• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Nilai-nilai Karakter

1. Pengertian Karakter

Supaya kita lebih mudah memahami nilai-nilai karakter, kita mesti mengerti makna dari karakter itu sendiri terlebih dahulu. Pengertian karakter menurut pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamin, dan watak, sementara itu yang disebut dengan karakter ialah kepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.50

Pendidikan Karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanaakn nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yanga Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.51

Aa Gym mengemukakan bahwa karakter itu terdiri dari empat hal, Pertama, ada karakter lemah: misal penakut, tidak berani mengambil resiko, pemalas, cepat kalah, belum apa-apa sudah menyerah, dan sebagainya. Kedua, karakter kuat: misal, tangguh, ulet, mempunyai daya juang tinggi, pantang menyerah. Ketiga, karakter jelek: misal, licik, egois, serakah, sombong, pamer dan lain-lain dan Keempat, karakter kuat yaitu nilai-nilai utama yang menjadi pilar pendidik yaitu amanh dan keteladanan.52

Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skill). Makna karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan berprilaku

50 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2011), hlm. 19.

51 Ibid., hlm. 18.

52 M.Furqon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Isnsan Berkarktr Kuat dan Cerdas (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), hlm. 9.

jelek dikatakan sebagai orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang prilakunya sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter mulia.53

Pendidikan karakter memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral atau akhlaq. Dalam penerapan pendidikan karakter, faktor yang harus dijadikan sebagai tujuan adalah terbentuknya kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik, dan hal itu sama sekali tidak terikat dengan angka dan nilai. Dengan demikian dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan karakter ialah pendidikan nilai, yakni penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa Indonesia.54

Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (Knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu sering kali dirangkum dalam sederetan sifat-sifat baik. Dengan demikian, maka pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar baku.55

Dalam kamus Inggris-Indonesia56 menyebutkan bahwa karakter berasal dari bahasa Inggris yaitu Charakter yang artinya watak atau sifat.

Sedangkan menurut istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri, karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang, karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

53 Ibid., hlm. 20.

54 Ibid., hlm. 22.

55 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 11.

56John M. Echolas dan Hassan Shadly, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2006), hlm 107.

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.57

Kemudian diringkas lagi dalam tujuan pendidikan agama Islam yang secara umum mengutip pendapat Al-Abrasy lebih sederhananya yaitu: mengadakan pembentukan akhlak mulia, menyiapkan generasi yang siap menjalani hidup di dunia hingga akhirat dengan profesional.58

Dengan demikian seseorang dianggap memiliki karakter mulia apabila ia mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya serta mampu mewujudkan potensi itu dalam sikap dan tingkah lakunya. Adapun ciri yang dapat dicermati pada seseorang yang mampu menmanfaatkan potensi dirinya adalah terpupuknya sikap-sikap terpuji.

Peserta didik yang disebut berkarakter atau unggul adalah mereka yang selalu berusaha melakukan hal-hal baik, terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, negara dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasi (perasaanya).

Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nili-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama mnunia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.59

2. Faktor-faktor Yang Mepengaruhi Pembentukan Karakter

Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh stakeholder sekolah melalui berbagai media : buku panduan untuk orang tua (dan

57 Tobroni, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam

(http://tobroni.staff.umm.ac.id/2010/2011/pendidikan -karakter-dalam-perspektif-islam-pendahuuan, diakses pada tanggal 11 Januari 2015)

58 Ramayulis, Pendidikan Agama Islam Edisi Revisi (Jakarta: Kalam Mulia. 2010), hlm. 137-138.

59 Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama Widya, 2011), hlm. 5

siswa), news untuk orang tua, pelatihan. Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari Nilai-nilai-Nilai-nilai yang diyakini sekolah.60

Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing. Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran. Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan. Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran. Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau masalahnya tidak selesai Menurut Ratna Megawangi, Founder Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter:61

Moral Knowing : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik. Moral Feeling : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya. Moral Action :Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior.

Dengan tiga tahapan ini, proses pembentukan karakter akan jauh dari kesan dan praktik doktrinasi yang menekan, justru sebaliknya, siswa akan mencintai berbuat baik karena dorongan internal dari dalam dirinya sendiri.62

3. Nilai-nilai Karakter

Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang nilai-nilai karakter seperti Indonesia Heritage Foundation merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut yaitu: (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, (2) tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama,

60 Aly, Hery Noer dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, Jakarta Utara: Friska Agung Insani. 2008, cet. III. Hlm 35.

61http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=1022. Diakses tanggal 11 Januari 2015.

(6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, cinta damai dan persatuan.63

Sementara Character Counts di Amerika mengindentifikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar yaitu: (1) dapat dipercaya (trustworthiness), (2) rasa hormat dan perhatian (respect), (3) tanggung jawab (responsibility), (4) jujur (fairness), (5) peduli (caring), (6) kewarganegaraan (citizenship), (7) ketulusan (honesty), (8) berani (courage), (9) tekun (diligence), (10) integritas.

Kemudian Ari Ginanjar Agustian dengan teori ESQ menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter ositif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asma al-Husna. Sifat-sifat-sifat dan nama-nama mulia Tuhan inilah sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan oleh siapapun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama-nama Allah itu, Ari merangkumnya dalam 7 karakter dasar, yaitu: (1) jujur, (2) tanggung jawab, (3) disiplin, (4) visioner, (5) adil, (6) peduli, (7) kerja sama.64

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasioanl, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokrasi, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komonikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggungjawab.65 Dan 18 nilai inilah yang peneliti pilih sebagai nilai-nilai dasar dalam penelitian tesis ini, karena nilai-nilai karakter tersebut dirumuskan oleh kementrian pendidikan nasional badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.

63 Abdul Majid, S.Ag., M.Pd. Dian Andayani, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Karakter

Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Mei 2011), hlm. 42-43.

64 Ibid. 43.

65 Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Jakarta: Balitbang Diknas, 2010), hlm 9-10.

Berikut nilai-nilai karakter (18) beserta deskripsinya: Tabel 2.2

18 nilai karakter bangsa dan deskripsinya

NILAI DESKRIPSI

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung-jawab66 Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

4. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam67

Sejak tahun 1990-an, terminologi pendidikan karakter mulai ramai dibicarakan. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui karyanya yang sangat memukau, The Return of Character Education sebagai buku yang menyadarkan Dunia Barat secara khusus di mana tempat Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara umum, bahwa pendidikan karakter adalah sebuah keharusan. Inilah awal kebangkitan pendidikan karakter.

Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan keaikan (doing the good). Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu sering kali dirangkum dalam sederet sifat-sifat baik. Dengan demikian, maka pendidikan karaker adalah sebuah upaya untuk membimbing prilaku manusia menuju standar-standar baku.

Upaya ini juga memberikan jalan untuk menghargai persepsi dan nilai-niali pribadi yang ditampilkan di sekolah. Fokus pendidikan karakter adalah pada tujuan-tujuan etika, tetapi praktiknya meliputi perkembangan sosial siswa.

Bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia “karakter”, Yunani character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, wtak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti prilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran.68

67 Abdul Majid, S.Ag., M.Pd., Dian Andayani, S.Pd., M.Pd, Pendidikan Karakter

Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011). Hlm 8.

Hornby & Parnwell karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Hermawan Kertajaya mendefinisikan karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan ‘mesin’ pendorong bagaimana seorang tertindak, bersikap, berujar, dan merspons sesuatu.

Istilah karakter dan kepribadian atau watak sering digunakan secara bertukar-tukar, tetapi Allport menunjukkan kata watak berarti normatif, serta mengatakan bahwa watak adakalah pengertian etis dan menyatakan bahwa Character is personality evaluated and personality is character devaluated (watak adalah kepribadian dinilai, dan kepribadian adalah watak yang tak dinilai).

Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri seseorang. Sering orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai.

Apa pun sebutannya karakter ini adalah sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Banyak yang memandang atau mengartiakannya identik dengan kepribadian. Karakter ini lebih sempit dari kepribadian dan hanya merupakan salah satu aspek kepribadian sebagaimana juga temperamen. Watak dan karakter berkenaan dengan kecenderungan penilaian tingkah laku individu berdasarkan standar-standar moral dan etika.

Sikap dan tingkahlakuu seoran gindividu dinilai oleh masyarakat sekitarnya sebagai sikap dan tingkah laku yang diingikan atau ditolah, dipuji atau dicela, baik ataupun jahat.

Dengan mengetahui adanya karakter (watak, sifat, tabiat ataupun perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya terhadap berbagai fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubungannya dengan orang lain, dalam berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya.69

Karakter dapat ditemukan dalam sikap-sikap seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap tugas-tugas yang dipercayakan padanya dan dalam

situasi-situasi yang lainnya.

Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.

Adapun tujuan pendidikan karater yang Islami adalah menjadikan anak didik sebagai hamba dan khalifah Allah yang berkualitas taqwa. Pekerjaan atau aktivitas taqwa meliputi semua bidang mulai dari persoalan keyakinan hidup, ibadah yang menghubungkan manusia yang lemah dengan Tuhannya Yang Maha kuat, moralitas, aktivitas interaksi sosial, cara berfikir, hingga gaya hidup.70

5. Dasar Pendidikan Karakter di Sekolah

Dalam upaya mengatasi kemerosotan moral dan budi pekerti anak, saat ini pemerintahan sedang menggalakkan pendidikan karakter di semua jenjang lembaga pendidikan karakter disemua jenjang lembaga pendidikan formal yang dimulai dari SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi.71

a. Komitmen masyarakat dalam berbagai lapisan terhadap etika bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, ditengarai budi pekerti sebagai slah satu dimensi substansial pendidikan nasional yang perlu diintegrasikan ke mata pelajaran yangrelevan.

b. Amana Pancasila dan UUD 1945 yang secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila”.72

70 Kopertais Wilayah IV, Pendidikan Karakter Menjadi Berkarakter Muslim-Muslimah

Indonesia (Surabaya: Kopertais IV Press. 2012), hlm. 14

71Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 164

72Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Dan Perbukuan, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan dari Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan, 2011) hal. 1

Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembentukan karakter sebagaimana diamanatkan dalam pancasila dan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila.”

Dokumen terkait