• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Nilai-nilai Karakter

Nilai-nilai karakter bangsa merupakan rumusan tujuan pendidikan nasional yang menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diidentifikasi dari Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas

21

menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai

kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Nilai-nilai karakter bangsa yang diambil dalam penelitian ini adalah nilai karakter religius, disiplin, kemandirian, tanggung jawab, kejujuran, dan rasa ingin tahu.

Berikut adalah penjabaran dari 18 nilai karakter menurut Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida (2014: 190-205) dalam buku”Pendidikan Karakter Anak Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD” dan Mohamad Mustari (2014: 1-207) dalam buku “Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan” adalah sebagai berikut:

1. Religius

Religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia menunjukan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/ atau ajaran agamanya. Religius juga merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Menurut

22

Stark dan Glock (dalam Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida 2014: 190), ada lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius. Yaitu, keyakinan agama, ibadat, pengetahuan agama, pengalaman agama, dan konsekuensi dari keempat unsur tersebut.

Keyakinan agama adalah kepercayaan atas doktrin ketuhanan, seperti kepercayaan terhadap Tuhan, malaikat, akhirat, surga, neraka, dan lain-lain. Ibadat adalah prosesi penyembahan kepada Tuhan. Dimana ibadat dapat meremajakan keimanan, menjada diri dari kemerosotan budi pekerti atau dari mengikuti hawa nafsu yang berbahaya. Pengetahuan agama adalah pengetahuan tentang ajaran agama meliputi berbagai segi dalam suatu agama, seperti pengetahuan mengenai sembahyang, puasa, dan zakat. Pengalaman agama adalah segala perasaan yang dirasakan oleh penganut agama, seperti rasa aman, tenteram, nyaman, bahagia, dan lain-lain. Terakhir, konsekuensi dari keempat unsur tersebut adalah aktualisasi dari doktrin agama yang diyakini seseorang yang diwujudkan dalam ucapan dan tindakan.

2. Toleransi

Toleransi adalah sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai perbedaaan yang ada di masyarakat baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama (Mohamad Mustari, 2014: 121). Bersikap toleran berarti juga tidak memaksakan pemikiran, keyakinan, dan kebiasaannya sendiri pada orang lain. Kita tidak bisa sama sekali memaksa pada seseorang untuk menganut suatu kepercayaan tertentu, tidak bisa mengharuskan seseorang untuk menganut suatu kepercayaan tertentu, tidak bisa

23

mengharuskan seseorang untuk berpandangan picik dalam urusan keduniaan ataupun lainnya, walaupun dalam urusan agama. Menurut Rawls (dalam Mohamad Mustari, 2014: 121), toleransi ini menjadi penting ketika kebebasan-kebebasan nurani indidvidu bertemu dalam wilayah publik. Dari sudut pandang keadilan, orang harus menghormati hak orang untuk beragama lain.

3. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. disiplin diri merujuk pada latihan yang membuat orang merelakan dirinya untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku tertentu maka, disiplin diri adalah penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat yang mendasar. Disiplin diri biasanya disamakan artinya dengan kontrol diri (self-control).

Disiplin diri merupakan pengganti untuk motivasi. Disiplin ini diperlukan dalam rangka menggunakan pemikiran sehat untuk menentukan jalannya tindakan yang terbaik yang menentang hal-hal yang lebih dikehendaki. Perilaku yang bernilai adalah ketika motivasi ditundukkan oleh tujuan-tujuan yang lebih terpikirkan: melakukan apa yang dipikirkan sebagai yang terbaik dan melakukannya itu dengan hati senang. Sementara perilaku baik yang biasa adalah melakukan perbuatan yang baik, namun dilakukan secara enggan, karena menentang hasrat diri pribadi. Beralih dari perilaku biasa kepada perilaku yang bernilai membutuhkan latihan dan disiplin.

24 4. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya (Mohamad Mustari, 2014: 43). Pantang menyerah adalah salah satu tanda dari kerja keras, yaitu usaha menyelesaikan kegiatan atau tugas secara optimal. Kerja keras dapat ditandakan dengan :

a. Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan. b. Menggunakan segala kemampuan/ daya untuk mencapai sasaran.

c. Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika menemui hambatan.

5. Kreatif

Fromm (dalam Mohamad Mustari, 2014: 69) menyatakan bahwa dalam segala jenis kerja kreatif orang yang menciptakannya menyatukan dirinya dengan bendanya, yang mewakilkan dunia di luar dirinya. Proses pemikiran kreatif dalam lapangan apa pun kehidupan manusia sering kali dimulai dengan apa yang disebut “visi rasional” yang merupakan hasil pertimbangan kajian sebelumnya, pemikiran reflektif, dan pengamatan (observasi). Menurut From (dalam Mohamad Mustari, 2014: 69) kreatif berarti menciptakan ide-ide dan karya baru yang bermanfaat. Pemikiran yang kreatif adalah pemikiran yang dapat menemukan hal-hal atau cara-cara baru yang berbeda dari yang biasa dan pemikiran yang mampu mengemukaakn ide atau gagasan yang memiliki nilai tambah (manfaat).

25 6. Kemandirian

Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Dalam keluarga, kemandirian (self-reliance) adalah sifat yang harus dibentuk oleh orangtua dalam membangun kepribadian anak-anak mereka. Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan. Orang yang mandiri adalah orang yang mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan orang lain, tidak menolak risiko dan bisa memecahkan masalah, bukan hanya khawatir tentang masalah-masalah yang dihadapinya. Orang seperti itu akan percaya pada keputusannya sendiri, jarang membutuhkan orang lain untuk meminta pendapat atau bimbingan orang lain. Orang yang mandiri dapat menguasai kehidupannya sendiri dan dapat menangani apa saja dari kehidupan ini yang ia hadapi.

7. Demokratis

Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Mohamad Mustari, 2014: 137).

8. Semangat Kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok. Semangat kebangsaan merupakan suatu sudut pandang yang memandang dirinya sebagai bagian dari bangsa dan negaranya. Sudut pandang yang mewujudkan sikap dan perilaku yang akan mempertahankan bangsa dari

26

berbagai ancaman, serta memahami berbagai faktor penyebab konflik sosial baik yang berasal dari luar maupun dari dalam.

9. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetian, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

10.Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuai yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Menghargai prestasi merupakan perasaan bangga terhadap kelebihan dan keunggulan yang dimiliki dirinya sebagai individu maupun dirinya sebagai anggota masyarakat. Perasaan bangsa ini akan mendorong untuk memperoleh pencapaian-pencapaian yang positif bagi kemajuan bangsa dan negara.

11.Bersahabat

Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Bersahabat/komunikatif merupakan perilaku yang ditunjukan dengan senantiasa menjaga hubungan baik dengan interaksi yang positif antar individu dalam suatu kelompok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

12.Cinta Damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas keberhasilan dirinya. Cinta damai merupakan perilaku

27

yang selalu mengutamakan kesatuan rasa dan perwujudan harmoni dalam lingkungan yang majemuk dan multikultural.

13.Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Senang membaca merupakan rasa ingin meningkatkan pengetahuan dan pemahaman melalui gemar mencari informasi baru lewat bahan bacaan maupun mengajak masyarakat di lingkungan sekitarnya untuk memupuk perasaan gemar membaca ini.

14.Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Mohamad Mustari, 2014: 145).

15.Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada oarang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Peduli sosial merupakan kepekaan akan segala kesulitan yang dihadapi oleh lingkungannya dan masyarakatnya. Kepekaan ini kemudian terwujud dalam tindakan, perasaan, dan perbuatan yang berulang-ulang dan menjadi kebiasaan dalam mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi oleh orang-orang di sekitarnya, yang mana individu tidak terfokus pada dirinya sendiri dan bekerja sama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

28 16.Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

17.Kejujuran

Kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Jujur merujuk pada suatu karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus tidak berbohong, curang, ataupun mencuri. Jujur dianggap bersifat morral, sedangkan dusta dianggap immoral. Kejujuran dapat saja tidak diinginkan dalam banyak banyak sistem sosial dengan alasan penjagaan diri (self-preservation).

Menurut Kong Fu Tse ada beberapa tingkatan kejujuran, yaitu: Li, ingn tampak benar untuk keuntungan pribadi; Yi, mengatakan apa yang benar atas dasar bahwa kita akan diperlakukan secara sama; Ren, berdasarkan bentuk yang paling mulia dari empati terhadap yang lain yang berbeda dari kita baik secara umur, jenis kelamin, budaya, pengalaman, keluarga, dan sebagainya.

Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, jika suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/ jujur, tetapi jika tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran tidak hanya ada pada

29

ucapan, tetapi juga ada pada perbuatan, sebagaimana seseorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang adapada batinnya. 18.Rasa ingin tahu

Merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Rasa ingin tau adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan binatang. Di dalam otak, rasa ingin tahu membuat bekerjanya kedua jenis otak, yaitu otak kiri dan orak kanan. Salah satu dari bagian otak ini mempunyai kemampuan untuk memahami dan mengantisipasi informasi, dan yang lain untuk menguatkannya dan mengencangkan memori jangka panjang untuk informasi baru yang mengejutkan.

Nilai-nilai karakter terdiri dari 18 nilai di antaranya adalah: religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, kemandirian, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, kejujuran, dan rasa ingin tahu. Nilai-nilai karakter tersebut penting untuk ditanamkan kepada anak usia dini sebagai pondasi bagi kehidupan anak di masa yang akan datang.

Dokumen terkait