BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Pengertian Nilai Karakter
Secara etimologi istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu
karasso yang berarti cetak biru, format dasar, dan sidik seperti dalam sidik jari. Dalam hal ini, karakter diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusiawi, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang menyertainya (Doni Koesoma, 2011: 90). Menurut
14
Kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan ke-XVI (2008: 682) karakter berarti tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak. Zubaedi dalam ”Desain Pendidikan Karakter; Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan” (2013) menyebutkan bahwa definisi dari karakter adalah to mark (menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Sementara menurut Suyanto dalam tulisan “Urgensi Pendidikan Karakter” sebagaimana dikutip oleh Zubaedi (2013), dijelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Doni Koesoma, 2011: 11-12).
Lickona (2012: 85-99) menjelaskan mengenai komponen karakter yang baik pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Komponen Karakter yang Baik Menurut Lickona Pengetahuan Moral (Moral Knowing) Perasaan Moral (Moral Feeling) Perilaku Moral (Moral Behavior) - Kesadaran moral - Pengetahuan nilai moral - Penentuan perspektif - Pemikiran moral - Pengambilan keputusan - Pengetahuan pribadi - Hati nurani - Harga diri - Empati
- Mencintai hal yang baik - Kendali diri - Kerendahan hati - Kompetensi - Keinginan - Kebiasaan 1. Pengetahuan Moral
Terdapat banyak jenis pengetahuan moral berbeda yang perlu kita ambil seiring kita berhubungan dengan perubahan moral kehidupan. Keenam
15
aspek berikut ini merupakan aspek yang menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang diinginkan:
a. Kesadaran Moral
Pada kesadaran moral ada dua tanggung jawab yang harus diketahui, yang pertama adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral dan kemudian untuk memikirkan dengan cermat tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Aspek kedua dari kesadaran moral adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan. Sangat sering, di dalam membuat penialain moral, kira tidak dapat memutuskan apa yang benar sampai kita tahu apa yang benar.
b. Pengetahuan Moral
Nilai-nilai moral seperti menghargai kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan atau dukungan mendefinisikan seluruh cara tentang menjadi pribadi yang baik. Ketika digabung, seluruh nilai ini menjadi warisan moral yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
c. Penentuan Perspektif
Penentuan perspektif merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, berkreasi dan merasakan masalah yang ada. Satu sasaran fundamental pendidikan moral haruslah membantu siswa
16
mengalami dunia dari sudut pandang orang lain, terutama sudut pandang orang-orang yang berbeda dari mereka sendiri.
d. Pemikiran Moral
Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan moral dan mengapa harus aspek moral. Di tingkat yang lebih tinggi, pemikiran moral juga mengikutsertakan pemahaman atas prinsip moral
klasik: “Hormatilah hak hakiki intrinsik setiap individu”. Prinsip-prinsip
seperti itu memandu tindakan moral dalam berbagai macam situasi yang berbeda.
e. Pengambilan keputusan
Mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui permasalahan moral dengan cara memikirkan konsekuensi merupakan keahlian pengambilan keputusan reflektif.
f. Pengetahuan Pribadi
Mengetahui diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit untuk diperoleh, namun hal ini perlu bagi pengembangan karakter. Menjadi orang yang bermoral memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan kita sendiri dan mengevaluasi perilaku kita tersebut secara kritis. 2. Perasaan Moral
Perasaan moral terdiri dari hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali diri, dan kerendahan hati.
17 a. Hati Nurani
Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif (mengetahui apa yang benar) dan sisi emosional (merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar). Banyak orang tahu apa yang benar, namun meraskan sedikit kewajiban untuk berbuat sesuai dengan hal tersebut.
b. Harga Diri
Harga diri yang tinggi dengan sendirinya tidak menjamin karakter yang baik. Sudah jelas mungkin untuk memiliki harga diri berdasarkan pada hal-hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan karakter yang baik, seperti kepemilikan, penampilan yang baik, popularitas, atau kekuasaan. Bagian dari tantangan sebagai pendidik adalah memantu siswa mengembangakan harga diri berdasarkan pada nilai-nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan pada keyakinan kemampuan diri mereka sendiri demi kebaikan.
c. Empati
Empati merupakan identifikasi dengan, atau pengalaman yang seolah-olah terjadi dalam, keadaan orang lain. Empati menampung kita untuk keluar dari diri kita sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain. Ini merupakan sisi emosional penentuan perspektif.
d. Mencintai Hal yang Baik
Bentuk karakter yang tertinggi mengikutsertakan sifat yang benar-benar tertarik pada hal yang baik. Ketika orang-orang mencintai hal yang baik, mereka senang melakukan hal yang baik. Mereka memiliki moralitas
18
keinginan, bukan hanya moral tugas. Kemampuan untuk menemukan pemenuhan layanan tidak terbatas pada menjadi penolong; kemampuan ini merupakan bagian dari potensi moral orang biasa, bahkan anak-anak. Potensi tersebut dikembangkan, melalui program-program, seperti pendampingan orang, teman sebaya dan pelayanan masyarakat, pada sekolah di seluruh negara.
e. Kendali Diri
Kendali diri diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan diri kita sendiri. Idealisme yang tinggi mengalami kegagalan di hadapan pola ini.
f. Kerendahan Hati
Kerendahan hati merupakan kebaikan moral yang diabaikan namun merupakan bagian yang esensial dari karakter yang baik. Kerendahan hati merupakan sisi afektif pengetahuan pribadi. Hal ini merupakan keterbukaan yang sejati terhadap kebenaran dan keinginan untuk bertindak guna memperbaiki kegagalan kita.
3. Tindakan Moral
Tindakan moral, untuk tingkatan yang besar, merupakan hasil dari dua bagian karakter lainnya. Apabila orang-orang memiliki kualitasmoral keceerdasan dan emosi yang baru saja kita teliti maka mereka mungkin melakukan apa yang mereka ketahui dan mereka rasa benar. Tindakan moral terdiri dari kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.
19 a. Kompetensi
Kompetensi moral memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moralyang efektif. Untuk memecahkan suatu konflik dengan adil, misalnya, kita memerlukan keahlian praktis: mendengarkan, menyampaikan sudut pandang kita tanpa mencemarkan nama baik orang lain, dan mengusahakan solusi yang dapat diterima semua pihak. b. Keinginan
Diperlukan keinginan untuk menjaga emosi di bawah kendali pemikiran. Diperlukan keinginan untuk melihat dan berpikir melalui seluruh dimensi moral dalam suatu situasi. Diperlukan keinginan untuk melaksanakan tugas sebelum memperoleh kesenangan. Diperlukan keinginan untuk menolak godaan, untuk menentang tekanan teman sebaya, dan melawan gelombang. c. Kebiasaan
Anak-anak sebagai bagian dari pendidikan moral mereka, memerlukan banyak kesempatan untuk mengembangkan kebiasaan yang baik, banyak praktik dalam hal menjadi orang yang baik. Hal ini berarti pengalaman yang diulangi dalam melakukan apa yang membantu, apa yang jujur, apa yang ramah, dan apa yang adil. Oleh karena itu, kebiasaan baik yang terbentuk akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri bahkan ketika mereka menghadap situasi yang berat.
Dalam pribadi dengan karakter yang baik, pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral secara umum bekerja sama untuk saling mendukung satu sama lain. Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan
20
tentang kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the good), dan berbuat kebaikan (doing the good). Dalam hal ini, diperlukan pembiasaan dalam pemikiran (habits of the mind), pembiasaan dalam hati (habits of the heart), dan pembiasaan dalam tindakan (habits of the action). Dalam konteks kebangsaan, pembangunan karakter diorientasikan pada tiga tataran besar, yaitu (1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat (Doni Koesoma, 2011: 13-14).
Jadi menurut Lickona, komponen karakter yang baik adalah adanya pengetahuan moral (moral knowing) yang terdiri dari kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, penentuan perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan pribadi. Perasaan moral (moral feeling) yang terdiri dari hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali diri, dan kerendahan hati. Serta perilaku moral (moral behavior) yang terdiri dari kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.