisi ekonomi kecuali Maluku Utara. Provinsi Maluku memiliki nilai ITK tertinggi di Sulampua dan peringkat pertama secara nasional (nilai ITK sebesar 109,96). Sebaliknya, Provinsi Sulawesi Utara tercatat memiliki nilai ITK terendah di kawasan Sulampua dan peringkat 31 secara nasional.

Pada Triwulan II, nilai ITK pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua diindikasikan mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen. Menurut komponen penyusun indeks, semua komponen penyusun ITK di setiap provinsi di kawasan Sulampua mengalami peningkatan kondisi ekonomi konsumen. Provinsi Maluku memiliki nilai ITK tertinggi di Sulampua dan peringkat ke-2 secara nasional (nilai ITK sebesar 113,17). Sebaliknya, Provinsi Sulawesi Utara tercatat memiliki nilai ITK terendah di kawasan Sulampua dan peringkat terakhir secara nasional (nilai ITK sebesar 102,14). Sementara itu, Provinsi Papua Barat (nilai ITK 107,81) berada pada peringkat ke-6 di kawasan Sulampua.

Gambar 4.3 Indeks Tendensi Kon-sumen Papua Barat di Kawasan Sulampua Triwulan II Tahun 2016

Sumber; BPS Papua Barat

http://papuabarat.bps.go.id

Pada Triwulan II, nilai ITK pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua diindikasikan Pada Triwulan II, nilai ITK pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua diindikasikan mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen. Menurut komponen penyusun indeks, semua mengalami perbaikan kondisi ekonomi konsumen. Menurut komponen penyusun indeks, semua komponen penyusun ITK di setiap provinsi di kawasan Sulampua mengalami peningkatan kondisi komponen penyusun ITK di setiap provinsi di kawasan Sulampua mengalami peningkatan kondisi ekonomi konsumen. Provinsi Maluku memiliki nilai ITK tertinggi di Sulampua dan peringkat ke ekonomi konsumen. Provinsi Maluku memiliki nilai ITK tertinggi di Sulampua dan peringkat ke secara nasional (nilai ITK sebesar 113,17). Sebaliknya, Provinsi Sulawesi Utara tercatat memiliki secara nasional (nilai ITK sebesar 113,17). Sebaliknya, Provinsi Sulawesi Utara tercatat memiliki

Perbaikan kondisi ekonomi konsumen juga terjadi pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua pada Triwulan III. Menurut komponen penyusun indeks, konsumen dari seluruh provinsi di kawasan Sulampua mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada komponen pendapatan rumah tangga kini. Pada komponen pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi di kawasan Sulampua, Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara nilai indeksnya di bawah 100. Untuk komponen tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan semua provinsi di kawasan Sulampua mengalami perbaikan kondisi ekonomi kecuali Provinsi Maluku Utara. Provinsi Papua memiliki nilai ITK tertinggi di Sulampua dan peringkat ke-5 secara nasional (nilai ITK sebesar 112,09). Sebaliknya, Provinsi Maluku Utara tercatat memiliki nilai ITK terendah di kawasan Sulampua dan peringkat ke-32 secara nasional (nilai ITK sebesar 100,87). Sementara itu, Provinsi Papua Barat (nilai ITK 110,17) berada pada peringkat ke-4 di kawasan Sulampua.

Gambar 4.4 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat di Kawasan Sulampua Triwulan III Tahun 2016

Sumber; BPS Papua Barat

Gambar 4.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua Barat di Kawasan Sulampua Triwulan IV Tahun 2016

http://papuabarat.bps.go.id

Perbaikan kondisi ekonomi konsumen juga terjadi pada seluruh provinsi di kawasan Perbaikan kondisi ekonomi konsumen juga terjadi pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua pada Triwulan III. Menurut komponen penyusun indeks, konsumen dari seluruh provinsi Sulampua pada Triwulan III. Menurut komponen penyusun indeks, konsumen dari seluruh provinsi di kawasan Sulampua mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada komponen pendapatan rumah di kawasan Sulampua mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada komponen pendapatan rumah tangga kini. Pada komponen pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi di kawasan Sulampua, tangga kini. Pada komponen pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi di kawasan Sulampua, Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara nilai Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara nilai indeksnya di bawah 100. Untuk komponen tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di indeksnya di bawah 100. Untuk komponen tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan semua provinsi di kawasan Sulampua mengalami restoran/rumah makan dan bukan makanan semua provinsi di kawasan Sulampua mengalami perbaikan kondisi ekonomi kecuali Provinsi Maluku Utara. Provinsi Papua memiliki nilai ITK perbaikan kondisi ekonomi kecuali Provinsi Maluku Utara. Provinsi Papua memiliki nilai ITK

http://papuabarat.bps.go.id

tertinggi di Sulampua dan peringkat ke

tertinggi di Sulampua dan peringkat ke

Provinsi Maluku Utara tercatat memiliki nilai ITK terendah di kawasan Sulampua dan peringkat ke Provinsi Maluku Utara tercatat memiliki nilai ITK terendah di kawasan Sulampua dan peringkat ke 32 secara nasional (nilai ITK sebesar 100,87). Sementara itu, Provinsi Papua Barat (nilai ITK 32 secara nasional (nilai ITK sebesar 100,87). Sementara itu, Provinsi Papua Barat (nilai ITK 110,17) berada pada peringkat ke

ITK Triwulan IV pada seluruh provinsi di kawasan Sulampua memiliki nilai lebih dari 100, kecuali pada Provinsi Sulawesi Tenggara (98,54). Bila ditelusuri menurut variabel pembentuk ITK, seluruh provinsi kawasan Sulampua mengalami perbaikan kondisi ekonomi pada variabel pendapatan ruta kini. Indeks pendapatan rumah tangga kini tertinggi berada pada Provinsi Maluku (nilai indeks sebesar 118,77), sementara terendah berada pada Provinsi Gorontalo (nilai indeks sebesar 101,87). Tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan juga diindikasikan mengalami peningkatan pada seluruh provinsi. Sementara itu, terdapat 3 provinsi pada kawasan Sulampua yang memiliki indeks pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi lebih dari 100, diantaranya Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

Dalam dokumen ttp://papuabarat.bps.go.id (Halaman 28-33)

Dokumen terkait